Skip to main content

(XLVI. PAUL, THE SPIRIT, AND THE PEOPLE OF GOD - GORDON D. FEE)


Paul, the Spirit, and the People of God by Gordon D. Fee
Oleh : Rahman Saputra Tamba



1.1              Teologi Paulus tentang Roh[1]
2.1.1.      Kesinambungan dan Ketidaksinambungan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
Adapun satu hal yang sangat penting di dalam Teologi Paulus adalah tentang kesinambungan dan ketidaksinambungan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, yaitu antara Firman Allah kepada bangsa Israel, komunikasi yang dilakukan oleh para nabi terdahulu, dan Firman Allah yang baru kepada umatNya melalui Yesus Kristus, komunikasi yang dilakukan oleh para rasul. Jika kita membaca surat-surat Paulus yang merupakan bagian dari Perjanjian Baru, kita bisa melihat karya pengasihan Allah di dalam Perjanjian Baru dengan umatNya melalui Yesus Kristus dan RohNya. Untuk bisa mengerti surat-surat Paulus, kita harus mampu melihat dari pemikiran Paulus tentang tradisi agama dan bagaimana pemeliharaannya, terutama bagaimana pemahamannya tentang Perjanjian Lama.
Pertama, kita harus mengenali pemikiran Paulus dan latar belakang kehidupannya. Paulus melihat dirinya dan jemaat sebagai bagian dari garis lurus dengan umat Allah di dalam Perjanjian Lama; meskipun keyakinannya tentang kedatangan Yesus Kristus dan Roh sangat radikal, ia dengan sangat sering menegaskan tentang kesinambungan. Paulus membawa jemaat bukan Yahudi untuk melihat kembali ke dalam peristiwa keluaran: “Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut” (1 Korintus 10:2). Paulus tidak pernah mengatakan tentang “Israel yang baru” atau “umat Allah yang baru”; bahasa yang Paulus gunakan adalah “Israel milik Allah” (Galatia 6:16), Israel di dalam kesinambungannya dengan masa lalu tetapi sekarang terdiri dari orang-orang Yahudi dan bukan Yahudi adalah sama sebagai satu umat Allah.
Hal ini adalah sebuah kesinambungan yang signifikan. Umat Allah yang sekarang adalah umat yang baru dan telah diperbaharui. Yesus Kristus adalah “kegenapan hukum taurat” (Roma 10:4), dan Roh adalah “Roh yang telah dijanjikan” (Galatia 3:14; Efesus 1:13). Kematian dan kebangkitan Kristus telag membawa kepada berakhirnya pendewaan Taurat (kehidupan yang berdasarkan Hukum Taurat yang ada pada Perjanjian Lama, Roma 7:4-6; 8:2-3); dengan dipimpin oleh Roh sehingga mengantikan ketaatan sebagai dewa yang selama ini dilakukan bangsa Israel hidup di bawah Hukum Taurat (Galatia 5:18). Roh Kudus merupakan bagian yang penting dari pemenuhan janji yang ada dalam Perjanjian Lama. Bagi Paulus, pemberian “Roh Kudus yang dijanjikan” (Efesus 1:13) adalah bukti yang pasti bahwa masa depan sudah diatur olehNya. 
2.1.2        Menemukan inti yang sulit dipahami
Adapun hal penting yang bisa dilihat dari pemikiran Paulus dan surat-suratnya adalah sebagai berikut:
-          Pondasi: Anugerah dan belas kasihan Allah, yang penuh kasih terhadap semua.
-          Kerangka: Pemenuhan akan janji Allah sebagimana yang telah dimulai tetapi belum selesai.
-          Fokus: Yesus, anak Allah, sebagai hamba yang menderita yang menjadi Mesias yang memberikan keselamatan bagi umat manusia melalui kematian dan kebangkitanNya di kayu salib, yang sekarang menjadi Tuhan yang ditinggikan dan sebagai Raja yang dating.
-          Hasil: Jemaat adalah bagian dari Kristus oleh kematianNya dan pemberian RohNya, dan diperbaharui oleh Kristus.

