Skip to main content

(LI. THEODICY - Antoni Rosmini)

Theodicy by Antonio Rosmini
Oleh : Rahman Saputra Tamba

1.1. Apa itu Theodicy?
Teodisi memiliki arti sebagai “keadilan Tuhan”, dan mengenai hal ini Teodisi tidak memiliki objek lain selain dari pada membenarkan apa yang menjadi keadilan dan kebaikan dari pada Tuhan yang telah kita lihat sendiri didalam hal berbicara mengenai kejahatan-kejahatan yang telah nyata didunia yang diperbuat oleh para manusia.
1.2. Keterbatasan Akal Manusia di dalam keputusannya Tentang Ilahi
Ø  Cara Allah didalam menguatkan kita
          Jika pengetahuan tidak dapat berpengaruh didalam hati manusia, serta tidak berdampak pada hati manusia apakah hal ini seperti berat badan yang tidak berguna di dalam tanpa harus meningatkan hal yang baik atau meninggalkan kejahatan. oleh sebab hal itu tidak dapat memuaskan dan ini tidak disebut dengan sebuah pengetahuan. Yang terpenting didalam hal ini yakni sebuah kebijaksanaan, dimana kebijaksanaan juga sebagai pengajaran didalam peningkatan dalam diri kita serta kekuatan yang menjadi modal utama yang dapat meningkatkan semangat kita. jadi penyebab yang terbesar serta satu-satunya penyebab semua bahaya beserta dengan kejahatan yang dapat menggoda kita, supaya kita lari meninggalkan jalan yang baik menuju jalan yang salah ialah kekesalan dan kesulitan yang ada didalam diri kita masing-masing. Perbuatan-perbuatan yang kita lakukan dan yang menyimpang Allah sendirilah yang memberikan kita kekuatan kepada kita dengan cara mengatur segala sesuatu yang hendak dilakukan didalam diri kita sendiri agar segala perbuatan yang tidak sesuai dengan KeinginanNya tidak dilakukan lagi.
          Maka dari itu perlunya pemikiran didalam diri kita dalam melihat apa yang di berikan Tuhan terhadap kita, disini hak kita dalam memberikan sebuah pendapat itu tidak ada apalagi memiliki pendapat yang angkuh terhadap kecerdasan Allah didalam apa yang terjadi pada saat ini. Pemikiran kita harus juga dapat kita bagi didalam hal kebijaksanaan Ilahi dengan iman, serta kita harus memperkuat kelemahan kita dengan menyakini apa yang telah dikatakan pencipta kita. Melalui ini Dia juga mengajak kita agar tetap untuk bersabar dengan berbagai penderitaan yang telah diberikan terhadap kita, yakni penderitaan yang sesaat. Hal ini juga mengarah kesebuah hadiah yang kekal sebagai balasannya bagi kita. [1]
Ø  Dua Jalur mengarah pada Solusi dari Kesulitan Tentang pemeliharaan
1.    Allah memiliki hal yang begitu khusus didam hal untuk dapat berdiri Tegak, dalam menyangkut hal ini orang yang rendah hati yang telah melakukan penelitian mengenai kebijaksanaan yang kekal. Ini tujuannya untuk berbagi didalamnya dan menemukan kebahagiaan yang berada didalamnya. Melalui hal inilah kita dapat mengetahui serta membedakan dua jalur tersebut yang memungkinkan kita untuk ragu-ragu didalam hal mengenai sebuah pemeliharaan. Jadi salah satu jalur ini sangat tepat sekali disebut dengan jalan iman.
2.    Yang pertama sekali dalam hal ini yaitu luas, sangat lurus dan terbuka untuk semua orang. Disini orang-orang saleh, didukung oleh akal dan diperkuat agar percaya benar dalam hal mengenai akal yang telah memberitahu mereka tentang keutamaan sebuah iman yang teguh, seta mempertahankan bahwa dia yang mengatur alam semesta adalah mahkluk yang tidak terbatas, penuh hikmat, kekuatan keadilan dan kebaikan.[2]
          Oleh sebab itu mereka memiliki rasa puas untuk dapat beristirahat dengan damai didalam dirinya, dan tidak terganggu oleh apa-apa serta tidak terkejut dengan apa-apa juga. Dalam hal ini mereka sepenuhnya memiliki keyakinan bahwa setiap hal yang terjadi, tidak peduli seberapa berat, sulit atau tidak dimengerti, mereka memiliki akal pikiran bahwa itu semua merupakan pekerjaan Ilahi, jadi dalam hal ini mereka tidak membutuhkan lebih.
Ø  Keterbatasan kedua Akal Manusia
          Jika tidak ada mahkluk dengan kekuatan dan kecerdasan alami mereka, dapat merasakan Allah yang merupakan awal dan akhir dari alam semesta, disini yang kita dapat nilai tapi tidak dapat semua kita nilai. Allah disini tidak dapat dirasakan begitu juga kita manusia tidak dapat mencakup Dia didalam segala hal yang tidak terbatas. Jadi dalam hal ini juga kita perlu mencatat bahwa Allah berkomunikasi dari yang satu hingga tidak terhingganya. Ini dilakukan dalam beberapa cara untuk mencapai karya-karyanya yang tak terbatas dan ini ditemukan diseluruh ciptaannya. Jadi apa yang menjadi karya-karyanya atau apa saja yang telah dilakukannya hanya Dialah yang dapat dan mampu untuk mengetahui serta mengungkapkannya, karena kita manusia tidak mampu dalam memahami apa saja yang menjadi jejak Allah serta tidak mampu menemukan maha kuasa secara lengkap. Dan yang kita tahu bahwa Ia adalah yang lebih tinggi dari pada kita manusia.
