Skip to main content

(XLI. CROSSING THE DIVIDE - Deanna A. Thomson)

“Crossing The Divide” by Deanna A. Thomson
Oleh : Rahman Saputra Tamba

2.1.1. Pemahaman Tentang Teologi Luther

Pada tahun l5 I8, Luther mengemukakan visi teologinya yang dimulai dan berakhir hanya berpusat pada Salib Kristus. Yang disebut dcngan Teologi Salib, yang artinya pengetahuan Ahab terletak pada Kristus yang disalibkan. Kedatangan Luther dengan teologinya mengakibatkan reformasi yang mengubah pola pikir umat pada saa! itu,[1] terutama di bagian Empa pada abad pertengahan Luther memahami Alkitab dengan kesegaran dan dinamisme yang bagi kekuatan firman Tuhan lah yang dapat mengubah eksistensi manusia dalam memahami vigi ban teologinya. Luther menekankan bahwa seluruh hidup dan di indahkan harus sesuai dengan kehendakTuhan, oleh karenanya Luther menentang tidak hanya terhadap para pemimpin-pemimpin aiau lembaga-lembaga pada saat itu, tetapi juga terhadap teologi yang berkembang menjadi Kristen pada abad pertengahan itu sendiri.[2]

Luther menemukan beberapa elemen citra mislis dengan menarik dan memasukkannya ke dalam visi hidupnya yakni sella dalam menanggapi Salib Kristus. Dia mcnjaga jarak dari visi mistik persaluan dcngan Krislus yang ilahi yang lebih condong kearah bahasa dan citra mistik John Tauler, dengan memuji tulisan-tulisannya tentang keniscayaan penderilaan dalam kehidupan Iman. Tauler dan penulis mistis lainnya mengajarkan Luther akan bahasa pengabdian spiritual. Persatuan dengan Kristus mcrupakan hal terpenting dalam visi baru Luther dalam konsep mistik. yang menekankan keselamatan oleh iman artinya penebusan Allah di dalam Krisms. Dalam penelitian Alkitab nya bergantung secara eksplisit pada pemahamannya tentang orang benar akan hidup oleh iman. Dengan menekankan bahwa pemahaman tentang Firman Allah melalui Alkimb tidak menclptakan tindakan moral tertentu, tetapi menciptakan hubungan yang baru dengan Allah berdasarkan iman.

2.1.2. Kontroversi Awal

Tahun l5l7, Luther menentang banyak ajaran utama dalam pendekatan skolastik untuk teologi, yang mempunyai pemahaman bahwa orang-orang mampu mencapai keselamatan hanya melalui upaya moral mereka sendiri. ltulah sebabnya Luther menegaskan bahwa tldak ada kebajlkan moral tanpa dosa (Tesis 38). Dengan interpretasl baru dari firman Allah, Luther memanggil gereja supaya kembali ke perjumpaan dengan Allah hanya melalui finnan-Nya.“ Pada abad pertengahan, gereja menerapkan indulgensia kepada jemaat dengan menawarkan mereka kepastian bahwa hutang mereka akan dosa telah dibayar. Itulah sebabnya pada tahun I517, Luther mengkritik hal itu dengan terus memberitakan visi baru teologisnya ke suluruh jemaat. Namun Dominikan di Roma pada saat im secara resmi menolak ajaran Luther tersebut, tetapi pada akhimya dengan apa yang dicapainya di Heidelberg menggarnbarkan bahwa senrang teolog salib harus blsa menanggapi kuasa dari transformasi salib.[3]

2.1.3. Menggambarkan Kondisi Manusia

Pendekatan konvensional untuk membuat sketsa lintas teologi Luther berfokus pada tcsis (terutama tesis l9, 20, 2l, dan 24), dimana Luther menggunakan istilah teolog (atau teologi) dari salib. Luther memahami bahwa persatuan dengan Kristus berarti mengalami apa yang dialami Kristus. Sebelum acla kebangkitan, maka terlebih dahulu harus ada kematian. Tesis l8 menggambarkan bagaimana salib membawa kerendahan diri orang yang berdosa. Luther menyatakan bahwa sudah pasti manusia hams bcnar-benar putus asa dari kemampuannya sendiri sebelum dia siap menerima kasih karunia Kristus. Seorang teolog salib pertama sekali harus mengalami keputusasaan sebelum merayakan kehidupan baru yang ditawarkan dalam Kristus yang sudah bangkit. Bagaimana seharusnya seorang yang berdosa mengindahkan dirinya dihadapan Allah?

Luther menunjukkan bahwa setiap usana yang dilakuknn sebagai jalan manusia unggul mencapai kebenaran dihadapan Allah. Luther menekankan bahwa hukum taurat adalah orang-orang yang (dalam dirinya terdapat kebenamn untuk memperoleh keselamatan, sebaliknya menolak bahwa  hukum taurat dianggap sebagai tolak ukur untuk mengejar kebenaran). Paulus menyebut hukum kematian karena berdiri sebagai hakim atas semua upaya manusia untuk memenuhi tanggung jawab itu (Roma 8:2).[4]

2.1.4. Salib Sebagai Kemenangan Tersembunyi

Berbicara tentang iman, merujuk bahwa salib merupakan sebagai awai yang sebenamya dari iman itu sendiri. Salib dalam pemahaman Luther lebih menekankan sepeni cermin, bukan teori. Dari cermin ini, kita kembali pada diri sendiri dan keluar dari dunia. Artinya salib lah yang menerangi kebenaran yang keras dari kecaman dan anugerah kebenaran. Teologi salib Luther lebih menekankan eksistensi manusia dalam terang salib daripada tentang acara penyaliban itu sendiri.[5]

2. 2. Bab 2. Seluruh Dunia Hancur Karena Firman Allah

2.2.1. Perjumpaan Luther dengan Firman Allah.

Dalam pemahaman Luther, dengan menghancurkan yang lama, yang memuliakan yang kuat adalah satu-satunya cara manusia berdosa untuk melihat kehadiran Allah yang tersembunyi dalam penderitaan dan berpakaian dalam daging Kristus. Setelah Heidelberg, Luther memperluas serangannya terhadap para teolog kemuliaan. Dalam bab ini dijelaskan bahwa visi teologis Luther mencegah sikap apolitis yang menyeluruh. Selanjutnya setelah presentasi di Heidelberg, Luther hadir hadir sebagai dampak nyata bagi kehidupan sehari-hari. Luther mempercayai bahwa teologi mengandung visi kehidupan yang nyata.

