Skip to main content

(LV. THEOLOGY ENCOUNTERS REVOLUTION - J. Andrew Klik)

Theology Encounters Revolution by J. Andrew Klirk
Oleh : Rahman Saputra Tamba

I.  Revolusi/ Teologi/ Teologi Revolusion
-          Latarbelakang revolusi
Mereka yang sadar akan kekuatan propaganda dan kecenderungan untuk merubah kenyataan akan di mengerti sebagai seorang “revolusi” yang datang didalam dunia moderen, revolusi sebagai perubahan ketatanegaraan (pemerintah atau keadaan sosial) dengan pertentangan, pemberontakan, perlawanana, di Amerika Latin yang dapat merubah pemerintahan yang disebut juga sebagai “ seorang revolusi” para politik menggunakan revolusi sebagai nama mereka, ketika mereka masing-masing sedang membidik untuk sesuatu yang dianggap bertentangan. Penggunaan kata “revolusi” didalam dunia ilmih moderen akan membantu mencapai sebuah pengertian arti yang luas menyangkut teknologi/ ekologi  yang sama dengan itu revolusi ekonomi/ bisnis ladang, mereka juga mengambarkan transformasi sebagai situasi yang sebelumnya atau digambarkan sebagai  awalnya pemikiran primitive menjadi sesuatu pemikiran yang tak dapat dipertimbangkan atau tidak mungkin. Didalam politik kontradiksi ini muncul ide untuk memperbaiki atau mengulang kembali keadaan.
Sulit mendefinisikan revolusi untuk dapat diterima untuk seluruh kalangan, karena masing-masing kalangan menganggap bahwa ide yang muncul adalah tindakan memberbaiki. Namun dari tujuannya ada definisi yang dapat di ajukan sebagai definisi dari revolusi “ revolusi adalah seseorang yang datang dengan tujuan tertentu yang bermutu dan radikal yang akan merubah masa depan  juga memiliki pengaruh dari tradisi untuk memperbaiki”  menurut Marxisme ia membagi definisi itu dari bidangnya dari suatu kekuatan kelas ke kelas yang lainnya, sebual revolusi sosial adalah ketika suatu kelas mengambil alih kekayaan dan nasionalisasi. Sebuah revolusi politik terbuat ketika kekuatan politik mengambil alih jabatan yang lain. Sebuah revolusi politik tercapai dengan suatu angkatan pemberontak yang menjatuhkan satu pemerintahan dan tempat kekuatan yang mewakilinya.
Reformasi dari abad pertengahan sampai ke abad 20
-          Kedamaian (khayalan) harapan untuk reformasi
Waktu dimana suatu kedamaian bertumbuh adalah suatu pemikiran yang mendalam dari suatu nasionalis. Mengenai pemberontakan yang terjadi pada tahun 1381,  Michael Hill membuat beberapa pengamatan yang penting:  “Tujuan politik dari pemberontakan ini adalah untuk menetapkan terhadap latar belakang kekurangan tenaga kerja setelah kulit hitam itu mati,   petani melihat peluang untuk menuntut bahwa kota iuran  untuk uang sewa dan villeinage diganti dengan upah buruh. Setelah itu para pemberontak berkumpul di blackheath, “Jhon Ball” mengajarkan yang lebih yaitu radikal tuntutan. (ia) berpendapat mendukung ide kesetaraan yang didasarkan pada gagasan tentang masa keemasan pada permulaan penciptaan ketika semua oran telah dibuat gratis dan sama... ketika para bangsawan yang jahat telah dihancurkan ia bernubuat mullennium di mana semua orang akan hidup dalam yang Egaliter keadaan alam akan dimulakan atau dipulihkan.”
 Harapan  Utopis tumbuh langsung dari gejolak dalam nasionalisme. Itulah yang terjadi pemberontakan di Bohemia yang diikuti pembakaran Jhon Huss di Jerome 1415 dan muridnya dari Pargue, tahun berikutnya. Gerakan muncul sebagai hasil dari a strong karismatik kepemimpinan dan dikembangkan sebagai komunitas-komunitas yang terpisah di tanah-tanah yang berbeda. Beberapa seperti Jhon Leiden yang memimpin kelompok di Munster (1533-35) dan Melchior Hoffmann, pemimpin Instasbourg sampai bebas dari penjara pada tahun 1533 percaya bahwa mereka Allah peralatan khusus untuk peresmian w Orde Dunia baru. Lain, seperti Blathasar, Hubmaier dan Menno Simons percaya bahwa komunitas Kristen harus diatur secara terpisah dari negara, harus menolak dinas militer, tetapi tidak harus langsung mencari untuk menggulingkan masyarakat yang sudah ada. Pada pandangan pertama mantan mewakili revolusi yang mereka dukung istirahat yang lengkap antara semua masyarakat sebelumnya dan Yerusalem baru, yang mereka berjanji untuk mengatur. Analisis yang lebih mendalam revolusi, bagaimana pun dapat juga menyebabkan kita untuk lihat kelompok yang terakhir sebagai lebih revolusioner. Dalam setiap kasus modern perdebatan tentang revolusi terus lingkaran bulat banyak masalah yang sama yang dibagi Anabaptist dari satu sama lain dan dari mainstream Protestan dan Katolik.
Pergerakan radikal didalam reformasi
Reformasi dan revolusi yang diperjuangkan oleh berbagai gerakan-gerakan yang dimulai dan konsolidasi oposisi protestan untuk gereja terbagi di Barat. Meskipun mereka disatukan dalam penolakan mereka mendalam teologi Katolik dan instansi yang ada perbedaan signifikan antara ' arus utama "dan"radikal"pihak reformasi tentang arti sosial dari agama Kristen,
Mereka terinspirasi untuk tekan permintaan mereka jika diperlukan oleh perang revolusioner, oleh apokaliptik pemberitaan Thomas Muntzer gambar pada teks-teks Alkitab, ia secara khusus mencela hak milik pribadi dan menolak semua perbedaan kelas. Dia adalah seorang revolusioner dalam arti ketat Firman, mencari pelaksanaan urutan yang benar-benar baru di Jerman berdasarkan penciptaan komunitas "spiritual" baru.

Permulaan dari revolusi modern adalah zaman berpikir
Kepercayaan didalam dunia bersama dengan kebenaran dan tindakan transendental kualitas thorugh Allah memberi tempat pada awal abad ke-18 sebuah keyakinan bahwa manusia adalah intrinsik mampu mempengaruhi perubahan yang radikal ini sendiri. Dasar teoritis untuk perubahan dramatis ini Outlook adalah Deisme
Deisme muncul sebagai alternatif Ortodoks teisme pada akhir abad ke-17 dengan penerbitan Jhon Toland buku Kristen tidak misterius (1696) itu mencapai akhir ekspresi klasik dan semua anti-Kristen di Thomas Paine bergairah kerja umur dari alasan (1794-6). Sebagai modus baru pemikiran filsafat itu awalnya tercermin reaksi pragmatis dan latitudinarian Inggris ekses milenarian abad ke-17. Bagian dari niat tidak diragukan lagi adalah untuk menangkap fanatisme Mesianik yang didasarkan pada klaim untuk segera ilumination ilahi yang tak terkendali oleh gratis, retional refleksi. Realitas Allah otoritas atas dan tujuan untuk dunia dan tindakannya yang berkelanjutan di dalamnya, yang dibuang ke tepi keberadaan. Sekarang orang yang dibantu oleh pseudo-illumonation yang diberikan oleh studi alam menjadi ukuran yang tepat dan baik.