Ø  Objek Pengetahuan diberikan dalam ukuran tekad tertentu oleh Kehendak bebas Ilahi
Ada 3 hal yang Allah berikan untuk kita mengenai objek pengetahuan kita yakni :
1.      Pertama, hal ini telah ditempatkan sebelum kita, dan Dia telah membuat sebuah pernyataan dalam rangka untuk menerima pernyataann ini serta mengutarakan kemampuan manusia. Seolah-olah tampaknya kita sedang mengajar diri kita sendiri. Tapi disini juga kita diajak untuk berpikir lebih dalam lagi mengenai apa yang akan dinyatakan untuk kemampuan kita manusia, yang dilakukan oleh Allah sendiri. Dan disini juga Allah dikenal sebagai Guru dimana gelar ini diberikan kepada mereka yang telah memberikan pengetahuan kepada seorang pelajar dengan berbagai penjelasan-penjelasan yang akan ia sampaikan.
2.      Kedua, Tuhan juga disini membuat sebuah pernyataan Supranatural, pernyataan ini tidak diberikan melalui indera kita, melainkan melalui hal-hal yang dapat untuk cepat mengingat yakni melalui pendengaran dan pemahamaan kita.
3.      Ketiga, pada akhirnya dalam hal ini diberi sarana yang dapat memungkinkan kita melewati berbagai persepsi yang masuk akal menuju abstraksi yang paling tinggi yakni akal budi. Sarana disini berupa bahasa yang dapat membantu agar dapat dengan mudahnya kita mengerti serta memahami apa yang telah kita dengar. Jadi disini bahasa juga sebagai jalan kita untuk mengetahui sebuah pernyataan yang dari pada Allah tersebut. [3]
1.3.         Hukum Pemerintahan Distribusi barang duniawi dan kejahatan
Ø  Keberadaan kejahatan tidak berlawanan dengan kesempurnaan dan kekudusan Allah
            Jika ada pembatasan-pembatasan didalam kehidupan ini, tentu hal inilah yang telah membuat kejahatan itu ada didalam diri kita. Perlu juga kita ketahui mengenai fakta bahwa pembatasan-pembatasan yang terjadi di dalam diri setiap orang ini bukan menyatakan bahwa dia telah rusak. Hal ini dapat diberikan batasan, namun batasan yang diberikan merupakan sebuah batasan yang sempurna yang terbebas dari kejahatan tersebut. Oleh karena itu, pembatasan-pembatasan tersebut tidak akan membawa diri kita terhadap eksistensi kejahatan. Maka dari ini, untuk mengatasi hal ini sangatlah sulit, dimana kita harus mencatat bahwa pembatasan tersebut berbeda dalam karakter dan kualitas sesuai dengan perbedaan mahkluk sendiri.
            Setiap ciptaan yang benar-benar pasif atau yang sedemikian rupa halnya, sehingga hal tersebut membuat mereka tidak memiliki prinsip didalam diri mereka. Dimana mereka bergerak dan mulai untuk bertindak dari diri mereka sendiri. Disisi Lain mengeni hal ini juga, setiap ciptaan kebanyakan aktif serta mengandung sistem internal yang tepat untuk melanjutkan rencana tersebut. Karena jenis pertama yang pindah kerencana pada kekuatan luar mereka, membuat upaya mereka sendiri tidak bisa membuat mereka lolos dari kondisi keterbatasan sederhana untuk berbuat jahat. Dalam hal ini mereka tidak dapat  melakukan kejahatan dari keterbatasan mereka tersebut tanpa tindakan atau dorongan dari berbagai kekuatan-kekuatan yang eksternal. Contohnya; gerakan tubuh selalu diproduksi dari luar. Mereka menerima gerakan ini baik dari kontak beserta dengan gaya yang ada sekarang ini, berasal dari badan lain yang belum memulainya dengan kegiatan mereka sendiri didalam diri mereka.
            Namun hal yang kedua, dimana hal ini diberikan pada kondisi tertentu yang begitu aktif melalui usaha mereka sendiri serta memiliki batasan yang terdiri tidak hanya didalam menerima dorongan saja dalam melakukan kejahatan, melainkan juga secara langsung telah memproduksi kejahatan tersebut. Oleh karena itu jika kita bisa berbicara dengan cara ini, maka mereka memiliki kewajiban aktif dalam hal kegagalan. Kewajiban ini tergantung kepada mereka, dimana mereka sebagai ciptaan yang memiliki sebuah rencana dan mereka juga sebagai ciptaan yang dapat melakukan kejahatan. Kalau mereka melakukan dengan tindakannya sendiri mereka telah mengalami kegagalan juga didalam sistem perencanaan tersebut. Disini mereka menempatkan kekurangan diri mereka, agar dapat melewati secara spontan dari keterbatasan dalam sebuah rencana untuk dapat menjalani rencana yang tidak dapat mencapai tugasnya. Hal ini sangat tepat dimana tindak kejahatan kodrat terletak.
