Skip to main content

(XXXIII. TEORI DAS KAPITAL (Karl Marx) DALAM KEHIDUPAN BURUH)


 BAB I

PENDAHULUAN



1.1 Latar belakang



            Karl Marx melihat masyarakat sebagai sebuah proses perkembangan yang akan menyudahi konflik melalui konflik. Ia mengantisipasi bahwa kedamaian dan harmoni akan menjadi hasil akhir dari pada revolusi peperangan yang telah berlangsung. Ciri utamanya ialah perjuangan kelas. Akan tetapi perhatian Marx tidak hanya berpusat pada ciri hubungan soial yang kooperatif. Tetapi ia lebih menaruh perhatian pada kenyataan-kenyataan sosial yang ada.[1] Karl Marx adalah seorang organisator sosialis yang lahir di Trier didaerah Rhine pada tahun 1818. Ayahnya Heinrich Marx dan ibunya Henrietta berasal dari keturunan keluarga rabbi Yahudi. Karl Marx memiliki pandangan atas kepercayaan-kepercayaan terhadap agama dimana agama tidak memberikan pengaruh paling penting terhadap perilaku, tetapi sebaliknya, kepercayaan agama itu mencerminkan faktor-faktor sosial ekonomi yang mendasar. Sesudah menyelesaikan disertasi Doktornya di  Universitas Berlin, Selanjutnya Marx mulai berniat memasuki karirnya dibidang akademis. Hingga pada akhirnya ia menjadi seorang penulis di sebuah surat kabar Borjuis liberal yang terkenal, yakni Rheinishe zeitung. Pendirian latar belakang surat kabar itu mencerminkan oposisi borjuis terhadap sistem-sistem aristokratis-feodal kuno. Karier Marx sebagai penulis surat kabar borjuis terbilang gemilang, hingga pada akhirnya ia diangkat menjadi pemimpin redaksi surat kabar ini.[2]

Teori Karl Marx yang paling terkenal dan paling di ingat ketika masa-masa pemerintahan borjuis yakni : dimana ketika ia membahas tentang kelangsungan hidup manusia serta pemenuhan kebutuhan yang bergantung pada kegiatan produktif dimana secara aktif orang terlibat dalam mengubah lingkungan alamnya.[3] Selain itu, apabila kita meneliti tentang teori Karl Marx, kita akan disuguhkan sebuah unsur humanis yang kuat didalam pemikirannya, ia melihat perkembangan penuh kemampuan-kemampuan kreatif manusia sebagai sebuah ciri dari masyarakat komunis dimasa depan ketika manusia mampu mengontrol tujuannya sendiri.[4] Akan tetapi tidak semua teori Marx sesuai dengan adanya yang mana proses kegiatan produktif pada akhirnya mempunyai akibat yang paradoks dan Ironis, karena begitu individu mencurahkan tenaga kreatifnya itu dalam kegiatan produktif, maka produk-produk dari kegiatan cenderung menjadi benda objektif yang terlepas dari manusia yang membuatnya. Hal itu terjadi karena kegiatan produktif meliputi penggunaan tenaga manusia dan kemampuan kreatifnya, maka produk-produk yang diciptakan itu sebenarnya mewujudkan sebagian dari “Hakikat Manusia” itu.

            Dalam suatu bagian dari Das Kapital jilid ketiga (karangan Karl Marx),  Ia mulai dengan penjelaskan secara sistematis mengenai konsep kelas (pengelompokan), dimana dia mengidentifikasikan adanya kelas-kelas utama didalam masyarakat Kapitalis.[5] Pembedaan kelas ini didasarkan karena adanya perbedaan-perbedaan dalam sumber pendapatan pokok ekonomi. Baginya didalam pembagian kelas, masih terdapat pula tingkatan yang paling rendah yakni : kategori dropouts dan ne’er-do-well’ yakni dapat diartikan sebagai Lumpenproletariat(kaum Proletariat / pekerja yang tidak laku) dimana mencakup para pencuri, para penjahat, pedagang tak menentu, gelandangan, serta tunawisma yang ada di kalangan masyarakat.[6]          



1.2 Rumusan Masalah



Didalam penulisan ini, ada beberapa rumusan masalah, yakni sebagai berikut :

·         Apakah yang dimaksud dengan Kapitalisme ?

·         Bagaimanakah pembagian kelas (Kapitalisme) di dalam masyarakat?

·         Apakah yang dimaksud dengan Buruh ?

·         Apakah peran buruh didalam sistem Kapitalisme ?

·         Bagaimanakah dampak Kapitalisme dikalangan kaum buruh ?

·         Apakah usaha yang dapat dilakukan untuk mensejahterahkan keadaaan para buruh akibat adanya sistem Kapitalisme ?



1.3 Tujuan Penelitian



·         Untuk mendeskripsikan serta memahami sistem kapitalisme.

·         Untuk dapat memahami dampak positif / negatif dari sistem kapitalisme.

·         Untuk menjelaskan kehidupan para buruh di dalam sistem kapitalisme.

·         Mencoba memahami peran buruh akibat adanya sistem kapitalisme







BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Teori Marx

    a. Tentang Manusia

            Gagasan bahwa manusia tidak memiliki kodrat yang persis dan tetap adalah bagian darai pendekatan holistik Marx terhadap penjelasan sosial.[7] Kodrat manusia baginya bersifat sosial dalam artian bahwa manusia tidak mempunyai kodrat lepas dari apa yang diberikan oleh posisi sosial pada dirinya. Sejauh kodrat manusia itu disamakan dengan tingkah-tingkah pribadinya, kodrat tersebut akan menjadi totalitas hubungan-hubungan sosial dan hubungan-hubungan sosial yang berbeda-beda dari masyarakat satu ke masyarakat lainnya.[8] Dipihak lain, Marx percaya bahwa perkembangan sejarah kodrat kapitalis, manusia akan diubah dari memiliki sebuah sikap hati yang sungguh murah hati dan secara spontan berubah kepada sifat memaksa.[9] Karl Marx lebih lanjut memahami arti dari pada kelas. Baginya kelas adalah golongan didalam masyarakat. Kelas dianggap sebagai golongan sosial dalam sebuah tatanan masyarakat yang ditentukan oleh posisi tertentu didalam suatu produksi. Menurut Kar Marx, pelaku-pelaku utama perubahan sosial bukanlah individu tertentu, melainkan kelas-kelas sosial. Sehingga baginya kelas tersebut terdiri dari 3 kelas bukan 2 kelas. Diantara kelas-kelas tersebut pastilah memiliki hubungan diantara ketiganya yakni merupakan hubungan kekuasaan : yang satu berkuasa atas yang lainnya.[10]