Revolusi menjadi isyarat
Revolusioner kehendak baik individu dan kelompok makan pada utopis harapan. Utopis menandakan keyakinan yang hadir keadaan bisa berbeda; itu memanfaatkan kekuatan manusia imajinasi masa depan yang lebih baik. Situasi revolusioner aries ketika kemungkinan perubahan revolusioner tidak maksimal mereka. Yang pertama gejala mulai menunjukkan ketika masyarakat tertentu yang memberikan bukti parah istirahat turun di lingkungannya manusia dan fisik.
gejala beberapa. Yang paling mendasar adalah kegagalan elite penguasa atau kelas untuk memaksakan tis seperangkat nilai-nilai di sisa populasi. Itulah yang terjadi di Perancis sebelum Revolusi Revolusi tertentu ini ditandai titik balik dalam sejarah pemberontakan sosial karena sekelompok besar orang memperoleh consciosness sejarah baru. Menolak untuk menerima urutan yang ada societyas devinely menghendaki atau tak terelakkan, mereka tampak di belakang penomena sejarah tertentu untuk tujuan mereka manusia nyata. dan cara di mana imperialisme ekonomi sekarang bekerja menghasilkan dasar theoritical diperlukan untuk memfermentasi revolusioner. Jika elemen penting lainnya juga hadir. dengan cara ini berkembang menjadi situasi revolusioner. Sayangnya, bagi para pembela HAM modern kapitalisme, terlalu banyak menyenangkan fakta tentang sejarah pembangunan dan sekarang operasi yang sekarang tahu. Barat yang telah menikmati banjir konsumen yang diproduksi oleh ekspansi kapitalis, juga telah mengalami hanya satu sisi keadaan telah dibawa berhadapan dengan sisi lain kemampuannya untuk menciptakan kemiskinan sampai baru-baru ini sedikit telah dibayarkan kepada penyebab sejarah jangka panjang keterbelakangan dan stagnasi ekonomi dunia ketiga tetapi dalam dua puluh tahun terakhir atau jadi memiliki dua utama teori telah maju ke account untuk itu teori pertama dipopulerkan oleh. W. Rostow.
Dia bintang-bintang dari asumsi bahwa semua negara yang pernah sama miskin dan terbelakang. Dia tidak begitu banyak tertarik menemukan mengapa negara dunia ketiga dari hari terjebak dalam perangkap keseimbangan tingkat rendah seperti bagaimana mereka dapat melarikan diri dari itu. Answar ia mengusulkan menunjukkan serangkaian tahap yang akan merangkumnya pengembangan sukses kapitalisme Barat; pra-Ruangan Bebas Rokok, termasuk penerapan teknologi pertanian dan industri; landas ke pertumbuhan berkelanjutan akumulasi bertahap dan reinvestasi modal dalam memperluas industri; berkendara ke kedewasaan, yang bergerak dari industri berat untuk produksi barang dan jasa untuk berpenghasilan tinggi konsumen; konsumsi massa tinggi teori ini mungkin benar sebagai gambaran pertumbuhan ekonomi negara-negara maju. Sebagai sub judul menyarankan hal ini juga berguna senjata perang ideologi untuk mencegah negara-negara non-blok dari mengadopsi sistem sosialis. Tetapi sebagai penjelasan atau isyarat untuk situasi nyata dunia ketiga tidak memadai, tendensius, atau lebih buruk.

Teologi revolusioner muncul di panggung
Revolusioner teologi telah Lahir pada masa pasca-perang sebagai hasil dari hati nurani yang buruk dan dengan pikiran misi transformasi peningkatan jumlah pemikir cristian dari berbagai bagian gereja dunia telah, dalam dua dekade terakhir, mulai untuk menantang teologi moden jelas dalam perbedaan sosial pertanyaan. Mengambil masalah yang ditimbulkan oleh distribusi kekayaan antara bangsa-bangsa dan individu di dunia menyusut hari ini sangat tidak adil, dan oleh tampaknya tidak bergerak, istimewa struktur kekuasaan, mereka telah menjadi hati nurani gereja kontemporer di bidang etika social tantangan ini telah berkembang menjadi pertanyaan mendasar dari arah di mana teologi telah bergerak dalam beberapa tahun terakhir. Teologi revolusioner tidak hanya telah konten untuk mengisi celah yang ditinggalkan oleh akademik teologi; dalam beberapa bentuk-bentuk, teologi terutama hitam dan teologi pembebasan, itu telah menimbulkan keraguan atas seluruh tujuan dan metode teologi seperti berdiri hari ini. Penekanan teologi tertentu modern telah ditafsirkan sebagai terhadap perubahan sosial dan politik. Ini adalah misi senseof ini terhadap teologi itu sendiri yang membuat revolusioner teologi terutama menarik dan penting bagi gereja hari ini.
Shaull, dan mereka yang mengikutinya, memberikan pemikiran sosial Kristen dorongan baru dan derection baru. Ia adalah jelas berhutang budi kepada orang-orang yang, selama paruh pertama abad hadir, luar biasa dalam upaya mereka untuk berhubungan Injil dengan realitas politik kontemporer: misalnya, Walter Rauschenbusch Reinhold Neibuhr, Karl Barth, Dietrich-Bonhoeffer, lagi raksasa

BAB 4
Eropa Barat   : Pandangan Atheis dan Teori Marxisme
Jurgen Moltmann
Teologi Pengharapan adalah teologi terapan di Eropa. Jurgen Moltman menggunakan tradisi filosofi Yunani untuk memperlengkapi teologinya. Teologi pengharapan merupakan terapan dari janji, harapan dan lahir baru.  Perang Dunia (PD) II telah membawa Eropa porak poranda dan membawa pengalaman yang sangat mengecewakan. Perang dingin juga selama tahun 1950an dan 1960an membawa ancaman bencana nuklir. Para pemuda memberontak terhadap situasi dengan berdemonstrasi di kampus-kampus mereka. Sementara di Jerman sendiri, terjadi perdebatan antara pengikut-pengikut komunis dengan kapitalis, antara pengikut Marxisme dengan orang Kristen. Moltmann sangat dipengaruhi oleh seorang temannya yang Marxisme, Ernst Bloch, dan juga dipengaruhi oleh perdebatan antara Marxist denga orang Kristen di kampus Tubingen.
Dalam kaitannya dengan pengaharapan, Moltmann mengemukakan bahwa kekristenan adalah pengharapan yang terarah dan bergerak ke depan, yang juga sekaligus menggerakkan dan mengubah masa sekarang. Ini berbeda dengan pemahaman tradisional yang melihat bahwa eskatologi adalah doktrin zaman akhir. Menurut Moltmann penafsiran seperti ini tidak cukup. Pengharapan Kristen terdiri dari dua hal yaitu sesuatu yang diharapkan dan pengharapan yang diinspirasikan dari yang diharapkan itu. Eskatologi Kristen berbicara mengenai Yesus Kristus dan masa depan di dalam Dia.  Ada beberapa pendapat Moltmann: pertama, pengharapan bukanlah sebuah utopia yang tidak dapat digenapi. Dengan mengikuti Calvin, Moltmann mendefenisikan pengharapan sebagai harapan akan hal-hal yang diterima oleh iman sebagai sesuatu yang telah dijanjikan Allah. Jadi dalam iman kita percaya bahwa Allah adalah benar, sementara pengharapan menunggu waktu pemenuhan kebenaran dinyatakan.
Dalam pendapat Moltmann, dosa mewujud dalam ketidakberpengharapan yang terdapat dalam dua hal: anggapan dan keputusasaan. Anggapan terjadi apabila seseorang mencoba untuk mengantisipasi apa yang diharapkan dari Tuhan tanpa janji Tuhan. Sedangkan keputusasaan terjadi apabila seseorang mengatisipasi apa yang tidak dipenuhi dari apa yang dijanjikan.  Kedua, sisi lain yang dilihat Moltmann di sini adalah janji. Baginya, janji adalah pernyataan akan datangnya suatu kenyataan yang belum ada. Janji ini menghubungkan manusia dengan masa depan yang di dalamnya ada sejarah. Dalam masa antara janji dan penggenapannya terdapat kebebasan untuk patuh atau tidak patuh, berharap atau kecewa. Menurutnya, Allah menunjukkan kasih setia-Nya dengan membawa janji-janji-Nya ke masa depan.  Ketiga, menurut Moltmann pentingnya eskatologi dapat dilihat dalam penyaliban dan kebangkitan Kristus. Makna dari kedua hal ini tidak terletak pada masa lampau dan masa sekarang tetapi lebih banyak pada masa depan.
Ia mengatakan bahwa melalui janji, masa depan yang masih samar telah diberitakan dan mendesak untuk diberitakan pada masa sekarang melalui pengaharapan. Di sini terdapat dua hal yang saling bertentangan kematian dan kehidupan, Allah yang tidak hadir dan Allah yang dekat, keinginan Allah meninggalkann manusia dan kemuliaan Allah. Sintesa dari kontradiksi ini adalah janji pembaharuan oleh Allah di masa depan. Janji ini belum dipenuhi karena Kristus sudah bangkit tetapi dia adalah jaminan janji tersebut. Kedatangan Kritus bukan hanya merupakan penyataan akan kenyataan tetapi penyataan akan apa yang belum terjadi. Keempat, gereja berperan dalam misi di mana gereja berpartisipasi dalam menyatukan manusia dengan sesamanya, masyarakat dengan alam, dan ciptaan dengan Tuhan. 