2.2           Sebagai pembaharuan kehadiran Allah[2]
2.2.1        Kehadiran Allah dalam Perjanjian Lama
Hal terpenting sebagai jalan kehadiran Allah dalam Pernjanjian Lama adalah terdapat di dalam kemah suci dan kuil. Salah satu motif kehadiran Allah yang berpuncak pada turunnya Keagungan Tuhan pada Kemah Suci. Hal ini adalah kunci untuk melihat Keluaran. Pada peristiwa terbakarnya semak (Keluaran 3), Allah yang hidup pertama kali menampakkan kehadiranNya kepada Musa di Sinai. Ini adalah instruksi Musa untuk membawa orang Israel menyembah kepada Allah. Hanya Musa yang diijinkan datang ke hadirat Tuhan.
2.2.2        Janji akan pembaharuan Kehadiran Allah
Dalam menjaga perjalanan sejarah bangsa Israel, cara pembaharuan akan kehadiran Allah adalah terikat langsung dengan kepercayaan mereka pada kuil. Cara yang ditemukan ini adalah kiasan yang paling kuat dari visi Yehezkiel, hal lain juga dapat dilihat pada nubuat nabi Yesaya (Yesaya 2:2-3), dimana masuknya orang yang bukan Yahudi adalah motif yang paling utama (Zakaria 14:16-19).
2.2.3        Roh sebagai pembaharuan kehadiran menurut Paulus
Ketika kita melihat dari sudut pandang Paulus melihat Perjanjian Lama, ini akan membawa kita kepada pemahaman datangnya Roh sebagai pemenuhan yang terkait dalam tiga hal, yaitu: (1) Keterikatan Roh dengan Perjanjian Baru; (2) Bahasa tentang “berdiamnya Roh; (3) Hubungan Roh dengan gambaran Bait Allah. Untuk memenuhi perjanjian dan pembaharuan kemah suci, Roh datang sebagai jalan kehadiran Allah yang sekarang pada bumi dan dunia. Paulus mengkombinasikan dua bagian menjadi sedemikian rupa, bahwa kedatangan Roh ke dalam kehidupan orang percaya meliputi dalam tiga hal, yaitu:
-                      Allah akan memberikan “hati yang baru” kepada umatNya. Dalam Yeremia, “hati adalah daging” karena kiasannya, hati mereka terbuat dari batu (Yeremia 31:31-33), hal ini dimungkinkan karena Dia akan selalu memberikan mereka “Roh yang baru” (Yehezkiel 36:26). Bagi Paulus, tema ini ia nyatakan pada 2 Korintus 3:1-6, dimana Korintus dipahami sebagai penerima Perjanjian Baru akan “hati yang baru” itu
-                      “Roh yang baru” ini tidak lain adalah Roh Allah, yang akan memungkinkan manusia untuk mengikuti kehendak Allah (Yehezkiel 36:27). Sebagimana terbukti dalam Roma 8:3-4 dan Galatia 5:16-25, Roh itu adalah pemenuhan yang dibicarakan Paulus untuk menjawab pertanyaan tentang apakah kebenaran adalah sejalan dengan Hukum Taurat (pada Perjanjian Lama).
-                      Roh Allah artinya kehadiran Allah akan diriNya, bahwa dengan menempatkan “Roh-Ku ke dalammu..sehingga kamu hidup kembali” (Yehezkiel 37:14). Paulus kembali mengambil tema ini ke dalam 2 Korintus 3:5-6. Sebagaimana Roh adalah Allah yang hidup, Roh yang akan memberikan semangat untuk manusia. “Roh” yang Paulus katakan disini adalah kontkes pada Perjanjian Baru, “Pemberian yang hidup”.

