“Crossing The Divide” by Deanna A. Thomson
Oleh : Rahman Saputra Tamba
2.1.1. Pemahaman Tentang Teologi Luther
Pada
tahun l5 I8, Luther mengemukakan visi teologinya yang dimulai dan berakhir
hanya berpusat pada Salib Kristus. Yang disebut dcngan Teologi Salib, yang
artinya pengetahuan Ahab terletak pada Kristus yang disalibkan. Kedatangan
Luther dengan teologinya mengakibatkan reformasi yang mengubah pola pikir umat
pada saa! itu,[1]
terutama di bagian Empa pada abad pertengahan Luther memahami Alkitab dengan
kesegaran dan dinamisme yang bagi
kekuatan firman
Tuhan lah yang dapat mengubah eksistensi manusia dalam memahami vigi ban teologinya.
Luther menekankan bahwa seluruh
hidup dan di indahkan harus sesuai dengan kehendakTuhan,
oleh karenanya Luther menentang tidak hanya terhadap para pemimpin-pemimpin
aiau lembaga-lembaga pada saat itu,
tetapi juga
terhadap teologi
yang berkembang
menjadi Kristen pada abad pertengahan itu sendiri.[2]
Luther
menemukan beberapa elemen citra mislis dengan menarik dan memasukkannya ke dalam visi
hidupnya yakni sella
dalam menanggapi Salib
Kristus. Dia mcnjaga
jarak dari visi mistik persaluan dcngan Krislus yang ilahi yang lebih condong kearah bahasa dan citra mistik John Tauler,
dengan memuji
tulisan-tulisannya tentang
keniscayaan
penderilaan dalam kehidupan Iman.
Tauler dan penulis
mistis lainnya mengajarkan Luther akan bahasa pengabdian spiritual. Persatuan
dengan Kristus mcrupakan hal terpenting dalam visi baru Luther dalam konsep
mistik. yang menekankan keselamatan oleh iman artinya penebusan Allah di dalam Krisms.
Dalam penelitian Alkitab nya bergantung secara eksplisit pada pemahamannya
tentang orang benar akan hidup oleh iman. Dengan menekankan bahwa pemahaman
tentang Firman Allah melalui Alkimb tidak menclptakan tindakan moral tertentu, tetapi menciptakan hubungan yang
baru dengan Allah berdasarkan iman.
2.1.2.
Kontroversi Awal
Tahun
l5l7, Luther menentang banyak ajaran utama dalam pendekatan skolastik untuk teologi,
yang mempunyai pemahaman bahwa orang-orang mampu mencapai keselamatan hanya melalui
upaya moral mereka sendiri. ltulah sebabnya Luther menegaskan bahwa tldak ada kebajlkan
moral tanpa dosa (Tesis 38). Dengan interpretasl baru dari firman Allah, Luther memanggil gereja supaya kembali ke perjumpaan
dengan Allah hanya melalui finnan-Nya.“ Pada abad pertengahan, gereja menerapkan
indulgensia kepada jemaat dengan menawarkan mereka kepastian bahwa hutang
mereka akan dosa telah dibayar. Itulah sebabnya pada tahun I517, Luther
mengkritik
hal itu dengan terus
memberitakan visi baru teologisnya
ke
suluruh
jemaat. Namun Dominikan di Roma pada saat im secara resmi menolak ajaran Luther
tersebut, tetapi
pada akhimya dengan apa yang dicapainya di Heidelberg menggarnbarkan bahwa senrang
teolog salib harus blsa menanggapi kuasa dari transformasi salib.[3]
2.1.3.
Menggambarkan Kondisi Manusia
Pendekatan konvensional untuk membuat
sketsa lintas teologi Luther berfokus pada tcsis (terutama tesis l9, 20, 2l,
dan 24), dimana Luther menggunakan istilah teolog (atau teologi) dari salib.
Luther memahami bahwa persatuan dengan Kristus berarti mengalami apa yang
dialami Kristus. Sebelum acla kebangkitan, maka terlebih dahulu harus ada
kematian. Tesis l8 menggambarkan bagaimana salib membawa kerendahan diri orang yang berdosa. Luther menyatakan bahwa sudah
pasti manusia hams bcnar-benar putus asa dari kemampuannya sendiri sebelum dia
siap menerima kasih karunia Kristus.
Seorang
teolog salib pertama
sekali harus mengalami keputusasaan sebelum merayakan kehidupan baru yang
ditawarkan dalam Kristus yang sudah bangkit.
Bagaimana seharusnya seorang yang berdosa
mengindahkan
dirinya dihadapan
Allah?
Luther
menunjukkan bahwa setiap
usana yang dilakuknn sebagai jalan manusia unggul mencapai kebenaran dihadapan Allah. Luther menekankan
bahwa hukum taurat adalah orang-orang
yang (dalam dirinya terdapat kebenamn untuk memperoleh keselamatan, sebaliknya
menolak bahwa hukum taurat dianggap
sebagai tolak ukur untuk mengejar
kebenaran).
Paulus menyebut hukum kematian karena berdiri sebagai hakim atas semua upaya
manusia untuk memenuhi tanggung jawab itu (Roma 8:2).[4]
2.1.4.
Salib Sebagai Kemenangan Tersembunyi
Berbicara
tentang iman, merujuk bahwa salib merupakan sebagai awai yang sebenamya dari
iman itu sendiri. Salib dalam pemahaman Luther lebih menekankan sepeni cermin,
bukan teori. Dari cermin
ini, kita kembali pada diri sendiri dan keluar dari dunia. Artinya salib lah
yang menerangi kebenaran yang keras dari kecaman dan anugerah kebenaran.
Teologi salib Luther lebih menekankan eksistensi manusia dalam terang salib
daripada tentang acara penyaliban itu sendiri.[5]
2.
2. Bab 2. Seluruh Dunia Hancur Karena Firman Allah
2.2.1.