Pemikiran Moltmann yang diambild ari paham Marxisme:
-                      Bahwa untuk mengatasi permasalahan di dalam penderitaan sangat perlu untuk mengatasinya.
-                      Pengharapan adalah untuk melihat perspektif yang baru untuk sebuah perubahan dan membangun masyrakat yang mencapai dalam keadaan harmonis
Dalam konsepnya tentang perubahan yang berhasil dalam masyarakat, pengaruh Moltmann dari Marxisme dan “Marxisme Kristen” dari Ernst Bloch sangat terlihat. Tidak diragukan bahwa banyak dari teologi pembebasan berakar pada teologi Moltmann yang menekankan revolusi dan perubahan sosial. Perubahan itu tidak dicapai melalui keselamatan individual, melainkan melalui tindakan mengkonfrontasi ketidakadilan dalam masyarakat. Pengharapan Moltmann bagi masa depan juga terkait dengan optimistik humanisme filsafat Hegel, dimana ia melihat masa lalu (tesis) sebagai suasana kacau balau, masa depan (antitesis) sebagai pengharapan, keharusan usaha di masa sekarang (sintesis) untuk menghasilkan perubahan.
Johan-Baptist Metz
Sama seperti Moltmann, Metz serius dalam konteks teologi post-Jerman, yang berbicara tentang kehidupan social dan juga keanekaragaman (pluralisme). Mets melihat teologi sebagai sesuatu yang membahas dialog antara tradisi gereja dan dunia yang modern, dimana tujuannya adalah untuk implikasi dari politik yang membicarakan tentang kebebasan/kemerdekaan. Metz membagi tiga pemikirannya yaitu dunia, Tugas Teologi, dan Respon Gereja terhadap zaman Modern.
a.                   Dunia
Adapun karakternya adalah sebagai berikut :
-                      Pluralisme.
-                      Keterbukaan atas masa depan. Objek dari iman tidak lagi menjadi dunia dari perjalanan sejarah melainkan sesuatu yang baru yang lahir dalam manusia tersebut di zaman yang baru. Manusia harus membangun dunia yang lebih baik.
-                      Pandangan/Pemikiran-pemikiran. Manusia mendasarkan sebuah alasannya lebih kepada pengalaman praktis dari pada refleksi intelektual. Munculnya teologi, adalah beberapa orang percaya yang telah membuat sebuah ideology berlebihan.
-                      Pasca atheis. Keyakinan terhadap agama telah diturunkan kepada pihak pribadi seseorang. Masyarakat sekuler tidak lagi terlibat dalam polemic anti-agama, karena Allah tidak masuk dalam perencanaan manusia.
Metz percaya bahwa Gereja seharusnya menerima banyak proses, bukan karena itu adalah “keadaan yang dihadapi”, tetapi karena itu harus disesuaikan kepada pengertian Kristen di dunia ini. memahmai keadaan ini dari doktrin penciptaan dan inkarnasi. Allah telah mewujudkan diriNya ke dunia ini sebagai penggagas dan sebagai dasar dari sebuah sejarah. Maka dari itu, prinsip dari iman adalah Imanuel.Sejarah adalah nyata, Allah telah menerima dunia dalam anakNya. Apa yang Allah telah terima, tidak bisa dilakukan seperti dewa lainnya. Ia telah menciptakan dunia yang berbeda dari dirinya sendiri dengan tindakan bebas.
b.                  Tugas Teologi
-                      Dialog. Metz memperhatikan hubungan interaksi antara dunia secara luas dengan teologi. Tugas dari teologi bukan untuk berselisih dengan teologi tetapi mengikutsertakan di dalam sebuah debat / diskusi tentang masyarakat di masa yang akan datang. Artinya membawa secara bersamaan pengertian dan juga kristologi dair ke Kristenan kepada keselamatan universal dan juga jeadilan, teologi yang dimaksud adalah bersifat secara eskatologi. Didalam pengertian eskatologi akan datang pemahaman “teologi politik” sebagai bentuk rrerspon atas kekritisan terhadap masyarakat social secara nyata.
-                      Mencari sebuah langkah praksis. Mets menganggap bahwa teologi butuh untuk menjadi berpikir secara transformasi, dengan tidak menutup mata atas permasalahn duniawi yang ada. Teologi harus berkembang sesuaid engan zamannya, itu adalah pekerjaan dari hermeneutics, yang akand isesuai kan dengan konteksnya. Lankgah itu akan mewujudkan impian praksis dari sebuah hermeneutis teologi.
c.                   Respon Gereja terhadap Zaman Modern
Gereja perlu mencari sebuah jalan untuk melihat dan bertindak secara langsung tentang yang dihadapi pada zaman modern sekarang ini :
-                      Melindungi individu dari konsep-konsep abstrak kemajuan dunia.
-                      Menentang semua kecenderungan untuk kekuasaan absolute di antara Negara dan Gereja.
-                      Mewujudkan perbedaan antara pendekatan dogmtis untuk analisis sosiologis dan kritik social.
-                      Berpikir kritis terhadap kemajuan teknologi yang mempengaruhi ideology masyarakat.
Teologi dari sebuah gereja harus berdasarkan apa yang Alkitba katakan tentang kebebasan dan kemerdekaan. Injil tidak lagi berada jauh dari kehidupan social masyarakat. Tetapi injil harus hidup dalam keadaan social masyarakat.
Helmutt Gollwitzer
Gollwitzerr adalah salah satu pengikut dari paham kebebasan yang dikembangkan oleh Marxisme. Gollwitzer mengatakan bahwa teologi dan sejarah merupakan bentuk nyata dari injil yang mengalami revolusi sesuai dengan konteksnya. Helmut Gollwitzer dekat dnegan istilah teologi sistematika yaitu “pembebasan untuk solidaritas”. Kerajaan Allah ada ditengah-tengah umat manusia.  Sama dengan Moltmann, ia berpendapat bahwa Negara dan gereja tidak bisa saling menguatkan dirinya. Negara dan gereja memiliki kekuasaannya masing-masing dan tidak bisa saling menjatuhkan seperti di dalam Roma 13:1-7; Injil menjadi sebuah pelajaran untuk diaplikasikan dalam sebuah tata kenegaraan.  
Bab 5 
Eropa Timur : Praktis Marxisme dan Dogma Atheis
Setelah Perang Dunia II, Eropa menyaksikan tentang ideology yang berkembang dengan kekuatannya. Melalui gereja yang berbasiskan Yesus Kristus menemukan diri mereka dengan kekuatan dari keadaan, diperhadapkan dengan situasi politik yang berbeda dari pengalaman mereka terhadap relevansi dari Injil tersebut. Sejarah ini tidak begitu sempurna selama proses terhadap penyesuaian diri kembali.  Teologi yang dimuat dalam setiap permasalahan yang terjadi adalah Gereja berada dalam system.Pendekatan metodologi teologis yang terkait realitas Alkitab tentang Allah adalah dengan Kristus menjadi pengalaman sehari-hari dari masyarakat minoritas dilingkungan yang tidak bersahabat dengan mereka. Sebuah realitas gereja adalah melebihi kerangka eskatologis. Dimana Kristus yang dipandang sebagai raja langit, harus mengeluarkan dirinya sebagai suatu keadilan yang berada dimasyarakat. Perubahan radikal terjadi di masyarakat eropa timur yang merupaka suatu pandangan terhadap gereja, baik di Timur dan di Barat. Maka dari itu, perlu dipertimbangkan kembali perspektif gerejanya. Gereja di Timur harus berhati-hati untuk mengikuti pola dari Barat. Dan gereja Barat juga harus ebrtanya apakah aspek-aspek dalam teologinya sudah merupakan perwakilan dari konsekuensi social dari setiap Injil atau hanya sebuah konsep demokrasi liberal yang disebut dengan “kebebasan dunia”.
Setelah Reprublik Reformasi, sengaja mengatakan bahwa pesan Alkita yaitu realitas tindakan Allah yang membebaskan atas nama membenci setiap orang yang tertindas dan melepaskan mereka dari kutukan dosa dan kematian. Lutheran mengajarkan tentang dua Kerajaan, yang mengatur hubungan gereja dan Negara.
Lochmann mengatakan bahwa perlu untuk mempertimbangkan teologis yang berkembang dizaman sekarang ini. karena selain kondisi dan situasi yang berbeda, setiap permasalahn yang ada memiliki maksud tertentu. Gereja harus menyadari tantangan ini, sehingga tidak salah dalam mengambil teologinya.