2.3              Roh Kudus[3]
Lebih dari 140 kali perstiwa tentang Pneuma  (Roh) terdapat dalam surat Paulus. Ia menuliskan Roh Kudus yang digunakannnya untuk menunjukkan Roh sebagai “Roh Allah/RohNya”, 16 kali, dan sebagai “Roh Kristus”, atau setara dengan itu ada sebanyak 3 kali. Beberapa penelitian tentang penggunaan kata tersebut adalah sebagai berikut: Paulus menggunakan nama ini untuk menunjukkan tentang Yesus Kristus, “Tuhan Yesus Kristus”, dimana nama dan gelar yang dipadukan sebagai salah satu kesatuan. Penggunaan ini dapat kita lihat pada 2 Korintus 13:14, yang menunjukkan bahwa Roh itu adalah “berbeda dari” dan “sama dengan”, itu adalah pandangan Paulus tentang Roh.
Dalam 1 Korintus 2:10-12, Paulus menggunakan analogi kesadaran manusia (hanya “RohNya” yang mengerti hati) untuk menegaskan bahwa Roh itu sendiri yang menyelidik segala sesuatu hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah. Dalam Roma 8:26-27 hal ini diungkapkan secara terbalik: Allah mengetahui maksud Roh. Disini, Paulus mengaitkan bagaimana Roh itu ada, kehadiran Roh dalam kelemahan kita dan ketidakmampuan kita untuk berbicara tentang diri kita, mampu menjadi perantara kita. Efektivitas dari Roh justru menunjukkan bahwa Tuhan yang mencari hati ktia, dan juga “mengerti serta memahami kita melalui RohNya”. Paulus melihat bahwa Roh berbeda dari Tuhan, namun pada saat yang sama, Roh adalah ekspresi kepribadian Tuhan yang tidak terlihat dan wujud yang terlihat dari aktivitas Allah di dunia.  Roh adalah Allah yang nyata dalam perbuatan; namun Ia bukan hanya sekedar bekerja sebagai kepribadian Allah tetapi semua yang ada untuk mengatakan tentang apa yang Allah katakana.
Paulus memberikan definisi yang lebih lengkap tentang Roh: Roh bersama-sama dengan kita dan bersaksi bahwa kita adalah anak-anak Allah (Roma 8:14-17), bersama-sama mengenal kekuatan Kristus dan kuasa kebangkitanNya dan persekutuan dalam penderitaanNya (Filipi 3:14); pada saat yang bersamaan, Roh adalah kriteria yang mutlak tentang Yesus, karena tidak ada seorangpun yang dapat mengaku apa-apa tentang Yesus selain oleh Roh itu sendiri (1 Korintus 12:3). 
Namun, meskipun Paulus tidak mengidentifikasikan Roh dan Kristus, ia berpendapat bahwa ada beberapa jenis hubungan yang dekat di antara kedua hal itu. Beberapa kali ia bergerak dengan mudah dari menyebutkan Roh dan Kristus, terutama ketika menggunakan kata “berdiam” (misalnya Roma 8:9-10, dari “Roh Kristus” ke “Kristus di dalammu”). Hal ini juga sesuai ketika Paulus di dalam Galatia 2:20 berbicara tentang Kristus yang hidup di dalam kita, itu artinya Paulus mengartikan “Kristus hidup di dalamku oleh RohNya”, hal ini mengacu pada kelanjutan kerja Kristus di dalam hidup Paulus, itu artinya adalah pekerjaan yang sedang dilakukan oleh Roh yang berdiam di dalamnya.
2.4              Roh dan ke-Tritunggalan[4]
Banyak sekali teks dari surat-surat Paulus yang berisi gambaran keselamatan sebagai karya dari Allah Tritunggal:
-          1 Tesalonika 1:4-5, dimana Kasih Allah yang membuat pemilihan atas kita oleh kekuatan Roh Kudus
-          2 Tesalonika 2:13, dimana umat Allah adalah “yang dikasihi Tuhan (melalui kematian Kristus), karena Allah memilih kita untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan.”
-          1 Korintus 14-7, dimana Kasih Karunia Allah yang dianugerahkanNya melalui Yesus Kristus
-          1 Korintus 2:4-5, dimana Paulus mengjak jemaat Korintus untuk yakin dengan kekuatan Roh dan kekuatan Allah
-          Galatia 3:1-5, dimana melalui penyaliban Kristus kita menyampaikan keyakinan kita juga oleh Roh
-          Filipi 3:3, dimana keyakinan kita akan Allah nyata oleh perbuatan Roh dan anakNya Yesus Kristus di dalam diri kita
Bagi Paulus, “Kasih Allah” tidak abstraksi belaka. Keselamatan adalah pengalaman yang nyata kepada seseorang oleh datangnya Roh Allah ke dalam kehidupannya. Roh harus dipulihkan dalam Trinitas, di mana tidak pernah dikeluarkan dalam kredo dan liturgi kita, dan dapat praktis ada dalam kehidupan dan pengalaman Gereja.
2.5              Roh dan umat Allah[5]
Pandangan Paulus dari Roh yang paling penting juga terdapat pada komunitas utama yang biasa ia bagi ke dalam 3 bagian dalam gereja (keluarga, bait, tubuh).
-          Keluarga 
Gambaran pertama terdapat dalam Galatia 4:4-6, dimana Paulus membandingkan hidup di bawah hukum taurat dengan hidup oleh iman, hidup di dalam Roh. Hidup di bawah hukum taurat seperti sebagai anak sebelum ia dewasa, ia secara teknis dapat memiliki keutuhan, tetapi ia masih tidak lebih baik dari seorang budak. Jadi, dengan percaya, ia tidak lagi di bawah perbudakan, terutama Roh mereka yang menangis dalam teriakan “Abba, Bapa”. 
-          Bait 
Pada gambaran ini, Paulus menunjuk kepada Gereja. Roh diidentikkan dengan tempat ini, karena sangat cocok bersumber dari salah satu tempat kudus di Yerusalem, yaitu tempat dewa di dunia hidup. Akan tetapi, Allah telah mengambil tempat tinggal mereka yang berkumpul memuja Roh di pemujaan duniawi mereka. Bait yang baru dari Allah yang dibentuk oleh Roh Kudus, yang disebut Roh Bait Allah (1 Korintus 6:19). 
-          Tubuh Kristus
Adapun tujuan dari gambaran Tubuh Kristus ini adalah menunjukkan kesatuan manusia dengan Allah. Gereja yang terdiri dari orang Yahudi dan bukan Yahudi itu adalah satu tubuh di dalam Kristus (Efesus 2:16). Kesatuan di dalam satu tubuh berarti memiliki keyakinan “berjalan dengan Roh”, jadi tidak “memakan dan menelan orang lain” (Galatia 3:15-16).
2.6              Roh dan Etika Paulus[6]
Roh adalah pusat dari etika Paulus, pertama, karena ada “keselamatan dalam Kristus”, ini tidak mencakup kebenaran pada Illah-illah duniawi. Di dalam Roh, tidak ada kebenaran yang karena pikiran manusia, akan tetapi kebenaran sebagai perilaku yang merupakan hasil kerja dari Roh atas diri manusia. Jadi, menurut Paulus, untuk tindakan etis pun diperlukan peranan dan karya Roh untuk melihat mana kehendak Allah itu.
Pada akhirnya, etika menurut Paulus merupakan masalah teologis murni dan sederhana. Etika merupakan masalah yang berkaitan dengan karakter Allah itu sendiri. Segala sesuatunya harus dilakukan dengan Tuhan, dan apa yang Tuhan mau di dalam Kristus dan RohNya. Maka: 1.  Tujuan (atau dasar) dari etika Kristen adalah Kemuliaan Tuhan (1 Korintus 10:31); 2. Pola untuk etika adalah anak Allah, Kristus sendiri, yang menjadi serupa dengan kita (1 Korintus 4:16-17; Efesus 4:20; Roma 8:29); 3. Prinsip etika adalah Kasih, karena justru Kasih adalah esensi Tuhan; 4. Dan kekuatan etika adalag Roh, Roh yang hanya daripada Allah.
2.7              Daging yang melawan Roh[7]
2.7.1        Roh dan daging         
Bagi Paulus, kata “sarx”/daging merupakan bagian yang hidup di dunia ini dan daging baginya menunjukkan kemanusiaan. Satu gambaran tentang yang jahat dan kejatuhan manusia ke dalam dosa. Akan tetapi, kematian dan kebangkitan Kristus dan pemberian RohNya telah mengubah segalanya. Bentuk dari gambaran “daging” ini merupakan segala yang berpusat atau bersumber dari pandangan makhluk, yang mana pada surat Korintus, Paulus menganggap daging merasakan hal dari sudut pandang usia, di mana nilai dan signifikasinya terletak pada kekuatan, pengaruh, kekayaan dan kebijaksanaan (1 Korintus 1:26-31).
Pandangan eskatologis yang kontras tentang Roh dan daging juga ditemukan dalam bagian lain, yaitu:
-          “Aku tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi” (1 Korintus 3:1). Daging telah dikutuk dan manusia harus keluar darinya. Disini, Paulus membujuk mereka untuk menjalani kehidupan yang nyata oleh Roh.
-          Demikian pula halnya dalam Filipi 3:3, Paulus memperingatkan terhadap mereka yang akan berisikeras dengan sunat, ia menjelaskan bahwa sebagai orang-orang percaya yang melayani “oleh Roh Allah” tidak menaruh keyakinan pada “daging”.

