Skip to main content

(XLVII. CHRISTIAN THEOLOGY AN INTRODUCTION - Alister E. Mc. Grath)

Christian Theology An Introduction by Alister E. Mc. Grath
Oleh : Rahman Saputra Tamba


1.1. Penjelasan istilah[1]
Istilah Patristik berasal dari bahasa latin yaitu “pater” ayah. Kata tersebut menunjuk kepada periode bapak gereja. Periode patristic serig diambil untuk menjadi periode penutupan tulisan PB (100) higga konsili Chalcedon (451). Patristic biasaya dipahami cabang studi teologis yang berkaitan dengan studi “ayah” (patres). Patrologi berarti studi tentang ayah dalam banyak cara yang sama seperti "teologi" berarti "studi tentang Allah" (theos).
1.2.Gambaran  Periode Patristik[2]
Periode Patristik adalah salah satu periode yang paling menarik dan kreatif dalam sejarah Kristen. Fitur ini saja sudah cukup untuk memastikan bahwa hal itu akan terus menjadi subjek penelitian selama bertahun-tahun yang akan datang. Periode ini juga penting untuk alasan teologis. Setiap tubuh Kristen arus utama termasuk Anglikan, Ortodoks Timur, Lutheran, Reformed, dan Gereja Katolik Roma menganggap periode patristik sebagai peristiwa penting yang menentukan dalam pengembangan doktrin Kristen. Masing-masing gereja-gereja ini menganggap dirinya sebagai melanjutkan, memperluas, dan mengkritik pandangan penulis gereja awal. Misalnya, yang terkemuka pada  abad ketujuh belas yaitu penulis Anglikan Lancelot Andrewes (1555-1626) menyatakan bahwa Kristen ortodoks didasarkan pada dua wasiat, tiga kredo, empat Injil, dan lima abad pertama sejarah Kristen. Periode ini sangat penting dalam menjelaskan sejumlah masalah.
Tugas primer memilah hubungan antara Kristen dan Yahudi. Surat Paulus dalam Perjanjian Baru menjadi saksi penting dalam masalah ini di abad pertama sejarah Kristen, sebagai rangkaian doctrinal dan isu-isu berada di bawah pertimbangan. Harus Gentile (yaitu, non Yahudi) Kristen diwajibkan untuk disunat? dan bagaimana Perjanjian Lama harus ditafsirkan dengan benar?  Namun masalah lain muncul yaitu mengenai apologetic pada abad kedua yang mengenai pertahanan dan pembenaran iman Kristen. Pada bad pertma, sejarah gereja mencatat bahwa gereja sering dianiaya oleh Negara. Oleh karena penganiayaan yang dirasakan gereja sehingga apalogetik menjadi begitu penting untuk gereja mula-mula. Melalui penulis Justin Martyr (100-165), menjelaskan dan mempertahankan keyakinan dan praktik agama Kristen kepada penyembah berhala  publik. Meskipun periode awal ini menghasilkan beberapa teolog yang luar biasa seperti Irenaeus dari Lyons (130-200) di barat, dan Origen (185-254) dalam perdebatan teologis timur hanya bisa dimulai dengan sungguh-sungguh sekali gereja telah berhenti dianiaya.
Setelah abad keempat kondisi berubah. Pada masa Konstantin tahun 311  kaisar Romawi Galerius memerintahkan penghentian penganiayaan terhadap agama Kristen secara resmi. Galerius mengeluarkan dekrit dimana mengizinkan agama Kristen hidup dengan normal asalkan tidak mengganggu masyarakat. Konstatinus lahir dari keluarga kafir.  Konstantinus mengalahkan Maxentius  dan menyatakan kaisar. Pada saat itu juga ia menyatakan dirinya sebagai Kristen. Sehingga agama Kristen kini menjadi agama yang sah. Selama periodenya sebagai kaisar (306-37), Konstantinus berhasil mendamaikan gereja dan kekaisaran, dengan hasil bahwa gereja tidak lagi ada di bawah mentalitas pengepungan. Pada tahun 321 dia memutuskan bahwa hari Minggu menjadi hari libur umum. 
Sebagai hasilnya, periode patristik kemudian (dari sekitar 310-451) dapat dianggap sebagai tanda air yang tinggi dalam sejarah teologi Kristen. Para teolog sekarang menikmati kebebasan untuk bekerja tanpa ancaman penganiayaan, dan mampu mengatasi serangkaian masalah penting utama untuk konsolidasi pemufakatan teologis yang muncul dalam gereja. Periode patristik jelas cukup penting untuk teologi Kristen.
1.3.Kunci Teologi[3]
Enam penulis dibawah ini yang penting untuk diperhatikan  pada periode patristik.
1.3.1.   Justin Martyr (100-165)
            Justin mungkin pembela yang terbesar, seorang penulis Kristen pada abad kedua yang prihatin membela Kerkistenan menghadapi kritik tajam dari penyembah berhala.  Dalam Apologinya yang pertama, Justin berpendapat  bahwa jejak kebenaran Kristen yang dapat ditemukan dalam penulisan penyembah berhala yang besar. Pengajarannya dari Logos spermatikos (benih firman) dia menegaskan bahwa Allah telah mepersiapkan jalan untuk wahyu terakhirNya dalam Kristus melalui petunjuk kebenaran dalam philos klasik. Justin memperlengkapi kita dengan sebuah contoh awal yang penting dari seorang teolog yang mencoba untuk hubungan Injil dengan pandangan filsafat Yunani. 
1.3.2.   Irenaus dari Lyons (130-200)[4]
            Irenaus diduga lahir di Smirna , meskipun kemudian dia menetap di Roma. Dia menjadi seorang Bishop Lyons sekitar tahun 178, sebuah posisi yang dipegangnya hingga ia meninggak dua decade kemudian. Irenaus mencatat yang paling utama baginya pertahanan yang kuat tentang ortodoksi Kristen dalam menghadapi tantangan dari Gnostisisme. Pekerjaannya yang paling signifikan “Against Heresies” (perlawanan terhadap bidah) dalam bahasa latin yaitu adversus haereses artinya ajaran sesat, merupakan pertahanan utama dari pemahaman Kristen tentang keselamatan, dan utamanya peran tradisi dalam keimanan tergadap saksi apolistik dalam menghadapi tafsiran non Kristen.
1.3.3.   Origen (185-254)
            Origen menyediakan sebuah pondasi yang penting bagi perkembangan pemikiran Kristen Timur. Dia mengkontribusi besar untuk pengembangan teologi Kristen yang dapat terlihat dalam dua area umum. Dalam bidang tafsir alkitab, Origen mengembangkan gagasan tafsiran alegori, dengan alasan bahwa makna permukaan Kitab Suci itu harus dibedakan dari makna spiritual yang lebih dalam. Di bidang Kristologi, Origenes membentuk tradisi membedakan antara keilahian penuh dari Bapa, dan keilahian yanglebih rendah dari Anak. Origen juga mengadopsi beberapa ide yang antusiasme dari Apocatastasis, sesuai dengan setiap ciptaan, termasuk manusia dan Iblis akan diselamatkan.
1.3.4.   Tertullian (160-225)[5]
            Ia seorang penyembah berhala asli dari Afrika Utara kota Carthage. Namun pada umur tiga puluh ia masuk agama Kristen.  Dia sering dianggap sebagai Bapa teologi Latin dalam laporan dia memiliki dampak besar pada gereja barat. Dia membela kesatuan PL dan PB terhadap Marcion yang berpendapat bahwa keduanya terkait dengan dewa yang berbeda. Tertullian meletakkan dasar untuk ajaran Trintas. Tertullian  sangat menentang untuk membuat teologi Kristen atau apologetik bergantung pada sumber luar Alkitab.
1.3.5.   Athanasius (296-373)
            Makna Athanasius terutama terkait dengan masalah Kristologis. yang menjadi kepentingan utama selama abad keempat. Kemungkinan ketika ia berumur 20 tahun, Athanasius menulis buku yang membahas De incarnation Verbi (Inkarnasi dari firman), sebuah pertahanan ide yang kuat bahwa Allah diasumsikan bersifat manusia dalam pribadi Yesus Kristus. Athanasius menunjukkan bahwa jika Arius berpendapat Kristus tidak sepenuhnya Allah, yang pertama mustahil bagi Allah untuk menebus umat manusia, karena tidak ada makhluk bisa menebus makhluk lain. Yang kedua, sebagai orang Kristen menyembah dan berdoa kepada Kristus.
1.3.6.   Augustine dari Hippo
            Augustine sakit asma ketika di Italia, sehingga ia kembali ke Afrika Utara dan menjadi Bishop dari Hippo pada tahun 395. Bagian utama dari kontribusi Augustine terletak dalam pengembangan teologi sebagai sebuah disiplin akademik. Gereja mula-mula tidak benar-benar mengatakan mengembangkan setiap teologi sistematika. Kontribusi Augustine mencapai sebuah sintesis pemikiran Kristen, dalam buku yang membahas De Civitate Dei “di Kota Allah”. Kota Allah menurut Augustine ada dua yaitu Kota dunia dan Kota Allah. Augustine juga berpendapat memiliki membuat kontribusi kunci tiga area utama dari Teologi Kristen yaitu pertama ajaran mengenai gereja, dan sakramen, yang muncul dari kontroversi Donatis; yang kedua ajaran mengenai anugerah, yang muncul dari kontroversi Pelagian dan yang ketiga ajaran mengenai Trinitas. Menariknya, Augustine tidak pernah benar-benar menyelidiki bidang Kristologi (ajaran mengenai kepribadin Kristus), tidak diragukan lagi memiliki manfaat dari kebijaksanaan dan ketajamannya yang cukup .
1.4.         Perkembangan Kunci Teologi[6]
           Periode Patristik penting dalam membentuk garis bentuk Teologi Kristen. Bidang teologi berikut dieksplorasi dengan semangat tertentu selama periode patristik.
1.4.1.      Sejauh mana kanon PB
            Awalnya, Teologi Kristen diakui yang didasarkan pada Kitab Suci. Periode patristik menyaksikan proses pengambilan keputusan, dimana membatasi peletakan PB, proses yang biasanya dikenal sebagai “perbaikan kanon”. Kata “kanon” membutuhkan penjelasan. Kata itu berasal dari bahasa Yunani yang artinya  “aturan” atau “titik referensi tetap”. Kanon Alkitab bertujuan untuk membatasi dan menetapkan tulisan kelompok. Bagi penulis PB, istilah “Alkitab” berarti sebuah penulisan PL. pada periode pendek, Kristen mula-mula menulis seperti Justin Martyr mengacu kepada PB (dipertentangkan dengan PL ) dan  bersikeras bahwa keduanya diperlakukan dengan otoritas yang sama. Perdebatan utama berpusat pada penomoran kitab-kitab. Di gereja barat ragu mengenai Bahasa Ibrani, bahwa tidak secara khusus dikaitkan dengan seorang rasul sedangkan di gereja timur reservasi mengenai Wahyu. Empat kitab yang lebih kecil (2 Petrus, 2 dan 3 Yohanes dan Yudas) sering dihilangkan dari daftar tulisan PB. Beberapa tulisan , yang sekarang di luar kanon, dianggap dalam bagian gereja, meskipun akhirnya gagal untuk merimanya sebagai kanon. Misalnya, termasuk surat pertama Clement (seorang Bishop di Roma, yang menulis kira-kira 96 tulisan) dan didake, sebuah gereja mula-mula yang menunjuk pada moral dan praktek gereja, kemungkinan berasal dari babak pertama dari abad kedua.
