Paul, the Spirit, and
the People of God by Gordon D. Fee
Oleh : Rahman Saputra Tamba
1.1
Teologi
Paulus tentang Roh[1]
2.1.1. Kesinambungan dan
Ketidaksinambungan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
Adapun
satu hal yang sangat penting di dalam Teologi Paulus adalah tentang
kesinambungan dan ketidaksinambungan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru, yaitu antara Firman Allah kepada bangsa Israel, komunikasi yang dilakukan
oleh para nabi terdahulu, dan Firman Allah yang baru kepada umatNya melalui
Yesus Kristus, komunikasi yang dilakukan oleh para rasul. Jika kita membaca
surat-surat Paulus yang merupakan bagian dari Perjanjian Baru, kita bisa
melihat karya pengasihan Allah di dalam Perjanjian Baru dengan umatNya melalui
Yesus Kristus dan RohNya. Untuk bisa mengerti surat-surat Paulus, kita harus
mampu melihat dari pemikiran Paulus tentang tradisi agama dan bagaimana
pemeliharaannya, terutama bagaimana pemahamannya tentang Perjanjian Lama.
Pertama,
kita harus mengenali pemikiran Paulus dan latar belakang kehidupannya. Paulus
melihat dirinya dan jemaat sebagai bagian dari garis lurus dengan umat Allah di
dalam Perjanjian Lama; meskipun keyakinannya tentang kedatangan Yesus Kristus
dan Roh sangat radikal, ia dengan sangat sering menegaskan tentang
kesinambungan. Paulus membawa jemaat bukan Yahudi untuk melihat kembali ke
dalam peristiwa keluaran: “Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah
dibaptis dalam awan dan dalam laut” (1 Korintus 10:2). Paulus tidak pernah
mengatakan tentang “Israel yang baru” atau “umat Allah yang baru”; bahasa yang
Paulus gunakan adalah “Israel milik Allah” (Galatia 6:16), Israel di dalam
kesinambungannya dengan masa lalu tetapi sekarang terdiri dari orang-orang
Yahudi dan bukan Yahudi adalah sama sebagai satu umat Allah.
Hal
ini adalah sebuah kesinambungan yang signifikan. Umat Allah yang sekarang
adalah umat yang baru dan telah diperbaharui. Yesus Kristus adalah “kegenapan
hukum taurat” (Roma 10:4), dan Roh adalah “Roh yang telah dijanjikan” (Galatia
3:14; Efesus 1:13). Kematian dan kebangkitan Kristus telag membawa kepada
berakhirnya pendewaan Taurat (kehidupan yang berdasarkan Hukum Taurat yang ada
pada Perjanjian Lama, Roma 7:4-6; 8:2-3); dengan dipimpin oleh Roh sehingga
mengantikan ketaatan sebagai dewa yang selama ini dilakukan bangsa Israel hidup
di bawah Hukum Taurat (Galatia 5:18). Roh Kudus merupakan bagian yang penting
dari pemenuhan janji yang ada dalam Perjanjian Lama. Bagi Paulus, pemberian
“Roh Kudus yang dijanjikan” (Efesus 1:13) adalah bukti yang pasti bahwa masa
depan sudah diatur olehNya.
2.1.2
Menemukan
inti yang sulit dipahami
Adapun
hal penting yang bisa dilihat dari pemikiran Paulus dan surat-suratnya adalah
sebagai berikut:
-
Pondasi: Anugerah dan belas kasihan
Allah, yang penuh kasih terhadap semua.
-
Kerangka: Pemenuhan akan janji Allah
sebagimana yang telah dimulai tetapi belum selesai.
-
Fokus: Yesus, anak Allah, sebagai hamba
yang menderita yang menjadi Mesias yang memberikan keselamatan bagi umat
manusia melalui kematian dan kebangkitanNya di kayu salib, yang sekarang
menjadi Tuhan yang ditinggikan dan sebagai Raja yang dating.
-
Hasil: Jemaat adalah bagian dari Kristus
oleh kematianNya dan pemberian RohNya, dan diperbaharui oleh Kristus.
2.2
Sebagai
pembaharuan kehadiran Allah[2]
2.2.1
Kehadiran
Allah dalam Perjanjian Lama
Hal
terpenting sebagai jalan kehadiran Allah dalam Pernjanjian Lama adalah terdapat
di dalam kemah suci dan kuil. Salah satu motif kehadiran Allah yang berpuncak
pada turunnya Keagungan Tuhan pada Kemah Suci. Hal ini adalah kunci untuk
melihat Keluaran. Pada peristiwa terbakarnya semak (Keluaran 3), Allah yang
hidup pertama kali menampakkan kehadiranNya kepada Musa di Sinai. Ini adalah
instruksi Musa untuk membawa orang Israel menyembah kepada Allah. Hanya Musa
yang diijinkan datang ke hadirat Tuhan.