2.2 Pengertian Kapitalisme dan perkembangannya



            Kapitalisme ialah asas dimana unsur material dari faktor-faktor produksi (tanah serta modal) berada di dalam tangan swasta dan motifasi terpenting dalam berproduksi semata-mata hanya untuk mencapai keuntungan sebanyak-banyaknya. Istilah ini berasal dari negarawan dan sejarawan Perancis yang beraliran sosialis yakni : Louis Blanc (1811-1882). Paham kapitalisme berkembang sejak abad ke-11, ketika perdagangan internasional mulai dilakukan (awal kapitalisme). Akan tetapi setelah peristiwa revolusi industri abad-19, kapitalisme berubah menjadi sebuah sistem ekonomi. Dimana sangat berkembangserta menonjol di negara-negara dibagian Barat (kapitalisme tinggi/ kapitalisme industri) bersama-sama dengan paham Imperialisme. Sistem tersebut lalumembentuk ekonomi dunia, dimana kegiatan produksi yang paling penting berada ditangan pemerintahan. Misalnya : negara Uni Soviet yang disebut sebagai negara Kapitalisme.[11]



2.2 Pembagian Kelas dan Faktor-Faktor dalam Kapitalisme



            Menurut Karl Marx kehidupan masyarakat yang ada terbagi atas beberapa tingkatan, hal ini tergambar jelas didalam teorinya tentang sistem Kapitalisme dimana ia membagi kelas utama dalam masyarakat kapitalis, sebagai berikut:

·         Kaum Borjuis              : Pemilik modal/ penyedia dana

·         Kaum menengah         : Pemilik Tanah (penyedia lahan dalam proses industri)

·         Kaum Proletar             : Para pekerja / buruh upahan[12]

Pengelompokan kelas-kelas ini dapat terjadi dan dibedakan atas adanya perbedaan pendapatan pokok individu yakni : di dalam sistem upah, keuntungan, bahkan sewah tanah.  Pembagian-pembagian lainnya juga terjadi antara kelas-kelas primer dengan kelas-kelas sekunder bahkan kelompok menengah kebawah lainnya. Karl Marx mengharapkan bahwa ketiga kelas yang ada akan mampu secara bertahap terganti oleh suatu sistem kelas yang baru.[13]



Karl Marx juga menekankan pentingnya peran golongan kaum buruh baik dalam bidang industri ataupun usaha-usaha lainnya. Ia juga mendefenisikan buruh sebagai pekerja upahan yang bekerja kepada seorang penguasa (pemimpin) dengan harapan mendapatkan imbalan / upah. Ia juga mengartikan kaum Bourjuis sebagai orang yang memiliki modal untuk membeli tenaga pekerja yang perlu baginya, bukan membeli tenaga pekerja yang setimpal dengan hasil pekerjaanya melainkan kurang dari pada itu dan dari sisa itulah kaum Bourjuis mendapatkan untung.[14] Secara praktis, dalam  hal ini, itulah yang menyebabkan terjadi kemiskinan yang diakibatkan karna adanya penindasan dan egoisme diantara kaum kapitalis yang disebabkan oleh kelakuan sesama manusia yang tidak adil dan hanya ingin mencari keuntungan sendiri dengan mengorbankan orang lain.  Kaum Bourjuis (pemilik modal) hanya memperalat tenaga dari kaum Proletar (perkerja upahan /buruh), sementara disisi lain, kaum proletar tidak bias menikmati hasil usaha dari pekerjaannya.



Dari hal diatas timbullah ketegangan diantara Kaum Bourjuis dan Kaum Proletar, sehingga hal itulah yang menarik perhatian Karl Marx untuk dapat mewujudkan persamaan Hak, terlebih terhadap kaum Proletar. Karl Marx juga mengajarkan tentang nilai lebih, dimana maksud dari teorinya tersebut mengatakan bahwa tiap-tiap barang mempunyai nilai pakai dan nilai tukar. Adapun yang sama pada masing-masing barang ialah kerja. Kerja itulah yang memberi nilai kepada suatu barang sehingga barang itu dapat ditukarkan dengan barang yang lain. Menurut Marx segala nilai tukar itu berdasarkan nilai kerja. Sebenarnya nilai tukar kerja itu haruslah ditentukan tepat sama dengan penentuan nilai tukar barang lainnya, yang artinya penentuan itu haruslah menurut jumlah yang diperlukan untuk menghasilkan kerja tersebut. Yang dimaksudkan oleh Karl Marx ialah jumlah barang-barang yang diperlukan untuk melangsungkan hidup para buruh sebagai manusia dan sebagai pekerja. Misalnya :makanan, minuman, pakaian, perumahan dan sebagainya yang diperuntukkan bagi buruh serta keluarganya.[15]



            Sama seperti Karl Marx, Marxis juga berpendapat bahwa “sejarah setiap masyarakat sampai masa kini adalah semata-mata sejarah perjuangan kelas (1848)”. Ia melukiskan dalam istilah yang lebih konkret tentang “perjuangan kelas, penindasan oleh kaum borjuis yang menimbulkan konflik terhadap kaum Proletariat”, dan lain-lain. Di dalam bukunya “The Great Initiative” ia menjelaskan pengertian kelas adalah kelompok besar dari orang-orang yang ditandai oleh posisi yang dipegangnya dalam suatu sistem yang dibatasi secara historis oleh produksi sosial, alat-alat produksi dan peranan dalam organisasi kerja sosial.[16]

            Diantara konsep Karl Marx dan Marxis, keduanya menemukan ada perbedaan pandangan terhadap tatanan kelas, beberapa perbedaan tersebut dapat dilihat sebagai berikut :