2.2.2. Jalan Yang Merujuk Kepada Reformasi

Dalam perjalanannya mempresentasikan teologinya di Heidelberg, Luther di panggil ke Roma, tetapi dia mengajukan banding dan pindah sidang ke kota Augsburg-Jerman Dalam penjelasannya dari ke-95 Tesis nya, dia melanjutkan serangannya tidak hanya pada indulgensia tetapi juga pada sejumlah praktek pengakuan umum yang tidak memiliki dasar dalam Alkitab. Dalam tesis ini, Luther menerapkan teologi salib dan menentang otoritas gereja, bahkan melakukan serangan langsung terhadap otoritas kepausan.

2.2.3. Aku, Kau, dan Kristus

Melihat keberadaan Kristen seperti yang dibentuk dan ditetapkan oleh salib dan kebangkitan. Luther berpendapat bahwa pada masa Kristus itulah yang paling sederhana. Itu diartikan sebagai bentuk protes Luther terhadap Paus yang memimpin orang-orang sejauh mungkin dari baptisan menuju teologi kemuliaan yang membebani orang-orang dengan peraturan dan persyaratan yang membuat mereka percaya bahwa keselamatan mereka berada di tangan orang-orang yang mengatur peraturan. Itulah sebabnya Luther mengubah pola pikir mereka bahwa keunggulan baptisan dan iman dibenarkan hanya melalui penebusan karya Kristus di kayu salib. Luther mengemukakan pendamaian kepada Allah, yakni: libatkanlah apa yang Tuhan lakukan bagi kita, bukan apa yang kita lakukan bagi Tuhan. Luther melihat hanya Allah satu-satunya jalan yang mungkin untuk menerobos dosa dan murka Allah yang berpusat kenmlu teologi salib, yakni keselamatan yang merupakan realitas yang berakhir pada kebangkitan Kristus di kayu salib

2.2.4. Dua alam (Dua Kerajaan)

Tahun I523, Luther memperkenalkan dua alam (dua kerajaan) dengan desakan hahwn Allah berdiri sebagai penguasa kedua. Oleh karena itu, manusia tidak ada tubuh dalam rnnuhyang terpisah dari Allah. Menurut Luther tidak ada bidang kehidupan di luar lingkup Allah. Lagi orang Kristen sejati akan selalu tetap dalam minoritas dalam suatu masyarakat tertemu dan sementara lnjil tidak dapat memerintah dan memelihara kehidupan masyarakat.

Pemerintahan berada di tangan Allah. Yakni Allah mengatur duniawi dengan tangan kiri-Nya dan tangan kanan-Nya memerintah dimana orang-orang beriman yang berorientasi pada kehidupan dan kesejahteraan tetangga. Sementara pemikiran Luther dalam dialektis seperti adat, dia mengakui dalam risalah yang bagi banyak orang Kristen, realitas eksistensial hidup secara bersamaan sebagai warga dari lnedua alam sering disertai kebingungan. Luther berpendapat bahwa paradoks ini secara akurat mencerminkan kehidupan orang Kristen yakni ketegangan antam penciptaan, dosa, rekonsiliasi, dan pemenuhan adalah pendamping sehari-hari bagi siapa pun yang mencoba untuk menjalani kehidupan beriman Kristen.[6]

2.2.5. Kembali ke Politik

Pada akhir 1530, dengan dorongan dari Philip dari Hesse, Luther menulis peringatan unruk orang-orang Jennan yang terhormat itu, menyuarakan dukungan untuk Protestan. Di peringatannya, Luther membahas pembaca lebih hati-hati pada awalnya, dia mulai risalah dengan kalimat "Dengan asumsi tidak ada Tuhan." Sebagai untuk mengingatkan para pembacanya bahwa teolog ini mengarungi ke sipil dan hukum. Dia cepat mengaku bahwa beratnya hati nuraninya sebagai seomng pendeta , seorang "corong firman Allah, untuk perang nasihat. Tapi Luther segera membedakan seruannya untuk evangelis untuk melawan dalani bentuk pembelaan diri. Dari posisi pemberontak dipegang oleh kaum revolusioner petani sepeni Thomas Mimlzer. Dia adalah seorang pemberonmk yang menolak untuk tunduk kepada pemerinlah dun hukum. Bergerak melalui risalah, namun, kami melihat bahwa argumen Luther lebih dari sekcdar sipil atau hukum. Dia menyatakan bahwa tidak hanya Jerman diizinkan untuk melawan kaisar mereka berkewajiban untuk melawan dalam pertahanan Injil. Luther mengingatkan orang bahwa dalam baptisan mereka "bersumpah untuk melestafikan lnjil Kristus dan tidak menganiaya alau menentangnya. Luther dan banyak orang lain telah mempertaruhkan nyawa mercka untuk reformasi, dan sekarang ia enggan menerima bahwa perlawanan bersenjata mungkin dipcriukun untuk mempertahankan keuntungan mereka.

2.2.6. JANJI KRSITUS

Luther menghabiskan tahun-tahun terakhimya sebagai konselor untuk pangeran. Dalam peran humas dalam pelayanan kepada gerakan keagarnaan. Dalam peran ini Luther menulis sejumlah traktat polemik, beberapa di antaranya akan dibahas pada akhir bab ini. Selama periode yang sama, namun, Luther juga memproduksi salah satu prestasi paling signifikan dari tahun-tahun terakhirnya: ceramah yang luas tentang kitab Kejadian, ditulis antara I536 sampai akhir hidupnya di 1547. Martin Brecht mengamati, (ceramah Luther) mencerminkan panisipasi dalam perkembangan, masalah, dan konflik pada dekade akhir hidupnya. Teologi-nya terus terjalin dengan masalah pada zamannya. Tapi penama-tama mari kita mempertimbangkan pendekatan Luther terhadap Kitab Suci pada umumnya dan Perjanjian Lama secara khususnya. Seperti tercantum dalam bab I, Luther meninggalkan penafsiran empat kali lipat skolastik untuk Kitab Suci dalam awal karimya. Hanya ada satu iman. Iman mereka adalah dijanji-janji Allah, janji-janji yang sama di mana orang-orang yang datang setelah percaya pada Kristus. Janji-janji Allah kepada semua orang beriman yang percaya ditemukan dalam Roma 4:25 bahwa "tanpa keraguan Kristus mati untuk dosa-dosa kita dan bangkit kembali untuk pembenaran dan hidup kita.