            Apa kriteria yang digunakan dalam penyusunan kanon? Prinsip dasarnya  tampak dari pengakuan  daripada pengenaan otoritas.  Kata lainnya, karya tersebut diakui sebagai yang telah memiliki otoritas, daripada memiliki wewenang otoritas yang dibebankan. Bagi Irenaeus, gereja tidak menciptakan kanon, pengetahuan, pewarisan, dan penerimaan kanon Alkitab pada dasar kekuasaan yang sudah melekat.
1.4.2.      Peran tradisi
           Tradisi dipandang sebagai warisan dari Para Rasul, dimana gereja dipandu dan diarahkan menuju yang benar menuju tafsiran yang benar dari Alkitab. Hal tersebut tidak dilihat sebagau sumber rahasia wahyu di luar Alkitab, sebuah ide yang diberhentikan Irenaeus sebagai "Gnostik". Bukan, itu dilihat sebagai cara untuk memastikan bahwa gereja tetap setia pada ajaran para rasul, bukan mengadopsi interpretasi istimewa Alkitab.
1.4.3.      Hubungan teologi Kristen dan budaya sekuler[7]
            Satu jawaban untuk pertanyaan penting yang  diberikan oleh Justin Martyr, seorang penulis abad kedua yang memberi perhatian khusus terhadap  mengeksploitasi paralel antara Kristen dan Platonisme sebagai sarana berkomunikasi Injil. Bagi Justin, benih-benih kebijaksanaan ilahi telah ditaburkan di seluruh dunia, yang berarti bahwa orang Kristen dapat dan harus berharap untuk menemukan aspek Injil tercermin di luar gereja. Bagi Justin, orang Kristen bebas memanfaatkan budaya klasik, dalam pengetahuan apapun “telah dikatakan baik” akhirnya mengacu pada kebijaksanaan ilahi dan pengetahuan yang dalam. Pemikiran Justin tersebut di sambut dingin di sebagian besar gereja Kristen. Kesulitan  utamanya  adalah bahwa hal itu terlihat hampir menyamakan Kristen dengan budaya klasik dengan tidak mengartikulasikan alasan yang cukup untuk membedakan Kristen dengan budaya kalsik, tampaknya menunjukkan bahwa teologi Kristen dan Platonisme berbeda untuk melihat realitas ilahi yang sama. Teologi Kristen berhubungan dengan budaya klasik yang telah didirikan di Roma tahun 40an. Orang Kristen merasa negatif terhadap budaya Roma. Budaya tersebut budaya penindas, bertekad untuk menghilangkan Kristen.
1.4.4.      Penetapan kredo ekumenis
            Kata “kredo” berasal dari bahasa latin yang artinya “kepercayaan” yang dikenal kepercayaan semua orang, yang dimulai dengan “Aku percaya kepada ALlag Bapa…”. Hal tersebut tertuju kepada pernyataan iman.  Pada periode patristic terlihat ada dua kredo yang mencapai peningkatan kekuasaan an kepedulian melalui gereja. Dua kredo tersebut ialah kredo para rasul dank redo Nicea. Kredo para rasul di kenal dari kepercayaan orang Kristen barat. Ada 3 bagian utama dalam pengakuan ini yaitu Allah, Yesus Kristus dan Roh Kudus. Terdapat juga materi yang berkaitan dengan gereja, penghakiman, dan kebangkitan. Ada perbedaan sedikit anatara pengakuan Kristen barat dengan timur yaitu pernyataannya tentang “turun dari kerajaan maut” dan “persekutuan orang-orang Kudus” yang tidak ditemukan dalam versi Kristen timur.  Dalam pengakuan Nicea termasuk tambahan materi yang berhubungan dengan kepribadian Kristus dan pekerjaan Roh Kudus dan mengenai keilahian Kristus. Pengakuan ini menegaskan kesatuan Allah yang termasuk “Allah dari Allah” dan satu substansi dengan Allah. 
1.4.5.      Dua hakikat Yesus Kristus[8]
            Gereja mula-mula menyimpulkan bahwa Yesus adalah satu substansi dengan Allah. sejarah perkembangan doktrin Trinitas berasal dari munculnya consensus Kristologis dalam gereja. Keilahian Kristus dijadikan sebagai titik awal teologis pada sifat Allah.  Debat Kristologi sebagai berikut: pertama Sekolah Alexandria cenderung menempatkan penekanan pada keilahian Kristus dalam bentuk “firman menjadi inkarnasi” seperti yang tertulis dalam Yoh 1:14. Yang kedua Debate Arian mengatakan bahwa dalam Kristusm jiwa manusia diganti dengan keilhian Logos. Sebagai hasilnya bahwa Kristus tidak memiliki kemanusiaan. Yang ketiga konsili Nicea tahun 325  yang diselenggarakan oleh Konstantine kaisar Kristen pertama. Dalam konsili ini  menegaskan bahwa Yesus satu substansi dengan Allah kemudian menolak pendapat Arian mengenai keilhaian Kristus.
1.4.6.      Ajaran mengenai Trinitas
              Ada tida pribadi dalam doktrin ini yaitu Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus dan dinggap sebagai sama-sama ilahi dan memiliki status yang sama. Kesetaraan Bapa dan Anak menjadi perdebatan yang mengarah ke Konsili Nicea.
1.4.7.      Ajaran mengenai Gereja
            Donatis berpendapat bahwa gereja adalah tubuh orang-orang percaya dan di mana orang berdosa tidak punya tempat. Doktrin mengenai gereja  dikenal sebagai “eklesia” yang berhubungan dengan fungsi sakramen.
1.4.8.      Ajaran mengenai Anugerah
Manusia memiliki kebebasan berkehendak. Manusia memiliki kehendak yang rusak dan bernoda oleh dosa dan lebih condong ke arah yang jahat dan jauh dari Allah. Hanya anugerah Allah yang dapat menghalangi kecondongan dosa tersebut. Begitu kuat  pertahanan Augustinus mengenai  augerah yang menajdi di kenal dengan Dokter Anugerah. Pusat tema pemikiran Augustinus adalah kejatuhan sifat manusia seperti yang tertulis dalam kejadian 3. Menurut Augustinus bahwa semua manusia sekarang terkontiminasi dengan dosa dari momen kelahiran mereka. Augsutinus menggambarkan dosa sebagai yang melekat dalam sifat manusia. Menurut Agustinus, Allah campur tangan dalam kedilemaan manusia. Tuhan tidak perlu melakukannya, tetapi karena kasih kepada manusia yang telah jatuh,  Allah masuk ke dalam situasi manusia dalam Pribadi Yesus Kristus untuk menebus itu.
1.5. Abad Pertengahan dan abad pencerahan 1050-1500[9]
1.5.1.      Penjelasan istilah-istilah
            Periode patristic berpusat di dunia Laut Tengah, dan kedudukan kekuatannya seperti Roma dan Konstantinopel. Jatuhnya Roma  untuk menyerang pasukan dari utara melemparkan dunia Mediterania Barat dalam kebingungan. sebuah acara penting mendasar bagi sejarah gereja berlangsung selama periode ini. untuk berbagai alasan, hubungan antara gereja timur berbasis di Konstantinopel, dan Barat yang berbasis di Roma, menjadi semakin tegang selama abad kesembilan dan kesepuluh. Istilah teologi abad pertengahan digunakan merujuk kepada teologi gereja timur yang lebih hampir sama periodenya, sebelum jatuhnya Konstantinopel pada tahun 1453.
a.       Abad pertengahan
            Istilah abad pertengahan digunakan oleh Penulis abad pencerahan dan tampaknya umum digunakan pada akhir abad 16. Penggunaa istilah itu merujuk kepada sebuah ketidaktertarikan dan kebosanan  tahap menyendiri danri periode creative. Kata sifat “pertengahan” berhubungan dengan kata “setengah tua”. Istilah teologi pertengahan telah dilewati dalam penggunaan umumnya dan umumnya dapat ditafsir menjadi arti teologi Eropa barat dalam periode anatar abad zaman kegelapan dan abad ke 16.
 b.      Abad pencerahan
              Istilah Perancis “Renaisans” secara umum menunjuk pada kebangkitan kembali sastra dan seni pada abad ke 14 dan ke 15. Pada tahun 1546 Paolo Giovio merujuk ke abad 14 sebagai abad kebahagiaan yang dalamnya tulisan-tulisan Latin dipandang telah lahir kembali (renatae) yag mengantisipasiperkembangan ini. Jacob Burckhardt mengemukakan bahwa Renaisans melahirkan era modern. Dalam era inilah, demikian menurut Burckhardt, umat manusia untuk pertama kali mulai berfikir tentang diri mereka sebagai individu-individu.
c.       Skolastis[10]
              Istilah skolastik merupakan penemuan dari penulis-penulis humanis yang berhasrat dan ingin mendiskreditkan gerakan yang diwakili oleh kata itu. Istilah skolastik dipergunakan oleh kelompok humanis untuk merujuk dan juga melecehkannya pada abad-abad pertengahan dengan maksud menarik perhatian yang lebih tinggi bagi acuan mereka pada zaman klasik. Skolastik dipandang sebagai gerakan pada abad pertengahan yang berkembang dalam periode 1200-1500 yang memberikan penekanan atas pembenaran rasional dari kepercayaan-kepercayaan keagamaan dan penyajian yang sistematis dari kepercayaan-kepercayaan itu. Skolastik tidak merujuk pada suatu system yang spesifik dari kepercayaan-kepercayaan, tetapi pada suatu cara tertentu dalam mengorganisasikan teologi.
              Untuk memahami kompleksitas skolastik Abad Pertengahan, perlu menangkap perbedaan antara realism dan nominalisme. Bagian awal dari periode skolastik 1200-1350 di dominasi oleh realism dan bagain akhir 1350-1500 oleh nominalisme.  Realisme mengatakan bahwa ide abstrak tentang kemanusiaan memiliki eksistensinya sendiri. Nominalisme tidak mempunyai relevansi teologis yang langsung dan tidak menetapkan pandangan teologis yang spesifik. Dua mazhab skolastik utama yang dipengaruhi oleh realisme mendominasi periode awal dari abad pertengahan. Keduanya adalah Thomisme dan Scotisme. Kedua aliran ini secara umum di kenal sebagai via moderna (jalan modern) dan shoal Augustiniana moderna “mazhab Augustina moderna”.
 d.      Humanisme[11]
              Istilah humanis berarti cara pandang yang menyangkal keberadaan atau relevansi Allah. Beberapa waktu terakhir ini, ada dua aliran utama yang dominan dalam menafsirkan gerakan ini. Pertama humanisme dipandang sebagai suatu gerakan yang mencurahkan perhatian pada ilmu-ilmu yang mempelajari karya-karya klasik dan filofogi. Kedua, humanisme filsafat baru dari Renaisans. Orang-orang humanis mempelajari karya-karya klasik sebagai model dari klancaran menulis, untuk memperoleh inspirasi dan instruksi. Pengetahuan akan karya klasik dan kemampuan filofogi adalah peralatan yang dipakai untuk menggali sumber-sumber kekayaan zaman kuno. Humanis tidak memberikan konstribusi yang penting terhadap filsafat, mereka lebih tertarik kepada dunia kesusastraan. Humanisme yang mempengaruhi Reformasi terutama humanism bagian utara ketimbang humanism Italia. Terdapat beberapa variasi utama di dalam humanism di Eropa Utara, ada 2 hal: pertama minat yang sama terhadap kefasihan menulis dan bertutur. Kedua, program keagamaan yang diarahkan pada kebangunan kembali gereja Kristen (Chritianismus renascens). Di  Swiss terdapat juga humanisme Swiss timur.