·         Perbedan-perbedaan dalam tatanan cara kehidupan

·         Perbedaan terhadap paham populer tentang status sosial Prestice (keadilan)

Selain perbedaan yang ada diatas, keduanya juga memiliki pandangan yang berbeda didalam bidang alat produksi (cara kerja). Bagi Marxis adalah unsur hakiki di dalam membedakan kelas, yakni : sesuatu darimana semua perbedaan lain berasal. Dengan demikian perbedaan-perbedaan tersebut pada akhirnya mengacu pada dua faktor yakni :Pertama, ketidaksamaan kolektif dalam kondisi-kondisi sosial, kedua, pewarisan turun temurun dari Privilese-privilese.[17]





2.3 Pengertian Buruh & Klasifikasinya



Menurut Ensiklopedi Indonesia: Buruh adalah setiap orang yang bekerja pada seorang majikan dengan menerima upah. Buruh juga merupakan motor utama perusahaan yang banyak menentukan keberhasilan perusahaan.[18] Selain itu, Marx juga mengartikan buruh sebagai kekuatan.[19] Didalam Ensiklopedia Indonesia, juga dibedakan jenis-jenis buruh yang terbagi atas :

·         Buruh Kantor, yakni karyawan di kantor

·         Buruh Harian, yakni buruh yang menerima upah berdasarkan upah harian

·         Buruh Musiman, yakni buruh yang bekerja hanya pada musim-musim tertentu

·         Buruh Pabrik, yakni buruh yang bekerja didalam pabrik-pabrik

·         Buruh Kasar, yakni karyawan yang bekerja dengan tenaga badan atau kuli.

·         Buruh Terampil, yakni buruh yang memiliki keterampilan seperti tukang atau juru TIK.

·         Buruh terlatih, yakni buruh yang sudah dilatih untuk keterampilan tertentu.

Menurut Wikipedia :Buruh adalah pekerja, tenaga kerja, worker, laborer atau karyawan yang pada dasarnya ialah manusia yang menggunakan tenaga dan kemampuannya untuk mendapatkan balasan berupa pendapatan, baik berupa uang maupun bentuk lainnya kepada pemberi kerja atau pengusaha atau majikan. Pada dasarnya buruh maupun karyawan adalah sama namun dalam kultur indonesia, “buruh” berkonotasi sebagai pekerja rendahan, hina, kasaran, dan sebagainya sedangkan pekerja dan tenaga kerja adalah sebutan untuk buruh yang lebih tinggi dan diberikan cenderung kepada pekerja yang tidak memakai otot tapi otak dalam melakukan pekerjaannya. Akan tetapi pada intinya sebenarnya keempat kata ini memiliki arti yang sama yaitu PEKERJA.

Buruh dapat pula terbagi atas dua , Yakni :

Ø  Buruh Profesional : biasa disebut buruh kerah putih, biasa menggunakan tenaga otak dalam bekerja ketimbang memakai otot (Misalnya, karyawan swasta) .

Ø  Buruh kasar : biasa disebut buruh kerah biru, karena cenderung menggunakan tenaga otot dalam bekerja ketimbang menggunakan otak. (Misalnya, pekerja bangunan / pekerja serabut, dll).[20]



2.4 Pandangan buruh dalam Alkitab   

      a. Perjanjian Lama

            Didalam Perjanjian Lama, juga terdapat istilah Kerja yang diceritakan didalamnya. Seperti contoh, ada seorang pemuda yang bernama Yakup yang terpaksa melarikan diri dari rumah orang tuanya karena dia telah merampas hak (doa restu) kakaknya. Setelah berhari-hari, mengadakan perjalanan, sampailah Yakub dirumah saudara lelaki ibunya dan menetap disana. Dia bekerja untuk membantu sang paman menjalankan bisnis yang umum pada waktu itu. Sebagai : peternakan domba secara Tradisional. Kisah ini menjelaskan mengenai hubungan kerja yang ada didalam perjanjian lama dengan konteks Etos kerja yang ada saat ini. Perbedaannya terlihat jelas mengenai hasil / upah yang diterima. Pada saat itu, Yakub menerima upah kerjanya yakni : beberapa binatang-binatang ternak setelah ia bekerja selama 7 tahun selama 2 periode lamanya. Sedangkan pada jaman ini upah yang didapat tidak berupa binatang ternak melainkan kebutuhan sekunder.[21]

      b. Perjanjian Baru

            Didalam perjanjian baru, tidak diterangkan secara jelas mengenai hubungan kerja antara buruh dengan majikan. Hubungan antar buruh dan majikan baru terlihat jelas di Palestina pada zaman Yesus sampai sekitar pada tahun 100 saat kitab suci perjanjian baru ditulis. Didalam pandangan Lukas dan Matius, dijelaskan konsep yakni : majikan akan membayar upah kepada para pekerjanya. Sebagaimana yang dikatakan didalam Matius, dan Lukas “Orang yang bekerja berhak menerima upahnya”.[22]



2.5 Peranan buruh didalam sistem Kapitalisme



            Karl Marx membagi stuktur sosial menjadi 3 bagian, dan diantaranya kebanyakan mayoritas sebagai pekerja (proletar). Mereka dominan mengambil bagian dalam menggerakkan sistem perekonomian Kapitalisme. Walaupun demikian, kaum Borjuis kerap kali memandang sebelah mata dan menganggap mereka tidaklah penting. Oleh karena itu penting bagi kita untuk mengetahui apa sebenarnya peranan buruh didalam sistem Kapitalisme yakni sebagai berikut :

§  Sebagai pelaku produksi dan menjadi motorik dalam sistem Kapitalisme

§  Sebagai pelaku utama dalam menjaga kestabilan sistem kapitalisme.[23]



2.6 Dampak sistem Kapitalisme terhadap buruh                                      



            Dampak kapitalisme muncul akibat adanya ketidakseimbangan antara individu yang satu dengan individu yang lainnya.[24] Ketidakseimbangan tersebut timbul karena adanya perbedaan antara ; gaji / upah, posisi, bahkan golongan kerja. Oleh karena itu sistem Kapitalisme yang ada cenderung timbul dikalangan para pekerja. Didalam sudut pandang yang lain, sistem Kapitalisme, juga kerap kali membahas tentang kesejahteraan diantara para pekerjanya, baik secara individual maupun berkelompok.