Perjumpaan Luther dengan Firman
Allah.
Dalam
pemahaman Luther, dengan menghancurkan yang lama, yang memuliakan yang kuat
adalah satu-satunya cara manusia berdosa untuk melihat kehadiran Allah yang
tersembunyi dalam penderitaan dan berpakaian dalam daging Kristus. Setelah
Heidelberg, Luther memperluas serangannya terhadap para teolog kemuliaan. Dalam
bab ini dijelaskan bahwa visi teologis Luther mencegah sikap apolitis yang
menyeluruh. Selanjutnya setelah presentasi di Heidelberg, Luther hadir hadir
sebagai dampak nyata bagi kehidupan sehari-hari. Luther mempercayai bahwa teologi
mengandung visi kehidupan yang nyata.
2.2.2.
Jalan Yang Merujuk Kepada Reformasi
Dalam
perjalanannya mempresentasikan teologinya di Heidelberg, Luther di panggil ke Roma,
tetapi dia mengajukan banding dan pindah sidang ke kota Augsburg-Jerman Dalam penjelasannya
dari ke-95 Tesis nya, dia melanjutkan serangannya tidak hanya pada indulgensia tetapi
juga pada sejumlah praktek pengakuan umum yang tidak memiliki dasar dalam
Alkitab. Dalam tesis ini, Luther menerapkan teologi salib dan menentang
otoritas gereja, bahkan melakukan serangan langsung terhadap otoritas kepausan.
2.2.3.
Aku, Kau, dan Kristus
Melihat
keberadaan Kristen seperti yang dibentuk dan ditetapkan oleh salib dan kebangkitan.
Luther berpendapat bahwa pada masa Kristus itulah yang paling sederhana. Itu diartikan
sebagai bentuk protes Luther terhadap Paus yang memimpin orang-orang sejauh mungkin
dari baptisan menuju teologi kemuliaan yang membebani orang-orang dengan peraturan
dan persyaratan yang membuat mereka percaya bahwa keselamatan mereka berada di tangan
orang-orang
yang mengatur peraturan. Itulah
sebabnya Luther mengubah pola pikir
mereka bahwa keunggulan baptisan dan iman dibenarkan hanya melalui penebusan
karya Kristus di kayu salib. Luther mengemukakan pendamaian kepada Allah,
yakni: libatkanlah apa yang Tuhan lakukan bagi kita, bukan apa yang kita
lakukan bagi Tuhan. Luther melihat hanya Allah satu-satunya jalan yang mungkin
untuk menerobos dosa dan murka Allah yang berpusat kenmlu teologi salib, yakni
keselamatan yang merupakan realitas yang berakhir pada kebangkitan Kristus di
kayu salib
2.2.4.
Dua alam (Dua Kerajaan)
Tahun
I523, Luther memperkenalkan dua alam (dua kerajaan) dengan desakan hahwn Allah
berdiri sebagai penguasa kedua. Oleh karena itu, manusia tidak ada tubuh dalam
rnnuhyang terpisah dari Allah. Menurut Luther tidak ada bidang kehidupan di
luar lingkup Allah. Lagi orang Kristen sejati akan selalu tetap dalam minoritas
dalam suatu masyarakat tertemu dan sementara lnjil tidak dapat memerintah dan
memelihara kehidupan masyarakat.
Pemerintahan berada di tangan Allah. Yakni Allah
mengatur duniawi dengan tangan kiri-Nya dan tangan kanan-Nya memerintah dimana
orang-orang beriman yang berorientasi pada kehidupan dan kesejahteraan
tetangga. Sementara
pemikiran Luther dalam dialektis seperti adat, dia mengakui dalam risalah yang
bagi banyak orang Kristen, realitas eksistensial hidup secara bersamaan sebagai
warga dari lnedua alam sering disertai kebingungan. Luther berpendapat bahwa
paradoks ini secara akurat mencerminkan kehidupan orang Kristen yakni
ketegangan antam penciptaan, dosa, rekonsiliasi, dan pemenuhan adalah
pendamping sehari-hari bagi siapa pun yang mencoba untuk menjalani kehidupan
beriman Kristen.[6]
2.2.5.
Kembali ke Politik
Pada
akhir 1530, dengan dorongan dari Philip dari Hesse, Luther menulis peringatan unruk
orang-orang Jennan yang terhormat itu, menyuarakan dukungan untuk Protestan. Di
peringatannya, Luther membahas pembaca lebih hati-hati pada awalnya, dia mulai
risalah dengan kalimat "Dengan asumsi tidak ada Tuhan." Sebagai untuk
mengingatkan para pembacanya bahwa teolog ini mengarungi ke sipil dan hukum.
Dia cepat mengaku bahwa beratnya hati nuraninya sebagai seomng pendeta ,
seorang "corong firman
Allah, untuk perang nasihat. Tapi Luther segera membedakan seruannya untuk
evangelis untuk melawan dalani bentuk pembelaan diri. Dari posisi pemberontak
dipegang oleh kaum revolusioner petani sepeni Thomas Mimlzer. Dia adalah seorang pemberonmk yang
menolak untuk tunduk kepada pemerinlah dun hukum. Bergerak
melalui risalah, namun, kami melihat bahwa argumen Luther lebih dari sekcdar
sipil atau hukum. Dia menyatakan bahwa tidak hanya Jerman diizinkan untuk melawan kaisar mereka
berkewajiban untuk melawan dalam pertahanan Injil. Luther mengingatkan orang
bahwa dalam baptisan mereka "bersumpah untuk melestafikan lnjil Kristus dan
tidak menganiaya alau menentangnya. Luther dan banyak orang lain telah
mempertaruhkan nyawa mercka untuk reformasi, dan sekarang ia enggan menerima
bahwa perlawanan bersenjata mungkin dipcriukun untuk mempertahankan keuntungan
mereka.