              Mereka melihat  bahwa pembaharuan memang diperlukan tetapi pembaruan yang terutama berkaitan dengan moralitas gereja da pembaruan moral pribadi dari setiap orang percaya, bukan pembaruan ajaran gereja. Di Perancis, pembaruan legal bidang hukum atau perundang-undangan sebagai sesuatu yang esensial bagi modernisasi Perancis. Dalam rangka mempercepat proses legal ini terbentuklah suatu kelompok ahli yang berpusat di Universitas Bourges dan Orleans yang mecurahka minatya dalam mempelajari aspek-aspek teoritis dari kitab undang-undang umum. Pusat humanism di Inggris pada abad 16 ialah Universitas Cambridge.
1.5.2.      Kunci Teologi
a.       Anselmus
            Menyingsing kedudukan teologi pencerahan abda ke 20, Anselmus membuat ketentuan konstribusi dalam 2 bidang diskusi yaitu mengoreksi adanya Allah dan menafsir dengan penjelasan yang rasional dari kematian Yesus yang disalibkan. Tulisan Anselmus yang berjudul Proslogian yang pada hakekatnya tidak dapat diterjemahkan. Dalam formula argumentnya dimana kepercayaan dan karakter Allah. Tulisan Proslogian juga menaruh  kepada akal budia dalam cara berteologi dan peran logika. Ungkapan Anselmus yang mengatakan “fides quaeres intellectum” (iman mencari-cari pengertian) telah dilewati memasuki yang meluas penggunaanya. Tipe karakteristik skolastik ialah tertarik kepada akal budi, logika yang memimpin argument-argumen yang tak menaruh kasih eksplorasi implikasi ide-ide dan pendirian fundamental yaitu hati, Injil Kristen dan rasional.
b.      Thomas Aquinas
            Aquinas memulai studinya di Paris sebelum pindah ke Cologne tahun 1248. Tahun 1252 dia kembali ke Paris untuk belajar teologi. Empat tahun kemudian dia izin untuk mengajar teologi di Uiversitas. Selama tiga minggu kemudian dia mengajarkan mata kuliah tentang Injil Matius dan ia mulai menulis Summa Contra Gentiles (ringkasan perlawanan orang bukan Yahudi). Dalam pekerjaan ini Aquinas menyediakan argument-argumen penting dalam menyerupai iman Kristen untuk menghasilkan pekerjaan misionaris atar Islam dan Yahudi. Tahun 1266 Ia mulai menulis lagi yang dikenal dengan berjudul Latin Summa Theologi. Dalam pekerjaan ini ia mengembangkan sebuah studi yang detail dari kunci aspek teologi Kristen (eperti peran akal budi dalam iman) maupun analisi detail kunci pertanyaan doktrin seperti ketuhanan Kristus.
c.       Duns Scotus
            Scotus tidak diragukan lagi salah satu yang terbaik dari abad pertengahan. Dia memproduksi 3 versi Commentary on the Sentences (Komentar pada kalimat). Dikenal sebagai “dokter halus” karena perbedaan yang sangat menarik anatara makna istilah, dia bertanggung jawab untuk sejumlah perkembangan yang cukup untuk Teologi Kristen. Ada 3 yang dicatat disini yaitu Scotus seorang juara dalam teori pengetahuan yang terkait dengan Aristoteles. Pada awal abad pertengahan di dominasi dengan perbedaan teori pengetahuan yang kembali kepada Augustinus yang dikenal dengan illmuninationism.  Yang kedua Scotus menganggap kehendak ilahi yang utama daripada intelek ilahi, sebuah doktrin yang merujuk kepada asas kesukarelaan (Voluntarism). Yang ketiga Scotus menang dalam doktrin konsep kesempurnaan Maria, ibu Yesus.
d.      William Ockham
            Ockham dianggap mengembangkan bebarap pikiran Scotus. Ada dua elemen ajarannya yaitu mengenai prinsip penghematan. Dia berpendapat bahwa Allah terpaksa membenarkan dosa manusia dengan arti yang disebut dengan menciptakan anugerah, dengan kata lain sebuah perantara, Allah di dalam jiwa manusia yang diizinkan si pendosa dibenarkan. Ockham adalah pembela yang kuas nominalisme.
e.       Erasmus Rotterdam[12]
            Karya paling berpengaruh dari kaum humanis yang beredar di Eropa selama dekade-dekade pertama abad ke 16 adalah tulisan Erasmus yaitu Enchiridion militis Christianis. Pengaruh tulisannya ini ketiga muncul dari cetakannya yang ketiga tahun 1515. Daya tariknya keapda orang awam yang berpendidikan. Popularitasnya yang luar biasa dalam tahun-tahun setelah 1515 menyatakan bahwa suatu perubahan radikal dalam persepsi diri dari orang awam dan hampir tidak dapat diabaikan bahwa gemuruh pembaruan di Zurich dan Wittenberg dimulai segera setelah Enchiridion menjadi buku yang paling laris.
1.5.3.      Perkembangan kunci teologi
a.       Konsolidasi peninggalan patristic
            Ketika abad kegelapan mengangkat teologi Kristen cederung mengambil penulis patristic yang telah ditinggalkan. Dalam gereja timur bahasa Latin, itu wajar bahwa teologi harus kembali kepada koleksi substansial yang dikerjakan oleh Augustinus dari Hippo, dan mengambil ini bagi teologi spekulasi.
b.      Eksplorasi peran akal dalam teologi
            Sebagai teologi masa abad pencerahan  dua tema teologi yang dominan yaitu teologi Kristen sitematik da perluasan teologi Kristen; dan menunjukkan rasionalitas yang melekat dari teologi tersebut. pemikiran mengenai “Kebenaran Allah” dibahas dalam istilah pemikiran  Aristoteles yaitu “distributive keadilan”. Disini istilah keadilan di definisikan dalam istilah “memberikan seseorag apa yang berhak mereka dapatkan”. Ini nampaknya menuntun doktrin pembenaran dengan jasa. Dengan kata lain, pembenaran mengambil tempat dalam dasar hak sebaliknya daripada anugerah. Hal itu tanpa menunjukkan kesulitan bahwa pusat letak perkembangan Martin Luther tidak seperti Aristoteles, dan dia akhirnya pemutusan dengan ajaran skolastik mengenai pembenaran.
c.       Pengembangan sistem teologis
            Tekanan untuk sistematis, dimana utuh terhadap skolastik, menyebabkan pengembangan mutakhir system teologi Etienne Gilson, sebuah catatan sejarah periode itu menggambarka katedral pikiran. Perkembangan ini barangkali baik dilihat dalam Thomas Aquinas yang berjudul Summa Theologia, yang hadir kembali satu dari banyaknya pernyataa yang kuat.
d.      Pengembangan teologi sakramental
Gereja mula-mula agak tidak tepat dalam diskusi sakramen. Ada kesepakatan umum sedikit mengenai baik bagaimana istilah sakramen itu didefinisikan, atau item apa yang harus dimasukka dalam daftar sakramen. Baptisan dan ukaristi umumnya disepakati menjadi sakramen; kurang baik, ada relative kesepakatan tentang apapun. Bagaimanapun, dengan kebangkitan teologs dari abad pertengahan, gereja datang untuk memainkan peran yang semakin penting dalam masyarakat. ada tekanan baru bagi gereja untuk menempatkan tindakan yang ibadah publik pada pijakan intelektual yang aman, dan untukmengkonsilidasikan  aspek teoritis dari ibadah.
e.       Pengembangan teologi anugerah
            Perhatian element dari warisan Augustinian adalah teologi anugerah. Teologi anuherag Augustinus telah dinyatakan dalam konteks polemik. dengan kata lain, Agustinus telah diwajibkan untuk menyatakan teologinya anugerah dalam panasnya kontroversi, sering dalam menanggapi tantangan dan provokasi dari lawan-lawannya. Teologi abad pertengahan melihat diri mereka dibebankan dengan tugas konsolidasi ajaran anugerah Augustinus, menempatkannya pada dasar yang lebih handal. Sebagai hasilnya , ajaran anugerah dan pembenaran  yang berkembang antara periode ini.
f.       Peran Maria dalam skema keselamatan
            Minat baru ini dalam kasih karunia dan pembenaran  menyebabkan kekhawatiran baru untuk memahami peran Maria, Ibu Yesus dalam keselamatan. Duns Scotus menempatkan hal ini yaitu Mariology (bidang teologi yang berkaitan dengan Maria). Intens perdebatan antara "maculists" (yang menyatakan bahwa Maria subjek dosa original) dan immaculists (yang memegag bahwa ia yang diawetkan dari noda dosa asal). Ada juga diskusi yang cukup tentang apakah Maria bisa dikatakan co-redemptrix (yaitu, apakah dia dianggap sebagai tokoh penebusan, dengan cara yang mirip dengan Yesus Kristus).
g.      Kembali langsung ke sumber teologi Kristen
            Mitra teologis untuk elemen ini adalah langsung mengembalikan sumber dasar teologi Kristen, di atas semua dalam Perjanjian Baru. Salah satu konsekuensinya paling penting adalah apresiasi baru tentang pentingnya fungsional Alkitab sebagai sumber daya teologis. Alkitab yang dikembangkan menjadi semakin jelas bahwa terjemahan Latin yang ada  sumber ini tidak memadai. Vulgata terjemahan Latin dari Alkitab yang mencapai pengaruh luas selama di Abad Pertengahan.
h.      Kritik dari terjemahan Vulgata Alkitab
            Banyak bagia dalam teologi Abad Pertengahan membenarkan untuk memasukkan perkawinan di dalam daftar sakramen dengan mendasarkan atas teks PB yag berbicara tentang perkawinan setidak-tidaknya dalam terjemahan Vulgata sebagai suatu Sacramentum. Erasmus megikuti Valla dalam menunjukkan bahwa kata Yunani itu (mysterion) diterjemahkan sebagai sakramen padahal berarti misteri. Tidak ada rujukan apa pun pada perkawinan sebagai sakramen. Salah satu teks bukti klasik yang dipergunakan oleh para teolog Abad Pertengahan untuk membenarka perkawinan didaftarkan sebagai sakramen dengan demikian benar-benar menjadi tidak berlaku.  Vulgata menerjemahkan kata-kata pembuka dari pelayanan Yesus (Matius 4:17) denga “menyesallah karena Kerajaan sorga sudah dekat” harusnya terjemahan ini menurut Erasmus ialah bertobatlah karena kerajaan surge sudah dekat.
1.5.4.      Teologi Romawi Timur
            Teologi Romawi Timur dimulai memunculkan  sebuah kekuatan intelektual beberapa kepentingan yang besar pada masa Justiniah 527-56. Teologi Romawi Timur sering berfikir menekankan divergensi dari teologi barat. Teologi romawi Timur dianggap tetap setia kepada prinsip awal yang berangkat dari Athanasius dalam tulisannya de incarnation (pada inkarnasi), yang mana menegaskan bahwa teologi menunjukkan pikiran orang-orang Kudus. Teologi Romawi Timur demikian kuat yang berorientasi kepada pemikiran paradosis (tradisi), yang tulisan utamanya dari bapak-bapak Yunani.