2.7.2        Perjuangan dalam Roma 7:13-25
Bagaimana keadaan internal dalam cerita narasi yang sangat memuncak dari Paulus , dan keadaan konflik yang terjadi di Roma  7:13-25? Bukan  bagian dari teks ini yang menunjukkan bahwa Paulus sendiri yang berjuang dalam mengatasi konflik yang terjadi di Roma. Dengan ini, paulus terlebih dahulu sekilas mengambil bagian yang  ada di luar konteks mereka. Tetapi ternyata sebaliknya ada tiga hal yang mengungkapkan  adanya konflik dalam Roma 7 :13-25 yaitu : disebabkan konteks sekitarnya, apakah yang sebbenarnya dikatakan Paulus, dan apa sebenarnya yang tidak dilkatakannya. Akan tetapi keseluruhan konteksini menunjukkan hubungannya dengan Taurat dalam kehidupan Kristen. Dalam ayat 1-6, Paulus telah menjelaskan hal ini, dengan mengulangi perkataanya sendiri sekali lagi, yang mengatakan bahwa orang percaya tidak memiliki hubungan dengan yang berhubungan dengan konflik. 
Dalam kematian Kristus kita telah melupakan hukum yang keempat. Tidak hanya itu, ia menambahkan, bahwa mereka juga telah melupakan  hal itu, sesuai dengan ayat yang 5-6 : mengenai kepedulian di masa lalu, ketika masih bersama daging. Tetapi Paulus juga menyadari bahwa ia telah berjuang  mempertahankan hukum dan argumennya  sampai kepada titik ini, yang hampir tidak akan berdiam  dengan pembacanya yang beragama Kristen Yahudi. Selain itu ia tidak benar-benar mempertimbangkan akan terjadinya hukum yang tidak sesuai dengan itu.  Tetapi yang menjadi masalahnya adalah adanaya keterikatan hukum dengan ketidakmampuan, ketidakberdayaan  untuk meberdayakan apa yang diperlukan.[8]
2.7.2        Konteks di Galatia 5: 17
Dalam Galatia 5: 17, Paulus mengatakan secara mendasar tentang “daging” yang memiliki keinginan lebih terhadap Roh, dan Roh juga berkeinginan lebih terhadap daging. Ketika kedua realitas masih bertentangan, satu sama lain, maka hal-hal apapun yang kita rasakan akan seperti yang pernah kita lakukan. Dengan kedua perbedaan inilah yang menunjukkan bahwa ada perjuangan internal Roh terhadap daging, dalam konteks yang sebenarnya tidak seperti itu. 
Bagi mereka yang telah memasuki hidup baru yang dibawa oleh Kristus dan Roh, Paulus mendesak mereka untuk hidup dengan cara mengandalkan kekuatan Roh. Paulus bukan berarti tidak peduli dengan hidup rohani, tapi di sini ia lebih mengutamakan kepada cara umat Allah hidup mampu memberikan alternative radikal untuk dunia di sekitar mereka, sebab mereka yang berjalan dengan Roh tidak akan menghancurkan komunitas Kristen melalui perselisihan dan konflik.
Dalam pandangan Paulus, kita hidup dalam daging, hanya dalam artian tubuh sebagai hidup dalam penghinaan, tunduk pada realitas zaman sekarang; dan Paulus mengatakan bahwa mereka tidak berjalan menurut daging. Akan tetapi. mereka yang hidup sedemikian rupa dengan cara hidup di luar Kristus “tidak akan mendapat bagian dalam kerajaan Allah” (Galatia 5:21).
2.8           Kekuatan di dalam Kelemahan[9]
2.8.1     Situasi yang mendatangkan kelemahan
          Masalah yang ada di sini adalah tentang istilah “kelemahan” hidup dalam daging dan kehidupan menurut daging. Misalnya, ketika Paulus mengatakan, “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita” (Roma 8:26), “kelemahan” juga diambil untuk mencakup tentang Roh yang berjuang di dalam daging serta berbagai kelemahan tubuh dan sebenarnya merujuk kepada penderitaan Paulus sendiri. Istilah “kelemahan” ini memang digunakan Paulus untuk merujuk kepada kehidupan menurut daging, yaitu kehidupan manusia saat ini yang masih hidup dalam konteks penderitaan dan kecacatan, yang dalam hal ini Paulus mengartikannya sebagai hidup dalam dosa.
2.8.2     Roh, Kekuatan, dan Kelemahan
            Roh dan hadirnya kekuatan besar, daya yang meluap-luap bersamaan dengan harapan (Roma 15:13), suatu energy yang terkadang dapat dibuktikan oleh tanda dan membuat kita bertanya-tanya pada waktu dalam penderitaan besar tetap ada sukacita. Roh tidak hanya membawa dari akhir ke akhir, tetapi dari awal hingga akhir. Tidak ada kekuasaan yang sempurna di zaman sekarang, selain pimpinan oleh kekuatan Kristus. 
2.8.3        Roh dan Doa
Kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan “keluhan-keluhan yang tidak terucapkan” (Roma 8:26-27). Hal ini merupakan ekspresi yang memungkinkan untuk menunjukkan tentang glosalia (bahasa lidah).
Doa dalam Roh merupakan penyediaan Tuhan bagi orang-orang yang sedang meraasakan kelemahan, dalam perjuangan yang sedang berlangsung “melawan pemerintah-pemerintah kuasa kegelapan”, selain baju besi seperti yang dikatakan dalam suratnya, Paulus juga mendesak orang percaya agar mereka menggunakan “senjata Roh” dan “berdoa dalam Roh” (Efesus 6:18-20).
2.9              Roh Hari ini dan Besok[10]
Berikut ini adalah beberapa pendekatan Paulus mengenai Roh:
-          Titik paling penting bagi orang Kristen. Adapun titik paling penting bagi orang Kristen menurut Paulus yaitu, peran penting Roh yang berkerja pada pengalaman hidup orang Kristen dan pemahamannya tentang Injil, Roh sangat memainkan peranan penting dan utama dalam kedua hal itu. 
-          Tuhan menembus hidup kita. Hal terpenting dari perspektif Paulus adalah kedinamisan dan pengalaman Roh yang datang ke dalam kehidupan individu dank e dalam kehidupan dari orang-orang percaya. Roh yang bekerja untuk mengingatkan orang percaya (1 Korintus 12-14). Ini merupakan dasar bagi Paulus untuk mengingatkan Tesalonika tentang realitas pertobatan mereka (1 Tesalonika 1:4-6).
-          Akhir zaman dan jaminan Kemuliaan. Roh telah meminkan peran utama dan diri manusia, termasuk juga harapan tentang akhir zaman. Roh juga menjabat sebagai jaminan yakni Kemuliaan akhir. Yang adalah mustahil untuk memahami penekanan Paulus akan kehidupan dan pengalaman bersama Roh, terlepas dari perspektif eskalotogi yang mendominasi pemikirannya.
-          Allah tinggal di antara kita. Terkait dengan kerangka eskatologi, fakta menunjukkan bahwa pemahaman Paulus tentang pengalaman bersama Roh itu sama halnya dengan menjanjikan atau berarti kembalinya kehadiran pribadi Tuhan untuk tinggal di antara umat-Nya.
-          Allah itu baik. Tuhan adalah satu pribadi, Roh dan Allah merupakan satu pribadi, Roh dan Kristus adalah sepenuhnya Ilahi, Roh adalah berbeda dari Kristus. Ini merupakan pondasi dan pemahaman Paulus tentang Trinitas.
-          Keselamatan yang Efektif. Pemahaman Paulus Roh termasuk dalam Trinitas, termasuk peran Roh demikian mendasar untuk gairah utama dalam hidupnya, yaitu keyakinan akan keselamatan dalam Kristus, keselamatan adalah aktivitas Roh, dari awal sampai akhir, dan dalam hal ini tujuan Allah adalah kekal (1 Korintus 2:6-9).
-          Kunci beribadah orang Kristen. Pada akhirnya, Roh adalah kunci untuk semua spiritualitas orang Kristen. Pada tingkat individu, kehidupan Roh termasuk “berdoa dalam Roh.” Dengan demikian, Roh tidak hanya membantu orang percaya dengan menjadi perantara dalam kelemahan mereka menyampaikan keluhan-keluhannya, tetapi juga memberi keyakinan besar pada waktu berdoa bahwa Tuhan akan mengetahui apa yang disampaikan oleh orang percaya melalui Roh, sesuai dengan tujuan Allah itu sendiri.