Berikut beberapa dampak positif / negatif sistem Kapitalisme terhadap buruh :

Dampak positif :

§  Mensejahterahkan kehidupan diantara para pekerja.

§  Menciptakan ketenangan, ketertiban, ketentraman, diantara para pekerja.

§  Menciptakan lapangan kerja baru bagi pekerja mula-mula

§  Meningkatkan hasil produksi.

Dampak negatif :

§  Menimbulkan kesenjangan sosial diantara para pekerja

§  Menciptakan antara bawahan dan atasan

§  Menjadikan manusia hidup dalam kawasan individualisme

§  Adanya pertentangan diantara kelas / kelompok.[25]



2.7 Usaha kongkret dalam mensejahterahkan kehidupan para buruh

            Kehidupan buruh secara tidak langsung cenderung sangat identik atas penindasan, pengasingan / pengelompokan, serta kekerasan.[26] Akibatnya, buruh cenderung menjadi seorang individual dan tidak memperhatikan kehidupan sosialnya yang bahkan dapat mempengaruhi psikologis dari para pekerja. Bagi Karl Marx kehidupan para buruh sangat lah perlu diperhatikan. Oleh karena itu, pada akhirnya Karl Marx menyimpulkan beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mensejahterahkan kehidupan para buruh, sebagai berikut :

  I.  Dalam bidang Ekonomi

§  Menaikkan UMP sesuai dengan batas yang telah ditentukan.

§  Menyediakan lapangan pekerjaan yang lebih luas cakupannya.



II. Dalam bidang Sosial

§  Memberikan keleluasaan dalam bekerja.

§  Memberikan penghargaan atas kerja keras para pekerja.



2.8 Studi kasus / Hasil Penelitian



Setelah melakukan beberapa wawancara, kami mendapatkan data-data sebagai berikut:





Narasumber I

  Nama                                     : Koko, (suku Melayu)

  TTL                                       : Simarimbun, 14 September 1994

  Umur                                     : 22 Tahun

  Anak ke                                 : 2 dari 4 bersaudara

  Agama                                   : Islam

  Pendidikan Terakhir              : SMA

  Pekerjaan                               : sebagai buruh angkut

  Penghasilan                           : Rp. 330.000,- / Minggu = Rp. 1.320.000,- / Bulan

  Lama bekerja / Durasi kerja : 3 Tahun / dimulai dari pukul 07.00 – 17.00 WIB

  Pekerjaan orangtua                : Ayah : Pekerja Mable  dan Ibu: IRT

  Hubungan dengan Atasan    : Baik

  Cita-cita dahulu                    : Seorang Arsitek tetapi tidak tercapai karena tidak ada biaya.

  Kegunaan gaji                       : Untuk kegunaan Pribadi (makan/minum/pakaian).[27]



Narasumber II

  Nama                                     : Ary, (suku Jawa)

  Tanggal lahir                         : 06 Oktober 1992

  Umur                                     : 24 Tahun

  Pendidikan Terakhir              : SMA

  Anak ke                                 : 1 dari 2 bersaudara

  Pekerjaan                               : Buruh di dalam suatu pengerajin kayu (Panglong)

  Penghasilan                           : Rp. 420.000,- / Minggu = Rp. 1.680.000,- / Bulan

  Lama bekerja                         : 5 Tahun

  Durasi kerja harian                : 08.00 – 16.30 WIB

  Agama                                   : Islam

  Pekerjaan orangtua                : Ayah: Wiraswasta dan Ibu: IRT

  Hubungan dengan Atasan    : Baik

  Cita-cita dahulu                    : Koki/ Pengamat kuliner

  Kegunaan gaji                       : Untuk modal menikah.[28]



Catatan :



Pada saat kami melakukan penelitian, kami mendatangi empat lokasi yang berbeda yaitu: Jalan Bandung, Jalan Diponegoro ( UD. Obor), Jalan Pematang ( Pabrik Es Batu dan panglong), dari keempat lokasi yang kami datangi dua diantaranya tidak memperbolehkan kami untuk melakukan wawancara terhadap pekerjanya karena buruh tersebut harus tetap bekerja sebelum waktu istirahatnya tiba. Kami melihat bahwa pekerja pada UD. Obor benar-benar sangat disibukan dengan segala pekerjaan yang dibebankan oleh atasannya kepada mereka. Tetapi tidak semua lokasi yang kami datangi bersifat demikian, dari keempat lokasi tersebut ada dua lokasi yang masih mau memberikan waktu kepada kami untuk mewawancarai pekerjanya.

Gambar 1, 2, 3 : Bersama buruh panglong & buruh Angkut



Gambar 4, 5 : Tempat buruh bekerja



Narasumber III

  Nama                                     : Benget Simanungkalit, (suku Batak Toba)

  Tanggal lahir                         : 15 Februari 1987

  Umur                                     : 53 Tahun

  Pendidikan Terakhir              : SMP

  Anak ke                                 : 4 dari 7 bersaudara

  Pekerjaan                               : Buruh Angkut Pasir

  Penghasilan                           : Rp. 350.000,- / Minggu = Rp. 1.400.000,- / Bulan

  Lama bekerja                         : 7 Tahun

  Durasi kerja harian                : 07.30 – 17.00 WIB

  Agama                                   : Kristen Protestan

  Pekerjaan orangtua                : Ayah, Ibu telah Meninggal

  Hubungan dengan Atasan    : Sangat baik

  Cita-cita dahulu                    : Arsitektur

  Kegunaan gaji                       : Untuk memenuhi kebutuhan hidup[29]



Narasumber IV

  Nama                                     : Joko, (suku Jawa)

  Tanggal lahir                         : 24 September 1979

  Umur                                     : 38 Tahun

  Pendidikan Terakhir              : SMA

  Anak ke                                 : 3 dari 4 bersaudara

  Pekerjaan                               : Buruh Bngkut Barang

  Penghasilan                           : Rp. 320.000,- / Minggu = Rp. 1.280.000,- / Bulan