Luther memahami janji Kristus dalam tiga bentuk: penama. Janji kedatangan Kristus dalam bentuk daging; kedua, kedatangan Kristus dalam jiwa pendengar; dan akhimya, dari eskatologis kedatangan Kristus pada akhir zaman. Melalui penafsiran Alkitab tentang Perjanjian Lama, Luther juga menolak kcasyikan abad pertengahan dengan imitasi Kristus. Bukan fokus pada identifikasi antara umat Kristen dan umat Perjanjian Lama.”

2.2.7 Penyaliban Musuh

Luther menggambarkan Yahudi sebagai teladan yang ketidaktaatan. Meskipun Luther mengaku bahwa doktrin utama teologi adalah "bahwa Allah adalah Allah dari Yahudi dan bangsa-bangsa lain, kaya terhadap semua, ia segem menarnbahkan bahwa karena kesombongan mereka, orang-orang Yahudi kehilangan janji mereka. Luther telah mengadopsi sikap yang lebih berbelas kasih terhadap orang-orang Yahudi, mengakui bahwajika ia telah diperlakukan dengan cara di mana orang-orang Kristen telah memperlakukan Yahudi. Luther berharap pendekatan ini akan menghasilkan konversi besar untuk Kristen. Tapi ketika konversi massa gagal terwujud, Luther melanjutkan itensif. Menjadikan Yahudi sebagai musuh setara dengan musuh yang lain, terutama kepausan.

Dalam sikap Luther terhadap erang Yahudi, ia mulai di mana terlalu banyak orang Kristen telah mulai dengan klaim tentang tanggung jawab Yahudiatas kematian Kristus.  Luther menegaskan bahwa Yahudi tetap di bawah Dewa murka karena mereka membunuh Kristus dari kedengkian mumi. Bertram menulis, ini tidak berarti bahwa Yahudi lebih berdosa daripada orang Kristen Namun, Luther secara konsisten menekankan sifat berdosa umum semua manusia. Yahudi dan Kristen. Luther percaya pada "solidaritas bersalah" antara Kristen dan Yahudi 1 penderitaan umum di bawah murka Allah. Teolog salib memancarkan kerendahan hati. Dengan alasan bahwa "sulu tanggal tidak menganggap Allah sebagai begitu kejam bahwa ia akan menghukum umatnya sendiri begitu lama, sehingga tanpa ampun, tetapi di samping itu tetap menghibur mereka dengan perbuatanNya. Siapa yang akan memiliki iman, harapan dan cinta terhadap Tuhan sepenuh itu? Luther membaca dari Alkitab dan mendorongnya untuk menyimpulkan: melihat fakta-fakta di depan mata kita, dan mereka tidak menipu kita. Allah menentang Yahudi; Oleh karena itu, harus jadi Kristen. Beberapa sarjana menunjukkan bahwa serangan verbal Luther pada orang-orang Yahudi tidak lebih berbisa daripada yang ia diluncurkan pada musuh yang lain seperti Papists. Edwards menegaskan bahwa penilaian kami tulisan Luther tidak sclulu mengungkapkan wama teologisnya benar. Namun prasangka terhadap Yahudi dalam tulisan- tulisan Luther, Luther disangkal mewarisi dan mereproduksi sentimen anti - Yahudi pada zamannya.

2.2.8 Feminis menginterogasi Luther

Pada tahun I960 berkembang sebuah pandangan kaum Feminis. Valerie Saiving berani menempati ruang yang sebelumnya tak terlihat pada batas dari pemikiran Kristen dan praklek dimana ia berdiri. Para wanita pengikut Saiving secara bertahap naik akses pendidikan teologi fonnal dan secara bersamaan dipengaruhi oleh gerakan perempuan Amerika Utara dari lahun 1960-an dan 1970-an. Mereka menghasurgerakan feminis reformasi yang telah menanlung Kekristenan. Feminisme Kristen telah berkembang, telah mempertajam analisisnya bentuk organisasi sosial untuk menghadiri segudang cara di mana perempuan (dan laki-laki dun anak-anak yang menduduki anak tangga yang lebih rendah dari tangga hirarkis) menderitn di bawah kekuatan yang menindas. Terlihat kenyataan bahwa kebanyakan wanita mengalami seksisme dalam hubungannya dengan bentuk-bentuk penindasan-ras, etnis, ekonomi, seksual, agama. Feminisme Kristen dari pertengahan abad ke dua puluh awalnya yang terlihul kebanyakan berkulit putih, kelas menengah, berpendidikan tinggi.

2.2.9 Reformasi feminis dan Pemberontakan

Meskipun karakter semakin multivalent dari visi leologi feminis, tipologi dua arah yang dikembangkan di 1970 oleh Carol Kristus dan Judith Plaskow terus melayani sebagai descriptor yang berguna untuk refleksi teologi femini. Carol dan Plaskow membedakan antara aliran revolusioner dan reformis teologi feminis. Sementara kedua alimn mulai dengan mcngkritisi lapisan penindasan tradisi Kristen. Daly, ibu revolusioner teologi feminis, menegaskan bahwa "Jika Allah laki-laki maka laki-laki adalah Allah. Jika wanita ingin melihat diri mereka tercermin dalam ilahi dan dengan demikian diperlakukan hormat dalam tradisi agama, sehingga argumen itu, perempuan harus meninggalkan Kristen.

Hampson setuju dengan pendapat Daly menyatakan “Tugas revolusioner feminis adalah untuk mengartikulasikan teologi yang pada wanita dan tidak diragukan lagi penebusan bagi perempuan. Sementara feminis relin-inis berbagi di banyak kritik revolusioner, mereka juga percaya bahwa tradisi yang sama yang  menintindas dan dikecualikan wanita mampu memberitakan inklusif, membebaskan keselamatan untuk mereka.