2.10          Baptisan Roh dan Baptisan air menurut Paulus[11]
Dalam 1 Korintus 12:13, “telah dibaptis dalam satu tubuh”. Paulus sebelumnya menjelaskan pernyataannya dengan, “sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka”. Beberapa bagian dan bangsa dibaptis dalam satu Roh. Di sini Paulus melihat pemberian Roh menjadi pengikat terkait dengan baptisan air, “semua diberi minum dari satu Roh”. 
Konteks pada saat itu adalah di mana Paulus dan jemaat Korintus yang berselisih atas apa yang merupakan “pemahaman rohani” yang  benar. Jika dilihat dari perkataan Paulus, jemaat Korintus sudah mengenal bahasa lidah, sebagai bukti bahwa mereka sudah mulai berbicara dengan bahasa malaikat (13;1). Hal ini menunjukkan bahwa mereka telah tiba dalam keadaan spiritual yang lebih di atas kehidupan di dunia ini pemahaman tentang Roh tampaknya berada di balik masalah yang dipaparkan oleh Paulus akan pemahaman spritualitas (2:1-3; 4:8-9). Untuk meluruskan pandangan mereka, Paulus memulai perdebatan teologis pada pasal 12, dengan memfokuskan pembicaraan mereka dalam bahasa Roh yang salah dipahami oleh mereka, bagaimana ia menggambarkan kondisi jemaat itu sendiri. Jemaat Korintus jika diteliti secara mendalam, mereka adalah terbagi-bagi menjadi beberapa bagian dan tidak ada keseragaman di dalamnya, maka dari itu Paulus ingin membuka pemahaman mereka dengan membuat gambaran banyak anggota tetapi satu tubuh.
Bagi Paulus, Roh merupakan pengalaman yang sangat dinamis. Baptisan air adalah respon percaya oleh kehadiran Roh. Adapun gambaran Paulus tentang baptisan, kematian, dan kebangkitan “yang diperlengkapi dengan Kristus” menunjukkan bahwa itu bukan hanya sedekada ritual, tetapi itu adalah bagian yang paling kompleks dalam keyakinan setiap orang percaya akan hadirnya Roh Allah.
3.            Tanggapan Dogmatis