  Lama bekerja                         : 10 Tahun

  Durasi kerja harian                : 08.30 – 17.30 WIB

  Agama                                   : Islam

  Pekerjaan orangtua                : Ayah, Ibu telah Meninggal

  Hubungan dengan Atasan    : Kurang Baik

  Cita-cita dahulu                    : Hakim

  Kegunaan gaji                       : Untuk kebutuhan keluarga [30]



Narasumber V

  Nama                                     : Henriko Simanjuntak, (suku Batak)

  Tanggal lahir                         : 09 April 1960

  Umur                                     : 55 Tahun

  Pendidikan Terakhir              : Sekolah Rakyat

  Anak ke                                 : 2 dari 5 bersaudara

  Pekerjaan                               : Buruh Angkut

  Penghasilan                           : Rp. 370.000,- / Minggu = Rp. 1.480.000,- / Bulan

  Lama bekerja                         : 25 Tahun

  Durasi kerja harian                : 09.00 – 15.50 WIB

 Agama                                   : Kristen Protestan

  Pekerjaan orangtua               : Ayah, Ibu telah Meninggal

  Hubungan dengan Atasan    : Cukup Baik

  Cita-cita dahulu                    : Guru

  Kegunaan gaji                       : Untuk modal di hari tua[31]



Gambar 6, 7, 8 : (Buruh Angkut Pasir, Buruh Angkut Barang, Buruh Bangunan)



Catatan :

            Pada saat kami melakukan penelitan, kami meneliti di daerah Pajak Horas (Jl. Merdeka), di, Jl. Cipto, serta di Jl. Kartini. Dari ketiga hasil penelitian kami, kami menemukan fakta baru yakni, buruh yang bekerja pada saat itu diberikan keleluasaan serta hak yang manusiawi disaat dia bekerja. Tidak seperti di UD. Obor ataupun Pabrik Es yang selalu disibukkan akan pekerjaan serta jam kerja yang tinggi.



2.9 Hubungan antara Hasil Penelitian dengan Teori dari Karl Marx dan Catatan

            Dari penelitian yang kami lakukan dengan beberapa buruh yang terdapat di daerah Pematang Siantar, Kami mendapatkan Fakta yang sama  dengan apa yang menjadi pikiran dari tokoh Karl Marx sendiri serta penambahan dari beberapa catatan perkuliahan. Dan dari pikiran-pikiran tersebut dapat kita bandingkan, sebagai berikut:

Sisi Negatif:

1.      Menurut dari apa yang sudah diterangkan dari perkuliahan, bahwa setiap buruh yang bekerja disebuah tempat, mereka akan merasa terkekang atau tidak ada kebebasan bahkan tidak memiliki waktu untuk beristirahat sebelum waktunya. Hal tersebut sesuai dengan kenyataan yang kami lihat sendiri pada saat mengadakan penelitian. Contohnya di “OBOR”, suatu tempat jual beli alat-alat bangunan yang bisa dikatakan sebagai salah satu toko bangunan yang ternama di Pematangsiantar. Mereka memiliki banyak karyawan, ada yang bekerja di toko, dan ada juga yang bekerja di dalam pabriknya. Seperti yang sudah dijelaskan dalam makalah ini, bawasannya buruh dibagi dua: buruh kerah putih (yang bekerja dengan menguras pikiran) dan buruh kerah biru (yang bekerja dengan menguras tenaga), buruh yang bekerja di pabrik Obor ini adalah buruh kerah biru yang memiliki segudang pekerjaan yang menjadikan mereka tidak dapat beristirahat bahkan untuk sejenak, sebelum waktu istirahat datang atau sebelum waktu kerja selesai. Disana kami sempat melihat para buruh tersebut bekerja sesuai dengan pembagian yang sudah ditetapkan. Setiap orang memiliki pekerjaan yang harus ditanggungnya, seperti mengangkat barang ke mobil, memindahkan barang, memotong kayu, dan lain-lain.

2.      Dari kesibukan yang tadi sudah dipaparkan pada poin pertama, kami juga memngambil perbandingan dari catatan perkuliahan yang mengatakan bahwa, setiap buruh yang sudah disibukan dengan pekerjaan yang menjadi rutinitas bahkan dilakukan berulang-ulang, tidak memiliki waktu untuk berfikir. Pendapat tersebut kami anggap benar. Seperti pada data yang kami sajikan dalam penelitian, salah satu dari pertanyaan kami adalah “apakah dulu anda pernah memiiki cita-cita?” dari kedua orang yang kami wawancarai menjawab “ya”. Ada yang bercita-cita menjadi koki/kuliner dan arsitek bangunan. Tetapi ketika kami menanyakan “apakah saudara masih pernah memikirkan untuk menjadi apa yang saudara dicita-citakan?”, tetapi sebelum menjawab, mereka seperti berfikir sejenak, apakah memang betul mereka pernah terpikir lagi atau bahkan tidak pernah memikirkan itu lagi, kita tidak tahu bagaimana kebenarannya. Tapi dari apa yang kami perhatikan, mereka sama sekali tidak pernah terobsesi lagi untuk menjalankan cita-cita yang dulu pernah mereka impikan. Hal inilah yang kami yakini bahwa dengan kesibukan yang dilakukan oleh para buruh tersebut menjadi pembatas baginya untuk berfikir bagaimana kedepannya.

3.      Dalam catatan juga dikatakan bahwa manusia sebagai mahkluk sosial membutuhkan sarana komunikasi atau yang bisa kita sebut sebagai interaksi. Tetapi melihat dari apa yang dikerjakan oleh salah satu buruh yang kami wawancarai, bahkan ia sama sekali tidak mengeluarkan sepatah katapun sewaktu dia bekerja. Hal tersebut dikarenakan ia harus bekerja secara cekatan atau bekerja dengan tujuan bagaimana agar ia tidak dimarahi oleh atasannya, sehingga mungkin dia akan dikenakan sangsi atau lain sebagainya. Hal tersebut menyita seluruh waktunya untuk dapat berkomunikasi dengan orang-orang sebagai mana mahkluk sosial biasanya.