Schussler Fiorenza berpendapat bahwa jika kaum feminis akan mendekati salib, mereka harus mengulang-ulang dalam bingkai yang berbeda, yang berarli mereka mengontekstualisasikan refleksi feminis pada penderitaan Yesus dan menyeberang dalam politik yang berbeda makna. Ini adalah tantangan serius untuk mereka yang berusaha untuk merebut kembali visi teologis dari seorang teolog laki-laki yang tinggal dengan dekat. Untuk sebagian besar feminis, kelelakian Yesus menyajikan sejumlah masalah berat, mulai dari apakah penyelamat laki-laki dapat menyelamatkan perempuan untuk keganjilan yang dirasakan membayangkan perempuan dalam gambar Kristus, dan kemudian di gambar Allah. Ketidak setiaan pada salib memaksa kita untuk bertanya, dalam menghadapi sejarah salib yang telah rusak, haruskah mereka tidak bertobat dari kekerasan itu telah dibenarkan dan mencari simbol alternatif ? sementara banyak feminis memilih atau mencari simbol alternatif karena lebih hidup daripada mempromosikan salib, kita tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa salib tetap tertanam dalam Kristen."

2.2.10. Interogasi tentang dosa

Valerie Saiving berpendapat bahwa keterbelakangan atau negasi dari diri adalah dosa wanita, daripada kebanggaan atau kehendak untuk berkuasa. Plaskow tidak menyangkal legitimasi Lutheran “Diri berbalik pada dirinya sendirisebagai deskripsi dosa manusia. Sebaliknya, dia melihat masalah dengan gagasan ini sebagai kurangnya kesadaran. Dosa adalah produk dari pengalaman sosial. Ketika pengalaman sosial perempuan yang serius, Plaskow menjelaskan, bahwa faktor sosial dan budaya patriarki mendorong perempuan untuk hidup mengorbankan diri. Sederhananya, Plaskow berpendapat bahwa dosa berasal dari struktur budaya dan sosial. Oleh karena itu. Anugerah dalam kehidupan perempuan harus datang melalui transformasi struktur sosial dan budaya cacat yang membatasi kemampuan wanita untuk mengembangkan rasa nya diri.

Hampson menegaskan perempuan bisa mengalami transformasi tersebut melalui hubungan dengan orang lain. Dan karena feminisme dapat membantu wanita (dan laki-laki) mengaktualisasikan mereka yaitu potensi hubungan yang benar dengan orang lain. Hampson percaya feminis tidak memiliki kepentingan dengan Kristen, khususnya dalam bentuk Lutherannya. Mereka dapat mengubah struktur yang menindas dan mencapai keselamatan mereka sendiri melalui hubungan yang benar dengan orang lain. Luther menulis bahwa wanita akan cocok dengan peran hanya sejauh ia mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari subjek maskulin, sementara debat terus apakah perbedaan gender bawaan atau sosial budaya?

2.2.1 1 Dialog antara Luther dan Feminis

Karena iman tidak menghilangkan keberadaan dosa, Luther menyatakan, ujian dan cobaan dan godaan benahan sepanjang hidup. Jelas, kehidupan perempuan bukan tanpa cobaan. Feminis sepenuh Hampson menegaskan bahwa perempuan memiliki kekuatan untuk mengatasi cobaan yang mengintai dalam hubungan, dan mereka dapat menengahi perdamaian antara pihak yang bertikai, dan bahwa mereka mendapat cara yang tepat untuk berhubungan dengan orang lain. Demonstrasi Hampson bagi perempuan untuk "klaim kekuasaan" dalam masyarakat, dan kemudian model untuk arena publik dengan cara yang berbeda dengan berinteraksi adalah salah satu yang akan mengubah struktur sosial patriakal.

Teolog feminis juga benar ketika mereka menyatakan bahwa lembaga-lembaga sosial dengan (hetero) sejarah seksis-sepeni pernikahan bisa memperoleh keuntungan dari melihat hubungan perempuan sebagai model untuk interaksi manusia. Namun, jika kita tidak berhati-hati, pernyataan seperti ini dapat berkontribusi pada teologi kemuliaan yang keliru, sekaligus mengangkat keterampilan relasional perempuan, seorang teolog salib juga harus menegaskan realitas cobaan dan godaan dalam kehidupan perempuan, mengakui bahwa bahkan kekuatan hubungan dapat juga merusak. Kesaksian Purvis yang meminjamkan kepercayaan salib berpusat pada penegasan bahwa semua manusia terjerat dalam lingkup dosa dan terus mengalami godaan. Wanita tergoda untuk berbuat dosa melalui penyalahgunaan kekuasaan , dan mereka menjalani eobaan, dan hubungan akan terluka. Kekhawatiran duniawi perlu mati disalibkan agar menjadi yang baru. Dalam hal teologis kontemporer, diri perempuan perlu dibebaskan dari harapan patriarkal bahwa mereka mengorbankan sendiri atas nama orang lain, atau dari asumsi teologi kemuliaan bahwa mereka mampu, berkolusi dengan perempuan lain, penyembuhan semua hubungan yang rusak, mempertahankan semua yang sehat dan memelihara semua orang yang membutuhkan Em.“

2.2.12. Menginterogasi J uruselamat Pria

Jika feminis mempertanyakan identitas laki-laki dari konsep dosa Luther, tidak mengherankan bahwa mereka juga mempertanyakan makna kelelakian Yesus itu. Elizabeth Johnson berpendapat bahwa argumen tertentu yang hanya laki-laki menanggung citra Kristus, gambar Krisrus - didasarkan pada antropologi dualistik yang menempatkan perempuan dan laki-iaki dalam oposisi. Mary Daly tiba di klaim bahwa "Jika Allah laki-laki maka laki-laki adalah Allah. Perspektif seperti melandasi seluruh hirarki gereja patriarkal, dan juga merusak keselamatan perempuan . Untuk apa wanita menempati dalam visi Kristen jika jalan mereka untuk hidup kekal dengan Allah melalui penyelamat laki-laki? Kesaksian dari perempuan juga membuktikan kemungkinan untuk memperluas hubungan emosional dan spiritual perempuan Sekarang saatnya untuk beralih ke Luther, bertanya, apa peran yang dilakukan penyelamat laki-laki di teologinya salib?