            Karena itu prinsip terhadap dimana letak kodrat tersebut berhasil dari pembatasan kekurangan tersebut, tujuan ini yakni untuk kejahatan yang ada didalamnya, serta berlaku untuk sifat fisik dan moral. Didalam sifat fisik prinsipnya harus dicari dari luar mereka; dalam kodrat moral hal ini yang harus dapat dicari mereka, apalagi memang keterbatasan mereka terletak terutama didalam hal prinsip. Dengan kata lain keterbatasan sifat moral yang terletak pada prinsip aktif atau energy internal yang mampu memindahkan mereka. Dalam hal mengenai yang baik dan yang jahat, ini mampu melakukan sebuah rencana secara spontan. Rencana ini baik mencapai segala sesuatu atau malah sebaliknya tidak dapat memperoleh serta mencapai sesuatu tersebut. Apabila ia mencapai sebuah akhir berarti ia mencapai sebuah kesempurnaan yang harus mereka miliki dan hal ini juga tergolong dalam perbuatan jahat.
            Kita harus mengingat bahwa unsur konstitutif dari sifat manusia merupakan sebuah kebebasan didalam hal kebaikan dan perbuatan jahat. Kebebasan seperti ini merupakan sebuah anugerah yang sangat baik karena merupakan sebuah prinsip yang dapat diterapkan. Tetapi ada juga keterbatasan anugerah yang sangat baik ini adalah; sedemikian rupa agar dapat dibimbing dan diarahkan kepada kejahatan karena dalam hal ini jasa tidak dapat dipahami kecuali dengan syarat bahwa kekurangan juga dapat terlihat. Jika kita dapat mempertimbangkan sifat manusia  setiap saat, ini dapat membawa kita kepada sebuah gerakan sendiri serta dapat melewati keadaan pembatasan yang memiliki kejahatan. Tapi dalam hal ini kita juga perlu mengetahui tradisi-tradisi umat manusia sehingga kejahatan moral didahului kejahatan fisik.
            Maka dari itu timbullah orang-orang yang memiliki kecerdasan yang disalahgunakan oleh pilihan-pilihan bebas dan penyebabnya dapat menimbulkan rasa bersalah dihadapan Allah sendiri. Setelah kejahatan moral telah diperkenalkan dengan cara ini dipermukaan bumi, maka dengan mudahnya kita menjelaskan bagaimana kejahatan fisik tersebut kemudian menemukan cara yang terbuka, karena ada sesuatu hal yang sangat ketat. Jadi hubungan yang diperlukan antara pemerintah moral dan fisik, begitu juga sama halnya dengan kejahatan yang telah ada. Jadi dalam hal ini diperlukan dan diinginkan oleh kesempurnaan Ilahi dan kekudusan, yang tidak bisa membiarkan kejahatan moral dibiarkan begitu saja.
            Hanya kejahatan fisik, yang menghukum makhluk berdosa dengan penderitaan yang masuk akal, dimana dalam hal ini ia menyatakan bahwa mahkluk ciptaan tersebut telah berusaha dalam menghina dan telah gagal dalam menghancurkan dan memusnahkan. Jadi hanya sebuah hukumanlah yang dapat menetapkan didalam urutan keadilan yang telaah dilanggar. Dengan cara ini, hal tersebut dinyatakan bersalah dan berhak untuk dihukum manusia yang telah memuliakan Allah. Oleh karena itu kita melihat bahwa kejahatan ditemukan dibumi tidak bisa didalam kerugian yang setidaknya  saling bertentangan dengan kekudusan Ilahi beserta dengan kesempurnaannya tersebut.[4]
Ø  Rekapitulasi, pernyataan dari pertanyaan mengenai distribusi kejahatan duniawi.
Agar dapat menyimpulkan, disini telah ditampilkan beberapa point sebagai berikut;
1.      Kejahatan sementara masuk kedalam dunia melalui tindakan-tindakan keadilan, sebagai hukuman bagimu dosa orangtua yang paling utama dan pertama.
2.      Penyebab Efisien dari kejahatan pertama yang ada di Bumi, kejahatan moral adalah manusia yang secara alami bebas; kejahatan fisik sekarang menjadi perlu sebagai hukuman atas kejahatan moral.
       Dalam hal ini Allah menjadi penyebab, dimana Allah telah memperbolehkan pelanggaran yang telah dilakukan adam serta menetapkan hukuman sebagai tindakan keadilan. Penyebaran kejahatan moral beserta fisik dari orangtua kepada keturunannya terjadi melalui hukum-hukum alam, serta melalui konstitusi sifat yang telah membentuk alam semesta ini dan terkhususnya diantara sifat manusia yang telah diajukan terkait dengan generasi.
       Dalam mengenai kejahatan, terkhusus ini dapat menjadi bahan pertanyaan yang mendalam bagi kita mengenai apakah kejahatan tersebut merupakan suatu kejadian yang secara kebetulan saja tanpa diketahui oleh Tuhan dan Tuhan tidak dapat mengontrol hal tersebut. Dan disini juga dapat dikatakan bahwa kita telah kehilangan arah sebab tidak ada aturan, maka dari itu kejahatan selalu hadir dan mengikuti kita. kalau kita terlepas dari kejahatan yang ada di dunia ini maka kita dapat dengan mudah menikmati sebuah kebahagiaan didalam hidup ini serta setia terhadapNya. Jadi mereka yang telah mengikuti kejahatan yang ada didunia ini banyak mengalami permasalahan dan memunculkan keluhan-keluhan didalam menjalani proses kehidupan. Keluhan-keluhan tidak akan ada habisnya, karena keluhan lebih banyak merupakan sebuah kelemahan yang ada didalam diri kita.