1.6. Periode Reformasi dan Pasca Reformasi 1500-1750
1.6.1.      Penjelasan istilah-istilah
a.       Reformasi Luther[13]
            Reformasi Luther secara khusus dikaitka dengan wilayah-wilayah Jerman di bawah pengaruh pribadi yang mendalam dari seorang yang berkharisma-Martin Luther. Luther secara khusus memperhatikan masalah doktrin pembenaran yang merupakan pokok utama dari pemikiran keagamaannya. Reformasi Luther pada mulanya berbentuk reformasi akademis yang terutama berkenaan dengan pembaruan pengajaran teologi di Universitas Wittenberg. Reformasi Luther dimulai pada tahun 1522. Pemahaman Luther mengenai peranan “pangeran yang dipilih Allah” (yang secara efektif menyakinkan bahwa raja mempunyai wewenang untuk mengontrol gereja) tampaknya tidak menarik perhatian sebagaimana yang diharapkan.
b.      Reformasi Calvin[14]
            Istilah Calvinisme sering dipakai untuk merujuk pada paham-paham keagamaan dari gereja Reformed. Merujuk pada pemikiran reformed pada abad ke 16-17 yang menyebut diri Calvinis mengimplikasikan bahwa reformed pada dasarnya adalah pemikiran Calvin dan pada umumnya sekarang disepakati bahwa ide-ide Calvin telah dimodifikasi secara halus oleh para penggantinya. Tiga gerakan pembentuk reformasi Protestan yaitu Lutheran, Reformed atau calvinis dan anabaptis yang menjadi sangat penting bagi dunia berbahasa Inggris adalah sayap Reformasi. Buku besar karya Calvin “Christianae Religionis Institutio” atau dokumen-dokumen gereja seperti katekismus Heidelberg.
c.       Reformasi Radikal (anabaptis)[15]
            Istilah Anabaptis mempunyai asal-usulnya pada Zwingli yang berarti orang-orang yang dibaptis kembali dan ini merujuk pada aspek yang paling khas dari kebiasaan orang-orang anabaptis, pendirian yang kokoh bahwa hanya orang yang telah melakukan pengakuan iman pribadi dihadapan umum yang boleh dibaptis. Anabaptis muncul pertama kali di sekitar Zurich. Gerakan itu berpusat pada sekelompok individu (dari antara mereka kita dapat mencatat nama Conrad Grebel) yang menuduh bahwa Zwingli tidak setia pada prinsip-prinsip reformasinya sendiri. Salah satunya pada prinsip sola scriptura, Grebel mengatakan bahwa ia masih mempertahankan sejumlah kebiasaan termasuk baptisan anak-anak, hubungan yang erat antara gereja dan pemerintah, dan peran serta orang-orang Kristen dalam peperangan yang tidak didukung atau diperintahkan oleh Kitab Suci.
d.      Reformasi Katolik[16]
            Istilah ini sering dipakai untuk merujuk paa revitalisasi dari Katolisisme Roma dalam periode setelah pembukaan Konsili Trente (1545). Gereja Katolik Roma mengembangkan cara-cara untuk memerangi Reformasi Protestan dengan maksud membatasi pengaruhnya. Namun semakin jelas bahwa Gereja Katolik Roma melawan Reformasi antara lain dengan melakukan pembaruan atas dirinya sediri untuk menyingkirkan alasan-alasan kritik dari kaum Protestan. Gerakan itu merupakan suatu reformasi dari gereja Katolik Roma sekaligus reaksi terhadap Reformasi Protestan.
1.6.2.      Kunci teologi
a.       Martin Luther
            Martin sangat terlibat denga teks Alkitab svia moderna pada subjek. Dalam “bandingan Kristen Nobily dari bangsa Jerman” Luther berpendapat bahwa perluya reformasi gereja. Di dalam kedua doktrin dan praktek, gereja awal abad ke 16 telah di tempatkan sendiri terpaut dari Perjanjian Baru. Dalam tulisan Luther yang berjudul babel Gereja Kristen. Kekuatan dari tulisan ini, Luther berpendapat bahwa Injil menjadi tawanan kepada kelembagaan gereja. Gereja abad pertengahan, dia berpendapat telah dipenjarakan Injil dalam suatu sistem yang kompleks dari imam dan sakramen-sakramen. Titik ini dikembangkan lebih lanjut dalam kebebasan seorang Kristen dimana Luther menyelidiki implikasi ajaran pembenaran iman bagi kehidupan Kristen.  Teologi Luther sangat berdampak dalam gereja barat, misalnya teologi salib.
b.      John Calvin
            Pada tahun 1536 John Calvin menerbitkan sebuah karya kecil berjudul Institutes of the Christian Religion (Institusi agama Kristen), panjangnya hanya 6 bab saja. Buku pertamanya berkaitan dengan Allah sang pencipta dan Kedaulatan Allah atas ciptaan. Dua bukunya mengenai kebutuhan manusia untuk penebusan dan cara di mana penebusan ini dicapai dengan perantara Kristus. Bukunya yang ketiga berkaitan dengan cara penebusan manusia yang diambil oleh manusia, bukunya yang terakhir berkaitan dengan gereja dan hubungannya kepada masyarakat.
c.       Huldrych Zwingli
            Zwingli sangat penting dalam hubungan terhadap perhambatan mula-mula Reformasi, khususnya di Switzerland Timur. Dia tidak pernah mencapai dampak yang sama seperti Luther atau Calvin, yang kurang kreativitas dan pendekatan penulisan sistematis. Mulanya programnya berpusat khusus dengan reformasi moral gereja. Segera diperluas untuk mencakup kritik teologi yang ada gereja,khususnya teologi sakramen.
1.6.3.      Perkembangan kunci teologi
a.       Sumber teologi
            Slogan yang mengatakan “hanya dengan Alkitab” (sola scriptura) menjadi karakteristik masa reformasi. Reformasi utama prihatin dengan tidak membangun tradisi Kristen baru, tetapi dengan pembaruan dan koreksi dari tradisi yang ada. Dengan alasan bahwa teologi Kristen akhirnya membumi dalam Alkitab, tokoh reformer seperti Luther dan Calvin berpendapat bahw aperluya kembali ke ALkitab sebagai pokok da kritik sumber teologi Kristen.
b.      Doktrin Anugerah
            Slogan yang dikenal sebagai sola fide (oleh karena iman). Luther memproklem ajaran mengenai pembenaran iman. Untuk masa teologi reformasi , akhirnya pernyataan anugerah Allah tidka terlihat secara nyata bahwa Allah membenarkan pendosa, sedikit terlihat pemilihan Allah terhadap manusia tanpa acuan prestasi.
c.       Doktrin Sakramen
            Tahun 1520an mengatakan bahwa sakramen adalah tanda-tanda diluar kasih karuia Allah yang tak terlihat. Penempaan ini hubungan antara sakramen dan doktrin pembenaran yag dikembangkan oleh Luther yang menyebabkan minat baru dalam teologi sakramen.
d.      Doktrin gereja
            Luther khususnya terkait dengan ajaran mengenai anugerah, Martin Bucer dan John Calvi yang membuat ketentuan kontribusi untuk perkembangan pemahaman gereja Kristen Protestan. Pemahaman meningkat sejak signifikan dalam Kristen yang global dan akan dianggap besar kemudian dalam pekerjaan sekarang.
1.6.4.      Perkembangan literature teologi
a.       Katekismus: Presentasi yang populerdari iman Kristen, dari pandangan reformasi, ditujukan terutama dalam pendidikan anak-anak.
b.      Pengakuan Iman: pengesahan pernyataan utama pengelompokan reformasi seperti Lutheran, direformasi atau Anabaptis bertujuan untuk orang yang dewasa.
c.       Karya teologi sistematik: termasuk tulisan yang berjudul  Loci communes dari Melanthon dan Institutes of the Christian Religio sebagai tulisan Calvin, dimana ditawarkan analisis sistematik dan pertahanan Lutheran atau teologi Reformasi.
1.6.5.      Gerakan paska Reformasi
a.       Ortodoksi Protestan
Empat karakteristik pendekatan baru teologi dimana hasilnya dicatat sebagai berikut:
1.      Akal manusia berperan utama dalam eksplorasi dan pertahanan Teologi Kristen
2.      Teologi Kristen disajikan sebagai suatu sistem yang secara logis dan rasional dipertahankan, dengan kata lain, teologi mulai dari prinsip-prinsip pertama dan melanjutkan untuk menyimpulkan doktrin pada dasar mereka.
3.      Teologi dipahami didasarkan pada filsafat Aristoteles, dan wawasan khususnya Aristoteles ke dalam sifat metode; penulis kemudian Reformed lebih baik digambarkan sebagai filsafat, bukan Alkitab, tapi teolog.
4.      Teologi menjadi berorientasi pada pertanyaan metafisik dan spekulatif, terutama yang berkaitan dengan sifat Allah, kehendak Allah bagi umat manusia dan penciptaan, dan di atas semua doktrin predestinasi.
b.      Roma Katolik
            Pada konsili Trente tahun 1545-63 muncul kembali respon definitife gereja Katolik hingga masa Reformasi. Prestasi utama  dari Konsili itu mungkin diringkas sebagai berikut. Pertama, Konsili itu memperbaiki masalah antara gereja dimana telah mengkontribusikan tidak kecil untuk munculnya Reformasi di tempat pertama. Kedua, Konsili ditetapkan jalur utama pegajaran Katolik di pusat tertentu dalam bidang iman Kristen yang telah menjadi kontroversial  sebagai hasil Reformasi seperti hubungan KItab Suci dan tradisi, ajara pembenaran dan sakramen alam dan peran sakramen. Hasilnya, Roma Katolik sekarang juga bersiap bertemu tantangan perlawanan Protestan. Daya tarik Protestan dengan periode patristik awalnya sangat efektif bahwa beberapa tulisan orang Katolik pada abad 16 terlihat harus berfikir yang tulisan periode patristic seperti Augustinus yang sebenarnya proto-Protestan.
c.       Puritanism
            Puritanism mungkin dipahamau sebagai versi reformasi orthodoxy yang meletakkan penekanan khusus pada aspek pastoral pengalaman iman. Penulis terkemuka teologi Puritanism ialah William Perkins (1558-1602), William Ames (1576-1663) and John Owen (1618-83) jelas sangat dipengaruhi oleh Beza, terutama dalam hubugan mereka mengajar pada luasnya kematian Kristus, dan kedaulatan ilahi dalam takdir dan pemilihan. Dalam beberapa hal, hubungan utama dengan masalah pengalaman Kristen, Puritanism menunjukkan afinitas dengan pietis.
d.      Pietis
            Gerakan Pietisme biasanya dianggap  sebagai yang telah resmi dengan publikasi Philip Jakob Spener. Dalam kerjanya ini yang berjudul Pia desideria menyesalkan  status gereja Lutheran pada akibat peperangan 3 tahun. Istilah Pietis berangkat dari bahasa Yunani yaitu pietas yang diterjemahkan sebagai “kesalehan”. Bagi Pietisme, sebuah ajaran reformasi harus selalu disertai dengan kehidupan reformasi. Perkembangan Pietisme dalam arah yang benar, khususnya Iggris dan Jerman. Ada dua tokoh dalam gerakan ini yaitu Nikolaus Ludwig Graf vo Zinzendorf yang menemukan komunitas Pietis umumnya dikenal sebagai “Herrnhuter” yang merupakan salah satu nama desa di Jerman. Ia menekankan “agama hati” yang berdasarkan hubungan intim dan pribadi antara Kristus dan orang-orang percaya. Tokoh kedua yaitu John Wesley yang menemukan gerakan Methodist antara Gereja Inggris, yang kemudian lahir Methodis sebagai dominasi dalam hak pribadi.  Ia menemukan kebutuhan “iman yag hidup” dan peran pengalaman kehidupan iman Kristen melalui pengalaman konversi yang bertemu dalam Aldersgate bulan May 1738, dimana ia merasa hatinya menjadi “hangat ”. Tekanan Wesley atas experiental dari Ima Kristen.