2.2.6.
JANJI KRSITUS
Luther
menghabiskan tahun-tahun terakhimya sebagai konselor untuk pangeran. Dalam peran
humas dalam pelayanan kepada gerakan keagarnaan. Dalam peran ini Luther menulis
sejumlah traktat polemik, beberapa
di antaranya akan dibahas pada akhir bab ini. Selama periode yang sama, namun,
Luther juga memproduksi salah satu prestasi paling signifikan dari tahun-tahun
terakhirnya: ceramah yang luas tentang kitab Kejadian, ditulis antara I536
sampai akhir hidupnya di 1547. Martin Brecht mengamati, (ceramah Luther) mencerminkan
panisipasi dalam perkembangan, masalah, dan konflik pada dekade akhir hidupnya.
Teologi-nya terus terjalin dengan masalah pada zamannya. Tapi penama-tama mari kita
mempertimbangkan pendekatan Luther terhadap Kitab Suci pada umumnya dan
Perjanjian Lama secara khususnya. Seperti tercantum dalam bab I, Luther meninggalkan penafsiran empat kali lipat skolastik untuk Kitab Suci
dalam awal karimya. Hanya ada satu iman. Iman
mereka adalah dijanji-janji Allah, janji-janji yang sama di mana orang-orang
yang datang setelah percaya pada Kristus. Janji-janji Allah kepada semua orang beriman
yang percaya ditemukan dalam Roma 4:25 bahwa "tanpa keraguan Kristus mati
untuk dosa-dosa kita dan bangkit kembali untuk pembenaran dan hidup kita.
Luther
memahami janji Kristus dalam tiga bentuk: penama. Janji kedatangan Kristus
dalam bentuk daging; kedua, kedatangan Kristus dalam jiwa pendengar; dan
akhimya, dari eskatologis kedatangan Kristus pada
akhir zaman. Melalui penafsiran Alkitab tentang Perjanjian Lama, Luther juga
menolak kcasyikan abad pertengahan dengan imitasi Kristus. Bukan fokus pada identifikasi antara umat Kristen dan umat
Perjanjian Lama.”
2.2.7
Penyaliban Musuh
Luther
menggambarkan Yahudi sebagai teladan yang ketidaktaatan. Meskipun Luther mengaku
bahwa doktrin utama teologi adalah "bahwa Allah adalah Allah dari Yahudi
dan bangsa-bangsa lain, kaya terhadap semua, ia segem menarnbahkan bahwa karena
kesombongan mereka, orang-orang Yahudi kehilangan janji mereka. Luther telah
mengadopsi sikap yang lebih berbelas kasih terhadap orang-orang Yahudi,
mengakui bahwajika ia telah diperlakukan dengan cara di mana orang-orang
Kristen telah memperlakukan Yahudi. Luther berharap pendekatan ini akan
menghasilkan konversi besar untuk Kristen. Tapi ketika konversi massa gagal
terwujud, Luther melanjutkan itensif.
Menjadikan Yahudi sebagai musuh setara dengan musuh yang lain, terutama
kepausan.
Dalam
sikap Luther terhadap erang Yahudi, ia mulai di mana terlalu banyak orang
Kristen telah mulai dengan klaim tentang tanggung jawab Yahudiatas kematian
Kristus. Luther menegaskan bahwa Yahudi
tetap di bawah Dewa murka karena mereka membunuh Kristus dari kedengkian mumi. Bertram
menulis, ini tidak berarti bahwa Yahudi lebih berdosa daripada orang Kristen Namun,
Luther secara konsisten menekankan sifat berdosa umum semua manusia. Yahudi dan
Kristen. Luther percaya pada "solidaritas bersalah" antara Kristen
dan Yahudi 1 penderitaan umum di bawah murka Allah. Teolog salib memancarkan
kerendahan hati. Dengan alasan bahwa "sulu tanggal tidak menganggap Allah
sebagai begitu kejam bahwa ia akan menghukum umatnya sendiri begitu lama,
sehingga tanpa ampun, tetapi di samping itu tetap menghibur mereka dengan
perbuatanNya. Siapa yang akan memiliki iman, harapan dan cinta terhadap Tuhan sepenuh itu? Luther membaca dari Alkitab dan
mendorongnya untuk menyimpulkan: melihat fakta-fakta di depan mata kita, dan
mereka tidak menipu kita. Allah menentang Yahudi; Oleh karena itu, harus jadi
Kristen. Beberapa sarjana menunjukkan bahwa serangan verbal Luther pada orang-orang Yahudi tidak lebih
berbisa daripada yang ia diluncurkan pada musuh yang lain seperti Papists.
Edwards menegaskan bahwa penilaian kami tulisan Luther tidak sclulu mengungkapkan
wama teologisnya benar. Namun prasangka terhadap Yahudi dalam tulisan- tulisan
Luther, Luther disangkal mewarisi dan mereproduksi sentimen anti - Yahudi pada zamannya.
2.2.8
Feminis menginterogasi Luther
Pada
tahun I960 berkembang sebuah pandangan kaum Feminis. Valerie Saiving berani menempati
ruang yang sebelumnya tak terlihat pada batas dari pemikiran Kristen dan
praklek dimana ia berdiri. Para wanita pengikut Saiving secara bertahap naik
akses pendidikan teologi
fonnal dan secara bersamaan dipengaruhi oleh gerakan perempuan Amerika Utara
dari lahun 1960-an dan 1970-an. Mereka menghasurgerakan feminis reformasi yang
telah menanlung Kekristenan. Feminisme Kristen telah berkembang, telah
mempertajam analisisnya bentuk organisasi sosial untuk menghadiri segudang cara
di mana perempuan (dan laki-laki dun anak-anak yang menduduki anak tangga yang
lebih rendah dari tangga hirarkis) menderitn di bawah kekuatan yang menindas.