BAB 6
White North America : Keberatan atas Politik Orang Kaya
Benua Amerika Utara, telah menghasilkan dua pendekatan yang berbeda untuk revolusid an teologi. Berdasarkan latar belakang sejarah yang ebrbeda, dari ras putih dan hitam. Dalam kritik masing-masing, Amerika berada dalam sebuah system. Warna kulit menghasilkan sebuah teologi dengan metodologi.
PAUL LEHMANN
Untuk membuat gerakan baru, harus berani melawan orde lama. Kekuasaan adalah salah satu penghambat terbesar dalam pengembangan teologi. Yesus Kristus diadopsi dalam menghadapi penyalahgunaan kekuasaan. Yesus Kristus adalah figure revolusioner ditengah-tengah zaman ini. paulus da;a, Rom. 13:1-3, adalah sebuah tanggapan Kristen terhadap Negara.  Menurut Lehmann, bagaimana Gereja yang ebrada di tengah dunia (Negara) yang menikmati zaman baru ini, tetap masih mempertimbangkan tanggung jawabnya. Meskipun ia dipanggil untuk didunia ini, tetapi tidak lepas dari tanggung jawabnya dengan hidup dengan bebas di pola dunia ini (Rom. 12:2). Revolusi yang Letmann maksud adalah membedakan antara kekuasaan dan harus mampu bertransformasi. Yesus dengan sadar memisahkan diri dari hawa nafsu dan praktek orang Zelot.
DANIEL BERRRIGAN
Perang adalah hasi dari perasaan bahwa ada sesuatu yang mengancam sebuah harapan. Berrigan mengatakan bahwa perang adalah sebagai penghujatan dan penyembahan ebrhala. Kekerasan berbicara dengan memakai nama Tuhan, menyatakan keadilan, dengan intelektual, dibuat dengan sedemikian rupa, adalah sebuah perang. Pengadilan menjadi jalan keluar dari perang itu sendiri. Negara modern memandang dirinya memiliki kekuatan lebih dari Tuhan. Maka dari itu, Berrigan mengatakan, perlu untuk orang Kristen menyadari bahwa Kristus telah mati untuk membela orang yang tertindas dan orang miskin. Pembenaran didapatkan dari kebangkitan Kristus. Generasi eprtama komunitas Kristen adalah Kristus yang lahir bukan dari daging, tetapid ari Allah. Kekuatan revolusi datang dari Roh Kudus.

Bab 7 
Black North America and Black South Africa
CATATAN DARI MEJA ORANG KAYA
            Meskipun konsep teologi Hitam tidak ebrasal dari Cone, namun Cone telah menjadi salah satu komponen terkemuta mengenai Teologi Hitam. Dalam waktu singkat ia telah menulis 4 buah buku, dan memang tidak semua orang kulit hitam setuju dengan pandangannya di dalam Teologi Hitam. Bab ini, akan mengulas dan membahas teologi Hitam yang dikemukakan oleh Cone.teologi Hitam yaitu sebuah teologi Pembebasan dan Tuhand ari kaum tertindas.
Latar Belakang
Teologi Hitam adalah upaya untuk menanggapi kesadaran “hitam” dari perspektif Kristen. Kesadaran Hitam adalah hasil dari rasa martabat yang baru, identitas yang baru dan keberadaan umat yang disertai gerakan hak-hak sipil dari pertengahan 1950 an dan seterusnya dan datang dipertengahan 1960an. Ini adalah sebuah sejarah tentang makna keberadaan “hitam” di Amerika Utara sejak perbudakan yang hina dikolonial. Eksistensi ini dimulai ketika orang kulit hitam secara hukum mendapat diskriminasi (Dianggap tidak manusia). Posis dan identitas mereka diartikan untuk budak. Bahkan setelah emansipasi, orang kulit hitam bernasib sedikit lebih baik. Mereka dibebaskan dari perbudakan formal, tetapi tidak diizinkan untuk menjadi sama dimata hukum. Dari perang saudara, sejarah mereka mengatakan bahwa mereka telah didiskriminasi, dikucilkan dan di eksploitasi.
Lebih dari seratus tiga puluh tahun setelah Nat Turner digantung, teologi hitam muncul sebagai disiplin formal. Dimulai dengan "kekuatan hitam" gerakan pada tahun 1966, pendeta hitam di banyak denominasi besar mulai menilai kembali hubungan gereja Kristen untuk masyarakat kulit hitam. Kaukus hitam dikembangkan di gereja-gereja Katolik, Presbyterian, dan Episkopal. "Dorongan utama dari kelompok-kelompok baru adalah untuk mendefinisikan kembali arti dan peran gereja dan agama dalam kehidupan orang-orang kulit hitam. Dari pemeriksaan ulang ini telah datang apa yang beberapa telah disebut 'Black Teologi. Untuk pertama kalinya dalam sejarah pemikiran keagamaan hitam, pendeta hitam (terutama yang berpendidikan, kelas menengah pendeta hitam) dan teolog hitam mulai mengenali kebutuhan untuk benar-benar baru "titik awal" dalam teologi. Mereka bersikeras bahwa titik awal ini harus didefinisikan oleh orang-orang di bagian bawah dan bukan puncak tangga sosial ekonomi. Jadi, teolog hitam mulai membaca kembali Alkitab melalui mata kakek-nenek budak mereka dan mulai berbicara tentang solidaritas Allah dengan tertindas di bumi.
Teologi Hitam dan Black Power. Berdasarkan keunggulan dari "pengalaman hitam," Cone mendefinisikan teologi sebagai "studi rasional keberadaan Allah di dunia dalam terang situasi eksistensial komunitas tertindas, yang berkaitan pasukan pembebasan esensi Injil, yang adalah Yesus Kristus.  teologi Cone meminta (dan berusaha untuk menjawab) pertanyaan," Apa ajaran Kristiani harus mengatakan kepada orang-orang kulit hitam berdaya yang keberadaannya terancam setiap hari oleh tentakel berbahaya kekuasaan putih? Dalam menjawab pertanyaan penting ini, Cone menekankan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara teologi hitam dan apa yang telah disebut "kekuatan hitam." Cone mengatakan bahwa kekuatan hitam adalah ungkapan yang mewakili kedua kebebasan hitam dan hitam penentuan nasib sendiri "dimana orang kulit hitam tidak lagi melihat diri mereka sebagai tanpa martabat manusia tetapi sebagai laki-laki, manusia dengan kemampuan untuk mengukir nasib mereka sendiri.
Cone mengatakan teologi hitam adalah mitra agama kekuasaan hitam. "Teologi Hitam adalah lengan teologis dari Black Power, dan Black Power adalah lengan politik Teologi Hitam. Dan sementara Black Power berfokus pada kondisi politik, sosial, dan ekonomi dari orang kulit hitam, Black Theology menempatkan hitam identitas dalam konteks teologis.
Teologi Hitam Afrika
            Teologi hitam adalah teologi stuational. Dan stuation adalah bahwa dari pria kulit hitam di Afrika Selatan, ini adalah karakteristik yang membedakan utamanya. Ini dimulai dengan orang-orang tertentu, dalam situasi tertentu dan dengan masalah yang spesifik untuk dihadapi. Oleh karena itu dimulai dengan orang kulit hitam dalam situasi Afrika Selatan menghadapi masalah mencekik penindasan, ketakutan, kelaparan, penghinaan dan dehumanisasi. Kemudian teologi hitam akan dapat beralih ke kitab suci dan tradisi. Tapi itu akan beralih ke sumber-sumber klasik doktrin bukan untuk kepentingan mereka sendiri, tetapi meminta mereka apa, jika ada, mereka harus mengatakan kepada orang-orang kulit hitam, dengan sejarah ini, dalam situasi ini, menghadapi masalah ini.
BAB 8
Amerika Latin
(Meja Orang Kaya adalah Kuburan dari orang miskin)
Teologi tradisional sangat takut keluar dari filosofi ayng dipakai dalam mengembangkan teologi. Migues mengembangkan dengan sangat baik bagaimana Teologi Pembebasan dipandanga oleh Marxisme. Jika berdebat dengan pandangan dari Marxisme, teologi harus meluhat secara baik tentang kemanusiaan, dogma, filosofi tentang kehidupan, dan juga dunia ke Kristenan. Teologi harus mampu melihat segala konflik yang terjadi, dan menjadi jawaban atas situasi yang terjadi. Orang harus sadar akan permasalahan dan kasus yang terjadi lewat teologi. Pemahaman ini akan membawa pada fakta tentang kebenaran dalam pengetahuan dari semua situasi, yang kita sebut “Aksi-Refleksi”. Yang ebrarti adalah bahwa kebenaran adalah sebuah yang harus dipahami lewat pengalaman dimana kebebasan beraksi adalah subjeknya.
Bagaimana Gereja Bersikap?
Bagaimana sikap kita seharusnya terhadap konflik yang ada di dalam diri kita dan yang kita lihat disekeliling kita? Netral atau memihak? Di negara-negara seperti El Salvador, Guatemala, dan Afrika Selatan, hampir tidak mungkin untuk memisahkan antara memihak dan kekerasan. Kita mendengar orang-orang berkata kita harus adil, mendengar kedua belah pihak, pasti mereka punya sisi benar dan salah. Ada kesalahan disini:
1.      Asumsi bahwa semua konflik bersumber dari kesalahpahaman dan bahwa kesalahpahaman tersebut dialami oleh kedua belah pihak.
2.      Asumsi bahwa seseorang dapat bersikap netral diseluruh kasus konflik.
3.      Asumsi bahwa ketegangan dan konflik adalah kesalahan yang lebih buruk daripada ketidakadilan dan penindasan.
Rekonsiliasi Sejati
Yesus membedakan damai yang diinginkan Allah dengan damai yang diinginkan dunia ini (Yoh 14:27). Damai yang diinginkan Allah adalah kedamaian yang didasarkan pada kebenaran, keadilan dan kasih. Sementara damai yang ditawarkan dunia pada kita merupakan kedamaian dan kesatuan palsu yang mengompromikan kebenaran, menutupi ketidakadilan, dan yang biasanya diarahkan pada tujuan-tujuan yang egois. Dalam hal ini, kita harus mengasihi musuh-musuh kita, namun sebelumnya, kita harus menyadari bahwa kita punya musuh yang benar-benar musuh. Ketika ada orang yang membenci anda, mengutuki anda, dan menindas anda, Yesus tidak mengatakan bahwa anda harus berpura-pura bahwa mereka bukan musuh anda. Mereka adalah musuh. Namun, sekarang sikap kita sebagai pengikut Kristus terhadap musuh adalah mengasihi mereka, yang walaupun dalam mengasihi ini bukan mengharuskan kita menghindari konflik atau konfrontasi dengan apa pun. Di negara-negara yang penuh dengan masalah ketidakadilan serius, bergabung dalam konflik dan bukan menghakiminya dari jauh merupakan satu-satunya cara efektif membawa kedamiaan yang diinginkan Allah.
Teologi profetik adalah teologi yang terikat oleh waktu. Teologi ini dicoba akankah secara penuh, efektif dan sangat kuat di Afrika Selatan. Teologi Barat tidak bersifat profetik karena memandang seluruh kebenaran adalah tidak terikat oleh waktu dan bersifat universal. Di Afrika Selatan, dasar teologi profetik di perjelas dengan adanya tiga perbedaan waktu:
1.      Chronos. Chronos berarti waktu sebagai tolak ukur: waktu yang dapat dihitung. Chronos bukanlah cara berfikir Alkitabiah.
2.      Kairos. Kairos berarti waktu sebagai kualitas, seperti tertulis dalam Pengkhotbah 3:1-8. Bagi orang Ibrani, waktu bukanlah soal jam atau tanggal tetapi apakah yang sedang berlangsung sekarang (masa apa). Menurut teologi profetik Dokumen Kairos, kini di Afrika Selatan memang terjadi kairos yang luar biasa.
3.      Eschaton. Eschaton merupakan peristiwa menjelang masa depan, tindakan Allah, yang menentukan kualitas, suasana, dan keseriusan waktu kita sekarang. Eschaton merupakan peristiwa baru yang bersifat kualitatif dan radikal. Misalnya dalam PB disebutkan: masa yang baru, Yerusalem baru, bumi baru, hati yang baru, roh yang baru, dll. Perlu diingatkan bahwa eschaton bukanlah masalah chronos. Eschaton yang mendekat, mengubah krisis saat ini menadi kairos yang membangun atau justru kairos yang menghancurkan.
Afrika Selatan Sekarang.
Para teolog Kairos telah menarik kesimpulan bahwa sekarang ini, di Afrika Selatan sedang masa kairos, tetapi tidak tahu kairos macam apa yang terjadi. Yang terutama tentang kairos di Afrika Selatan adalah meninggalkan segalanya dan menyerukan kepada semua orang bahwa hari penghakiman sudah dekat dan bahwa hari pembebasan sudah tiba. Untuk mempercepat jatuhnya rezim apartheid sehingga mengakhiri kekerasan dan kekejaman dengan cepat.
Injil memberi kita panduan. Injil menghadirkan Yesus sebagai model kebebasan sejati kepada kita dan kita dapat mengalami kebebasan Roh dengan belajar menghayati nilai-nilai ini dan menerapkannya dalam kehidupan kita. Pada dasarnya, dalam Injil hanya terdapat satu nilai, yakni nilai kasih atau belas kasih. Dalam Injil, kita juga menemukan empat nilai dominan yakni berbagi, martabat manusia, solidaritas dan pelayanan.[1]
1.                  Berbagi. Terutama Injil Lukas, banyak umpama menyangkut uang dan harta. Ini bukan kebetulan. Uang dan harta menduduki tempat penting dalam pemikiran kontemporer zaman Yesus. Mengenai nilai ini, Yesus mengambil sikap yang tidak kompromi: Matius 6:24, Markus 10:25, Lukas 6:24, Lukas 16:19-31. Orang kaya dikutuk dengan alasan sederhana: yakni ia kaya dan tetap menjadi kaya sementara ada orang pengemis di depan pintunya, orang lain melarat dan kelaparan. Berbagi bertujuan untuk memastikan bahwa kaum miskin mendapat makanan. Berbagi adalah wujud cinta, belas kasih, dan keadilan dalam area uang dan harta.
2.                  Martabat Manusia. Dalam masyarakat pada zaman Yesus, orang-orang diperlakukan dengan beragam tingkat hormat dan martabat. Yang paling dihargai adalah status mereka. Tetapi Yesus menegur ini (Mat 23:5-7, Mat 6:1-18, Mat 18:1; Mrk 9:33-34). Yesus menuntut kita melepaskan segala hal yang berkaitan dengan status dan gengsi. Yesus memperlakukan semua orang dengan rasa hormat yang sama. Martabat yang setara, rasa hormat, dan penghargaan harus diberikan kepada seluruh umat manusia karena mereka semua diciptakan seturut gambar dan rupa Allah. Dibutuhkan kerendahhatian sejati disini, yang tidak mengutamakan kesombongan,.
3.                  Solidaritas manusia. Pada zaman Yesus, kelompok-kelompok sosial amat penting. Masalahnya adalah keegoisan sebuah kelompok berhadapan dengan kelompok lainnnya. Yesus menentang nilai sosial ini (Im 19:16-18; Luk 6:27-35). Bagi Yesus yang penting bukanlah solidaritas kelompok melainkan solidaritas manusia. Kita semua adalah saudara dan Allah adalah Bapa kita.
4.                  Pelayanan. Kekuasaan dan otoritas terkadang digunakan untuk mendominasi dan menindas orang lain. Yesus mengambil sikap (Mrk 10:42-45).
Inilah nilai-nilai Allah itu. Dalam membaca tanda-tanda zaman, nilai-nilai ini memampukan kita mengenal tanda-tanda pengharapan, benih-benih kerajaan Allah dalam dunia kita yang sekarang.