2.2.13. Dialog feminis dan Luther

Luther mendesak kerendahan hati dan kasih Kristen. Ketika berkaitan dengan Yahudi, Kristen mengingatkan bahwa Yahudi adalah kerabat darah Kristus di samping itu, Luther menujukan pertanyaan dari kelelakian Yesus ketika ia menyatakan laporan Yesaya: "perawan harus melahirkan seorang putra dan bukan putri. Bagi Luther, kesinambungan Yesus dengan warisan YahudiNya diungkapkan melalui identims laki-lakiNya. Menurut Luther, Kristus tidak mendikte dengan cara terarur bagaimana orang Kristen harus bertindak; memang, Luther sekali menyindir, "Jika kita terbatas pada apa yang Kristus lakukan, tidak ada yang bisa hidup di dalam Kristus, atau memiliki Kristus" berdiam di dalam kita. Maksud Luther, bahwa panggilan untuk semua orang Kristen adalah untuk melayani yang disekitarnya.[7] menghasut sebuah "pemberontakan mulut" melalui khotbahnya. Dan dengan cara ini harus ditiru sebagai model untuk reformasi spiritual dan religius."

2.2.14. Menjadi seorang teolog feminis salib

Menjadi seorang teolog feminis salib berarti belajar bagaimana hidup dalam pengharapan. Menjadi seorang teolog feminis salib melibatkan kckuatan Luther seruan "Tidak!" terhadap teologi kemuliaan yang mempromosikan jawaban mudah, optimisme lancar, atau Tuhan yang kehadirannya terlalu cepat dan terlalu definitif diidentifikasi. Iman tidak mengubah kondisi manusia dengan satu gerakan, sebaliknya hubungan baru dengan kondisi yang diciptakan oleh iman. Namun seorang teolog salib tahu bahwa lnjil tidak dapat pro mengklaim tanpa penama mendengar penilaian negatif dari hukum. Feminis mengkritik pembicaman penderitaan Yesus dan kematianNya sebagai hal yang unik dengan alasan bahwa hal itu tentu mengurangi makna dan realitas menderita dari manusia riil lainnya . Tapi apakah petunjuk keunikan penderitaan Yesus selalu merendahkan penderitaan orang lain? Sementara seorang teolog feminis salib akan membedakan antara korban dari Yesus (sebagai salah satu sekaligus keunikan ilahi dan manusia dan semua penderitaan manusia lainnya, saya juga ingin melakukannya secara dialektis, memegang balk bersama-sama dalam ketegangan pemersatu. Seorang leolog feminis salib menginterpretasi perempuan seperti yang diperkosa di setelah mengantar sampah. Aku berbaring di sana, bertanya-tanya apakah dia akan kembali dan membunuh saya, " dia ingat, saat ia berbaring di tumpukan sampah, terluka dan berdarah dan bertanya-tanya apakah dia akan dibunuh, dia memiliki visi Yesus sebagai seorang wanita disalibkan yang mengatakan kepadanya dari salib, saya tahu apa yang anda derita, Sebagai diri yang tumbuh dalam dunia moral, saat ini juga klta melihat di salib Kristus penama dan terutama diri kita tergantung dengan atau bersama Dia, tapi orang-orang yang melukai kita dan sakit hati, sadar atau tidak sadar, sengaja atau tidak sengaja, sebagai bagian dari keberadaan kita di dunia yang berkurang. Pertanyaan apakah Tuhan mengirimkan penderitaan seperti tes iman memimpin teolog feminis salib jauh dari ketakutkan yang tersembunyi, Allah pencipta kembali ke Allah misterius terungkap dalam penderitaan, penyembuhan dengan kehadiran salib dan kebangkitan Kristus.[8]

2.2.15. Beralih ke Harapan

Jadi, sementara hubungan penindas - korban membutuhkan perhatian yang cermat dan berkelanjutan, tragedi yang misterius muncul dari keberadaan fisik yang terbiasa mengarahkan kita kembali ke narasi Alkitab dan pertemuan firman kebangkitan dengan Kristus yang bangkit. Maria Magdalena, pengikut Yesus yang hadir pada saat kematiannya, penguburannya, dan pemakamanNya, adalah yang pertama bertemu denganNya setelah bangkit. Dia sangat terkejut dan kebingungan setelah menemukan makam kosong. Maria bertemu orang asing, yang bertanya, Wanita, mengapa anda menangis? siapa yang Anda cari ? Dengan asumsi dialah menjadi tukang kebun, Maria bertanya apakah dia tahu keberadaan luhuh Ycsus. Tetapi Kristus yang bangkit kembali, waktu memanggilnya "Maria" Mendengar namanya, Mary berbalik, dan dia segera mengaku. Pertemuannya dengan Kristus yang bangkit liduk berbicara apa-apa tentang pengkhianatan Petrus: tidak pengakuan dosa oleh Maria atau pengampunan dosa oleh Yesus mendominasi momen ini. Dalam mengakui Kristus tidak hanya sebagai salah satu yang disalibkan tetapi juga sebagai Kristus yang menyembuhkan ( lih Luk 8 : 1).

Untuk teologi feminis salib, pertemuan Maria dengan Kristus mcmbanlu mcmbcntuk pembahasan penderitaan. Ini menunjukkan bahwa celah masih berlanjut, keanehan tempat; namun dalam panggilan Kristus kepada Maria oleh pertemuan itu tidak hanya memberinya kembali masa lalunya, ia juga memberinya masa depan di mana itu menjadi mungkin untuk hidup sezaman berbeda dibandingkan jika penyaliban adalah akhir cerita. Memang seperti yang dicerminkan dalam Alkitab, pertemuan ini menawarkan potret hidup dari apa yang Luther alami sebagai karunia iman dan kebebasan untuk hidup mengubah keberadaan. Bagi Luther, hari dimasa disalibkan dan kebangkitan Kristus harus dialami setiap hari dalam kesekuralan iman dan naik ke suatu yang baru.