Sisi Positf:

1.      Setelah melakukan penelitian ini, kami juga mendapatkan beberapa hal yang cukup menarik, yang menjadi pertimbangan kami dalam mendefinisikan arti Kapitalisme yang terjadi dalam masyarakat. Seperti yang sudah kami jelaskan bahwa buruh juga berperan penting dalam adanya Kapitalisme. Tanpa adanya tenaga dari buruh, maka kaum borjuis atau pemilik tanah tidak akan berarti, oleh sebab itu perlu adanya rasa saling menghormati satu sama lain. Hal ini jugalah yang menjadi ketertarikan kami, setelah mewawancarai buruh yang bekerja di panglong. Pada saat itulah kami kelompok dapat memberikan bukti “bahwa tidak semua buruh itu diperlakukan dengan tidak sewajarnya atau sewenang-wenang”. Ketika kami mewawancarai buruh tersebut, kami langsung disambut dengan baik oleh karyawan, juga mandor dari tempat itu. Bang Ary yang menjadi narasumber kamipun menjawab semua pertanyaan kami dengan tidak ada ketegangan atau paksaan dari mandor untuk langsung kembali bekerja.[32]

2.9.1  Sekitar Fakta yang menarik Mengenai Buruh

            Dalam Sejarah Agama Kristen di Amerika, kita mengetahui bahwa telah terjadi The Great Awakening atau yang sering kita sebut sebagai Kebangunan Rohani. Kebangunan Rohani pertama yang di pelopori oleh Jonathan Edwards (1703-1758), berjalan dengan baik, Tidak seperti Kebangunan Rohani yang kedua. Kebangunan Rohani yang kedua yang dipelopori oleh beberapa orang tokoh, diantaranya; Charles Finney (1792-1875) dan Dwight L. Moody (1837-1899), tidak berjalan dengan lancar. Akibatnya pada abad ke-19 dan ke-20, masyarakat kristen protestan di Amerika terpecah sehingga memunculkan dua aliran yang bertentangan yaitu; aliran liberal dan aliran evangelikal (Injil).[33]

            Salah satu bentuk khusus dari Liberaisme Amerika ialah gerakan Social Gospel (“injil sosial”). Sesudah perang saudara, industri amerika berkembang dengan pesat, tetapi keadaan kaum buruh kerap kali menyedihkan. Jadi, ada orang-orang kristen yang merasa bahwa amalan yang bersifat individual tidak cukup lagi untuk memberantas kemelaratan kaum buruh itu. Susunan masyarakatlah yang perlu disesuaikan dengan asas-asas Injil. Oleh sebab itu gerakan mereka disebut “Sosial Gospel”. Tokohnya yang utama adalah Walter Rauschenbusch (1861-1918).

            Tantangan dari kesengsaraan kaum buruh tersebut dijawab oleh  Walter Rauschenbusch dengan menulis karyanya: A Theology of The Social Gospel. Dalam ajarannya dia mengatakan bahwa amanat Alkitab terutama diarahkan kepada masyarakat seluruhnya , dan masyarakat dalam keseluruhannya itulah yang harus bertobat dengan mengubah susunannya. Pertobatan itu akan membawa kerajaan Allah. Jadi, menurut dia, kerajaan itu sesuatu yang berada dalam sejarah, bukan diseberang; sesuatu yang mungkin dapat kita kerjakan sendiri, bukan yang turun dari sorga. Gereja-gereja di Amerika untuk sebagian mempraktikan ajarannya dengan membantu gerakan kaum buruh yang sedang timbul. Pada tahun 1912 mereka merumuskan pernyataan yang berjudul “ Pengakuan Iman Sosial”.[34]



Refleksi

Pada era globalisasi saat ini, Kapitalisme bukanlah sesuatu yang canggung lagi dalam masyarakat. Tidak ada yang dapat disalahkan apakah kaum borjuis, pemilik tanah, maupun kaum buruh, karena dari ketiga kelas tersebut adalah suatu tatanan yang memiliki sistem yang memang saling membutuhkan satu sama lain. Yang menjadi perhatian besar bagi kita adalah bukan bagaima cara agar kaum buruh menjadi kaya atau ditiadakan, tetapi bagaimana cara agar setiap bagian dari sistim KAPITALISME dapat saling menghormati dan memiliki rasa saling membutuhkan satu sama lain, sehingga Kaum Buruh bisa bekerja secara nyaman, aman,  tidak merasa tertekan dan tidak merasa bahwa dirinya tidak berharga.

Kaum Buruh juga adalah mahkluk sosial. Dikatakan bahwa setiap mahkluk sosial membutukan interaksi dan berfikir. Tetapi dengan pekerjaan yang mereka lakukan saat ini, apakah merka memiliki waktu untuk berinteraksi? Apakah mereka memiliki waktu untuk berfikir bagaimana kehidupan kedepannya?

Memanglah benar bahwa seorang buruh/ seorang yang sudah digaji oleh atasannya, harus selalu bekerja sesuai waktu dan ketentuan yang berlaku di tempat kerja tersebut. Jadi, pemilik tempat kerja tidak dapat disalahkan, karena dari awal buruh itu sudah menerima sistem kerja yang ada di tempat tersebut. Tetapi dengan sedikitnya lapangan pekerjaan yang tersedia, orang-orang tidak memikirkan lagi bagaimana kondisi / cara kerja dari pekerjaan yang dia lakukan, yang mereka pikirkan adalah bagaimana cara mengumpulkan banyak uang untuk kehidupan mereka sendiri.

Dalam kejadian 1: 26-27 dikatakan bahwa manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah atau “Imagodei”, sehingga dengan demikian manusia tidak berbeda satu sama lain, semuanya sama, hanya saja berlainan fungsi atau tugasnya. Dalam kitab kejadian, juga tidak pernah dikatakan manusia harus menguasai manusia lainnya (homo homonilupus), tetapi manusia harus saling mengasihi satu sama lain (Markus 12:30-31). Dengan demikian segala sesuatu yang kita lakukan bahkan ketika Kapitalisme terjadi, itu bukanlah suatu hambatan jika kita menggunakan kasih didalamnya.























































BAB III

PENUTUP



3.1 Kesimpulan



            Setelah kami membaca, memahami, serta melakukan observasi dibeberapa tempat dan keadaan, maka dapat kami simpulkan beberapa pandangan /pemikiran yakni sebagai berikut :

§  Sistem Kapitalisme pada saat ini masih tetap ada, dan tetap terus berlangsung

§  Peran buruh sangat mempengaruhi dalam motor penggerak sistem Kapitalisme

§  Pekerjaan buruh sering dianggap pekerjaan hina, rendahan. Akan tetapi tanpa disadari, peran buruh sangatlah besar dalam tanggung jawab yang menjaga keberlangsungan sistem Kapitalisme.