Terlihat kenyataan bahwa kebanyakan wanita mengalami seksisme dalam hubungannya
dengan bentuk-bentuk penindasan-ras, etnis, ekonomi, seksual, agama. Feminisme Kristen
dari pertengahan abad ke
dua puluh awalnya yang terlihul kebanyakan berkulit putih, kelas menengah,
berpendidikan tinggi.
2.2.9
Reformasi feminis dan Pemberontakan
Meskipun
karakter semakin multivalent dari visi leologi feminis, tipologi dua arah yang dikembangkan
di 1970 oleh Carol
Kristus dan Judith Plaskow terus melayani sebagai descriptor yang berguna untuk
refleksi teologi femini. Carol dan Plaskow membedakan antara aliran revolusioner dan
reformis teologi feminis. Sementara kedua alimn mulai dengan mcngkritisi lapisan
penindasan tradisi Kristen. Daly, ibu revolusioner teologi feminis, menegaskan
bahwa "Jika
Allah laki-laki maka laki-laki adalah Allah”. Jika wanita ingin melihat diri mereka
tercermin dalam ilahi
dan dengan demikian diperlakukan hormat dalam tradisi agama, sehingga argumen itu, perempuan harus meninggalkan
Kristen.
Hampson
setuju dengan pendapat Daly menyatakan “Tugas revolusioner feminis adalah untuk
mengartikulasikan teologi yang pada wanita dan tidak diragukan lagi penebusan
bagi perempuan. Sementara feminis relin-inis
berbagi di banyak kritik revolusioner, mereka juga
percaya bahwa tradisi yang sama yang menintindas
dan dikecualikan wanita mampu memberitakan inklusif, membebaskan keselamatan untuk mereka.
Schussler
Fiorenza berpendapat bahwa jika kaum feminis akan mendekati salib, mereka harus
mengulang-ulang
dalam bingkai yang berbeda, yang berarli mereka mengontekstualisasikan refleksi feminis pada penderitaan
Yesus dan menyeberang dalam politik
yang berbeda makna. Ini adalah tantangan serius untuk mereka yang berusaha
untuk merebut kembali visi teologis dari seorang teolog laki-laki yang tinggal
dengan dekat. Untuk sebagian besar feminis, kelelakian Yesus menyajikan
sejumlah masalah berat,
mulai dari apakah penyelamat laki-laki dapat menyelamatkan perempuan untuk
keganjilan yang dirasakan membayangkan perempuan dalam gambar Kristus, dan
kemudian di gambar Allah. Ketidak setiaan pada salib memaksa kita untuk
bertanya, dalam menghadapi sejarah salib yang telah rusak, haruskah mereka
tidak bertobat dari kekerasan itu telah dibenarkan dan mencari simbol alternatif ? sementara banyak feminis memilih
atau mencari simbol alternatif
karena lebih hidup daripada mempromosikan salib, kita tidak bisa mengabaikan
kenyataan bahwa salib tetap tertanam dalam Kristen."
2.2.10.
Interogasi tentang dosa
Valerie
Saiving berpendapat bahwa keterbelakangan atau negasi dari diri adalah dosa wanita, daripada kebanggaan atau
kehendak untuk berkuasa. Plaskow tidak menyangkal legitimasi Lutheran “Diri berbalik
pada dirinya sendiri” sebagai
deskripsi dosa manusia. Sebaliknya, dia melihat masalah dengan gagasan ini sebagai
kurangnya kesadaran. Dosa adalah produk dari pengalaman sosial. Ketika pengalaman
sosial perempuan yang serius, Plaskow menjelaskan, bahwa faktor sosial dan
budaya patriarki mendorong perempuan untuk hidup mengorbankan diri. Sederhananya,
Plaskow berpendapat bahwa dosa berasal dari struktur budaya dan sosial. Oleh karena
itu. Anugerah dalam kehidupan perempuan harus datang melalui transformasi struktur sosial dan budaya
cacat yang membatasi kemampuan wanita untuk mengembangkan
rasa nya diri.
Hampson
menegaskan perempuan bisa mengalami transformasi tersebut melalui hubungan
dengan orang lain. Dan karena feminisme dapat membantu wanita (dan laki-laki) mengaktualisasikan mereka yaitu
potensi hubungan yang benar dengan orang lain. Hampson percaya feminis tidak
memiliki kepentingan dengan Kristen, khususnya dalam bentuk Lutherannya. Mereka
dapat mengubah struktur yang menindas dan mencapai keselamatan mereka sendiri melalui
hubungan yang benar dengan orang lain. Luther menulis bahwa wanita akan cocok dengan
peran hanya sejauh ia mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari subjek
maskulin, sementara debat terus apakah perbedaan gender bawaan atau sosial
budaya?
2.2.1
1 Dialog antara Luther dan Feminis
Karena
iman tidak menghilangkan keberadaan dosa, Luther menyatakan, ujian dan cobaan
dan godaan benahan
sepanjang hidup. Jelas, kehidupan
perempuan bukan tanpa cobaan. Feminis sepenuh Hampson menegaskan bahwa perempuan
memiliki kekuatan untuk mengatasi cobaan yang mengintai dalam hubungan, dan
mereka dapat menengahi perdamaian antara pihak yang bertikai, dan bahwa mereka
mendapat cara yang tepat untuk berhubungan dengan orang lain. Demonstrasi Hampson bagi perempuan untuk "klaim
kekuasaan" dalam
masyarakat, dan kemudian model untuk arena publik dengan cara yang berbeda
dengan berinteraksi adalah salah satu yang akan mengubah struktur sosial patriakal.