3.1                    Menurut G.C. Van Niftrik dan B. J. Boland dalam Bukunya “Dogmatika Masa Kini[12] 
Roh Kudus Ialah Allah sendiri, yang dating dari luar diri kita, yang menyatakan diriNya kepada kita dan serta bertindak terhadap kita. Menurut Boland, Roh Kudus ialah Allah yang ada di dalam kita yang sehakikat dengan Allah Bapa, dan Anak (Yesus Kristus). Roh Kudus bukanlah bagian dari batiniah manusia atau pun sifat manusia.
Bagi Niftrik dan Boland bahwa setiap orang telah dibaptis di dalam baptisan Yesus Kristus yaitu kematianNya di Golgata dan kebangkitanNya. Tetapi perlu ada sakramen Baptisan Kudus sebagai tanda dan meterai  yang mencap orang beriman dan anak-anaknya selaku jemaat yang dikuduskan untuk menjadi milik Kristus secara khusus (I Kor. 7:14)
3.2              Dalam buku “Pengantar Sejarah Dogma Kristen[13] oleh Berhnhard Lohse
Mengatakan dalam konsili Nicea dirumuskan oleh Athanasius bahwa Roh Kudus bukanlah sesuatu yang merupakan hakikat mahklukiah, tetapi termasuk pada Allah dan satu keallahan, yaitu Trinitatis. Ia melimpahkan pengudusan, dan bahkan kehidupan itu sendiri. Roh Kudus itu kekal, maha ada, dan satu, sedangkan ciptaan bersifat fana, tergantung pada waktu dan tempat. Melalui Roh Kudus kita ambil bagian Allah. 
3.3              Menurut Harun Hadiwijono, 
Baptisan adalah tanda yang menandai perjanjian Allah. Oleh karena itu baptisan menggambarkan janji-janji Allah, yaitu bahwa karena korban Kristus Tuhan Allah berkenan mengampuni dosa orang yang dibaptis dan memberikan hidup yang kekal kepadanya. Ini ia tulis dalam bukunya yang berjudul “Iman Kristen”.[14]
3.5               Menurut J.B Banawiratma, ada empat makna dari baptisan, yaitu: [15]
-                 Inisiasi ke dalam jemaah penyelamatan. Dengan inisiasi inilah orang yang dibaptis ditempatkan bukan hanya sebagai masyarakat religius saja, tetapi turut juga di dalam diri Yesus. Penyelamatan itu hanya dapat hadir melalui penebusan Yesus Kristus. Orang yang ditebus akan diselamatkan apabila dia telah menjadi jemaah Kristus.
-                 Ungkapan iman jemaah dalam iman pribadi. Artinya melalui baptisan nyata akan memperlihatkan dan secara historis mewujudkan bahwa orang yang dibaptis itu secara aktual telah dirangkul oleh penyelamatan ilahi yang membenarkan dan menguduskan orang berdosa.
-                 Sakramen perjanjian. Artinya dengan baptisan maka orang yang dibaptis diikutkan dalam perjanjian dengan Allah melalui Yesus Kristus.
-                 Baptisan merupakan simbol upacara. Simbol yang dimaksudkan ialah, baptisan itu merupakan simbol akan penghakiman Allah atas manusia dan baptisan itu merupakan penyelamatan bagi orang yang beriman.