Bab 9
Apakah revolusi didalam wahyu?
2 Petrus 3 : 13
Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi ynag baru dimana terdapat kebenaran.
Inti dari anallisis teologi revolusi ini adalah akhir atau waktu akhir. Geografi, ideologi atau doktrin yang berbeda mungkin ada diantara mereka,para pemikir teologi ang berasal fdari bermacam latar belakang meningkatkan sebuah refkesi teologi dimasa saat ini yaitu model revolusi yang harus bergerak/ berpindah, revolusi merubah dari kemungkinan menjadi peningkatan dari pengalaman kristus dimana saja. Itu artinya gereja itu tidak dapat memenuhi misi Yesus Kristus yang telah mengirim dia untuk menyelesaikan kecuali kalau dia menegerti perubahan arti dan implikasi dari revolusi.
Jika pesan dari firman Tuhan untuk keritik dan  mengkontrol.  didalam teologi revolusi kita telah menemukan mentode dari pengambaran yang ada di dalam teks yang mengatakan langsung untuk situasi revolusi melihat ke masa depan. Tanpa kebasahan yang berlaku, kelalaian dan kepentingan pribadi, metode dari pengambaran biblika kita harus melihat kebutuhan mengadopsi adalah sebuah hermeneutik yang mendekat kepada alkitab. Didalam ayat ini, kita harus mencari untuk mengambarkan makna keluar dan semua kemungkinan yang dapat disinifikasikan untuk isu revolusioner. Kita harus dapat menemukan pertanyaan yang tepat untuk teks sehingga kita juga dapat menenemukan apa pesan yang terkandung untuk dipercayai dan dilakukan, dengan cara seperti itu kita dapat mendengarkan sebuah kebenaran tentang roh kudus dan apa yang dikatakan oleh gereja saat itu
The Question of world-views ( pertanyaan tentang dunia dan maksudnya )
            Lenin once berkata : “setiap revolusioner  membutuhkan sebuah teori revolusi dan kita harus menambahkan teori setiap revolusioner  adalah bergantung dari pendangan umum irang tersebut dan sejarahnya/pengalamnnya. Di lain pihak lagi, yang saling berkaitan dan terakhir motivasi revolusi harus menjadi sesuatu yang sangat mendalam daripada sebuah politik dan kekuatannya.
            Semua para revolusioner menyadari ini, salah satunya adalah Marx, contohnya meskipun penolakan dari komunitas katolik, ia tetap pada pendiriannya, objektif berdasarkan empiris dan penelitan sejarah. Marx telah banyak belajar dari pengalamannya dan pembelajarannnya kepada para filosophis Hegel pengambaran dari sejarah dunia. Dan ia dapat menjadi pemikir yang berlandasan kuat sebagai par revolusioner.
Revoluioner yang nyata:
1.      Tuhan bertindak didalam dunia berdasarkan mitologi, alam, siklus yang memberikan pandangan bahwa Allah ada pada saat sejarah. Tidak ada selain tuhan yang dapat memindahkan atau merubah sesuatu apapun, hanya Tuhan yang menyatakan eskatologis dan menciptakan kebaikan kebaikan untuk manusia
2.      Membawa keselamatan untuk manusia
3.      Tuhanlah penyelamat secara global dan yang menjanjikan bumi yang baru dan surga yang baru didalam kebenaran
Ciptaan
Tidak ada seoranng pun yang dapat membantah itu, Alkitab mengajarkan setiap manusia adalah ciptaan Tuhan dan tidak ada yang boleh memberikan perbedaan dari setiap ciptaan. Iru adalah doktiin dari ciptaan. Mandat untuk memellihara manusia dan dunia. Bekerja sama untuk menciptakan dunia itu adalah revolusi
Pemanggilan Abraham
Ide dari masa lalu tentang nubuat/ masa depan adalah sesuatu yang kuat di masa saat ini melalui cerita abraham pergi dari kotanya bersama keluarganya ... ke kota yang akan di tunjukan Tuhan da disitu akan menjadi bangsa yang besar (Gn 12: 1-2 ) Abraham memperkenalkan Tuhan dan janjinya.
Keluaran
Kebebasan Israel berasal penindasan budak di dalam Mesir yang telah dibebaskan oleh teologi revulotioner sebagai gambaran paradifma perubahan revolusi. Ilmu pengetahuan Perjanjian lama telah mengasumsikan sejarah Israel sebagai awal mula bangsa yang berasal dari kejadian drama. Israel sedang membersiapkan untuk menjadikan manusia yang seutuhnya, sebelum dari perbudakan dan menuju kepada tanah perjanjan, yang Allah menjadi Bapa mereka yang menyelamatkan dan memmberikan jalan yang benar
Hukum sosial
Didalam penetapan hukum kepada pemerintahan dan sosial lingkungan untuk juga memberikan kebebasan kepada masyarakat yang ada di Mesir. Hukum Tuhan adalah karakter sebagai sebuah kebebasan Tuhan, yang di gunakan menyimpang sebagi sesuatu yang mengeksploitasi. Yang dimana seharusnya menjadi fungsi yang positive yaitu suatu standar kehidupan baru
TANGGAPAN
Harapan dalam bahasa Ibrani disebut dengan qawah (diarahkan menuju, ke masa yang panjang, menunggu). Perjanjian Lama menyebutkan bahwa YHWH adalah objek dari harapan. Berharap kepada YHWH atau mengunggu YHWH. Ini dapat kita lihat dalam Mazmur 71:5, Yer 14:8; 17:13, Yer 29:11, Mazmur 62:5, dll. Dengan kepercayaan dan kerendahan hati terhadap harapan, maka seseorang akan menunggu dengan tekun dan sabar sehingga dapat menahan kegelisahan dalam menunggu. Menunggu harapan bukan berarti manusia non-aktif dalam bekerja. Justru dengan menunggu ini akan keluar kekuatan baru (Yesaya 40:31).[2]
Sementara itu, Perjanjian Baru mengartikan harapan dengan elpizo/elpiz yang diartikan sebagai pengharapan akan segala sesuatu yang baik. Perjanjian Baru juga menyebutkan tiga hal yang saling berkaitan: harapan, iman, dan kasih. Harapan itu bagaikan dasar untuk kedua lainnya untuk menumbuhkan kehidupan (1 Petrus 1:3). Dalam Paganisme (pemujaan dewa-dewa), ada juga memang tentang masa depan, tetapi tidak ada harapan yang dilengkapi dengan rasa nyaman dan bebas dari ketakutan akan kematian (Efesus 2:12; 1 Tes 4:13). Elpiz adalah masa depan yang terjamin, dengan iman dan kasih, ketiganya menjadi bagian hidup orang Kristen (1 Korintus 13:13). Yesus Kristus adalah pengharapan kita (1 Tim 1:1; Kol 1:27).[3]
Para teolog Kristen semakin kuatir terhadap keadaan dimana orang semakin menaruh pengharapan mereka pada prinsip-prinsip sekular dan humanistik yang murni. Cara meresponi hal ini, para teolog jaman itu mulai membangkitkan lagi spirit yang anti-intelektual, kembali ke mistikisme, dan memusatkan diri pada sifat Allah yang hanya transendent. Di satu pihak Teologia Pengharapan membangkitkan lagi pengharapan masa yang akan datang yang telah runtuh akibat perang dan ideologi atheisme, tapi di pihak lain telah meruntuhkan berita utama dan prinsip-prinsip Alkitab.[4] Secara umum pengajaran teologi pengharapan dapat dikenali dari beberapa hal sperti berikut:
1.      Teologi Pengharapan mendefinisikan ulang konsep eskatologi orthodoks, bahwa eskatologi menurut mereka adalah keterbukaan pada masa yang akan datang. Tidak ada waktu yang membatasi datangnya masa yang akan datang itu, manusia tidak tahu bahkan Allahpun tidak mengetahuinya. Pemikiran Moltmann ini sangat bertentangan dengan penyataan Akitab tentang kemahatahuan Allah (1 Sam. 2:3; Ayb. 37:16)[5]
2.      Teologia pengharapan disebut sebagai "Teologia Futuristik", karena menurut Moltmann yang paling penting adalah pengharapan untuk masa yang akan datang. Hal-hal yang diperjuangkan sekarang adalah untuk masa dan pengharapan yang akan datang dalam dunia ini. Dalam pengertian tertentu pemikiran Moltmann dapat diterima, karena kita harus memperjuangkan masa depan yang lebih baik. Akan tetapi masa depan yang dimaksud oleh Moltmann adalah masa depan dalam dunia ini, sedangkan dalam membicarakan eskatologi, Alkitab lebih menunjuk kepada masa depan di dunia yang baru. Selain itu, bagi orang-orang pilihan bukan hanya masa depan saja yang penting tetapi masa sekarang juga penting karena orang-orang pilihan sudah hidup di dalam kerajaan Allah yang sudah ditegakkan melalui hidup dan karya Kristus (Mat. 12:28; 21:43; Luk 17:21).[6]
Kami mendapatkan wawasan tentang apa artinya Cone oleh "teologi hitam" dan "kekuatan hitam" dengan memahami apa yang berarti kegelapan di teologinya. Cone mencatat dua aspek kegelapan: fisiologis dan ontologis. Dalam arti pertama, "hitam" menunjukkan sifat fisiologis. Hal ini mengacu pada "orang berkulit hitam tertentu di Amerika. Dalam arti kedua, "hitam" dan "putih" tidak  berhubungan  pigmentasi kulit, tetapi untuk "sikap seseorang dan tindakan ke arah pembebasan orang kulit hitam yang tertindas dari rasisme putih."  Blackness demikian "simbol ontologis untuk semua orang yang berpartisipasi dalam pembebasan manusia dari penindasan. "Dilihat dari sudut ini," kegelapan "dapat dikaitkan dengan orang-orang yang tidak memiliki kulit hitam tapi yang bekerja untuk pembebasan. Sebaliknya, "putih" dalam pemikiran Cone melambangkan aktivitas etnosentris dari "orang-orang gila sakit dengan konsep diri mereka sendiri" dan dengan demikian buta dengan yang melanda mereka dan menindas orang lain. Keputihan melambangkan penyakit dan penindasan. Teologi putih karena dipandang sebagai perpanjangan teologis yang sakit dan penindasan[7].
Banyak Basis Cone dalam  teologi liberasionis nya pada pembebasan  Israel dari penindasan di bawah Mesir. Dia mengatakan bahwa tema konsisten dalam nubuatan Israel adalah perhatian Yahweh untuk "kurangnya keadilan sosial, ekonomi, dan politik bagi mereka yang miskin dan yang tidak diinginkan di masyarakat. Ini Tuhan yang sama, Cone berpendapat, bekerja untuk pembebasan kulit hitam tertindas di abad kedua puluh Amerika. Karena Allah membantu kulit hitam yang tertindas dan telah mengidentifikasi dengan mereka, Allah sendiri disebut sebagai "hitam."Perspektif dominan hitam teologi di Allah adalah "Allah dalam tindakan, memberikan tertindas karena kebenaran-Nya. Dia harus dilihat, tidak dengan cara transenden , namun imanen, di antara umat-Nya. Allah adalah "imanen "dalam arti bahwa Ia bertemu dalam situasi sejarah yang konkret pembebasan[8].