2.2.2
Janji
akan pembaharuan Kehadiran Allah
Dalam
menjaga perjalanan sejarah bangsa Israel, cara pembaharuan akan kehadiran Allah
adalah terikat langsung dengan kepercayaan mereka pada kuil. Cara yang
ditemukan ini adalah kiasan yang paling kuat dari visi Yehezkiel, hal lain juga
dapat dilihat pada nubuat nabi Yesaya (Yesaya 2:2-3), dimana masuknya orang
yang bukan Yahudi adalah motif yang paling utama (Zakaria 14:16-19).
2.2.3
Roh
sebagai pembaharuan kehadiran menurut Paulus
Ketika
kita melihat dari sudut pandang Paulus melihat Perjanjian Lama, ini akan
membawa kita kepada pemahaman datangnya Roh sebagai pemenuhan yang terkait
dalam tiga hal, yaitu: (1) Keterikatan Roh dengan Perjanjian Baru; (2) Bahasa
tentang “berdiamnya Roh; (3) Hubungan Roh dengan gambaran Bait Allah. Untuk
memenuhi perjanjian dan pembaharuan kemah suci, Roh datang sebagai jalan
kehadiran Allah yang sekarang pada bumi dan dunia. Paulus mengkombinasikan dua
bagian menjadi sedemikian rupa, bahwa kedatangan Roh ke dalam kehidupan orang
percaya meliputi dalam tiga hal, yaitu:
-
Allah akan memberikan “hati yang baru”
kepada umatNya. Dalam Yeremia, “hati adalah daging” karena kiasannya, hati
mereka terbuat dari batu (Yeremia 31:31-33), hal ini dimungkinkan karena Dia
akan selalu memberikan mereka “Roh yang baru” (Yehezkiel 36:26). Bagi Paulus,
tema ini ia nyatakan pada 2 Korintus 3:1-6, dimana Korintus dipahami sebagai
penerima Perjanjian Baru akan “hati yang baru” itu
-
“Roh yang baru” ini tidak lain adalah
Roh Allah, yang akan memungkinkan manusia untuk mengikuti kehendak Allah
(Yehezkiel 36:27). Sebagimana terbukti dalam Roma 8:3-4 dan Galatia 5:16-25,
Roh itu adalah pemenuhan yang dibicarakan Paulus untuk menjawab pertanyaan
tentang apakah kebenaran adalah sejalan dengan Hukum Taurat (pada Perjanjian
Lama).
-
Roh Allah artinya kehadiran Allah akan
diriNya, bahwa dengan menempatkan “Roh-Ku ke dalammu..sehingga kamu hidup
kembali” (Yehezkiel 37:14). Paulus kembali mengambil tema ini ke dalam 2
Korintus 3:5-6. Sebagaimana Roh adalah Allah yang hidup, Roh yang akan
memberikan semangat untuk manusia. “Roh” yang Paulus katakan disini adalah
kontkes pada Perjanjian Baru, “Pemberian yang hidup”.
2.3
Roh
Kudus[3]
Lebih dari 140
kali perstiwa tentang Pneuma (Roh) terdapat dalam surat Paulus. Ia
menuliskan Roh Kudus yang digunakannnya untuk menunjukkan Roh sebagai “Roh
Allah/RohNya”, 16 kali, dan sebagai “Roh Kristus”, atau setara dengan itu ada
sebanyak 3 kali. Beberapa penelitian tentang penggunaan kata tersebut adalah
sebagai berikut: Paulus menggunakan nama ini untuk menunjukkan tentang Yesus
Kristus, “Tuhan Yesus Kristus”, dimana nama dan gelar yang dipadukan sebagai
salah satu kesatuan. Penggunaan ini dapat kita lihat pada 2 Korintus 13:14,
yang menunjukkan bahwa Roh itu adalah “berbeda dari” dan “sama dengan”, itu
adalah pandangan Paulus tentang Roh.