Teolog
feminis juga benar ketika mereka menyatakan bahwa lembaga-lembaga sosial dengan
(hetero) sejarah seksis-sepeni pernikahan
bisa memperoleh keuntungan dari melihat hubungan perempuan sebagai model untuk
interaksi manusia. Namun, jika kita
tidak berhati-hati, pernyataan
seperti ini dapat berkontribusi pada teologi kemuliaan yang keliru, sekaligus
mengangkat keterampilan relasional perempuan, seorang teolog salib juga harus
menegaskan realitas cobaan dan godaan dalam kehidupan perempuan, mengakui bahwa
bahkan kekuatan hubungan dapat juga merusak. Kesaksian Purvis yang meminjamkan
kepercayaan salib berpusat pada penegasan bahwa semua manusia terjerat dalam
lingkup dosa dan terus mengalami godaan. Wanita tergoda untuk berbuat dosa
melalui penyalahgunaan kekuasaan , dan mereka menjalani eobaan, dan hubungan akan
terluka. Kekhawatiran duniawi perlu mati disalibkan agar menjadi yang baru. Dalam hal teologis kontemporer, diri
perempuan perlu dibebaskan dari harapan patriarkal bahwa mereka mengorbankan
sendiri atas nama orang lain, atau dari asumsi teologi kemuliaan bahwa mereka
mampu, berkolusi dengan perempuan lain, penyembuhan semua hubungan yang rusak,
mempertahankan semua yang sehat dan memelihara semua orang yang membutuhkan
Em.“
2.2.12.
Menginterogasi J uruselamat Pria
Jika
feminis mempertanyakan identitas laki-laki dari konsep dosa Luther, tidak mengherankan
bahwa mereka juga mempertanyakan makna kelelakian Yesus itu. Elizabeth Johnson
berpendapat bahwa argumen tertentu yang hanya laki-laki menanggung citra
Kristus, gambar Krisrus - didasarkan pada antropologi dualistik yang
menempatkan perempuan dan laki-iaki dalam oposisi. Mary Daly tiba di klaim
bahwa "Jika Allah laki-laki maka laki-laki adalah Allah. Perspektif
seperti melandasi seluruh hirarki gereja patriarkal, dan juga merusak keselamatan
perempuan . Untuk apa wanita menempati dalam visi Kristen jika jalan mereka untuk
hidup kekal dengan Allah melalui penyelamat laki-laki? Kesaksian dari perempuan
juga membuktikan kemungkinan untuk memperluas hubungan emosional dan spiritual
perempuan Sekarang saatnya untuk beralih ke Luther, bertanya, apa peran yang
dilakukan penyelamat laki-laki di teologinya salib?
2.2.13.
Dialog feminis dan Luther
Luther
mendesak kerendahan hati dan kasih Kristen. Ketika berkaitan dengan Yahudi, Kristen
mengingatkan bahwa Yahudi adalah kerabat darah Kristus di samping itu, Luther menujukan
pertanyaan dari kelelakian Yesus ketika ia menyatakan laporan Yesaya: "perawan
harus melahirkan seorang putra dan bukan putri. Bagi Luther, kesinambungan
Yesus dengan warisan YahudiNya diungkapkan melalui identims laki-lakiNya.
Menurut Luther, Kristus tidak mendikte dengan cara terarur bagaimana orang
Kristen harus bertindak; memang, Luther sekali menyindir, "Jika kita
terbatas pada apa yang Kristus lakukan, tidak ada yang bisa hidup di dalam
Kristus, atau memiliki Kristus" berdiam di dalam kita. Maksud Luther,
bahwa panggilan untuk semua orang Kristen adalah untuk melayani yang disekitarnya.[7] menghasut
sebuah "pemberontakan mulut" melalui
khotbahnya. Dan
dengan cara ini
harus ditiru sebagai model untuk reformasi
spiritual dan religius."
2.2.14.
Menjadi seorang teolog feminis salib
Menjadi
seorang teolog feminis salib berarti belajar bagaimana hidup dalam pengharapan.
Menjadi seorang teolog feminis salib melibatkan kckuatan Luther seruan
"Tidak!" terhadap teologi kemuliaan yang mempromosikan jawaban mudah,
optimisme lancar, atau Tuhan yang kehadirannya terlalu cepat dan terlalu
definitif diidentifikasi.
Iman tidak mengubah kondisi manusia
dengan satu gerakan, sebaliknya hubungan baru dengan kondisi yang diciptakan oleh
iman. Namun seorang teolog salib tahu bahwa lnjil tidak dapat pro mengklaim
tanpa penama mendengar penilaian negatif dari hukum. Feminis mengkritik
pembicaman penderitaan Yesus dan kematianNya sebagai hal yang unik dengan
alasan bahwa hal itu tentu mengurangi makna dan realitas menderita dari manusia
riil lainnya . Tapi apakah petunjuk keunikan penderitaan Yesus selalu
merendahkan penderitaan orang lain? Sementara
seorang teolog feminis salib akan membedakan antara korban dari Yesus (sebagai
salah satu sekaligus keunikan ilahi dan manusia dan semua penderitaan manusia lainnya,
saya juga ingin melakukannya secara dialektis, memegang balk bersama-sama dalam
ketegangan pemersatu. Seorang leolog feminis salib menginterpretasi perempuan
seperti yang diperkosa di setelah mengantar sampah. Aku berbaring di sana,
bertanya-tanya apakah dia akan kembali dan membunuh saya, " dia ingat,
saat ia berbaring di tumpukan sampah, terluka dan berdarah dan bertanya-tanya
apakah dia akan dibunuh, dia memiliki visi Yesus sebagai seorang wanita disalibkan
yang mengatakan kepadanya dari salib, saya tahu apa yang anda derita, Sebagai
diri yang tumbuh dalam dunia moral, saat ini juga klta melihat di salib Kristus
penama dan terutama diri kita tergantung dengan atau bersama Dia, tapi
orang-orang yang melukai kita dan sakit hati, sadar atau tidak sadar, sengaja
atau tidak sengaja, sebagai bagian dari keberadaan kita di dunia yang
berkurang. Pertanyaan apakah Tuhan mengirimkan penderitaan seperti tes iman
memimpin teolog feminis salib jauh dari ketakutkan yang tersembunyi, Allah
pencipta kembali ke Allah misterius terungkap
dalam penderitaan, penyembuhan dengan kehadiran salib dan kebangkitan Kristus.[8]
2.2.15.