Ø  Kemanjuran Doa merupakan Sarana
       Semua manusia pasti tidak semuanya memelihara dihadapan mereka yang menjadi kelemahan dan ketidaksempurnaan mereka. Dan ini pasti akan selalu mengalami perubahan dan tidak ada yang sama sekali mempertahankan hal tersebut. Melalui sebuah jalan dan sarana inilah yang Tuhan berikan terhadap kita yang telah banyak mengalami sebuah proses pergumulan dan dengan cara inilah semua itu dapat teratasi dengan baik sesuai yang telah kita inginkan. Proses penjagaan juga terdapat didalam hal ini agar perbuatan-perbuatan jahat tidak mengusik keberadaan kita lagi. Mulai dari sarana doa yang dilakukan inilah, kita manusia di yakinkan bahwa Allah menjaga, melindungi kita serta membagikan kita berkat dengan kemurahan besar yang telah Tuhan berikan kepada kita. Antara lain, ia telah mengajakan kebenaran yang dapat memberi penghiburan kepada kita, doa juga sebagai perantara didalam proses penyelesaian dan tujuan kita agar dapat memperoleh yang terbaik dari pada Tuhan kita.
       Jadi dalam hal ini manusia sangat jarang sekali berdoa buat mujizat-mujizat yang telah Tuhan berikan, kita sebagian besar hanya mendoakan apa yang telah  melekat didalam kehidupan dan dunia kita tinggal sekarang. Jadi doa itu penting sebagai jalan keluar, jikalau kita meninggalkan keinginan sebuah daging yang telah melekat didalam diri kita manusia. Kita terbebas dan kita berjalan dijalan yang benar ,serta ajaran Kristen sendiri juga menekankan dalam kehidupan ini kehidupan yang tidak bersalah sama sekali merupakan kehidupan yang datang melalui kasih karunia sekaligus mereka yang datang didalam doa. Karena doa merupakan sebuah sarana dari kasih karunia tersebut yang dapat juga untuk menentukan ukuran kebaikan kita.
Ø  Hukuman Yang Positif dan Alami dari sebuah kejahatan beserta kebaikan Allah terhadap mereka.
            Dalam hal ini kita telah melihat berbagai sifat-sifat yang mencerminkan sikap-sikap buruk yang dapat menjadi bahaya ditengah-tengah masyarakat umumnya. Dan mengenai hal ini juga menyangkut dengan hukum karena hal ini bersifat merugikan terkhusus ditengah-tengah masyarakat. Kejahatan merupakan sebuah pelanggaran, pelanggaran yang dapat membuat permasalahan ditengah-tengah kita hidup bermasyarakat. Jadi bagi mereka yang telah melakukan hal-hal yang dapat merugikan seseorang pasti dia akan mendapat Hukuman yang telah ditentukan sesuai dengan perbuatan mereka yang menjadi pelaku. Jikalau hukuman yang diberikan oleh manusia pasti hukuman yang dijatuhkan kalau bisa yang seberat-beratnya, sehingga ini dapat menjadi ketakutan yang sangat besar didalam diri mereka yang telah melakukan kejahatan tersebut. Maka dari itu banyak orang yang mengalami ketakutan dampaknya sangat besar didalam kehidupan, dalam hal ini mereka telah mengalami gangguan terhadap psikologinya dan ini dapat berjangka panjang.
       Sehingga putus asa dapat terjadi, karena tidak ada jalan keluar lagi maka rasa putus asa ini muncul dan perbuatan yang akan dilakukan pasti juga sangat nekat tanpa berpikir panjang lagi. Banyak mereka yang mengalami hal seperti ini mengakhiri hidupnya  dengan bunuh diri dan ini merupakan sifat yang memalukan karena dia mengakhiri hidupnya dengan sendirinya. Tetapi berbeda dengan Tuhan Allah sendiri, ia dapt memberikan pengampunan terhadap kita dan kesabaran selalu ada didalam diriya agar dapat tetap memberikan pengampunan bagi mereka yang bersalah. Sebesar apapun kesalahan kita Tuhan masih dapat memaafkan kita, dia memberikan ruang bagi mereka yang sadar akan sesuatu hal yang dianggap buruk  yang telah dilakukan mereka. Dia juga menunggu sebuah pertobatan agar melalui pertobatan itu menjadi jalan bagi setiap orang untuk berkelakuan baik,berbeda dengan manusia yang langsung mengadili perbuatan setiap orang yang salah. Serta menjatuhkan hukuman seberat-beratnya bagi mereka yang telah berbuat jahat.[5]
1.4.   Hukum yang diterapkan Pemerintah untuk pemeliharaan Ilahi.
Ø  Hukum Kebaikan dan Kebijaksanaan.
       Berbicara mengenai hukum kebaikan, hal ini merupakan sebuah hukum terhadap orang yang masih memiliki moral didalam kehidupannya. Dalam hal ini mengenai individu moral,ini bukan hanya menyangkut satu saja mengenai moral, melainkan hal ini menyangkut sebuah  intelektual yang keliahatan ataupun yang jelas serta nyata. Jadi didalam hal ini ada pokok-pokok pembahasan mengenai individu moral tersebut  karena hal ini tidak mudah untuk dikuasai. Banyak setiap orang yang telah melupakan individu moralnya, jadi dapat dikatakan mereka memiliki individual moral yang terbatas.