3.6            Bagi Beasley and Murray,
Dengan baptisan maka orang yang dibaptiskan itu disyahkan menjadi pemilik Kerajaan Allah. Orang yang dibaptis ikut serta bersama dengan Kristus menjadi pemilik Kerajaan Bapa sebab Dia telah bersama-sama dibangkitkan dan diselamatkan oleh Yesus Kristus sebagai Putera Bapa. Seperti AnakNya yaitu Yesus Kristus diterima dalam Kerajaan Bapa demikianlah orang yang dibaptis diterima dalam Kerajaan Bapa. Baptisanlah sebagai tanda diterima dan syahnya seseorang masuk ke dalam Kerajaan Bapa sebab telah digenapi janji akan penganugerahan pengampunan dosa dan tanah Kanaan yang baru. Maka hanya melalui baptisan di dalam Yesus Kristus seseorang dimampukan masuk ke dalam Kerajaan Bapa (bnd. Mat. 12:28 ; Yoh. 12:31-32 ; Rm. 14:17 ; Kol. 1:13-14).[16]
3.7              Menurut Donald Guthrie
Baptisan adalah kematian bersama dengan Kristus, di mana kematian itu adalah kematian kepada dosa dan maut. Kebangkitan bersama dengan Kristus adalah kemenangan dari dosa, maut dan kematian.[17] Dengan demikian baptisan itu sepenuhnya adalah pemberian yang Kudus yaitu pengampunan akan dosa, hidup baru dan perdamaian dengan Allah. Donald Guthrie selalu menghubungkan baptisan dengan pertobatan yaitu pembaharuan hidup.
4.                  Kesimpulan
Roh sangat berperan penting dalam kehidupan orang percaya dari awal sampai akhir kehidupan. pencurahan Roh dimaksudkan untuk  Paulus bahwa tuhan telah memenuhi janjinya untuk tinggal sekali lagi di antara umat-Nya. Sebagai pemenuhan kehadiran yang diperbaharui oleh Allah dengan umat-Nya, Roh itu dipahami oleh Paulus sebagai istilah yang pribadi. Bersama dengan pengalaman Paulus dan orang percaya terdahulu dengan Kristus, pengalaman Roh yang adalah sebagai kehadiran baru Allah menjadi memperluas pemahaman awal umat Kristen dari satu Tuhan menjadi Tritunggal.