Beralih ke Harapan
Jadi,
sementara hubungan penindas - korban membutuhkan perhatian yang cermat dan berkelanjutan,
tragedi yang misterius muncul dari keberadaan fisik yang terbiasa mengarahkan kita kembali ke narasi
Alkitab dan pertemuan firman
kebangkitan dengan Kristus yang bangkit. Maria Magdalena, pengikut Yesus yang
hadir pada saat kematiannya, penguburannya, dan pemakamanNya, adalah yang
pertama bertemu denganNya setelah bangkit. Dia sangat terkejut dan kebingungan
setelah menemukan makam kosong. Maria bertemu orang asing, yang bertanya, Wanita,
mengapa anda menangis? siapa yang Anda cari ? Dengan asumsi dialah menjadi
tukang kebun,
Maria bertanya apakah dia tahu keberadaan luhuh Ycsus. Tetapi Kristus yang
bangkit kembali, waktu memanggilnya "Maria"
Mendengar namanya, Mary berbalik, dan dia segera mengaku. Pertemuannya dengan
Kristus yang bangkit liduk berbicara apa-apa tentang pengkhianatan Petrus:
tidak pengakuan dosa oleh Maria atau pengampunan
dosa oleh Yesus mendominasi
momen ini. Dalam mengakui Kristus tidak hanya sebagai salah satu yang disalibkan tetapi juga sebagai
Kristus yang menyembuhkan ( lih Luk 8 : 1).
Untuk
teologi feminis salib, pertemuan Maria dengan Kristus mcmbanlu mcmbcntuk pembahasan
penderitaan. Ini
menunjukkan bahwa celah masih berlanjut, keanehan tempat; namun dalam panggilan Kristus kepada
Maria oleh pertemuan itu tidak hanya memberinya kembali masa lalunya, ia juga memberinya masa depan di mana itu
menjadi mungkin untuk hidup sezaman
berbeda dibandingkan jika penyaliban adalah akhir cerita. Memang seperti
yang dicerminkan
dalam
Alkitab, pertemuan ini menawarkan potret hidup dari apa yang Luther alami sebagai
karunia iman dan kebebasan untuk hidup mengubah keberadaan. Bagi Luther, hari dimasa disalibkan
dan kebangkitan Kristus harus dialami setiap hari dalam kesekuralan
iman dan
naik ke suatu yang baru.
Kita perlu mati setiap hari untuk diri obsesi kila semliri, dengan rasa sakit yang mengancam
menenggelamkan kita, dan kita perlu bangkit dengan Krishna keliku kita diberi panggilan yang
mendorong kita ke kedalaman keberadaan duniawi. Kita dipanggil, diampuni, dan diberikan sebuah
panggilan. Panggilan ini, bagaimanapun, "bukan hanya untuk hidup dalam kesadaran
kebahagiaan yang dimiliki setelah diampuni. Pengampunan justru memiliki arti yang mendalam dan taat
pada hubungan dengan Tuhan
atau dengan mnmnsill lainnya. Pengampunan yang berasal dari Kristus menunjukkan
bahwa jika kitu lcrlihnl dnlmn kekerasan salib. Pekerjaan Allah yang
menyelamatkan tidak terplsah dari karya Allah dalam dun mclnlui penclptaan;
Oleh karena itu, kita dibebaskan untuk hidup dibenarkan. Adanya harapan di lmum
kita berada di dunia. Dalam tesis penutup dari perdebatan Heidelberg, Luther berbicara tentang, bagaimana, setelah mati dan dibangkitkan bersama
dengan Kristus, kita dibebaskan untuk melihat ke hidup Yesus sebagai "stimulan"
tindakan yang penuh kasih di dunia. Beralih
lagi untuk narasi
Yohanes, di mana kita mendengar Yesus meletakkan hidupnya untuk saudaranya,
kita melihat bahwa narasi Johanes itu tetap hidup dengan mcnggalnhnrkun persahabatan,
dan berisl perintah-perintah yang diberikan oleh Yesus kepada saudara-saudara untuk "saling mengasihi
karena Dia telah lebih dulu mengasihi" (15:12
).
2.2.16.
Mewujudkan Kristus: Persahabatan
sebagai seruan Kristen
Hidup di ruang terbuka dengan justifikasi
yang diberikan melalui kematian Kristus dun kebangkitan berarti hidup dalam
kebsbasan. Dipanggil untuk berhubungan dalam sznu kupul dengan orang lain di
dunia. Panggilan
menyiratkan hidup sepenuhnya dalam batas-bums dunia ini. "Luther menulis” Iman menemukan ekspresi dalam karya
pelayanan, dilakukan dengan
riang
dan penuh cinta sena tanpa mengharapkan imbalan. Luther percaya, kebebasan hcmrli untuk Kristen dari belenggu
otodtas sena kebebasan untuk melayani semua tanpa mencari jasa. Di sisi lain, semenlara gereja-gereja
dan orang-orang beriman mengusulkan kasih Kristus dengan merangkul scperti
pelayanan sosial, orang-orang dan tubuh gereja sering rugu untuk memperjuangkan
perubahan sosial atau untuk memobilisasi pada isu-isu keadilan.
Teolog
feminis salib mengikuti pergeseran Yohanes dari "hamba" menjadi
saudara. Yesus memuji murid-muridnya
akan pemahaman baru mereka tentang hubungan denganNya: "Aku tidak menyebut
kamu lagi hamba, tapi saudara. Pergeseran linguistik pada akhimya mempengaruhi pemahaman
panggilan dalam visi. Seorang teolog feminis salib menghargai karakter subversive
persahabatan sebagai gambaran untuk panggilan dalam konteks kontemporer kita.