1.7.Periode Modern 1750 hingga sekarang
1.7.1.      Pencerahan
            Istilah pencerahan dilewatkan ke sirkulasi umum hanya dalam beberapa dekade penutupan abad ke 19. Istilah Jermannya ialah die Aufklarung yang artinya membersihkan. Istilah “Abad Akal budi” inonim yang sering digunakan untuk pecerahan yang meyesatkan. Istilah rasionalisme digunakan dengan peringatan yang merujuk kepada pencerahan.
a.       Pencerahan dan Protestan
Ada 4 faktor yang dicatat untuk menjelaskan beberapa pengamatan tentang hal ini yaitu:
1.      Hubungan kelemahan institusi gereja Protestan. tidak adanya otorites yang berpusat pada struktur, seperti kepauasan, berarti nasional atau regional gereja Protestan yang mampu merespon keadaan lokal, itelektual dan politik, dengan sebuah kemerdekaan yang hebat daripada gereja Katolik Roma.
2.      sifat Protestan itu sendiri. Ketika esensi Protestan tetap menjadi perselisihan , ada sebuah perjanjian yang semanagat dari protest bagian hak kelahiran dari gerakan itu. Protestan kecenderungan menantang kekuasaan agama dan komitmen yang berprinsip terhadap ecclesia reformata, ecclesia simper reformanda (reformasi gereja harus selalu menjadi gereja yang reformasi sendiri).
3.      hubungan agama Protestan dan universitas. Permulaan Protestan mengakui pentingnya pendidikan tinggi dalam pelatihan pendeta. Antara abad 16 dan awal abad 17, Gereja Lutheran dan Reformasi di Jerman terpancang universitas fakultas teologi dengan sebuah arti memastikan persediaan konstan berpendidikan baik klerus. Selama abad ke 19, protest politik yang luas menahan di Jerman, yang artinya dengan radikal yang dapat menunjukkan intelektual sendiri.
4.      Berbagai dampak lokal dari Pencerahan. Yang ditekankan abad pencerahan Gerakan itu tidak kronologis yang seragam. Meskipun terperancang di pusat Eropa Barat pada abad ke 18, masa pencerahan tidak dapat benar-benar mengatakan telah memegang Rusia atau Negara  Eropa selatan hingga abad ke 19 atau awal abd ke 20.
b.      Pencerahan  kritik teologi Kristen: gambaran umum
            Abad pencerahan mengkritik tradisi agama Kristen yang berdasarkan prinsip omnicompetence akal manusia. Beberapa tahap dalam pengembangan kepercayaan ini dapat dilihat  yang pertama, berpendapat bahwa keyakinan Kristen yang rasional, dan kemudian mampu berdiri terhadap kritik pemeriksaan. Pendekatan ini di temukan dalam tulisan John Locke’s Reasoableness of Christianity dan antara sekolah Wolffian di Jerman. Yang kedua, berpendapat  bahwa dasar pemikiran orang Kristen, rasional berasal dari kala budi itu sendiri. Menurut pemikiran ini sebagai perkembangan oleh John Toland dalam Kristen tidak Misteri. Agama Kristen beresensi mencetak ulang sifat agama. Yang ketiga ialah, kemampuan akal pikiran  untuk menilai meneguhkan wahyu. Sikap abad pencerahan  terhadap agama sebagai subjek dengan sebuah tingkat yang cukup dari berbagai agama. c.         Pencerahan kritik teologi Kristen : masalah utam
            Garis besar prinsip-prinsip umum tantangan Pencerahan untuk pemikiran Kristen tradisional. Agama yang rasional dari abad Pencerahan ditemukan sendiri dalam konflik dengan 6 bidang teologi Kristen teologi yaitu: 1) Kemungkinan  Mukjizat yang mengenai apologetic Kristen tradisional banyak mengenai identitas dan signifikansi dari Yesus Kristus yang berdasarkan “bukti ajaib” dari PB  yang berpuncak dalam kebangkitan. 2) Gagasan wahyu: konsep wahyu yang berpusat penting keapda teologi tradisional. Ketika banyak teologi Kristen seperti Thomas Aquinas dan John Calvin diakui kemungkinan pengetahuan sifat Allah, yang bersikeras bahwa suplementasi dibutuhkan oleh supernatural ilahi wahyu, seperti yang disaksikan dalam Alkitab. Wahyu mengambil tempat dalam sejarah, tetapi apakah nilai kebenaran kontingen sejarah dibandingkan dengan kebenaran yang diperlukan akal budi? Filsuf khususnya menegaskan bahwa sejarah bisa mengkonfirmasi kebenaran dari akal budi , tapi tidak mampu menegakkan kebenaran di tempat pertama. Kebenaran mengenai Allah yang abadi, terbuka untuk penyelidikan oleh akal budi manusia tetapi tidak mampu diungkapkan dalam kejadian seperti sejarah Yesus dari Nazaret. Hal lainnya ajaran dosa asali. 3). Pemikiran bahwa sifat manusia dalam arti cacat atau rusak, menunjukkan dalam jaran ortodoks dari dosa asali, yang penuh semangat menentang abad Pencerahan. Penolakan dosa asali sebagai ajaran Kristen dari penebusan bahwa manusia diperlukan untuk dibebaskan dari perbudakan dosa asali. Bagi abad pencerahan, pemikiran dosa asali sendiri dimana bersifat menindas dan dari permintaan liberal manusia. 4). Masalah Iblis, abad pencerahan bersaksi sebuah perubahan yang fundamental dalam sikap adanya iblis di dunia.  5) identitas dan signifikan Yesus Kristus.
1.7.2.      Gerakan teologi sejak pencerahan
a.       Romantisme
            Pada abad ke 18, meningkatnya kewaswasan yang menjadi pusat kualitas yang gersang dari rasional. Romantisme sangat sulit ditentukan. Gerekan itu kemungkinan baik terlihat seperti reaksi perlawanan tertentu dari pusat tema abad Pencerahan. Romantisme ditemukan dengan keduanya ajaran tradisional Kristen dan moral rasional dari abad pencerahan.
b.      Marxism
            Marxisme dianggap  sebagai tubuh pikiran yang diasosiasikan dengan tulisan Jerma yang bernama Karl Marx. Sampai saat ini, istilah ini juga disebut ideologi negara, karakteristik dari sejumlah negara di Eropa Timur dan di tempat lain, yang dianggap Kristen dan agama-agama lain sebagai reaksioner, dan mengadopsi langkah-langkah represif untuk menghilangkannya. Pada tahun 1844 naskah politik dan ekonomi, Marx mengembangkan pemikiran bahwa agama umumnya adalah respon langsung kepada kondisi sosial dan ekonomi.
c.       Protestan liberal
            Protestan Liberal tidak dapat disangsikan  salah satu gerakan yang telah muncul antara pemikiran Kristen modern. Klasik Protestan Liberal asli di Jerman pertengahan abad 19, di tengah-tengah pertumbuhan realisasi itu ima Kristen  dan teologi sama permintaan rekonstruksi pada pengetahuan modern.
d.      Teologi pembebasan
teologi pembebasan adalah signifikansi besar perdebatan teologis baru-baru ini, dua kunci masalah teologi dianggap sebagai dampak ilustrasi yaitu yang pertama menafsir alkitab. Alkitab dibaca sebagai sebuah cerita liberasi. Utamanya menekankan letak pada liberal Israel dari Meisr
e.       Teologi Hitam
            Teologi Hitam adalah sebuah gerakan, yang khususnya di Amerika antara tahun 1960an -1970an. Bukti utama dari bergerak ke arah teologi emansipasi dalam Komunitas Amerika Hitam tahun 1964, dengan publikasi Joseph Washington yang berjudul Agama Hitam, sebuah kekuatan khas dari agama hitam dalam konteks Amerika Utara. Teologi hitam adalah teologi hitam liberasi. Berusaha untuk menyelami kondisi hitam dalam terang wahyu Allah dalam Yesus Kristus, sehingga komunitas hitam dapat dilihat bahwa Injil sepadan  dengan pencapaian komunitas hitam. Pengesahan kemanusiaan hitam itu emansipasi orang-orang hitam dari rasisme putih, kemudian menyediakan kebebasan otentik bagi keduanya baik orang hitam dan putih.
 f.       Postliberalism
            Gerakan ini berkembang pada tahun 1980an. Gerakan ini berasal dari Amerika dan pemikir utamanya ialah hans Frei, Paul Holmer, David Kelsey, and George Lindbeck. Post liberalis berdasarkan program teologi yang kembali ke tradisi agama, nilai yang menuju masuk disesuaikan. Post Liberalis kemudian anti foundational (dalam itu menolak gagasan pengetahuan yang universal), communitarian (dibandingkan dengan nilai, pengalaman dan bahasa komunitas) dan historical (yang menekankan pada pentingnya tradisi dan sejarah komunitas mereka yang diasosiasikan dalam membentuk pengalaman dan pikiran).
g.      Evangelikalisme
            Istilah evangelical muncul dari abad 16 dan kemudian digunakan merujuk kepada penulis Katolik yang berharap untuk kembali lebih lagi kepada Alkitab orang-orang percaya dan praktek daripada asosiasi dengan gereja pertengahan. Istilah ini sekarang digunakan lebih luas merujuk kepada tren transdenominational dalam teologi dan spiritual, yang mana utamanya mapan atas tempat Alkitab dalam kehidupan Kristen. Evangelikal sekarang berpusat pada 4 asumsi kelompok: 1). Kekuasaan dan kecukupan Kitab Suci. 2). Keunikan dari penebusan melalui kematian Kristus di atas kayu salib. 3). Kebutuhan untuk konversi pribadi. 4). Kebutuhan, kepatutan dan urgensi dari penginjilan.
h.      Gerakan Pentakosta dan Karismatik
Salah satu perkembangan dalam agama Kristen pada abad ke20  bangkitnya grup karismatik dan pentakosta, menegaskan agama Kristen modern dapat menemukan kembali dan mencocokkan kembali kekuatan Roh Kudus, yang digambarkan dalam PB dan khususnya dalam Kisah Para Rasul. Istilah karismatik berangkat dari bahasa Yunani yaitu kharismata (hadiah) yang mana Kristen Kharismatik menjadi akses hari ini. Hubungan dengan pentakosta merujuk pada kejadia yang digambarkan sebagai tempat hari Pentakosta  (Kis 2:1-12) yang mana Kristen karismatik dilihat sebagai pola pengaturan untuk kehidupan Kristen yang normal.
i.        Teologi dari negara berkembang
            Beberapa bagian dunia non barat Kristen telah hadir beberapa waktu yang cukup. Salah satu contohnya ialah India, dimana signifikan Kristen kehadiran tampaknya telah ada pada abad keempat.  Bagian dunia Kristen non barat lainnya baru- baru ini datang. Sebagai ekspansi global agama Kristen lanjut pada zaman modern, agama Kristen menjadi mapan dalam bagian dunia dimana sebelumnya tidak dikenal. Spektakuler berkembangnya agama Kristen antara abad ke 20 di Sub sahara Afrika dan Korea. Agama Kristen melanjutkan perluasan dalam Asia Selatan termasuk tanah Cina, meskipun kesulitan komunikasi dan sikap bermusuhan.
2.2. Sumber-sumber dan metode dari Teologi Kristen
            Seiring berkembangnya zaman dan berjalannya waktu, maka teologi diakui sebagai salah satu kebutuhan dalam dunia pendidikan atau akademi khususnya dunia perteologian itu sendiri, sehingga dalam hal ini pembagian-pembagian dari cabang-cabag disiplin ilmu Teologi tersebut menjadi terbagi-bagi sesuai dengan studi dari ilmu teologi itu sendiri. adapun pembagian dari cabang studi ilmu teologi itu ialah:[17]
1.      Studi Biblika
2.      Studi sistematika teologi
3.      Studi Historikal Teologi
4.      Studi Pastoral Teologi
5.      Studi Pilisofi Teologi
6.      Studi Spritual Teologi
          Pada umumnya keenam cabang ilmu teologi ini merupakan metode-metode dalam memahami teologi itu sendiri. Ada kelemahan dan kelebihan diantara masing-masing cabang ilmu ini, akan tetapi untuk memahami dan mengerti lebih jelas tentang teologi maka seorang teolog layaknya harus mempelajari studi-studi dari keenam cabang pokok teologi tersebut.