       Dan batasan-batasan ini dapat kita lihat sebelumnya; batasan-batasan inilah yang telah membuat kita jatuh dan mau melaksanakan perbuatan kejahatan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan seseorang tersebut, dimana mengenai prosesnya juga selaras sepenuhnya dengan rencan beserta sebuah hukum yang mengatur rencana dari pada mahklu intelektual dan moral. Dalam hal ini, disini mahkluk intelektualnya, dapat dengan mudah menempatkan dirinya bertentangan dengan hukum mahkluk moral. Ketidak sanggupan setiap orang dalam menjalani ini ketika keterbatasan itu ada didalam diri kalian masing-masing. Dan hal ini juga penentu bagi diri kita apa kita  sudah sanggup dalam memenuhi hal tersebut. Perencanaan yang telah dilaksanakan, terkhusus individu moral. Dengan ragam kesibukan  ini dapat membuat kita dalam proses perencanaan dan dapat juga mengarahkan kita ke totalitas yan baik dan mengarahkan diri kita kesetiap pokok-pokok tertentu.
       Maka dari itu hal ini sangat perlu diterapkan untuk diri kita sendiri, supaya setiap moral dan intelektualnya jelas secara nyata dan individual. Apalagi jika tiga kegiatan tersebut beroperasi total tanpa ada hubungan dari mereka sama sekali. Namun didalam tiga kegiatan tersebut tidak selalu beroperasi dalam isolasi tetapi sering dengan hubungan aktif dan pasif diantara mereka. Hubungan ini adalah salah satu kesepakatan yang baik dan sebuah kehendak yang menyatukan dalam dirinya tersebut tiga prinsip tersebut. Untuk menentukan kita agar dapat membuat rencana yang baik yakni melalui sebuah pengetahuan.
       Jadi berbicara mengenai hukum mahkluk moral ini merupakam sebuah bentukan akan penjelasan lebih lenjut tentang asal-usul perjuangan yang bersangkutan. Jika kita mempertimbangkan realitas murni didalam kita, kia begitu tampak terbatas. Apalagi jika kita menganggap diri kita sebagai mahkluk yang memiliki intelektual yang tinggi. Maka dari ini kami memperluas di satu sisi dengan yang tidak terbatas dan sisi yang lain tetap. Dan apabila kita menganggap diri kita dibagian yang ideal, didalam pemikiran tersebut memiliki sesuatu yang tidak terbatas karena mahkluk yang ideal adalah esensi dari mahkluk dan memberikan pengetahuan formal dari semua keseluruhan.
       Tetapi karena realitas dan subsisten keberadaan dikomunikasikan kepada kami hanya pada bagian terkecil saja, maka dari ini kita dapat melihat hanya sedikit dari realitas yang merupakan segala sesuatu yang terjadi dalam sebuah perasaan. Maka dari itu kita dapat memperdebatkan keberadaan realitas lainnya. Mengenai informasi tentang keberadaan realitas lainnya dapat dikomunikasikan kepada kami melalui apa yang kita dengar dari mahkluk lain yang berkomunikasi dengan mereka. Tapi disini juga mengenai realitas ini yang keberadaannya kita percaya dengan mempercayai orang lain telah diterima melalui sebuah penalaran.
Maka dari itu ada tiga jenis yakni sebagai berikut;
1.      Pengetahuan yang ideal atau pengetahuan yag intuisi yang kita tahu esensi dari sebuah keberadaan, dan pengetahuan ini dapat memiliki ragam variasi
2.      Pengetahuan perseptif atau persepsi yang kita tahu subsisten dari mahkluk pengetahuan tertentu dan hal ini sangat terbatas.
3.      Negative-ideal penngetahuan atau penalaran ; semua informasi ini yang berasal dari otoritas lain, dengan inilah kita dapat mengetahui keberadaan subsisten tertentu.
       Maka dari itu fakta didalam pengetahuan mungkin baik ideal atau perseptif atau negative ideal tidak dapat mengurangi pengetahuan seseorang. Semua yang kita ketahui relative terhadap aktivitas intelektual kita.[6]
Ø  Masalah yang harus dipecahkan oleh kebijaksanaan agar dapat memperoleh jalan yang baik.
       Kita dapat melihat kekuatan saja dan kegiatan yang telah menghasilkan apa yang mereka sebenarnya harus menghasilkan. Dalam kasus ini tidak ada maksimal mungkin dan tidak ada minimal mungkin tapi didalam kasus kecerdasan ini memiliki efek dari alam, dan ini dapat membuat efek tersebut berakhir dan menemukan cara untuk mendapatkan hal tersebut. Dibawah hubungan yang beragam kadang-kadang untuk efek berubah menjadi sebuah akhir, kadang-kadang untuk bertentangan dengan lainnya. Berbicara mengenai akhir yang diinginkan oleh pemeliharaan yakni final. Dimana pemeliharaan mencari kesempurnaan moral yang terbesar dari hal yang cerdas. Seperti yang kita lihat satu-satunya akhir kalau moral mahkluk cerdas dapat memiliki moral cerdas, mahkluk yang cerdas merupakan sebuah hal yang mutlak dan akhir yang universal. Maka dari itu kita perlu menetapkan berapa banyak kesempurnaan dan kebahagiaan moral Allah sendiri harus berkomunikasi dengan mahkluknya sehingga kebaikan tertinggi dapat dipuji.