Sepem Mary menyarankan, "Setiap orang memiliki teman, tapi dengan membaca
teologi kontemporer seseorang tidak akan pernah tahu mengapa citra persahabatan telah
begitu diabaikan dalam refleksi teologis. Meskipun mengabaikan ini, teologi
feminis salib melihat persahabatan sebagai gambaran mendalam untuk panggilan
Kristen. Di masyarakat yang merendahkan hubungan dengan label mereka
"hanya beneman",
gambar ini bisa mengungkapkan kehadiian Allah yang tersembunyi dengan melalui
cara biasa dan hubungan biasa. Untuk memahami panggilan Kristen, kita harus memeriksa
apa arti narasi Yohanes tentang persahabatan yang diwujudkan oleh jesus. Sekali
lagi, panggilan dipahami sebagai persahabatan mungkin tampak tidak memadai
untuk mengatasi akar penyebab atau memobilisasi untuk pertempuran melawan ketidakadilan.
Setelah
semua, Martin Luther King bersikeras bahwa Amerika hitam tidak harus seperti
Amerika putih untuk mencintai
mereka, dan untuk bekerja dengan mereka dalam membangun masyarakat yang adil. Sallie
Mcbague mengamati, tidak pertama dan terutam identitas umum, tetapi visi bersama
yang memacu dialog dan aksi. Selain itu, karakter timbal balik persahabatan
bekeija melawan godaan (umum di kementerian layanan) untuk memahami manlaat
melayani orang lain dengan cara yang searah. Selanjutnya, penggunaan istilah
"saudara" dalam Injil Johanes menekankan karakter usaha persahabatan
Kristen, dan itulah panggilan Kristen. Kristen dipanggil untuk menyatu dengan
orang lain dalam tubuh Kristus, lebih eksplisit, orang Kristen dipanggil untuk
menjadi gereja. Menariknya,
teolog feminis baru-baru ini menyerukan Gereja memahami dirinya sebagai komunitas
teman, visi yang dibangun di atas ayat-ayat Yohanes menginformasikan teologi feminis.
Koneksi ketat ada antara sakramen dan hubungan Yesus dengan saudara-saudaranya untuk
berbagi makan adalah ritual
tertua persahabatan, dan juga
merupakan ritual begitu mendasar bagi
Kristen.
Gereja
sebagai komunitas persaudaraan mengumpulkan tidak hanya untuk santapan rohani
dan materi yang ditawarkan oleh baptisan dan Perjamuan tetapi juga untuk mati
untuk pola kebcradaan lama dan bangkit dengan Kristus untuk hidup bam yaitu
kehidupan yang terorganisir oleh pengampunan dosa. Teologi feminis ini salib
merupakan salah satu upaya di persimpangan kesenjangan yang ada antara reformis
dalam tradisi Martin Luther dan reformis feminis kontemporer. Usaha baru teologis, gerejani, dan reformasi sosial dapat memprtemukan pemikiran
teologis ketika
kontemporer khususnya dalam
bentuk feminis -menemukan kembali revolusi Luther, berpaling dari teologi kemuliaan yang
terikat dengan dewa konstruksi kita scndiri dan beralih ke teologi Allah yang
tersembunyi di penyaliban dan kebangkitan Kristus.Buku ini hanya satu seruan
dengan banyak perbincangan yang memperkaya sumber tradisi. Kristen dan
tantangan-tantangan pemikiran kenabian pasukan teologi Feminis. Mari kita untuk
tidak melewatkan kesempatan ini untuk reformasi.
III.
TANGGAPAN DOGMATIS.
Paul
Althaus menjelaskan dalam bukunya: The Theology bahwa melalui Firman Allah memelihara
efektivitas struktur yang mengatur dunia. Artinya firman yang melakukan, bukan firman injil tetapi firman Allah
yang tersembunyi, mencipta dan memelihara. Ini bersamaan dengan pemahaman Luther
bahwa, dengan menghancurkan yang lama, yang memuliakan yang kuat adalah
satu-satunya cara manusia berdosa untuk melihat kehadiran Allah yang
tersembunyi dalam penderitaan dan berpakaian dalam daging Kristus.
Dr.
G.C. van Nifirik/Dr. B. L.
Boland menjelaskan dalam bukunya: Dogmatika Masa Kini bahwa tidak kurang dari
tiga perkataan yang digunakan di dalam pengakuan iman mcngcnai kematian Yesus,
yakni: Disalibkan-Mati-Dikuburkan. Rumusan ini menekankan sekuat- kuatnya bahwa
Yesus benar-benar telah mati di salib. Hal ini sangat berbeda dengan telogi Luther,
yang menekankan salib lah yang menerangi kebenaran yang keras dari kecaman dan anugerah
kebenaran. Teologi salib Luther lebih menekankan eksistensi manusia dalam terang
salib daripada tentang acara penyaliban itu sendiri. Kelompok lebih menekankan tentang
pemahaman Luther yang menekankan hanya pada terang salib yang membawa manusia
mernperoleh keselamatan, karena persatuan dengan Kristus merupakan hal terpentig yang menekankan keselamatan oleh iman
artinya penebusan Allah di dalam Kristus. Bengt Haegglund menjelaskan dalam
bukunya: History of Theology bahwa Taurat dipelihara sebagai perintah Allah,
yang kepadanya seluruh manusia terikat, bahkan berlaku juga di dalam
persekutuan yang bam. Hal ini bertolak kepada pemahaman Luther yang menekankan
bahwa hukum taurat adalah orang-orang
yang di dalam dirinya terdapat kebenaran untuk memperoleh keselamatan, dengan
menolak bahwa hukum taurat dianggap sebagai tolak ukur untuk mengejar
kebenaran.