            Sementara itu sumber dari teologi itu sendiri ialah berasal dari Alkitab, sejenis buku tebal yang berisikan Firman Allah. Sola scriptura oleh karena firman Allah, maka dari itu sumber yang sebenarnya dari teologi itu ialah landasan Alkitab, karena tanpa melalui itu sumbernya berarti kesaksian teologi itu hanya omongan belaka. Maka dari itu Firman Allah harus di tafsirkan supaya bisa dipahami sebagai teologi yang murni melalui Alkita
2.3. Substansi Teolgi Kristen
            2.3.1. Doktrin tentang Allah[18]
            Apakah Allah itu seorang laki-laki? Atau bagaimana kepribadian dari Allah itu sendiri? lalu mengapa dalam pemahaman keKristenan Allah itu disebut sebagai Bapa? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu memang sangkut paut mengenai doktrin akan Allah. Supaya pemahaman kita tidak kabur mengenai Allah, maka sebaiknya kita harus memahami beberapa hal berikut ini yaitu: Allah ialah tak berwujud dan tak berjenis kelamin, tidak ada satupun manusia yang mengetahui secara jelas bagaimana rupa Allah, apa jenis kelaminnya dan dimana ia berada. Yang pasti konsep teologi kita memahami bahwa di dalam Alkitab di dalam Keluaran 3:14, Allah memperkenalkan diriNya sebagai yang selalu akan ada, tetapi sebagai yang selalu akan ada  dalam bentuk yang Dia pilih sendiri dari waktu ke waktu yaitu: Allah tidak membatasi diri dengan bentuk wahyu tertentu. Keberadaan Allah ialah transenden jauh diatas, Imanen Allah beserta kita (Immanuel), dan omnipresent Allah hadir dimana-mana.
            Sementara itu Allah yang adalah sebagai pencipta membuktikan kuasanya bahwa Dialah sumber dari segala apa yang Dia ciptakanNya. keotoritasanNya yang tak bisa kita pantah bahwa Dialah yang Maha Tahu dan Maha Kuasa yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya. Konsep Allah di dalam PL ialah:
·         Allah diartikan sebagai hakikatNya yang kudus (Yesaya dan Yehezkiel)
·         Allah yang tidak mengikat diri
·         Allah pada dasarnya adalah Tuhan
·         Allah bukanlah manusia (Bil 23:19)
·         Tekanannya diberikan pada transendensi Allah
·         Terdapat pernyataan-pernyataan imanensi, misalnya dalam bentuk-bentuk pewahyuan Allah berupa pesuruh, tabut, wajah, cahaya, firman, dll.
Konsep Allah di dalam PB:
·         Allah yang mengikat diri dengan Yesus Kristus
·         Allah sebagai yang hakekatNya mengasihi (1 Yoh 4:8 dan 16)
·         Pada dasarnya Allah adalah Bapa (Abba)
·         Allah menjadi manusia
·         Allah yang menderita
2.3.2.  Doktrin tentang Kristus[19]
Di dalam PB banyak sekali gelar-gelar atau sebutan yang diberikan untuk Yesus Kristus dan hal itu disebut Kristologi di pahami sebagai:
a.       Yesus Kristus adalah Mesias
Mesias yang artinya adalah yang diurapi, merupakan suatu penantian atau nubuatan yang ada di dalam kitab PL, dimana di dalam PB nubuatan itu digenapi. Bahwa Dialah Mesias yang diurapi oleh Allah.
b.      Anak Allah
Dialah anak Allah yang tunggal itu, yang diutus Allah datang ke dunia ini dalam menjalankan misi Karya keselamatan untuk manusia. disebut sebagai anak Allah karena Dia aadalah anak Allah yang tunggal, Kuasa Ilahi ada padaNya. Orang-orang pada zaman PB mengakuinya sedemikian sebagai anak Allah yang diutus oleh BapaNya.
c.       Anak Manusia
Tidak bisa kita pungkiri bahwa Yesus Kristus juga sebagai manusia tentu. Dia sama seperti kita mengalami peristiwa kelahiran secara biologis. Yesus datang ke dunia ini bukan tanpa melewati proses kelahiran ataupun langsung datang dari surge turun ke dunia ini menjelma sebagai manusia. Yesus juga memenuhi proses kehidupan, dimana ia juga di lahirkan dari rahim perawan Maria, mengalami proses pertumbuhan dari balita sampai dewasa. Itu membuktikan bahwa Yesus juga adalah manusia.
d.      Allah
Dikatakan sebagai Allah karena kuasa keilahian ada di dalam diriNya. Dia sehakekat dengan Allah.

2.3.3. Doktrin tentang Hakekat manusia, dosa dan anugerah[20]
 Manusia pada dasarnya adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia, yang diciptakan olehNya seturut dengan rupa Alla/ Imagodei (Kej 1:26). Sebagi bentuk unsur citra Allah ada dalam diri manusia. Oleh karena itu manusia sebagai ciptaan yang Imagodei harus mencitrakan rupa Allah di dalam kehidupannya sehari-hari dan juga menjadi teman sekerja Allah di dalam menjaga dan melestarikan Ciptaan Allah itu sendiri. dalam hal ini doktrin mengenai hakekat manusia itu ialah manusia yang diciptakan Allah seturut dengan rupaNya.
            Namun setelah manusia jatuh ke dalam dosa, maka manusia telah merusakkan kemuliaannya sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang diciptakan seturut dengan rupaNya. Hal itu mengakibatkan manusia kehilangan hakekatnya sebagai imagodei. Perlu kita ketahui bahwa manusia memiliki kehendak bebasnya dalam mengambil keputusan dan bertindak. Sebelum manusia jatuh kedalam dosa kehendak Allah (the will of God) lebih mendominasi di dalam diri manusia, akan tetapi setelah manusia jatuh ke dalam dosa maka kehendak bebasnyalah yang selalu mendominasi di dalam ruang kehidupannya. Hal itu tidak bisa kita pungkiri ketika manusia pertama yaitu adam dan hawa tergoda oleh godaan si Iblis menunjukkan bahwa mereka menggunakan kehendak bebasnya ketika bertindak. Sementara itu konsep dosa seperti yang kita pahami ialah, bahwa dosa itu ada dua bnetuk, dosa warisan yang mana dosa ini kita miliki atau diwarisi kepada kita ketika manusia pertama adam dan hawam jatuh ke dalam dosa sehingga kuasa dosa tetap ada dalam diri kita dan selain itu ialah dosa yang timbul dari diri kita sendiri yang kita perbuat. Dan yang terakhir ialah konsep anugerah seperti yang kita ketahui ialah sola Gratia (keselamatan oleh karena anugerah) manusia beroleh keselamatan semata-mata hanya karena anugerah dari Allah sendiri.
            Ajaran predestinasi ganda (predestination gemina) dalam pemahaman dogmatika tidak diterima lagi, karena ajaran itu menentang kasih sebagai hakikat Allah. Ajaran itu ingin memuji Allah, tetapi efek sebenarnya dari ajaran ini adalah perbuatan Allah dianggap sebagai kesewenang-wenangan, karena manusia tidak diberi kepastian tentang keselamatannya. Juga pernyataan-pernyataan Paulus dalam surat Roma tidak dapat dimengerti dalam rangka ajaran predistinasi. Predistinasi dalam pengertian PB hanya tampak sebagai predistinasi untuk keselamatan (Ef 1:4, Roma 8:28).
2.3.4. Doktrin tentang gereja[21]
          Konsep pemahaman tentang gereja biasanya disebut sebagai eklesiologi, yang mana maksud dari eklesiologi itu ialah pemahaman mengenai substansi dari gereja itu sendiri. Mengenai doktrin tentang eklesiologi itu sendiri ialah dengan pengertian yang luas. Perjanjian Baru mempergunakan beberap metafora yang berbeda-beda untuk menjelaskan arti gereja. Gereja disebut tubuh Kristus. Disamping itu gereja atau orang-orang Kristen dapat juga disebut sebagai orang-orang Kudus. Rumah Allah, Imamat yang Rajani, Umat Allah, Kawanan Domba Allah dan Kristus dan tugasnya adalah mengabarkan kesaksian tentang Dia. Sejak awalnya gereja telah memberi berbagai macam tugas jabatan yang kongret kepada individu-individu tertentu di dalamnya. Dalam PB jabatan-jabatan itu dianggap setingkat dan belum dibedakan menurut pangkatnya. Istilah presbuteros dan episkopos dalam PB secara sinonim.
            Teologi ortodoks mengkuti perbedaan antara gereja yang tampak da yang tidak tampak sebagai dua aspek dari gereja yang satu. Ecclesia invisibilis merupakan persekutuan orang-orang yang sungguh percaya dan orang-orang kudus, yaitu gereja dalam arti yang sebenarnya. Ecclesia visibilis adalah persekutuan orang yang terpanggil yang masih tercampur baur dengan orang munafik dan jahat. Selain itu ortodoksi membedakan antara gereja yang berjuang di dalam kehidupan ini (ecclesia militans) dan gereja yang telah menang dalam kehidupan kekal (ecclesia triumphans).
            Pietisme  sering mengutarakan kritik terhadap gereja. Tujuan yang mau dicapai adalah mendirikan persekutuan kecil orang-orang yang benar percaya di dalam gereja Lutheran ajaran tentang gereja berpangkal pada konfesi Augsburg VII, dimana dikatakan: gereja adalah persekutuan semua orang percaya di mana Injil itu diajarkan dengan murni sakramen suci itu diselenggarakan sesuai dengan Injil. Yang disebut disini sebagai ciri-ciri khas gereja (noate ecclesia) adalah Injil dan Sakramen. Dengan demikian pemberitaan dan sakramen merupakan dua cirri khas yang mnegkonstitusikan gereja. Daam teologi Luther ajaran tentang gereja berpangkal pada konfesi Augsburg VII, dikatakan: gereja adalah persekutuan semua orang orang percaya dimana Injil itu diajarkan dengan murni dan sakramen suci itu diselenggarakan sesuai dengan Injil. Berdirinya gereja atas Firman Allah dan sakramen dapat dilihat sebagai hukum Allah sedangkan semua aturan-aturan lain dalam gereja adalah hukum manusia.
2.3.5. Doktrin tentang Sakramen[22]
            Dalam gereja purba kata sacramentym memaksudkan hubungan diantara salah satu kadar Kristen dengan suatu perbuatan, tanda atau rumusan yang dianggap mengandung rahasia. Dalam pengertian ini istilah sacramnetum sudah dipakai bagi baptisan dan Ekaristu oleh Tertullianus. Baptisna anak-anak dapat dijumpai pertama kali dalam tulisan –tulisan Irenus.
            Pada abad pertengahan dikokohkan pandangan bahwa roti dan anggur betul diubah menjadi tubuh dan darah Kristus, yaitu pada konsili Lateran ke 4 (1215). Jumlah sakramen naik turun antara lima (Gregorius VII) dan dua belas (Petrus Damiani). Baru Petrus Lombardus mempertahankan tujuh sakramen sebagaimana dalam konsili florens (1439). Ketujuh sakramen itu adalah baptisan (baptismus), peneguhan (Confirmatio), Perjamuan Kudus (eucharistia), pertobatan (Poenitentia), pengurapan yang terakhir, penahbisan imam dan perkawinan.