§  Kaum Borjuis atau Pemilik Tanah tidak selamanya sebagai seorang yang berperan Antagonis dalam sistim Kapitalis.

3

3.2 Saran

            Dari pemaparan sajian diatas, begitu banyak sebenarnya yang dapat kita petik / ambil dari profesi buruh. Kini profesi buruh tidaklah lagi dianggap sebuah pekerjaan yang hina atau rendahan. Melainkan kini telah menjadi suatu pekerjaan yang utama didalam mempertahankan keberlangsungan tatanan ekonomi. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi kita untuk mendukung serta tidak memandang rendah terhadap kaum buruh. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa “ apabila kita menghargai profesi seorang buruh, berarti kita telah ikut menjaga keberlangsungan sistem ekonomi “.

























DAFTAR PUSTAKA





Adam Kuper, dkk                  

            2000                            Ensiklopedia ilmu-ilmu sosial Jakarta : Grafindo



Agnes Yosephine

2014                             Peran tenaga kerja dalam konsep sosiologis, kapitalis Malang : Universitas Brawijaya

Al Purwa Hadiwardoyo

            2010                            7 Masalah sosial actual Yogyakarta : Kanisius



Andito Suwigno

2013                            Buruh bergerak, membangun kelas kesadaran Cirebon : UNSWAGATI

Anthony Giddnens, dkk        

2004                            Sosiologi Sejarah dan Berbagai Pemikirannya  Yogyakarta : Kreasi Wacana

Bungaran A. Simanjuntak

2008                            Kapita Selekta Teori-Teori Antropologi dan Sejarah Sosiologi Medan : Bina Media Perintis

Doyle Paul Jhonson               

            1988                            Teori Sosiologi klasik dan Modern Jakarta : Gramedia



Franz Magnis-suseno

            2003                            Pemikiran Karl Marx Jakarta : Gramedia



Hassan Shadily

            1982                            Ensiklopedi Indonesia Jakarta : Djaya Pirusa



Her Suharyanto, dkk              

            2008                            Kaum buruh Buah hati Gereja  Yogyakarta : Kanisius



J. Verkuyl Jakarta      

            1962                            Kapitalisme dan Injil Kristen Jakarta : BPK Gunung Mulia



John Field

            2005                            Modal Sosial Medan : Bina media perintis



Mawrier Durerger

            2007                            Sosiologi Politik Jakarta : PT. Raja Grasindo Kapotalis

Ralph Schroeder        

2006                            Marx Weber “ tentang hegemoni sistem kepercayaan  Jakarta : Bpk. Gunung Mulia

Richar Jenkins

            2008                            Identitas Sosial Medan : Bina Media Perintis



Sanafia Faisal                         

            2004                            Sosiologi Pendidikan Surabaya : Usaha Nasional



Scott Lash

            2008                            Sosiologi Post modernisme : Yogyakarta : Kanisius



Thomas Van Den End

            1997                            Harta Dalam Bejana Jakarta : BPK Gunung Mulia



Tom Campbell

            2001                            Tujuh teori Sosial Yogyakarta : Kanisius



Merphin Panjaitan

2013                            Memberdayakan kaum Miskin Bandung : Bpk. Gunung Mulia





          Wawancara           bersama buruh panglong Pematang Siantar : Jl. Panjang Pematang

 Rabu, 21 Oktober 2015

      pukul. 15:30 WIB

         Wawancara                        bersama buruh angkut barang Pematang Siantar :  Jl. Bandung,

   Rabu, 21 Oktober 2015

    pada pukul 14:00 WIB



          Wawancara           bersama buruh angkut pasir Pematang Siantar Jl. Merdeka (pajak Horas)

Selasa, 1 Desember 2015

  pada pukul 16:20 WIB



          Wawancara           bersama buruh angkut barang Pematang Siantar Jl. Cipto. Selasa,

Selasa, 1 Desember 2015

  pada pukul 16:35 WIB



          Wawancara           bersama buruh bangunan Pematang Siantar JL. Kartini  

Selasa, 1 Desember 2015

  pada pukul 17:00 WIB

lainnya :