       Maka dari hal tersebut, disini kita sekarang melihat kebijaksanaan Ilahi dalam memecahkan sebuah masalah untuk jalan kebaikan. Disini masalahnya yakni menentukan kuantitas yang baik agar dapat memperoleh kebaikan yang tidak terbatas sama sekali. Disini ada terdapat tugas penetapan diri mengenai sebuah pembelaan mengenai kejahatan bahwa kejahatan tersebut merupakan bagian dari alam semesta. Jadi kebijakan ini harus diambil dari segi sisi positif mengenai kejahatan yang ada dan hadir di alam semesta.[7]
Ø  Pemeliharaan relative terhadap individu.
       Keseluruhan baik diatur oleh sebuah hukum, dimana hal ini memiliki arti untuk kebaikan setiap individu. Kebaikan antara individu diatur oleh undang-undang lain yang berasal dari hubungan individu dengan pemerintahan. Mengenai tentang kebaikan individu hal ini diselesaikan dengan membangunindividu tersebut lalu mengobatinya supaya dapat membantu dan tidak dapat mengalami kerugian. Hal inilah yang memberikan kontribusi langsung atau tidak langsung untuk mewujudkan secara keseluruhan baik.
       Oleh karena itu kita harus memiliki solusi yang tepat akan hal tersebut supaya kebaikan terbesar itu dapat diperoleh. Maka dari itu perlu kita lihat dengan apa kebaikan yang tak terlukiskan Allahh telah diperlakukan dan memperlakukan setiap individu manusia tanpa menghalangi akhir besar dalam pandangan. Rencana Allah tidak akan berhasil tercapai jika tidak pada saat yang sama selaras dengan semua atribut IlahiNya. Untuk dapat melakukannya, harus memenuhi tiga macam kondisi yakni sebagai berikut;
1.      Pertama, harus selaras dengan tatanan intrinsic, dan perintah ditemukan awalnya hanya pada Tuhan. Kondisi ini sebelum setiap mahkluk benar-benar objektif, mengatur penciptaan dan hal-hal yang akan diperlukan.
2.      Kedua, muncul dari kebutuhan moral mahkluk. Ini mengandaikan keberadaan mereka serta didirikan pada mereka yaitu hubungan mereka dengan yang sesuai dengan tipe mereka.
3.      Ketiga, kondisi ini didirikan semata-mata pada kepenuhan kebaikan Allah.
       Jadi mengenai kondisi ketiga ini hal ini didirikan berdasarkan kebaikan yang tidak terbatas dan pemeliharaan tersebutlah yang mengatur individu itu. Karena kebaikan yang tak terbatas memerlukan kecenderungan untuk menghasilkan kebaikan. Jadi kondisinya tergantung pada pemeliharaan tersebut juga dapat mengatur secara keseluruhan.
       Dalam hal ini Allah sendiri telah memilih dan menciptakan mahkluk dengan tatanan fisik yang sempurna beserta dengan tatanan intelektual yang sempurna juga. Hal ini juga merupakan salah satu dari kondisi jenis pertama, tapi ini tidak bisa menjadi objek dari setiap permintaan yang bersifat yuridis oleh setiap mahkluk, jadi mahkluk memiliki tatanan moral dan menuntut beberapa kondisi sebagai berikut;
1.      Hukum keadilan harus diamati untuk bangsa, dimana setiap seseorang akan bergabung ke etika yang baik.
2.      Mahkluk tersebut tidak akan dibuat secara moral Rusak atau cacat secara pribadi, karena moral yang jahat melekat pada orang yang lebih besar dari pada seseorang yang dalam keberadaan fisiknya berhubungan dengan Alam.
3.      Setelah mahkluk itu telah dibuat, sang pencipta tidak akan menghilangkan hal tersebut itu dari moral yang baik dengan menggunakan kemahakuasaannya untuk menghasilkan di dalamnya gangguan dari kejahatan moral setiap orang.
4.      Akhirnya mahkluk itu akan juga dibuat tertata sedemikian rupa sehingga terpaksa jatuh kedalam kejahatan moral melalui impotensi alami, meskipun itu baik secara pribadi. Jika hal ini terjadi, kejahatan moral mahkluk itu akan harus diperhitungkan lagi ke sang pencipta untuk penulis sebenarnya dari kejahatan.
       Mengenai tuntutan ini dapat dalam arti disebut empat hak bahwa mahkluk moral yang intelektual memiliki relative terhadap sang pencipta. Tapi sesungguhnya, sebelum menciptaan alam menuntut sejauh ini mengenai kondisi sekarang yang terjadi. Semua kondisi ini benar-benar dipenuhi oleh Allah berhubungan dengan manusia individu, oleh karena itu tidak ada individu bisa mengeluh kepadanya; sebaliknya masing-masih harus memiliki rasa syukur terbesar untuk sifat potensi. Jadi sarana keselamatan ditakdirkan lagi untuk semua keturunan individualnya. Bahkan satu tanpa kecuali akan menyelamatkan diri, hingga saat kedatangan mesias. Sesuai dengan rencana kebaikan Ilahi dan telah lama menderita. Jadi jika menginginkan hal tersebut maka harus dapat memanfaatkannya dengan sebaik mungkin karunia tersebut. Tapi untuk sekian kalinya banyak  melakukannya dengan kehendak bebas mereka, dalam arti menolak kebebasan dan keselamatan yang telah disodorkan. [8]
I.   Tanggapan Dogmatis.
·         Menurut “Bruce Milne dalam Bukunya “Mengenali Kebenaran”.