Kelompok
lebih setuju dengan pemahaman Luther, bahwa tautan adalah setiap orang yang di dalam
dirinya terdapat kebenaran untuk memperoleh
keselamatan. Dalam topik menginterogasi dosa, seorang penganut Feminis yang bernama Hampson memaparkan bahwa penyebab
dosa adalah struktur sosial dan budaya. Hampson sampai pada kesimpulan ini
adalah dikarenakan adanya paham patriakal yang memebatasi kaum perempuan untuk
berhubungan/bersosialisasi dengan sekitarnya.[9]
Sehingga pérempuan hodi mcnjadi terpuruk dalam penderitaan. Oleh karena itu menurut Hampson melalui gerakan Feminis
struktur sosial dan budaya itu bisa ditransfomaasikan dan dengan demikian
mereka bisa menyelamatkan diri mereka sendiri. Kami kurang setuju dengan
pendapat Hampson. tersebut karena keselamatan manusia adalah mutlak diberikan
kepada manusia melalui kematian Yesus di salib.
Dan kami lebih setuju dengan pendapat
Chakkarai yang menuliskan bahwa dosa bisa berasal dari banyak sekali kasus
bahkan dari rasa ingin tahu manusia itu punya dosa bisa saja muncul. Oleh karena itu
hanya Kristus sendiri, sang tabib sejati dapat memulihkan situasi patologis
manusia. Kuasa untuk memulihkan ini berasal dari Kepribadian Yesus Kristus
sendiri.25 Selain itu M.M Thomas menyatakan bahwa dosa tidak berasal dari
benda-benda materi melainkan pemberontakan rohani manusia terhadap kedaulatan
Allah. “Selain itu kami juga menyoroti tentang
topic “menginterogasi juruselamat pria” dimana kaum Feminis tidak setuju dengan
pemyataan bahwa Allah dan juruselamat itu adalah laki-laki. Mereka
menyimpulkan, jika Allah adalah laki-laki, maka laki-laki adalah Allah oleh karena
itu perempuam tidak perlu menjadi Kristen. Kami kurang setuju dengan pendapat
ini arena dalam Roma 4:25 bahwa janji Allah akan keselamatan semua orang
beriman,tanpa mengenal gender. Pada topic “beralih ke harapan” kami setuju dengan pendapat
teolog feminism salib. Dalam peristiwa pertemuan Maria dengan Yesus Pasca
kebangkitan para teolog Feminis
salib menyatakan bahwa pertemuan itu bukan hanya mengembalikannya kc masa yang
yang lama tetapi juga memberinya suatu kehidupan yang baru. SJ Samartha juga
member pendapat yang serupa yaitu “melalui salib dan kebangkitan Yesus ada
harapan akan kesempumaan, bukan kepulangan ke yang lama, melainkan menjadi
ciptaan yang baru.
Selain
itu pendapat kaum Feminis yang mempertanyakan apakah seorang juruselamat yang merupakan
laki-laki akan menyelamatkan kaum perempuan?, dan apabila Allah adalah
laki-laki maka kaum perempuan sebaiknya meninggalkan Kristen, untuk hal ini
kami kurang setuju dan mengambil jawaban dari buku teologi siarah yang berisi
bahwa peran seorang wanita dalam hidup Yesus sangatlah banyak, mulai dari
pembuahan, mengandung Yesus, kelahiran dan masa kanak~kanak Yesus, masa
pelayanan Yesus, kematian, penguburan dankebangkitanNya tidak lepas dari peran
seorang wanita. Bahkan Yesus sendiri menganut paham universal dalam ajarannya [
Matius :48-50]. Universal disini bukan hanya dalamarrian kepada segala bangsa,
tetapi juga pada semua golongan, ms, gender dan budaya.
IV
KESIMPULAN
Dari
pembahasan kami mengenai buku ini kami menyimpulkan :
l.
Keselamalan diperoleh hanya melalui iman, yang aninya penehusan Allah hanya di
dalam
Kristus.
2.
Hukum taurat bukanlah tolak ukur untuk mengejar kebenaran, tetapi Taurat adalah setiap orang yang di dalam dirinya terdapat kebenaran
untuk memperoleh keselamatan.
Pemerintahan hanya berada di tangan Allah. Artinya Allah lah yang mengatur hal duniawi
dan memrintah setiap orang beriman yang berorientasi pada kehidupan dan kesejahteraan
tetangga. Gerakan
feminist muncul di Amerika bagian Utara pada tahun l960 oleh Mary Daly. Tokoh-tokoh feminis
yang terdapat dalam buku ini antara lain Valerie Saiving, Mary Daly (ibu gerakan feminis), Judith Plaskow dan Hampson. Gerakan
feminis ini muncul karena adanya ketidak adilan pada kaum wanita dalam sistem
patriakal. Menurut kaum feminis perempuan terpenjara dalam sistem patriakal ini
clan harus dibebaskan sehingga wanita memiliki hak yang sama dengan laki-laki
dalam hubungan dengan orang lain. Tujuan utama munculnya gerakan Feminis adalah
untuk menghapuskan budaya-budaya, dan aturan-aturan sosial yang membatasi
kebebasan kaum wanita. Kaum Feminis berusaha menonjolkan peran wanita dalam
Alkitab yang menurut mereka selama ini seakan ditutup-tutupi agar tidak muncul
ke permukaan Dalam buku lni, kaum Feminis juga mempenanyakan gender seorang
juruselamat manusia. Selain itu mereka juga mempertanyakan apakah kaum
perempuan juga ikut diselamatkan. Jika memang kaum perempuan ikut diselamatkan
mengapa masih ada pembatasan-pembatasan terhadap kaum perempuan.
[1] Deanna A.
Thompson, Cross The Divide: Luther, Feminism,and The Cross, (Augsburg: Fortreeg
Pubiishgr, 3004),Hal. 3-4.
Comments
Post a Comment