Kita perlu mati setiap hari untuk diri obsesi kila semliri, dengan rasa sakit yang mengancam menenggelamkan kita, dan kita perlu bangkit dengan Krishna keliku kita diberi panggilan yang mendorong kita ke kedalaman keberadaan duniawi. Kita dipanggil, diampuni, dan diberikan sebuah panggilan. Panggilan ini, bagaimanapun, "bukan hanya untuk hidup dalam kesadaran kebahagiaan yang dimiliki setelah diampuni. Pengampunan justru memiliki arti yang mendalam dan taat pada hubungan dengan Tuhan atau dengan mnmnsill lainnya. Pengampunan yang berasal dari Kristus menunjukkan bahwa jika kitu lcrlihnl dnlmn kekerasan salib. Pekerjaan Allah yang menyelamatkan tidak terplsah dari karya Allah dalam dun mclnlui penclptaan; Oleh karena itu, kita dibebaskan untuk hidup dibenarkan. Adanya harapan di lmum kita berada di dunia. Dalam tesis penutup dari perdebatan Heidelberg, Luther berbicara tentang, bagaimana, setelah mati dan dibangkitkan bersama dengan Kristus, kita dibebaskan untuk melihat ke hidup Yesus sebagai "stimulan" tindakan yang penuh kasih di dunia. Beralih lagi untuk narasi Yohanes, di mana kita mendengar Yesus meletakkan hidupnya untuk saudaranya, kita melihat bahwa narasi Johanes itu tetap hidup dengan mcnggalnhnrkun persahabatan, dan berisl perintah-perintah yang diberikan oleh Yesus kepada saudara-saudara untuk "saling mengasihi karena Dia telah lebih dulu mengasihi" (15:12 ).

2.2.16. Mewujudkan Kristus: Persahabatan sebagai seruan Kristen

Hidup di ruang terbuka dengan justifikasi yang diberikan melalui kematian Kristus dun kebangkitan berarti hidup dalam kebsbasan. Dipanggil untuk berhubungan dalam sznu kupul dengan orang lain di dunia. Panggilan menyiratkan hidup sepenuhnya dalam batas-bums dunia ini. "Luther menulis” Iman menemukan ekspresi dalam karya pelayanan, dilakukan dengan riang dan penuh cinta sena tanpa mengharapkan imbalan. Luther percaya, kebebasan hcmrli untuk Kristen dari belenggu otodtas sena kebebasan untuk melayani semua tanpa mencari jasa. Di sisi lain, semenlara gereja-gereja dan orang-orang beriman mengusulkan kasih Kristus dengan merangkul scperti pelayanan sosial, orang-orang dan tubuh gereja sering rugu untuk memperjuangkan perubahan sosial atau untuk memobilisasi pada isu-isu keadilan.

Teolog feminis salib mengikuti pergeseran Yohanes dari "hamba" menjadi saudara. Yesus memuji murid-muridnya akan pemahaman baru mereka tentang hubungan denganNya: "Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, tapi saudara. Pergeseran linguistik pada akhimya mempengaruhi pemahaman panggilan dalam visi. Seorang teolog feminis salib menghargai karakter subversive persahabatan sebagai gambaran untuk panggilan dalam konteks kontemporer kita. Sepem Mary menyarankan, "Setiap orang memiliki teman, tapi dengan membaca teologi kontemporer seseorang tidak akan pernah tahu mengapa citra persahabatan telah begitu diabaikan dalam refleksi teologis. Meskipun mengabaikan ini, teologi feminis salib melihat persahabatan sebagai gambaran mendalam untuk panggilan Kristen. Di masyarakat yang merendahkan hubungan dengan label mereka "hanya beneman", gambar ini bisa mengungkapkan kehadiian Allah yang tersembunyi dengan melalui cara biasa dan hubungan biasa. Untuk memahami panggilan Kristen, kita harus memeriksa apa arti narasi Yohanes tentang persahabatan yang diwujudkan oleh jesus. Sekali lagi, panggilan dipahami sebagai persahabatan mungkin tampak tidak memadai untuk mengatasi akar penyebab atau memobilisasi untuk pertempuran melawan ketidakadilan.

Setelah semua, Martin Luther King bersikeras bahwa Amerika hitam tidak harus seperti Amerika putih untuk mencintai mereka, dan untuk bekerja dengan mereka dalam membangun masyarakat yang adil. Sallie Mcbague mengamati, tidak pertama dan terutam identitas umum, tetapi visi bersama yang memacu dialog dan aksi. Selain itu, karakter timbal balik persahabatan bekeija melawan godaan (umum di kementerian layanan) untuk memahami manlaat melayani orang lain dengan cara yang searah. Selanjutnya, penggunaan istilah "saudara" dalam Injil Johanes menekankan karakter usaha persahabatan Kristen, dan itulah panggilan Kristen. Kristen dipanggil untuk menyatu dengan orang lain dalam tubuh Kristus, lebih eksplisit, orang Kristen dipanggil untuk menjadi gereja. Menariknya, teolog feminis baru-baru ini menyerukan Gereja memahami dirinya sebagai komunitas teman, visi yang dibangun di atas ayat-ayat Yohanes menginformasikan teologi feminis. Koneksi ketat ada antara sakramen dan hubungan Yesus dengan saudara-saudaranya untuk berbagi makan adalah ritual tertua persahabatan, dan juga merupakan ritual begitu mendasar bagi Kristen.

Gereja sebagai komunitas persaudaraan mengumpulkan tidak hanya untuk santapan rohani dan materi yang ditawarkan oleh baptisan dan Perjamuan tetapi juga untuk mati untuk pola kebcradaan lama dan bangkit dengan Kristus untuk hidup bam yaitu kehidupan yang terorganisir oleh pengampunan dosa. Teologi feminis ini salib merupakan salah satu upaya di persimpangan kesenjangan yang ada antara reformis dalam tradisi Martin Luther dan reformis feminis kontemporer. Usaha baru teologis, gerejani, dan reformasi sosial dapat memprtemukan pemikiran teologis ketika kontemporer khususnya dalam bentuk feminis -menemukan kembali revolusi Luther, berpaling dari teologi kemuliaan yang terikat dengan dewa konstruksi kita scndiri dan beralih ke teologi Allah yang tersembunyi di penyaliban dan kebangkitan Kristus.Buku ini hanya satu seruan dengan banyak perbincangan yang memperkaya sumber tradisi. Kristen dan tantangan-tantangan pemikiran kenabian pasukan teologi Feminis. Mari kita untuk tidak melewatkan kesempatan ini untuk reformasi.