Yesus  melampaui seluruh masalah budaya dalam membahas isu-isu spiritual dengan wanita itu. Ketika datang untuk hubungannya dengan Allah, masalah pindah dari warisan budaya dia hatinya dan kriteria untuk hubungan yang benar. Yesus mengakui perbedaan budaya, tapi dianulir mereka ketika mereka campur dengan cara apapun dengan kebenaran tentang Allah. Prinsip kita dapat berasal dari  hal ini : Budaya harus selalu mengambil kursi belakang untuk kebenaran Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Apa bagian ini mengatakan kepada hubungan Alkitab dengan pengalaman hitam? Evans menjawab: "Ia mengatakan bahwa kita sebagai orang kulit hitam tidak dapat mendasarkan hubungan kita dengan Tuhan, atau pemahaman kita tentang Allah, tentang warisan budaya kita Yesus tidak meminta orang kulit hitam menjadi putih atau putih untuk menjadi orang-orang Yahudi, tetapi dia menegaskan bahwa semua mencerminkan Allah. kebenaran seperti yang diberikan dalam Alkitab. Dimana budaya tidak melanggar Firman Tuhan, kita bebas untuk menjadi apa yang Allah menciptakan kita untuk menjadi, dengan semua keunikan yang menyertai warisan budaya kami. Namun, kebenaran dari Alkitab menempatkan batasan pada budaya kita pengalaman[9].
Konsep Allah dalam Teologi Hitam
Metode kami pendekatan akan, pertama yang meneliti konsep mendominasi tuhan yang orang kulit hitam di Afrika Selatan telah belajar dari misionaris putih dan guru teologis dan yang konsep ortodoks saat dewa di benak sebagian besar orang Kristen hitam; kedua, untuk melihat situasi dari orang kulit hitam di Afrika Selatan dan implikasi dari gambar-gambar ini dalam situasi ini; dan ketiga, dalam terang pertimbangan tersebut kita akan menjajaki kemungkinan gambar baru yang lebih situasional relevan tetapi tidak anti kristen.
1) mendominasi konsep christian tuhan
 Pada awalnya perlu diakui bahwa kita harus berbicara di generalisasi yang mungkin pada waktu tampaknya menjadi karikatur karena kita harus memperhitungkan tidak semua basa-basi dari konsep barat dewa maupun pengecualian di antara beberapa teolog Barat.          
a) Allah adalah seseorang
Ini mungkin gambar utama dewa dalam teologi Barat, sehingga tertanam dalam languange agama kita dan kesadaran bahwa ketika gambar alternatif disajikan seperti gambar Tillich dewa sebagai dasar dan kekuatan makhluk, tingkat reaksi tergesa-gesa emosional.
b) Allah adalah mahakuasa, mahatahu, otoritas tertinggi.
Mungkin itu adalah otoritas tertinggi dewa yang paling penting dalam trilogi ini atribut ilahi. Kisah Adam dan Hawa dalam kisah penciptaan yang kedua membawa keluar ini otoritas mutlak dan tak diragukan lagi dewa yang paling jelas. Jika tuhan adalah mahakuasa, ia juga mahatahu. Tidak ada orang yang bisa menyembunyikan ketidaktaatannya dari tuhan. Tuhan selalu tahu, karena ia tahu dosa adam. Ther hanya ada jalan keluar bagi manusia dari semua melihat, semua tahu dan semua kuat dewa.
2) Situasi orang kulit hitam di Afrika Selatan dalam perspektif simbol dewa.
a) Allah sebagai mahakuasa, mahatahu, otoritas tertinggi.
Di Afrika selatan pria kulit hitam tahu dan merasa krisis penderitaannya pada titik kegelapan itu. Dia benar-benar dibenarkan, therfore, dalam mengklaim bahwa ia menderita karena kegelapan itu. Tapi dia salah jika dia melihat pengecualian nya dari urusan sosial, politik dan agama dan pengambilan keputusan sebagai tidak lain dari hasil rasisme putih.
b) Allah sebagai putih
Di Afrika selatan beban pria kulit hitam adalah otoritarianisme orang kulit putih, yang meletus juga di rasisme. Ini juga dampak buruk yang ini memiliki memiliki kebanggaan pada dirinya sendiri di. Dalam situasi ini teolog hitam harus iconoclasts dewa 'putih'. Mereka harus meruntuhkan setiap gambar dan simbol yang dengan menghadirkan Tuhan sebagai 'putih', memperkuat rasa ini rendah diri manusia dan tidak berharga.
c) Allah adalah laki-laki
Jika pernah ada orang yang menderita di bawah kuk ganda itu adalah perempuan kulit hitam Afrika Selatan ini. Mereka tidak hanya tahu apa itu akan tertindas sebagai orang kulit hitam. Sebuah penindasan mereka berbagi dengan semua orang kulit hitam dan yang merupakan beban yang cukup melumpuhkan; mereka juga tahu apa yang akan tertindas sebagai perempuan.
3) simbol hubungan tuhan
Kekristenan tradisional selalu menegaskan transendensi Tuhan dan imanensi-Nya, gambar yang telah dari besar ayah-tokoh 'di luar sana' dan anak yang penuh kasih 'di antara kita'. Untuk alasan yang sudah diberikan, simbol-simbol ini harus ditolak[10].
Tahap pertama komitmen kita kepada kaum miskin dicirikan melalui belas kasih. Ada dua hal yang membantu pertumbuhan dan perkembangan belas kasih ini. Yang pertama adalah “eksposure”, dimana semakin kita terekspos atau terpapar pada penderitaan kaum miskin, belas kasih kita akan semakin dalam dan semakin bertahan lama. Bagi banyak orang, pengalaman hidup satu-satunya sejak mereka lahir hingga meninggal adalah merasakan kelaparan. Informasi seperti ini dapat membuat kita menjadi orang yang lebih berbelas kasihan. Kedua, cara mengembangkan belas kasihan adalah keinginan untuk mewujudkan hal itu. Perkataan : “aku tidak peduli” atau yang lainnya akan menumpulkan belas kasih alami dalam diri kita terhadap penderitaan kaum miskin. Belas kasih mengarah pada tindakan. Pertama tindakan itu disebut dengan karya pemulihan. Misalnya mengumpulkan dan membagikan makanan, selimut, pakaian, atau uang. Termasuk menyederhanakan gaya hidup kita: memberikan kelebihan kita pada kaum miskin.[11]
Masalah Kemiskinan
Kemiskinan di dunia sekarang ini merupakan dampak langsung dari kebijakan pemerintah, partai politik, dan bisnis-bisnis besar, bukan lagi masalah nasib buruk, kebetulan, tetapi sudah diciptakan. Ini menyangkut ketidakadilan dan penindasan. Ada dua jenis kemarahan dan kegeraman. Yang pertama adalah ekspresi kebencian dan keegoisan, sedangkan yang kedua adalah eskpresi cinta dan belas kasih. Kemarahan / murka Allah adalah ekspresi kasih Allah terhadap kaum miskin dan kaya, bagi pihak yang tertindas dan yang menindas. Kaum miskin memiliki pemahaman yang lebih baik daripada kita. Kaum miskin bahkan amat mampu memecahkan masalah struktural dan politik yang menyulitkan mereka, yang akan mengejutkan dan menggoyahkan kita. Berdasarkan Matius 11:25, diperlukan sejumlah besar kerendahan hati untuk mau mendengar dan belajar dari para petani, pekerja, dan orang-orang yang tinggal di negara-negara dunia ketiga. Penemuan ini memperlihatkan bahwa Allah itu ada dan memperjuangkan nasib kaum miskin.[12]
Masalah kemiskinan merupakan masalah sturktural. Kaum miskin bukanlah kaum suci dan kaum kaya bukanlah pendosa. Kita harus mencari cara untuk menadi bagian dari solidaritas yang dibangun oleh kaum miskin dan tertindas. Setelah itu baru kita benar-benar memiliki musuh bersama: sistem dan ketidakadilannya. Tidak ada tempat untuk saling menuduh. Yang kita perlukan adalah dukungan, semangat dan saling memahami cara kerja Roh Kudus di dalam diri kita dan melalui diri kita.[13]
Keberpihakan pada Kaum miskin di Alkitab.
Dalam kisah Keluaran, orang-orang miskin tulen di Alkitab, yakni budak-budak Ibrani di Mesir jelas miskin secara materi dan ekonomi, tetapi yang lebih mengejutkan adalah bahwa kemiskinan mereka merupakan dampak langsung penindasan struktural masyarakat Mesir. Allah berpihak pada mereka yang tertindas dan melawan para penindas dengan cara yang jelas. Alkitab lebih fundamental, yakni keberpihakan kepada kaum miskin karena keberadaan mereka. Di Kanaan, bangsa itu merupakan federasi dua belas suku, dan negeri itu dibagi rata di antara kaum keluarga atau klan (Bil 33:54; 34:18). Pilihan Allah bukan berpihak pada bebrapa orang dan melawan orang lain, tetapi pilihannya adalah melawan seluruh penindasan dan ketidakadilan dunia, di mana semua orang dapat merasakan kebebasan dan kesetaraan yang adil. Selama dan setelah pembuangan, kaum miskin adalah kesayangan Allah. Orang miskin memang tertindas, tetapi mereka menganggap bahwa diri mereka adalah kaum miskin milik Allah. Ini merupakan awal pelepasan kemiskinan rohani. Dalam Injil, Yesus membicarakan tentang Allah yang memberkati kaum miskin dan tertindas dan membawa kabar baik bahwa mereka akan dibebaskan dan bahwa kerajaan Allah adalah milik mereka (luk 6:20-23; 4:16-22; 12:32). Keberpihakan Yesus mengarahkanNya untuk mengidentifikasikan diriNya sendiri dengan kaum miskin seutuhnya seperti tertulis dalam Mat 25:40, 45. Yesus berpihak kepada yang miskin moral dan spiritual. Yang menggerakkannya adalah penderitaan mereka bukan kesalehan mereka.[14]
Keberpihakan pada Kaum Miskin di Afrika Selatan
            Di Afrika Selatan sangat penting mengkhotbahkan tentang Allah sebagai pribadi yang berpihak kepada orang-orang tertindas, dan mengkhotbahkan ini kepada semua orang. Orang-orang di Afrika Selatan ditindas dalam banyak cara berbeda dan pada tingkatan yang berbeda. Sikap-sikap gereja tidak jelas. Berpihak pada orang miskin memang lebih mudah dikatakan dibanding dengan dilakukan. Memilih untuk berpihak pada kaum miskin sama halnya dengan bersiap menjalani pertualangan rohani yang baru. Masa apartheid atau kapitalisme rasial yang berlangsung selama berabad-abad telah meninggalkan bekas pada orang-orang dari seluruh kelas dan kelompok di Afrika Selatan.[15]