            Reformasi mengemukakan pendapat bahwa sakramen-sakramen tidaklah mencapai tujuannya hanya melalui pelaksanaan yang benar seperti dalam teologi abad pertengahan melainkan melalui kepercayaan ke perkataannya. Sakramen tidak  dengan sendirinya menghasilkan keselamatan, tetapi keselamatan itu hanya disampaikan kepada yang percaya akan firman Allah dalam sakramen tersebut. sakramen itu dicantumkan dalam Apologi XIII bab 4. Sakaramen ini dilihat sebagai suatu ritus yang berakar dalam suruhan Allah (mandatum) dan yang disertai oleh suatu janji. Dengan semikian sakramen dimengerti sebagai ritus yang terjadi atas perintah dan perjanjian Allah.
            Dalam konfesi Augsburg IX dengan menentang golongan Anabaptis dikatakan bahwa baptisan sangat perlu untuk keselamatan bagi anak-anak. Terhadap Zwingli Konfesi Augsburg XIII menyaksikan bahwa sekarang bukan hanya tanda orang Kristen untuk saling mengenal secara lahiriah. Melainkan juga pertanda dan kesaksian akan kehendak Allah mengenai kita. Sakramen-sakramen bukan tanda dengan mana kita saling menandai dan melainkan tanda yang kelihatan dari anugerah Allah yang tidak kelihatan. Dengan menentang simbolisme Zwingli, Konfesi Augsburg X mengatakan bahwa sesungguhnya tubuh dan darah Kristus hadir dalam Perjamuan Kudus dalam bentuk roti dan anggur yang dibagi-bagikan dan diterima.
            Dalam Rumus Konkord VII, bab 5 dan seterusnya, ditolak ajaran Calvinis yang mengatakan bahwa Kristus hadir dalam Perjamuan Kudus hanya dengan kuasanya atau RohNya (spiritus). Dengan menentang suatu kehadiran ( Kristus yang hanya bersifat spiritual dan vitual diberi tekanan pada kehadiran Kristus secara nyata dan sungguh-sungguh). Di dalam Perjamuan Kudus tubuh dan darah Kristus sesungguhnya dan sebenarnya hadir dan sesungguhnya dibagi-bagikan dan diterima dengan roti dan anggur itu.
            Teologi Lutheran berbeda dengan pandangan gereja-gereja reformed, sebab gagasan tentang Allah dan manusia tidaklah sama. Jika golongan reformed menekankan trasendensi Allah maka golongan Lutheran akan memegang teguh kondesendensi (kenosis) Allah. Dalam ajaran reformed firman dan sakramen tidak setaraf, melainkan firman dianggap lebih tinggi dari sakramen.
            Teologi reformed dan Lutheran sejak masa reformasi bersama-sama menganut pandangan bahwa Allah sendiri mengikat diri-Nya pada firman dan sakramen sebagai media keselamatan. Dalam orthodoks Lutheran, firman dan sakramen dimengerti sebagai alat keselamatan yang membagi-bagikan dan iman dipihak lain diartikan sebagai penangkap. Dalam pietisme, pada abad pencerahan maupun dalam Neoprotestanisme firman dan sakramen tidak lagi dinilai setara, melainkan diberikan suatu aksen kuat pada firman saja.
Sakrament menurut Alister McGrath: Kata sacrament berasal dari istilah Latin sacramentum yang berarti “sesuatu yang dikuduskan ” dan telah dipakai untuk merujuk pada serangkaian ritus gereja atau perbuatan-perbuatan klerikal yang dianggap mempunyai kualitas-kualitsa spiritual yang khusus misalnya kemampuan untuk menyalurkan anugerah Allah.  Definisi- definisi lain yang dibuat kebanykan mengandung pokok yang sama, tetapi lebih singkat. Ide dasarnya ialah bahwa sakramen-sakramen adalah tanda-tanda yang kelihatan dari anugerah yang tidak kelihatan yang entah bagaimana  berlaku sebagai saluran-saluran anugerha. Periode abad pertengaha menyaksikan suatu konsolidasi dari teologi tentang Sakramen-sakramen, khususnya dalam tulisan-tulisan Petrus Lombardus. Tujuh saramen diakui  yaitu baptisan , ekaristi (PK), penebusa dosa, konfirmasi, pernikahan. Penahbian dan pengurapan orang sakit dan suatu teologi yang rumit dikembnagkan untuk membenarkan dan menjelaskan makna pentingnya. 
Ada empat component untuk mendefinisikan sacrament yaitu:
1.      Sebuah element fisik atau materi, seperti air baptisan, roti dan anggur ekaristi, atau minyak  dari pengurapan ekstrim. (pengurapan ekstrim adalah praktek dari  urapan yang tersembuhkan  dari sakit parah dengan minyak zaitun bakti).
2.      Kemiripan untuk menandai sesuatu, sehingga dapat mewakili hal ditandai. Demikian Ekaristi anggur bisa dikatakan memiliki kemiripan dengan darah Kristus, yang memungkinkan untuk mewakili darah yang dalam konteks sakramental.
3.      otorisasi untuk menandakan hal tersebut. dengan kata lain, harus ada alasan yang baik untuk percaya bahwa tanda tersebut berhak mewakili realitas spiritual yang menunjuk. Misalnya memang, contoh utama dari otorisasi yang dimaksud adalah lembaga di tangan Yesus Kristus sendiri.
4.      khasiat, dimana sakramen mampu berunding manfaat yang berarti bagi mereka yang mengambil bagian di dalamnya.
Pertobatan tidak lagi memiliki status yang sakramental, menurut Luther, karena dua karakteristik penting dari sakramen yaitu Firman Allah, dan tanda sakramen luar (seperti air dalam baptisan, dan roti dan anggur di ekaristi). satu-satunya sakramen yang benar dari gereja Perjanjian Baru yang dengan demikian baptisan dan ekaristi; penebusan dosa, tidak memiliki tanda-tanda eksternal, tidak bisa lagi dianggap sebagai sakramen. Fungsi sakramaen: sacrament sebagai penyampai anugerah, meneguhkan iman,  meningkatkan kesatuan dan komitmen dalam gereja, dan meyakinkan kita tentang janji-janji Allah kepada kita.
Kelahiran kita secara rohani ditandai dengan sakramen Pembaptisan, di mana kita dilahirkan kembali di dalam air dan Roh (Yoh 3:5), yaitu di dalam Kristus sendiri. Kita diteguhkan oleh Roh Kudus dan menjadi dewasa dalam iman melalui sakramen Penguatan (Kis 1:5). Kita bertumbuh karena mengambil bagian dalam sakramen Ekaristi yang menjadi santapan rohani (Yoh 6: 51-56). Jika rohani kita sakit, atau kita berdosa, kita dapat disembuhkan melalui pengakuan dosa dalam sakramen Tobat/ Pengakuan dosa, di mana melalui perantaraan iman-Nya Tuhan Yesus mengampuni kita (Yoh 20: 22-23). Lalu jika kita terpanggil untuk hidup selibat untuk Kerajaan Allah, Allah memberikan kuasa untuk melakukan tugas-tugas suci melalui penerimaan sakramen Tahbisan Suci/ Imamat (Mat 19:12). Sedangkan jika kita terpanggil untuk hidup berkeluarga, kita menerima sakramen Perkawinan (Mat 19:5-6). Akhirnya, pada saat kita sakit jasmani ataupun saat menjelang ajal, kita dapat menerima sakramen Pengurapan orang sakit, yang dapat membawa rahmat kesembuhan ataupun persiapan bagi kita untuk kembali ke pangkuan Allah Pencipta (Yak 5:14)
Pengajaran tentang adanya tujuh sakramen ini kita terima dari Tradisi Suci, yang kita percayai berasal dari Kristus. Ketujuh sakramen ini ditetapkan melalui Konsili di Trente (1564) untuk menolak bahwa hanya ada dua sakramen Baptis dan Ekaristi menurut pandangan gereja Protestan. Sebagai umat Katolik, kita mematuhi apa yang ditetapkan oleh Magisterium Gereja Katolik, sebab merekalah penerus para rasul, yang meneruskan doktrin para rasul dengan kemurniannya.
II.    Tanggapan dogmatis
            Dalam teologi Martin Luther pada zaman reformasi keakuan manusia memainkan peranan yang menonjol tetapi dia menekankan “aku” manusia yang theonom dan bukan autonom, diri manusia yang dipercaya dan bukan yang alamiah. Luther memandang rasio manusia sebagai pemberian Allah. antropologi ortodoksi memusatkan istilah imago secara khusus. Dua pengertian imago Dei dibedakan satu sama lain.[23]
1.      Imago Dei generaliter, yaitu manusia adalah gambar Allah dalam pengertian umum. Juga sesudah kejatuhan dia tetap berada dalam kesamaan structural dengan Allah. Manusia alamiah mempunyai struktur imago generaliter, sebab dia memiliki jiwa rasional (anima rationalis), akal budi (intelectus) dan kemauan (voluntas).
2.      Imago dei specialiter yaitu manusia adalah gambaran Allah dalam pengertian khusus. Kesegambaran manusia dengan Allah pada pengertian ini terdapat di dalam keadilan dan kekudusan manusia yang telah kehilangan oleh sebab kejatuhan.
Ortodoksi membedakan adanya lima tingkatan keadaan manusia:
1.      Status integritas (keadaan selamat sebagaimana keadaan manusia sebelum kejatuhannya).
2.      Status corruptions (keadaan di dalam kejahatan yang diakibatkan oleh kejatuhannya).
3.      Status gratiae (keadaan di dalam anugerah yang diperolehnya dalam Kristus).
4.      Status Gloriae (keadaan di dalam pemuliaan yaitu keadaan orang yang diselamtkan setelah kematiannya)
5.      Status damnationis (keadaan di dalam penghukuman, yaitu keadaan orang yang binasa setelah kematiannya).
            Konsili Chalcedon terlaksana tahun 451, rumusnya dianggap berisikan pandangan Bapa Gereja yang dianggap benar atau ortodoks, sebab kuatnya pengaruh surat doctrinal yang berjudul Tome yang ditulis oleh Leo I dan Tome tertanggal 13 Juni 449. Secara umum surat doctrinal itu berisikan kristologi dari barat, ada kelompok merasa disudutkan, seperti Nestorian yang duifisit dan Yakobit yang monofisit dan kaum monofisit.
            Rumusan Kristologi Chalcedon ini sering dinilai sebagai penengah dari kemajemukan Kritologi yang controversial pada zamannya. Namun jelas ada pandangan yang tidak diakomodasi. Tradisi Kristologi dari barat kelihatan lebih dominat. Sementara tradisi kristologi timur tidak di tamping seutuhnya. Misalnya pemahaman kristologi Timur tentang, satu Kristus di dalam dua tabiat. [24]
            Dalam Perjanjian Baru tampak suatu perkembangan gereja yang bergerak mulai dari gereja yang dibangun oleh Roh Kudus pada hari Pentakosta dan seterusnya kea rah pelembagaan gereja . Kata Yunani ekklesia dapat berarti “sidang rakyat” maupun “gereja”. Dalam Perjanjian Baru istilah ekklesia sering muncul dengan kata tambahan genitive tou theou (dari Allah), misalnya Kisah Para Rasul 20:28; 1 Kor 1:2; 10:32; 11:22; 1 Tes 2:14. Ekklesia sebagai sidang rakyat dalam pengertian umum dikonstitusikan oleh manusia. Lain halnya dalam PB di mana ekklesia sebagai sesuatu yang vertical yang dikonstitusikan Allah. Sidang itu tidak berhimpun atas keputusan sendiri, melainkan Allah sendirilah yang menghimpun jemaatNya.