III. TANGGAPAN DOGMATIS.

Paul Althaus menjelaskan dalam bukunya: The Theology bahwa melalui Firman Allah memelihara efektivitas struktur yang mengatur dunia. Artinya firman yang melakukan, bukan firman injil tetapi firman Allah yang tersembunyi, mencipta dan memelihara. Ini bersamaan dengan pemahaman Luther bahwa, dengan menghancurkan yang lama, yang memuliakan yang kuat adalah satu-satunya cara manusia berdosa untuk melihat kehadiran Allah yang tersembunyi dalam penderitaan dan berpakaian dalam daging Kristus.

Dr. G.C. van Nifirik/Dr. B. L. Boland menjelaskan dalam bukunya: Dogmatika Masa Kini bahwa tidak kurang dari tiga perkataan yang digunakan di dalam pengakuan iman mcngcnai kematian Yesus, yakni: Disalibkan-Mati-Dikuburkan. Rumusan ini menekankan sekuat- kuatnya bahwa Yesus benar-benar telah mati di salib. Hal ini sangat berbeda dengan telogi Luther, yang menekankan salib lah yang menerangi kebenaran yang keras dari kecaman dan anugerah kebenaran. Teologi salib Luther lebih menekankan eksistensi manusia dalam terang salib daripada tentang acara penyaliban itu sendiri. Kelompok lebih menekankan tentang pemahaman Luther yang menekankan hanya pada terang salib yang membawa manusia mernperoleh keselamatan, karena persatuan dengan Kristus merupakan hal terpentig yang menekankan keselamatan oleh iman artinya penebusan Allah di dalam Kristus. Bengt Haegglund menjelaskan dalam bukunya: History of Theology bahwa Taurat dipelihara sebagai perintah Allah, yang kepadanya seluruh manusia terikat, bahkan berlaku juga di dalam persekutuan yang bam. Hal ini bertolak kepada pemahaman Luther yang menekankan bahwa hukum taurat adalah orang-orang yang di dalam dirinya terdapat kebenaran untuk memperoleh keselamatan, dengan menolak bahwa hukum taurat dianggap sebagai tolak ukur untuk mengejar kebenaran.

Kelompok lebih setuju dengan pemahaman Luther, bahwa tautan adalah setiap orang yang di dalam dirinya terdapat kebenaran untuk memperoleh keselamatan. Dalam topik menginterogasi dosa, seorang penganut Feminis yang bernama Hampson memaparkan bahwa penyebab dosa adalah struktur sosial dan budaya. Hampson sampai pada kesimpulan ini adalah dikarenakan adanya paham patriakal yang memebatasi kaum perempuan untuk berhubungan/bersosialisasi dengan sekitarnya.[9] Sehingga pérempuan hodi mcnjadi terpuruk dalam penderitaan. Oleh karena itu menurut Hampson melalui gerakan Feminis struktur sosial dan budaya itu bisa ditransfomaasikan dan dengan demikian mereka bisa menyelamatkan diri mereka sendiri. Kami kurang setuju dengan pendapat Hampson. tersebut karena keselamatan manusia adalah mutlak diberikan kepada manusia melalui kematian Yesus di salib.

Dan kami lebih setuju dengan pendapat Chakkarai yang menuliskan bahwa dosa bisa berasal dari banyak sekali kasus bahkan dari rasa ingin tahu manusia itu punya dosa bisa saja muncul. Oleh karena itu hanya Kristus sendiri, sang tabib sejati dapat memulihkan situasi patologis manusia. Kuasa untuk memulihkan ini berasal dari Kepribadian Yesus Kristus sendiri.25 Selain itu M.M Thomas menyatakan bahwa dosa tidak berasal dari benda-benda materi melainkan pemberontakan rohani manusia terhadap kedaulatan Allah. “Selain itu kami juga menyoroti tentang topic “menginterogasi juruselamat pria” dimana kaum Feminis tidak setuju dengan pemyataan bahwa Allah dan juruselamat itu adalah laki-laki. Mereka menyimpulkan, jika Allah adalah laki-laki, maka laki-laki adalah Allah oleh karena itu perempuam tidak perlu menjadi Kristen. Kami kurang setuju dengan pendapat ini arena dalam Roma 4:25 bahwa janji Allah akan keselamatan semua orang beriman,tanpa mengenal gender. Pada topic “beralih ke harapan” kami setuju dengan pendapat teolog feminism salib. Dalam peristiwa pertemuan Maria dengan Yesus Pasca kebangkitan para teolog Feminis salib menyatakan bahwa pertemuan itu bukan hanya mengembalikannya kc masa yang yang lama tetapi juga memberinya suatu kehidupan yang baru. SJ Samartha juga member pendapat yang serupa yaitu “melalui salib dan kebangkitan Yesus ada harapan akan kesempumaan, bukan kepulangan ke yang lama, melainkan menjadi ciptaan yang baru.

Selain itu pendapat kaum Feminis yang mempertanyakan apakah seorang juruselamat yang merupakan laki-laki akan menyelamatkan kaum perempuan?, dan apabila Allah adalah laki-laki maka kaum perempuan sebaiknya meninggalkan Kristen, untuk hal ini kami kurang setuju dan mengambil jawaban dari buku teologi siarah yang berisi bahwa peran seorang wanita dalam hidup Yesus sangatlah banyak, mulai dari pembuahan, mengandung Yesus, kelahiran dan masa kanak~kanak Yesus, masa pelayanan Yesus, kematian, penguburan dankebangkitanNya tidak lepas dari peran seorang wanita. Bahkan Yesus sendiri menganut paham universal dalam ajarannya [ Matius :48-50]. Universal disini bukan hanya dalamarrian kepada segala bangsa, tetapi juga pada semua golongan, ms, gender dan budaya.


