Skip to main content

(XXXVI. AGAMA DAN KONFLIK)


AGAMA DAN KONFLIK 
Oleh : Rahman Saputra Tamba



I. Pendahuluan

            Agama sering diidentikkan terhadap kajian sosial. Dimana agama pada awalnya sangat berperan didalam membentuk masyarakat baik didalam sosial maupun spiritualitas. Akan tetapi seiring berkembangnya zaman, agama dipandang lebih dari sisi negatif ketimbang positifnya. Dimana banyak konflik-konflik sosial yang bersumber dari pada agama. Hal ini sering terjadi akibat adanya perbedaan-perbedaan, baik didalam doktrin, suku, ras, serta kebudayaan yang ada didalam masyarakat. Yang pada akhirnya akan menimbulkan efek negatif terhadap kesejahteraan masyarakat dan individu.



II. Isi

            Apabila kita membicarakan tentang agama, tidaklah cukup kalau kita tidak membahas apa itu masyarakat. Masyarakat adalah kompleks prilaku manusia yang berpola, yang menunjukkan suatu tingkat keteraturan dalam waktu tertentu. Dimana masyarakat terdiri dari lapisan-lapisan yang merupakan kelompok, kelas, strata, dan seterusnya yang melaksanakan fungsi yang berbeda, memiliki keragaman kekuasaaan dan pengaruhnya mempunyai kepentingan yang berlainan.

Dalam hal ini, Agama menjadi pusat perhatian yang paling penting. Dimana peranannya sangat diperlukan dalam mempertahankan kelangsungan kehidupan masyarakat. Perlu kita lihat bahwa pada dasarnya setiap umat beragama memiliki keyakinan bahwa agama ialah yang paling benar, sehingga banyak orang yang tak sombong. Akan tetapi kemudian golongan-golongan agama akhirnya melahirkan sikap-sikap yang sombong, melawan penghinaan, serta merasa lebih tinggi dari pemeluk agama lainnya.

 Hal ini dapat kita lihat mejelang abad-11. Dimana situasi baru muncul dan telah mengakibatkan terciptanya banyak konfik yang ada didalam kota. Banyak terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh kelas-kelas baru yang memprotes kondisi keagamaan (gereja), serta masalah-masalah sosial yang ada.  Disamping itu pula mulai muncul perkembangan sekte, yang merupakan tuntutan akan pembaharuan.

Banyak asumsi atau opini yang mengacu pada terciptanya konflik-konflik yang ada didalam agama. Salah satunya yakni adanya Perbedaan iman. Melalui perbedaan iman serta doktrin de facto, akhirnya akan menimbulkan terhadap semua pihak. menyadari bahwasanya perbedaan dokrin itulah justru menjadi momok utama bentrokan itu.

Dalam hal ini, baik Hendropuspito, Odea, serta NottingHam berasumsi bahwa agama sangat memiliki peranan yang penting baik secara positif maupun negatif. Dimana Agama mampu menjadi pemersatu baik kelompok maupun individu. Disisi lain, agama juga mampu menjadi momok yang menakutkan bagi setiap individu maupun kelompok. Karena agama mampu mengubah cara pandang seseorang terhadap orang lain..

Sebagai contoh dari buruknya peranan agama yakni kurang berhasilnya sistem pendidikan yang dilaksanakan pada anak-anak. Agama cenderung diasumsikan sebagai sekat pemisah antara tiap-tiap kepercayaan yang ada. Sehingga anak didik cenderung lebih tertutup dan memiliki budaya yang tertutup pula terhadap kepercayaan lain.



III. Kesimpulan

Agama pada hakekatnya ialah pemersatu. Akan tetapi didalam perkambanganya agama sering salah diasumsikan serta salah ditafsirkan didalam kehidupan. Dimana agama cenderung dilihat dari sisi negatif yakni peranan agama yang cenderung menjadi pemisah antara satu dan lainya. Asumsi inilah yang membawa dampak buruk terhadap masyarakat sehingga akan membentuk kelas-kelas, golongan, golongan serta kelompok-kelompok baru yang bertentangan terhadap agama. Yang pada akhirnya akan memperparah keadaan sosial didalam masyarakat itu sendiri.