[1]Albert Nolan, Martin Lukito Sinaga (ed), Harapan ditengah kesesakan masa kini: mewujudkan Injil pembebasan, hlm. 129-141.
[2]Colin Brown (ed), New Testament Theology Volume 2: G-Pre, The Paternoster Press, German 1971, hlm.  239-240.
[3] Colin Brown (ed), New Testament Theology Volume 2: G-Pre, hlm. 241-242.
[4] Jurgen Moltmann, Theologi of Hope, Harper Collins Publisher, New York 1991 : hlm. 19.
[5] Richard Bauckham, Teologi Mesianis, Menuju Teologi Mesianis Menurut Jurgen Moltmann, BPK Gunung Mulia, Jakarta 1996 : hlm. 34-35. 
[6] Kent E Brower, & Elliott, Mark W., (Ed), Eschatology in Bible & Theology, Evangelical Essay at the Down of a New Millenium, Intervarsity Press, Illinois1997: hlm. 55.
[7] James H. Cone, A Black Theology of Liberation (hereafter Liberation) (Philadelphia: J. P. Lippencott, 1970), hlm 29
[8] H. Wayne House, "An Investigation of Black Liberation Theology," Bibliotheca Sacra 139 (April-June 1982),hlm 163.
[9] Anthony T. Evans, Biblical Theology and the Black Experience (Dallas: Black Evangelistic Enterprise, 1977), hlm 13-14
[10] Black Theology: The South African Voice ( ed. BASIL MOORE), London: C. Hurst & Company, 1973, Hlm 18-28
[11] Albert Nolan, Martin Lukito Sinaga (ed), Harapan ditengah kesesakan masa kini: mewujudkan Injil pembebasan, hlm. 48-50.
[12]Albert Nolan, Martin Lukito Sinaga (ed), Harapan ditengah kesesakan masa kini: mewujudkan Injil pembebasan, hlm. 50-55.
[13]Albert Nolan, Martin Lukito Sinaga (ed), Harapan ditengah kesesakan masa kini: mewujudkan Injil pembebasan, hlm. 57- 59.
[14]Albert Nolan, Martin Lukito Sinaga (ed), Harapan ditengah kesesakan masa kini: mewujudkan Injil pembebasan, hlm. 67-74.
[15] Albert Nolan, Martin Lukito Sinaga (ed), Harapan ditengah kesesakan masa kini: mewujudkan Injil pembebasan, hlm.76-79.