Didalam bukunya ini membahas bagaimana kita dapat mempertemukan pemerintahan Allah dalam pemeliharaan dengan kejahatan dan dosa dalam dunia ini? Usaha memecahkan masalah ini disebut dengan teodiki. Dalam kepustakaan pada akhir pasal ini didaftarkan beberapa karya filsafat dan apologetika yang memakai alasan-alasan rasional untuk mencoba menyelaraskan fakta kejahatan dengan keyakinan Kristen bahwa Allah bersifat baik dan Maha kuasa.
Alkitab mengakui masih adanya rahasia dalam hal kejahatan dan dosa(2 Tes 2:7). Pendekatan alkitabiah terhadap masalah kejahatan pada dasarnya bersifat praktis dan tidak banyak membahs asal usul kejahatan melainkan member kesaksian tentang kemenangan kristus atas kejahatan dan membawakan penghiburan ketentramman dari Allah bagi umat-Nya yang menderita. Dalam alkitab kejahatan dan penderitaan selalu dilihat dalam konteks hakikat dan masa depan manusia, serta pribadi dan karya kristus.
Dosa sebagai pemberontakan telah melawan sang pencipta membawa akibat-akibat serius dan meluas untuk alam semesta yang mencerminkan kekudusan penciptaannya. Dan dosa ini juga bersumber dari adam dimana dia telah menjebloskan seluruh alam semesta secara progresif maupun retrogresif ke dalam kerontokan dan kejahatan, dan melalui inilah terjadi penderitaan. Jadi dosa dalam hal ini bukanlah sebagai penderitaan dan dosa bukanlah rencana dari Allah sendiri beserta bukanlah bagian yang permanen didalamnya.
Dalam diri kristus Allah telah mengambil daging manusia dalam kepekaan dan kelemahannya, suatu dimensi penting lainnya lagi dari tanggapan alkitab terhadap masalah kejahatan. persamaan jati diri kristus dengan kita mencapai ungkapan paling mulia di kayu salib, dimana Allah menerima penderitaan manusia sebagai penderitaanNya. Dalam terang kebangkitan yesus, dalam hal ini telah kita lihat kemenangan Allah atas segala kuasa kejahatan dengan kegelapan. Dari segi kedatangan kristus kembali, hal ini jelas bahwa tatanan dosa dan penderitaan sekarang ini bukan realitas terakhir. Jadi dalam hal proses pemeliharaan iman Kristen berpengharapan kembalinya kristus ketika ketidakadilan dan penderitaan kehidupan sekarang akan hilang dan segala sesuatu akan kelihatan dalam terang pernyataan Allah serta kemenangan sepenuhnya dari rencanaNya.[9]
·        Menurut bukunya Dr. Theol Dieter Baker “Pedoman Dogmatika”
            Perbedaan antara penciptaan dan pemeliharaan dapat kita tentukan atas dasar kenyataan bahwa penciptaan yang keluar dari ketidakadaan berbeda dengan pemeliharaan. Pemeliharaan dalam hal ini dapat disebut Creatio mediate, sedangkan penciptaan dinamai creation immediate. Dalam hal ini secara kritis P.Tillich mengkonstair suatu kecenderungan untuk menganggap kurang perlu sang pencipta sebagai kekuasaan yang memelihara, sebab “alam” dimengerti sebagai suatu sistem dari hukum-hukum yang dapat diukur dan diperhitungkan , permulaan dan akhir tidak perlu untuk dipermasalahkan. Terhadap hal itu Thillich menekankan bahwa alur pokok dari pandangan dunia itu berkembang kearah yang sebaliknya. “ Dasar-dasar alam semesta yang bersandar pada diri sendiri telah tergoncangkan. Jadi simbol-simbol dari pekerjaan Allah yang memelihara beroleh kekuatan dan pengertian yang baru.[10]
·         Menurut Bukunya Karl Barth “Teolog Kemerdekaan”
Dalam hal ini Barth menguraikan ajaran tentang pemeliharaan Allah (Providentia) dengan menekankan bahwa Allah memelihara, menyertai dan memerintah ciptaan dan mahkluk-mahklukNya. Sebagai sang Khalik Allah bukan penyebab utama, tetapi mitra perjanjian dalam sejarah yang terdiri atas tindakan-tindakan dari pihak manusia dalam hubungan dengan kegiatan Allah itu. Sama seperti Allah mengiyakan ciptaanNya, maka demikian orang Kristen mengiyakan bahwa ia merupakan ciptaan Allah sendiri serta mengakui bahwa hidupnya sebagai mahkluk baik sifatnya.
Ajaran tentang pemeliharaan oleh Allah sekurang-kurangnya dalam bentuk yang telah kita paparkan dimana dengan segala unsurnya tersebut hal ini merupakan bagian Pokok dari pengakuan Iman Kristen. Dimana kita orang kristenpun juga ikut terpelihara didalamNya, dimana Ia disertai Allah yang memiliki KuasaNya dan dia selalu dijaga disertai dalam proses pemeliharaan Allah tersebut. Maka dari itu manusia itu akan hidup dibawah pemerintahan Allah sendiri.[11]
II.    Kesimpulan
Jadi didalam hal ini semua mengarah pada kesimpulan bahwa ada pemeliharaan yang bersifat ganda; yakni pemeliharaan universal dan pemeliharaan individu dan masing-masing hal ini mengikuti hukum sendiri. Disini pemeliharaan universal mengikuti hukum kebaikan yang tertinggi, dan hukum yang mengikuti pemeliharaan individu adalah dari yang tertinggi dimulai dari keadilan, kesetaraan kewajaran dan sesuai dengat sifat-sifat ilahi lain. Jadi mengenai dua hal pemeliharaan tersebut memiliki harmoni didalamnya juga. Dan dari dua undang-undang mereka merupakan kesempurnaan dari pemerintah.