IV. Refleksi

            Negara Indonesia merupakan negara kesatuan. Hal ini didukung oleh UUD 1945 dalam pasal 3. Dimana didalamnya terkandung butir-butir  saling menghargai satu sama lain. Serta identik dengan banyaknya perbedaan-perbedaaan yang ada didalamnya (suku, ras, adat, serta agama). Dari banyaknya perbedaan-perbedaan diatas, ternyata agamalah yang paling dominan menyebabkan terjadinya konflik. Seperti contoh, konflik antara Kaum FPI, terhadap agama nasrani yang dianggap menimbulkan fitnah pada bulan puasa. Dari refleksi diatas dapat dipahami bahwa, agama mampu mempengaruhi individu atau kelompok baik dipandang dalam segi positif maupun negatif.

Comments

Popular posts from this blog

(LX. SAKRAMEN BAPTISAN DI HKBP)

SAKRAMEN BAPTISAN DI HKBP  I. Pendahuluan             Baptisan merupakan salah satu sakramen yang diperintahkan oleh Yesus sendiri dalam Amanat AgungNya. Oleh karena itu gereja melayankan baptisan sebagai salah satu sakramen bagi orang percaya.             Kata “baptis” berasal dari Bahasa Yunani, “baptizo” yang artinya: mencelupkan ke dalam air ataupun memasukkan ke dalam air. Pemandian ke dalam air baru menjadi “baptisan” apabila dilaksanakan dengan upacara seremonial yang khusus. [1] Baptisan yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus, yaitu baptisan yang berlaku di tengah-tengah gereja, bukan hanya menunjuk pada Kerajaan Allah yang masih akan datang, melainkan menjadi bukti dan mengukuhkan perwujudan atas kedatangan Kristus ke dunia. [2] HKBP sebagai salah satu gereja Tuhan di Indonesia mengakui dan melayankan Baptisan Kudus sebagai salah satu sakramen di samp...

(LXXVI. MENGENAL PDT. DR. SOUNTILON MANGASI SIAHAAN DAN PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TEOLOGISNYA)

MENGENAL PDT. DR. SOUNTILON   MANGASI SIAHAAN DAN PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TEOLOGISNYA [1] 1. Biografi             Pdt. Dr. Sountilon M. Siahaan lahir pada tanggal 7 April 1936 di desa Meat-Balige, sebuah desa di tepian Danau Toba. Setelah tamat dari SMA Negeri Balige 1956, beliau melanjutkan belajar ke Fakultas Teologi Universitas HKBP Nommensen dan selesai tahun 1961. Menikah pada 26 Agustus 1961. Sejak tahun 1961-1963 beliau bekerja sebagai Pendeta Praktek dan sekaligus sebagai Pendeta Pemuda/Mahasiswa HKBP Ressort Jawa Tengah yang berkedudukan di Yogyakarta. Ditahbiskan sebagai Pendeta HKBP pada 1 Juli 1962.             Beliau selanjutnya tugas belajar ke Universitas Hamburg pada tahun 1963 dan memperoleh gelar Magister Teologi pada tahun 1967 dan meraih gelar Doktor Teologi (Cum Laude) pada tahun 1973 dengan disertasi yang berjudul Die Konkretisierung ...

(XXXI. TAFSIRAN HISTORIS KRITIS MAZMUR 23:1-6)

Tinjauan Historis Kitab Mazmur 23:1-6 Oleh " Rahman Saputra Tamba " BAB I Pendahuluan             Nama kitab ini dalam LXX adalah Psalmoi [1] . Alkitab bahasa latin memakai nama yang sama. Kata Yunani (dari kata kerja psallo yang artinya “memetik atau mendentingkan”). Mula-mula digunakan untuk permainan alat musik petik atau untuk alat musik itu. Kemudian kata ini menunjukkan nyanyian ( psalmos ) atau kumpulan nyanyian ( psalterion) . [2] Dalam bahasa Ibrani ada kata mizmor yang artinya “sebuah nyanyian yang dinyanyikan dengan iringan musik”, namun judul Kitab Mazmur dalam bahasa Ibrani adalah [3] tehillim yang artinya “puji-pujian atau nyanyian pujian”.             Dalam Alkitab Ibrani, Kitab Mazmur terdapat pada awal bagian Kitab-kitab. Para nabi menempatkan sebelum Kitab Amsal dan tulisan hikmat lainnya, dengan alasan bahwa kumpulan tulisan Da...