[1] Gordon D, Paul, the Spirit, and the People of God (United States of America: Hendrickson Publishers 1997) Hlm.1-6
[2]Ibid,  Hlm 10-16
[3] Ibid, Hlm 28-34
[4] Ibid, Hlm 39-46
[5] Ibid, Hlm 68-70
[6] Ibid, Hlm 98-106
[7] Ibid, Hlm 128-136
[8] Ibid, Hlm 133
[9] Ibid, Hlm 144-150
[10] Ibid, Hlm 180-184
[11] Ibid, Hlm 195-202
[12] Niftrik dan Boland, Dogmatika Masa Kini (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1958) hlm. 334-336.
[13] Bernhard Lohse, Pengantar Sejarah Dogma Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989) hlm. 76-78.
[14] Harun Hadiwijono, Iman Kristen (Jakarta: BPK GM, 2001) hlm. 438.
[15] J. B. Banawiratma, Baptisan Krisma Ekaristi (Yogyakarta: Kanisius, 1989) hlm. 82-91.
[16] G. R. Beasley – Murray, Baptism, (NDT England: Inter Varsity Leicester, 1988), hlm. 70.
[17] Donald Guthrie,  New Testament Theology,  (England: Inter-Varcity Press, 1981), hlm. 559.

Comments

Popular posts from this blog

(LX. SAKRAMEN BAPTISAN DI HKBP)

SAKRAMEN BAPTISAN DI HKBP  I. Pendahuluan             Baptisan merupakan salah satu sakramen yang diperintahkan oleh Yesus sendiri dalam Amanat AgungNya. Oleh karena itu gereja melayankan baptisan sebagai salah satu sakramen bagi orang percaya.             Kata “baptis” berasal dari Bahasa Yunani, “baptizo” yang artinya: mencelupkan ke dalam air ataupun memasukkan ke dalam air. Pemandian ke dalam air baru menjadi “baptisan” apabila dilaksanakan dengan upacara seremonial yang khusus. [1] Baptisan yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus, yaitu baptisan yang berlaku di tengah-tengah gereja, bukan hanya menunjuk pada Kerajaan Allah yang masih akan datang, melainkan menjadi bukti dan mengukuhkan perwujudan atas kedatangan Kristus ke dunia. [2] HKBP sebagai salah satu gereja Tuhan di Indonesia mengakui dan melayankan Baptisan Kudus sebagai salah satu sakramen di samp...

(LXXVI. MENGENAL PDT. DR. SOUNTILON MANGASI SIAHAAN DAN PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TEOLOGISNYA)

MENGENAL PDT. DR. SOUNTILON   MANGASI SIAHAAN DAN PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TEOLOGISNYA [1] 1. Biografi             Pdt. Dr. Sountilon M. Siahaan lahir pada tanggal 7 April 1936 di desa Meat-Balige, sebuah desa di tepian Danau Toba. Setelah tamat dari SMA Negeri Balige 1956, beliau melanjutkan belajar ke Fakultas Teologi Universitas HKBP Nommensen dan selesai tahun 1961. Menikah pada 26 Agustus 1961. Sejak tahun 1961-1963 beliau bekerja sebagai Pendeta Praktek dan sekaligus sebagai Pendeta Pemuda/Mahasiswa HKBP Ressort Jawa Tengah yang berkedudukan di Yogyakarta. Ditahbiskan sebagai Pendeta HKBP pada 1 Juli 1962.             Beliau selanjutnya tugas belajar ke Universitas Hamburg pada tahun 1963 dan memperoleh gelar Magister Teologi pada tahun 1967 dan meraih gelar Doktor Teologi (Cum Laude) pada tahun 1973 dengan disertasi yang berjudul Die Konkretisierung ...

(XXXI. TAFSIRAN HISTORIS KRITIS MAZMUR 23:1-6)

Tinjauan Historis Kitab Mazmur 23:1-6 Oleh " Rahman Saputra Tamba " BAB I Pendahuluan             Nama kitab ini dalam LXX adalah Psalmoi [1] . Alkitab bahasa latin memakai nama yang sama. Kata Yunani (dari kata kerja psallo yang artinya “memetik atau mendentingkan”). Mula-mula digunakan untuk permainan alat musik petik atau untuk alat musik itu. Kemudian kata ini menunjukkan nyanyian ( psalmos ) atau kumpulan nyanyian ( psalterion) . [2] Dalam bahasa Ibrani ada kata mizmor yang artinya “sebuah nyanyian yang dinyanyikan dengan iringan musik”, namun judul Kitab Mazmur dalam bahasa Ibrani adalah [3] tehillim yang artinya “puji-pujian atau nyanyian pujian”.             Dalam Alkitab Ibrani, Kitab Mazmur terdapat pada awal bagian Kitab-kitab. Para nabi menempatkan sebelum Kitab Amsal dan tulisan hikmat lainnya, dengan alasan bahwa kumpulan tulisan Da...