Comments

Popular posts from this blog

(LX. SAKRAMEN BAPTISAN DI HKBP)

SAKRAMEN BAPTISAN DI HKBP  I. Pendahuluan             Baptisan merupakan salah satu sakramen yang diperintahkan oleh Yesus sendiri dalam Amanat AgungNya. Oleh karena itu gereja melayankan baptisan sebagai salah satu sakramen bagi orang percaya.             Kata “baptis” berasal dari Bahasa Yunani, “baptizo” yang artinya: mencelupkan ke dalam air ataupun memasukkan ke dalam air. Pemandian ke dalam air baru menjadi “baptisan” apabila dilaksanakan dengan upacara seremonial yang khusus. [1] Baptisan yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus, yaitu baptisan yang berlaku di tengah-tengah gereja, bukan hanya menunjuk pada Kerajaan Allah yang masih akan datang, melainkan menjadi bukti dan mengukuhkan perwujudan atas kedatangan Kristus ke dunia. [2] HKBP sebagai salah satu gereja Tuhan di Indonesia mengakui dan melayankan Baptisan Kudus sebagai salah satu sakramen di samp...

(LXXVI. MENGENAL PDT. DR. SOUNTILON MANGASI SIAHAAN DAN PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TEOLOGISNYA)

MENGENAL PDT. DR. SOUNTILON   MANGASI SIAHAAN DAN PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TEOLOGISNYA [1] 1. Biografi             Pdt. Dr. Sountilon M. Siahaan lahir pada tanggal 7 April 1936 di desa Meat-Balige, sebuah desa di tepian Danau Toba. Setelah tamat dari SMA Negeri Balige 1956, beliau melanjutkan belajar ke Fakultas Teologi Universitas HKBP Nommensen dan selesai tahun 1961. Menikah pada 26 Agustus 1961. Sejak tahun 1961-1963 beliau bekerja sebagai Pendeta Praktek dan sekaligus sebagai Pendeta Pemuda/Mahasiswa HKBP Ressort Jawa Tengah yang berkedudukan di Yogyakarta. Ditahbiskan sebagai Pendeta HKBP pada 1 Juli 1962.             Beliau selanjutnya tugas belajar ke Universitas Hamburg pada tahun 1963 dan memperoleh gelar Magister Teologi pada tahun 1967 dan meraih gelar Doktor Teologi (Cum Laude) pada tahun 1973 dengan disertasi yang berjudul Die Konkretisierung ...

(XXXI. TAFSIRAN HISTORIS KRITIS MAZMUR 23:1-6)

Tinjauan Historis Kitab Mazmur 23:1-6 Oleh " Rahman Saputra Tamba " BAB I Pendahuluan             Nama kitab ini dalam LXX adalah Psalmoi [1] . Alkitab bahasa latin memakai nama yang sama. Kata Yunani (dari kata kerja psallo yang artinya “memetik atau mendentingkan”). Mula-mula digunakan untuk permainan alat musik petik atau untuk alat musik itu. Kemudian kata ini menunjukkan nyanyian ( psalmos ) atau kumpulan nyanyian ( psalterion) . [2] Dalam bahasa Ibrani ada kata mizmor yang artinya “sebuah nyanyian yang dinyanyikan dengan iringan musik”, namun judul Kitab Mazmur dalam bahasa Ibrani adalah [3] tehillim yang artinya “puji-pujian atau nyanyian pujian”.             Dalam Alkitab Ibrani, Kitab Mazmur terdapat pada awal bagian Kitab-kitab. Para nabi menempatkan sebelum Kitab Amsal dan tulisan hikmat lainnya, dengan alasan bahwa kumpulan tulisan Da...