   1. Wikipedia                         (http://id.m.wikipedia.org.wiki.Buruh)

   2. Catatan Perkuliahan         Oleh Pdt. Riris Johanna Siagian, M.Si

       09 September 2015

   3. Koran Tempo Edisi 31Agustus - 6 September 2015 4-25





[1] Tom Campbell., Tujuh Teori Sosial sketsa, penilaian, perbandingan, Yogyakarta : Kanisianus, 2001, 134
[2] Doyle Paul Johnson., Teori sosiologi, Klasik dan Modern, Jakarta : Gramedia, Jilid I, Diindonesiakan Oleh Robert M. Z. Lawang, 1988, 122-123
[3] Ibid., 1988,  139-141
[4] Ibid., 2001, 140
[5] Bungaran Antonius Simanjuntak., Kapita Selekta Teori-Teori Antropologi dan Sejarah Sosiologi, Medan : Bina Media Perintis, 2008, 28-31
[6]Op.Cit., Doyle Paul Johnson, 1988, 141-146
[7] Scott Lash., Sosiologi Post modernisme  Yogyakarta : Kanisius, 2008, 147-49
[8]Mawrier Durerger., Sosiologi Politik, Jakarta : PT. Raja Grasindo Kapotalis, 2007, 78-81
[9] Op. Cit, Tom Campbell, 2008, 156
[10] Franz Magnis-Suseno., Pemikiran Karl Marx dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme, Jakarta : Gramedia, 2003, 112-115.
[11] Hassan Shadily., Ensiklopedi Indonesia, Jakarta : Djaya Pirusa, jilid 3 (HAN-KOL), 1982, 1659
[12] Op. Cit., Franz Magnis-Suseno, 2003, 117
[13] Op.Cit., Doyle Paul Johnson, 1988, 148
[14]  J. Verkuyl., Kapitalis medan Injil Kristen, Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1962, 30-31
[15] Op. Cit., J. Verkuyl, 1962, 32-34
[16] Op. Cit., Mawrier Durerger, 2007, 190-193
[17] Ibid., 2007, 198
[18] Op.Cit, Hassan Shadily, 1982, 557
[19] Merphin Panjaitan, Memberdayakan kaum Miskin, Bandung : Bpk. Gunung Mulia, 2013, 67
[20] Wikipedia Indonesia
[21] Suharyanto Her dkk., Kaum Buruh, Buah Hari Gereja, Yogyakarta : Kanisius, 2008, 61-64
[22] Ibid., 2008, 73-78
[23] Agnes Yosephine Saragih., peran tenaga kerja dalam konsep sosialIs, kapitalis,  karya tulis, Malang : Universitas Brawijaya, 2014 3-4
[24] Al Purwa Hadiwardoyo., 7 Masalah sosial actual, Yogyakarta : kanisius, 2001, 36
[25] Op.Cit., Agnes Yosephine Saragih, 2014, 5-6
[26] Richar Jenkins, Identitas Sosial, Medan : Bina Media Perintis, 2008, 79-83
[27]Wawancara bersama buruh angkut di JL. Bandung, Pematang Siantar, pada pukul 14:00 WIB. Rabu, 21 Oktober 2015
[28]Wawancara bersama buruh Panglong di jalan Panjang Pematang, Pematang Siantar. Pada pukul. 15:30 WIB. Rabu, 21 Oktober 2015
[29] Wawancara bersama buruh angkut Pasir di JL. Merdeka (pajak Horas), Pematang Siantar, pada pukul 16:20 WIB. Selasa, 1 Desember 2015
[30] Wawancara bersama buruh angkut di JL. Cipto, Pematang Siantar, pada pukul 16:35 WIB. Selasa, 1 Desember 2015

[31] Wawancara bersama buruh bangunan di JL. Kartini, Pematang Siantar, pada pukul 17:00 WIB. Selasa, 1 Desember 2015

[32] Pdt. R.J. Siagian. 2015., Catatan Perkuliahan, Tgl. 09 September 2015
[33] Anthony Giddnens dkk., Sosiologi Sejarah dan Berbagai Pemikirannya, Yogyakarta : Kreasi Wacana, 2004, 45-47
[34] Thomas Van den End., Harta Dalam Bejana. Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1997, 349-354

Comments

Popular posts from this blog

(LX. SAKRAMEN BAPTISAN DI HKBP)

SAKRAMEN BAPTISAN DI HKBP  I. Pendahuluan             Baptisan merupakan salah satu sakramen yang diperintahkan oleh Yesus sendiri dalam Amanat AgungNya. Oleh karena itu gereja melayankan baptisan sebagai salah satu sakramen bagi orang percaya.             Kata “baptis” berasal dari Bahasa Yunani, “baptizo” yang artinya: mencelupkan ke dalam air ataupun memasukkan ke dalam air. Pemandian ke dalam air baru menjadi “baptisan” apabila dilaksanakan dengan upacara seremonial yang khusus. [1] Baptisan yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus, yaitu baptisan yang berlaku di tengah-tengah gereja, bukan hanya menunjuk pada Kerajaan Allah yang masih akan datang, melainkan menjadi bukti dan mengukuhkan perwujudan atas kedatangan Kristus ke dunia. [2] HKBP sebagai salah satu gereja Tuhan di Indonesia mengakui dan melayankan Baptisan Kudus sebagai salah satu sakramen di samp...

(LXXVI. MENGENAL PDT. DR. SOUNTILON MANGASI SIAHAAN DAN PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TEOLOGISNYA)

MENGENAL PDT. DR. SOUNTILON   MANGASI SIAHAAN DAN PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TEOLOGISNYA [1] 1. Biografi             Pdt. Dr. Sountilon M. Siahaan lahir pada tanggal 7 April 1936 di desa Meat-Balige, sebuah desa di tepian Danau Toba. Setelah tamat dari SMA Negeri Balige 1956, beliau melanjutkan belajar ke Fakultas Teologi Universitas HKBP Nommensen dan selesai tahun 1961. Menikah pada 26 Agustus 1961. Sejak tahun 1961-1963 beliau bekerja sebagai Pendeta Praktek dan sekaligus sebagai Pendeta Pemuda/Mahasiswa HKBP Ressort Jawa Tengah yang berkedudukan di Yogyakarta. Ditahbiskan sebagai Pendeta HKBP pada 1 Juli 1962.             Beliau selanjutnya tugas belajar ke Universitas Hamburg pada tahun 1963 dan memperoleh gelar Magister Teologi pada tahun 1967 dan meraih gelar Doktor Teologi (Cum Laude) pada tahun 1973 dengan disertasi yang berjudul Die Konkretisierung ...

(XXXI. TAFSIRAN HISTORIS KRITIS MAZMUR 23:1-6)

Tinjauan Historis Kitab Mazmur 23:1-6 Oleh " Rahman Saputra Tamba " BAB I Pendahuluan             Nama kitab ini dalam LXX adalah Psalmoi [1] . Alkitab bahasa latin memakai nama yang sama. Kata Yunani (dari kata kerja psallo yang artinya “memetik atau mendentingkan”). Mula-mula digunakan untuk permainan alat musik petik atau untuk alat musik itu. Kemudian kata ini menunjukkan nyanyian ( psalmos ) atau kumpulan nyanyian ( psalterion) . [2] Dalam bahasa Ibrani ada kata mizmor yang artinya “sebuah nyanyian yang dinyanyikan dengan iringan musik”, namun judul Kitab Mazmur dalam bahasa Ibrani adalah [3] tehillim yang artinya “puji-pujian atau nyanyian pujian”.             Dalam Alkitab Ibrani, Kitab Mazmur terdapat pada awal bagian Kitab-kitab. Para nabi menempatkan sebelum Kitab Amsal dan tulisan hikmat lainnya, dengan alasan bahwa kumpulan tulisan Da...