            Perjanjian Baru mempergunakan beberapa metafora yang berbeda-beda untuk menjelaskan arti dan fungsi gereja. Gereja disebut “tubuh” Kristus (1 Kor 10:27; 12:27; Ef 1:23; 4:15; Kol 1:24). Di samping itu gereja atau orang-orang Kristen dapat juga disebut sebagai “orang-orang Kudus” (1 Kor 1:2), “Rumah Allah” (Ibr 10:21; 1 Ptr 2:5), “Imamat yang Rajani” ( 1 Ptr 2:9), “Umat Allah” ( Ibr 4:9), “kawanan domba” Allah dan Kristus (1 Ptr 5:2; Luk 12:32). Menurut Perjanjian Baru, gereja terdapat dalam hubungan yang erat dengan Kristus (1 Kor 3:11) dan tugasnya adalah mengabarkan kesaksian tentang Dia.[25] Sejak awalnya Gereja telah memberi berbagai macam tugas jabatan yang kongret kepada individu-individu tertentu di dalamnya. Dalam PB jabatan-jabatan itu dianggap setingkat dan belum dibedakan menurut pangkatnya. Istilah presbuteros (penatua) dan  episkopos (penilik) dalam PB dipakai secara sinonim ( Tit 1:5, 7; Kis 20:17, 28).[26]
            Dengan reformasi timbul suatu pengertian baru di bidang eklesiologi, di mana kita dapat membedakan butir-butir berikut:
1.      Ciri-ciri khas gereja dalam pandangan Protestan menjadi nyata di dalam kebaktian. Kebaktian boleh disebut dengan pertemuan anggota umat Kristen dimana terjadi memuji Allah dan memberitakan Injil, para warga jemaat saling mendoakan dan saling menguatkan. Dalam kebaktian itu, peristiwa hidup, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus benar-benar di ingat dan di situ Roh Kudus hadir secara khusus. Menurut reformasi sebenarnya hanya ada dua ciri khas (notae) gereja, yaitu pengajaran Injil secara murni dan penyelenggaraan sakramen yang benar.[27]
2.      Pandangan mengenai jabatan diubah berdasarkan kesadaran bahwasanya pengampunan dosa terjadi hanya melalui kepercayaan pada Injil saja. Pelayan bukanlah penguasa atau “hakim rohani” melainkan seorang hamba dan bentara yang menyampaikan Kabar baik. Luther mengemukakan dan mempertahankan imamat-am orang-orang percaya. Dalam suratnya kepada orang-orang bangsawan di Jerman, ia mengatakan: “Semua orang Kristen mempunyai kedudukan rohani dan tidak ada perbedaan diantara mereka, hanya tugas mereka yang berlainan. Oleh baptisan  kita semua di tahbis menjadi imam, seperti yang dikatakan oleh Petrus dalam surat 1 Petrus 2. Sebab oleh baptisan orang boleh bermegah, bahwa ia telah menjadi imam, uskup dan paus, sekalipun tidak semua orang layak untuk melaksanakan pekerjaan itu”. Itu bukan berarti bahwa Luther melawan keharusan penugasan orang orang tertentu dalam jemaat. Tetapi menurut Luther berlaku, bahwa tiap tiap orang yang telah dibaptis dilihat dari segi sakramental sudah memenuhi syarat-syarat untuk ditugaskan sebagai pendeta, uskup dll. Luther sangat menekankan vocatioatau ordinatio; penugasan itu penting baik bagi pemangku jabatan sewaktu dia dicobai maupun bagi jemaat yang menerimanya. “Vocatio itu menyakitkan Iblis”.[28]
3.      Reformasi juga menekankan perbedaan antara gereja dan Negara. Kuasa Rohani janganlah dicampurbaurkan dengan kuasa duniawi.
4.      Pada hakikatnya gereja adalah persekutuan rohani dan dengan demikian tidak kelihatan bagi umum, melainkan hanya kelihatan bagi orang yang beriman. Namun, gereja orang-orang percaya yang tidak tampak itu tidak boleh terpisah dari gereja resmi yang tampak.
Satu-satunya patokan dalam gereja adalah firman Allah, sedangkan paus maupun konsili dapat berlaku
III. Kesimpulan
            Dalam memahami apa itu teologi tentu kita harus bisa mengetahui sejarah perkembangan teologi itu sendiri, sana seperti yang sudah kami paparkan di sajian kami. Bahwa teologi itu bersumber dari Alkitab dan metode-metode dalam mempelajari teologi itu ialah melalui beberapa studi cabang ilmu teologi seperti Biblika, Sistematika, Historika, Pastoral. Pemahaman akan teologi kekristenan sesungguhnya akan kelihatan di dalam buku ini yang begitu luas dalam memaparkan tentang teologi itu sendiri.


[1]  Alister McGrath, Christian Theology An Introduction (Oxford: Blackwell Publisher Ltd, 2001), hlm. 7
[2]  Alister McGrath, Christian Theology An Introduction (Oxford: Blackwell Publisher Ltd, 2001), hlm. 8-10
[3]  Alister McGrath, Christian Theology An Introduction (Oxford: Blackwell Publisher Ltd, 2001), hlm. 10-13
[4]  Alister McGrath, Christian Theology An Introduction (Oxford: Blackwell Publisher Ltd, 2001), hlm. 14-16
[5]  Alister McGrath, Christian Theology An Introduction (Oxford: Blackwell Publisher Ltd, 2001), hlm. 17-20
[6] Alister McGrath, Christian Theology An Introduction (Oxford: Blackwell Publisher Ltd, 2001), hlm. 21-24
[7]  Alister McGrath, Christian Theology An Introduction (Oxford: Blackwell Publisher Ltd, 2001), hlm. 25-40
[8]  Alister McGrath, Christian Theology An Introduction (Oxford: Blackwell Publisher Ltd, 2001), hlm. 35-55
[9]  Alister McGrath, Christian Theology An Introduction (Oxford: Blackwell Publisher Ltd, 2001), hlm. 70-87
[10] Alister McGrath, Christian Theology An Introduction (Oxford: Blackwell Publisher Ltd, 2001), hlm. 86
[11]lister McGrath, Christian Theology An Introduction (Oxford: Blackwell Publisher Ltd, 2001), hlm. 89
[12]  Alister McGrath, Christian Theology An Introduction (Oxford: Blackwell Publisher Ltd, 2001), hlm. 98
[13] Alister McGrath, Christian Theology An Introduction (Oxford: Blackwell Publisher Ltd, 2001), hlm. 102
[14] Alister McGrath, Christian Theology An Introduction (Oxford: Blackwell Publisher Ltd, 2001), hlm. 103
[15] Alister McGrath, Christian Theology An Introduction (Oxford: Blackwell Publisher Ltd, 2001), hlm. 105
[16] Alister McGrath, Christian Theology An Introduction (Oxford: Blackwell Publisher Ltd, 2001), hlm. 110
[17] Alister McGrath, Christian Theology An Introduction (Oxford: Blackwell Publisher Ltd, 2001), hlm. 139-146
[18]  Alister McGrath, Christian Theology An Introduction (Oxford: Blackwell Publisher Ltd, 2001), hlm. 265-285
[19]  Alister McGrath, Christian Theology An Introduction (Oxford: Blackwell Publisher Ltd, 2001), hlm. 345-351
[20] Alister McGrath, Christian Theology An Introduction (Oxford: Blackwell Publisher Ltd, 2001), hlm. 440-445
[21]  Alister McGrath, Christian Theology An Introduction (Oxford: Blackwell Publisher Ltd, 2001), hlm. 476-485
[22]  Alister McGrath, Christian Theology An Introduction (Oxford: Blackwell Publisher Ltd, 2001), hlm. 510-529
[23]  Dieter Becker, Pedoman Dogmatika (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), hlm, 86-87
[24]  A.N.S, “Christology Beyond Chalcedon” dalam Harold H. Rowdon (England: Intervarsity Press, 1982) hlm 257
[25]  Dieter Becker, Pedoman Dogmatika ( Jakarta: BPK GUnung Mulia, 2012), hlm. 171
[26]  Dieter Becker, Pedoman Dogmatika, hlm. 171
[27]  Dieter Becker, Pedoman Dogmatika, hlm. 172
[28]  Dieter Becker, Pedoman Dogmatika, hlm. 173

Comments

Popular posts from this blog

(LX. SAKRAMEN BAPTISAN DI HKBP)

SAKRAMEN BAPTISAN DI HKBP  I. Pendahuluan             Baptisan merupakan salah satu sakramen yang diperintahkan oleh Yesus sendiri dalam Amanat AgungNya. Oleh karena itu gereja melayankan baptisan sebagai salah satu sakramen bagi orang percaya.             Kata “baptis” berasal dari Bahasa Yunani, “baptizo” yang artinya: mencelupkan ke dalam air ataupun memasukkan ke dalam air. Pemandian ke dalam air baru menjadi “baptisan” apabila dilaksanakan dengan upacara seremonial yang khusus. [1] Baptisan yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus, yaitu baptisan yang berlaku di tengah-tengah gereja, bukan hanya menunjuk pada Kerajaan Allah yang masih akan datang, melainkan menjadi bukti dan mengukuhkan perwujudan atas kedatangan Kristus ke dunia. [2] HKBP sebagai salah satu gereja Tuhan di Indonesia mengakui dan melayankan Baptisan Kudus sebagai salah satu sakramen di samp...

(LXXVI. MENGENAL PDT. DR. SOUNTILON MANGASI SIAHAAN DAN PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TEOLOGISNYA)

MENGENAL PDT. DR. SOUNTILON   MANGASI SIAHAAN DAN PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TEOLOGISNYA [1] 1. Biografi             Pdt. Dr. Sountilon M. Siahaan lahir pada tanggal 7 April 1936 di desa Meat-Balige, sebuah desa di tepian Danau Toba. Setelah tamat dari SMA Negeri Balige 1956, beliau melanjutkan belajar ke Fakultas Teologi Universitas HKBP Nommensen dan selesai tahun 1961. Menikah pada 26 Agustus 1961. Sejak tahun 1961-1963 beliau bekerja sebagai Pendeta Praktek dan sekaligus sebagai Pendeta Pemuda/Mahasiswa HKBP Ressort Jawa Tengah yang berkedudukan di Yogyakarta. Ditahbiskan sebagai Pendeta HKBP pada 1 Juli 1962.             Beliau selanjutnya tugas belajar ke Universitas Hamburg pada tahun 1963 dan memperoleh gelar Magister Teologi pada tahun 1967 dan meraih gelar Doktor Teologi (Cum Laude) pada tahun 1973 dengan disertasi yang berjudul Die Konkretisierung ...

(XXXI. TAFSIRAN HISTORIS KRITIS MAZMUR 23:1-6)

Tinjauan Historis Kitab Mazmur 23:1-6 Oleh " Rahman Saputra Tamba " BAB I Pendahuluan             Nama kitab ini dalam LXX adalah Psalmoi [1] . Alkitab bahasa latin memakai nama yang sama. Kata Yunani (dari kata kerja psallo yang artinya “memetik atau mendentingkan”). Mula-mula digunakan untuk permainan alat musik petik atau untuk alat musik itu. Kemudian kata ini menunjukkan nyanyian ( psalmos ) atau kumpulan nyanyian ( psalterion) . [2] Dalam bahasa Ibrani ada kata mizmor yang artinya “sebuah nyanyian yang dinyanyikan dengan iringan musik”, namun judul Kitab Mazmur dalam bahasa Ibrani adalah [3] tehillim yang artinya “puji-pujian atau nyanyian pujian”.             Dalam Alkitab Ibrani, Kitab Mazmur terdapat pada awal bagian Kitab-kitab. Para nabi menempatkan sebelum Kitab Amsal dan tulisan hikmat lainnya, dengan alasan bahwa kumpulan tulisan Da...