IV KESIMPULAN

Dari pembahasan kami mengenai buku ini kami menyimpulkan :

l. Keselamalan diperoleh hanya melalui iman, yang aninya penehusan Allah hanya di

dalam Kristus.

2. Hukum taurat bukanlah tolak ukur untuk mengejar kebenaran, tetapi Taurat adalah setiap orang yang di dalam dirinya terdapat kebenaran untuk memperoleh keselamatan. Pemerintahan hanya berada di tangan Allah. Artinya Allah lah yang mengatur hal duniawi dan memrintah setiap orang beriman yang berorientasi pada kehidupan dan kesejahteraan tetangga. Gerakan feminist muncul di Amerika bagian Utara pada tahun l960 oleh Mary Daly. Tokoh-tokoh feminis yang terdapat dalam buku ini antara lain Valerie Saiving, Mary Daly (ibu gerakan feminis), Judith Plaskow dan Hampson. Gerakan feminis ini muncul karena adanya ketidak adilan pada kaum wanita dalam sistem patriakal. Menurut kaum feminis perempuan terpenjara dalam sistem patriakal ini clan harus dibebaskan sehingga wanita memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam hubungan dengan orang lain. Tujuan utama munculnya gerakan Feminis adalah untuk menghapuskan budaya-budaya, dan aturan-aturan sosial yang membatasi kebebasan kaum wanita. Kaum Feminis berusaha menonjolkan peran wanita dalam Alkitab yang menurut mereka selama ini seakan ditutup-tutupi agar tidak muncul ke permukaan Dalam buku lni, kaum Feminis juga mempenanyakan gender seorang juruselamat manusia. Selain itu mereka juga mempertanyakan apakah kaum perempuan juga ikut diselamatkan. Jika memang kaum perempuan ikut diselamatkan mengapa masih ada pembatasan-pembatasan terhadap kaum perempuan.



[1] Deanna A. Thompson, Cross The Divide: Luther, Feminism,and The Cross, (Augsburg: Fortreeg Pubiishgr, 3004),Hal. 3-4.
[2] Deanna A Thompson, Cross The Divide, Hal. 8-9.
[3] Deanna A. Thnmpson, Cross The Divide, Hal. 26-28
[4]Deanna A. Thompson, Cross The Divide, Hal. 32-35
[5]Deanna A. Thompson, Cross The Divide, Hal. 4346
[6] 1° Deanna A. Thompson, Cross The Divide, Hal. 69-71
[7] Deanna A Thompson, Crossing The Divide, Hal 108-111.
[8] Deanna A Thompson, Crossing The Divide, Hal 139-151.
[9] Deanna A Thompson, Crossing The Divide, Hal 153-155.

Comments

Popular posts from this blog

(LX. SAKRAMEN BAPTISAN DI HKBP)

SAKRAMEN BAPTISAN DI HKBP  I. Pendahuluan             Baptisan merupakan salah satu sakramen yang diperintahkan oleh Yesus sendiri dalam Amanat AgungNya. Oleh karena itu gereja melayankan baptisan sebagai salah satu sakramen bagi orang percaya.             Kata “baptis” berasal dari Bahasa Yunani, “baptizo” yang artinya: mencelupkan ke dalam air ataupun memasukkan ke dalam air. Pemandian ke dalam air baru menjadi “baptisan” apabila dilaksanakan dengan upacara seremonial yang khusus. [1] Baptisan yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus, yaitu baptisan yang berlaku di tengah-tengah gereja, bukan hanya menunjuk pada Kerajaan Allah yang masih akan datang, melainkan menjadi bukti dan mengukuhkan perwujudan atas kedatangan Kristus ke dunia. [2] HKBP sebagai salah satu gereja Tuhan di Indonesia mengakui dan melayankan Baptisan Kudus sebagai salah satu sakramen di samp...

(LXXVI. MENGENAL PDT. DR. SOUNTILON MANGASI SIAHAAN DAN PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TEOLOGISNYA)

MENGENAL PDT. DR. SOUNTILON   MANGASI SIAHAAN DAN PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TEOLOGISNYA [1] 1. Biografi             Pdt. Dr. Sountilon M. Siahaan lahir pada tanggal 7 April 1936 di desa Meat-Balige, sebuah desa di tepian Danau Toba. Setelah tamat dari SMA Negeri Balige 1956, beliau melanjutkan belajar ke Fakultas Teologi Universitas HKBP Nommensen dan selesai tahun 1961. Menikah pada 26 Agustus 1961. Sejak tahun 1961-1963 beliau bekerja sebagai Pendeta Praktek dan sekaligus sebagai Pendeta Pemuda/Mahasiswa HKBP Ressort Jawa Tengah yang berkedudukan di Yogyakarta. Ditahbiskan sebagai Pendeta HKBP pada 1 Juli 1962.             Beliau selanjutnya tugas belajar ke Universitas Hamburg pada tahun 1963 dan memperoleh gelar Magister Teologi pada tahun 1967 dan meraih gelar Doktor Teologi (Cum Laude) pada tahun 1973 dengan disertasi yang berjudul Die Konkretisierung ...

(XXXI. TAFSIRAN HISTORIS KRITIS MAZMUR 23:1-6)

Tinjauan Historis Kitab Mazmur 23:1-6 Oleh " Rahman Saputra Tamba " BAB I Pendahuluan             Nama kitab ini dalam LXX adalah Psalmoi [1] . Alkitab bahasa latin memakai nama yang sama. Kata Yunani (dari kata kerja psallo yang artinya “memetik atau mendentingkan”). Mula-mula digunakan untuk permainan alat musik petik atau untuk alat musik itu. Kemudian kata ini menunjukkan nyanyian ( psalmos ) atau kumpulan nyanyian ( psalterion) . [2] Dalam bahasa Ibrani ada kata mizmor yang artinya “sebuah nyanyian yang dinyanyikan dengan iringan musik”, namun judul Kitab Mazmur dalam bahasa Ibrani adalah [3] tehillim yang artinya “puji-pujian atau nyanyian pujian”.             Dalam Alkitab Ibrani, Kitab Mazmur terdapat pada awal bagian Kitab-kitab. Para nabi menempatkan sebelum Kitab Amsal dan tulisan hikmat lainnya, dengan alasan bahwa kumpulan tulisan Da...