Kedua undang-undang yang membimbing hal tersebut dimana ada juga pertentangan yang terjadi antara satu dengan yang lainnya. Individu yang baik juga dapat mengalami bentrokan antara universal yang baik.


[1] Rosmini House Durham, Theodicy (Essays on Divine Providence)united states  of America 1977. Hlm. 9-15.
[2] Rosmini House Durham, Theodicy (Essays on Divine Providence).21-40
[3] Rosmini House Durham, Theodicy (Essays on Divine Providence).67-96
[4]  Rosmini House Durham, Theodicy (Essays on Divine Providence)136-178
[5] Rosmini House Durham, Theodicy (Essays on Divine Providence).202-245
[6] Rosmini House Durham, Theodicy (Essays on Divine Providence).256-290
[7] Rosmini House Durham, Theodicy (Essays on Divine Providence).314-365
[8] Rosmini House Durham, Theodicy (Essays on Divine Providence).560-607
[9] Bruce Milne, Mengenali Kebenaran, (Jakarta : Gunung Mulia,2003). Hlm 116-118
[10] Theol. Dieter Becker, Pedoman Dogmatika,(Jakarta:Gunung Mulia,2012)Hlm. 80-81
[11] Karl Barth,Teolog Kemerdekaan, (Jakarta: Gunung Mulia,1998). Hlm.230-232.

Comments

Popular posts from this blog

(LX. SAKRAMEN BAPTISAN DI HKBP)

SAKRAMEN BAPTISAN DI HKBP  I. Pendahuluan             Baptisan merupakan salah satu sakramen yang diperintahkan oleh Yesus sendiri dalam Amanat AgungNya. Oleh karena itu gereja melayankan baptisan sebagai salah satu sakramen bagi orang percaya.             Kata “baptis” berasal dari Bahasa Yunani, “baptizo” yang artinya: mencelupkan ke dalam air ataupun memasukkan ke dalam air. Pemandian ke dalam air baru menjadi “baptisan” apabila dilaksanakan dengan upacara seremonial yang khusus. [1] Baptisan yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus, yaitu baptisan yang berlaku di tengah-tengah gereja, bukan hanya menunjuk pada Kerajaan Allah yang masih akan datang, melainkan menjadi bukti dan mengukuhkan perwujudan atas kedatangan Kristus ke dunia. [2] HKBP sebagai salah satu gereja Tuhan di Indonesia mengakui dan melayankan Baptisan Kudus sebagai salah satu sakramen di samp...

(LXXVI. MENGENAL PDT. DR. SOUNTILON MANGASI SIAHAAN DAN PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TEOLOGISNYA)

MENGENAL PDT. DR. SOUNTILON   MANGASI SIAHAAN DAN PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TEOLOGISNYA [1] 1. Biografi             Pdt. Dr. Sountilon M. Siahaan lahir pada tanggal 7 April 1936 di desa Meat-Balige, sebuah desa di tepian Danau Toba. Setelah tamat dari SMA Negeri Balige 1956, beliau melanjutkan belajar ke Fakultas Teologi Universitas HKBP Nommensen dan selesai tahun 1961. Menikah pada 26 Agustus 1961. Sejak tahun 1961-1963 beliau bekerja sebagai Pendeta Praktek dan sekaligus sebagai Pendeta Pemuda/Mahasiswa HKBP Ressort Jawa Tengah yang berkedudukan di Yogyakarta. Ditahbiskan sebagai Pendeta HKBP pada 1 Juli 1962.             Beliau selanjutnya tugas belajar ke Universitas Hamburg pada tahun 1963 dan memperoleh gelar Magister Teologi pada tahun 1967 dan meraih gelar Doktor Teologi (Cum Laude) pada tahun 1973 dengan disertasi yang berjudul Die Konkretisierung ...

(XXXI. TAFSIRAN HISTORIS KRITIS MAZMUR 23:1-6)

Tinjauan Historis Kitab Mazmur 23:1-6 Oleh " Rahman Saputra Tamba " BAB I Pendahuluan             Nama kitab ini dalam LXX adalah Psalmoi [1] . Alkitab bahasa latin memakai nama yang sama. Kata Yunani (dari kata kerja psallo yang artinya “memetik atau mendentingkan”). Mula-mula digunakan untuk permainan alat musik petik atau untuk alat musik itu. Kemudian kata ini menunjukkan nyanyian ( psalmos ) atau kumpulan nyanyian ( psalterion) . [2] Dalam bahasa Ibrani ada kata mizmor yang artinya “sebuah nyanyian yang dinyanyikan dengan iringan musik”, namun judul Kitab Mazmur dalam bahasa Ibrani adalah [3] tehillim yang artinya “puji-pujian atau nyanyian pujian”.             Dalam Alkitab Ibrani, Kitab Mazmur terdapat pada awal bagian Kitab-kitab. Para nabi menempatkan sebelum Kitab Amsal dan tulisan hikmat lainnya, dengan alasan bahwa kumpulan tulisan Da...