Dalam 1 Korintus
2:10-12, Paulus menggunakan analogi kesadaran manusia (hanya “RohNya” yang
mengerti hati) untuk menegaskan bahwa Roh itu sendiri yang menyelidik segala
sesuatu hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah. Dalam Roma 8:26-27 hal ini
diungkapkan secara terbalik: Allah mengetahui maksud Roh. Disini, Paulus
mengaitkan bagaimana Roh itu ada, kehadiran Roh dalam kelemahan kita dan
ketidakmampuan kita untuk berbicara tentang diri kita, mampu menjadi perantara
kita. Efektivitas dari Roh justru menunjukkan bahwa Tuhan yang mencari hati
ktia, dan juga “mengerti serta memahami kita melalui RohNya”. Paulus melihat
bahwa Roh berbeda dari Tuhan, namun pada saat yang sama, Roh adalah ekspresi
kepribadian Tuhan yang tidak terlihat dan wujud yang terlihat dari aktivitas
Allah di dunia. Roh adalah Allah yang
nyata dalam perbuatan; namun Ia bukan hanya sekedar bekerja sebagai kepribadian
Allah tetapi semua yang ada untuk mengatakan tentang apa yang Allah katakana.
Paulus
memberikan definisi yang lebih lengkap tentang Roh: Roh bersama-sama dengan
kita dan bersaksi bahwa kita adalah anak-anak Allah (Roma 8:14-17),
bersama-sama mengenal kekuatan Kristus dan kuasa kebangkitanNya dan persekutuan
dalam penderitaanNya (Filipi 3:14); pada saat yang bersamaan, Roh adalah
kriteria yang mutlak tentang Yesus, karena tidak ada seorangpun yang dapat
mengaku apa-apa tentang Yesus selain oleh Roh itu sendiri (1 Korintus 12:3).
Namun,
meskipun Paulus tidak mengidentifikasikan Roh dan Kristus, ia berpendapat bahwa
ada beberapa jenis hubungan yang dekat di antara kedua hal itu. Beberapa kali
ia bergerak dengan mudah dari menyebutkan Roh dan Kristus, terutama ketika
menggunakan kata “berdiam” (misalnya Roma 8:9-10, dari “Roh Kristus” ke
“Kristus di dalammu”). Hal ini juga sesuai ketika Paulus di dalam Galatia 2:20
berbicara tentang Kristus yang hidup di dalam kita, itu artinya Paulus
mengartikan “Kristus hidup di dalamku oleh RohNya”, hal ini mengacu pada
kelanjutan kerja Kristus di dalam hidup Paulus, itu artinya adalah pekerjaan
yang sedang dilakukan oleh Roh yang berdiam di dalamnya.
2.4
Roh
dan ke-Tritunggalan[4]
Banyak
sekali teks dari surat-surat Paulus yang berisi gambaran keselamatan sebagai
karya dari Allah Tritunggal:
-
1 Tesalonika 1:4-5, dimana Kasih Allah
yang membuat pemilihan atas kita oleh kekuatan Roh Kudus
-
2 Tesalonika 2:13, dimana umat Allah
adalah “yang dikasihi Tuhan (melalui kematian Kristus), karena Allah memilih
kita untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan.”
-
1 Korintus 14-7, dimana Kasih Karunia
Allah yang dianugerahkanNya melalui Yesus Kristus
-
1 Korintus 2:4-5, dimana Paulus mengjak
jemaat Korintus untuk yakin dengan kekuatan Roh dan kekuatan Allah
-
Galatia 3:1-5, dimana melalui penyaliban
Kristus kita menyampaikan keyakinan kita juga oleh Roh
-
Filipi 3:3, dimana keyakinan kita akan
Allah nyata oleh perbuatan Roh dan anakNya Yesus Kristus di dalam diri kita
Bagi
Paulus, “Kasih Allah” tidak abstraksi belaka. Keselamatan adalah pengalaman
yang nyata kepada seseorang oleh datangnya Roh Allah ke dalam kehidupannya. Roh
harus dipulihkan dalam Trinitas, di mana tidak pernah dikeluarkan dalam kredo
dan liturgi kita, dan dapat praktis ada dalam kehidupan dan pengalaman Gereja.
2.5
Roh
dan umat Allah[5]
Pandangan
Paulus dari Roh yang paling penting juga terdapat pada komunitas utama yang
biasa ia bagi ke dalam 3 bagian dalam gereja (keluarga, bait, tubuh).
-
Keluarga
Gambaran
pertama terdapat dalam Galatia 4:4-6, dimana Paulus membandingkan hidup di
bawah hukum taurat dengan hidup oleh iman, hidup di dalam Roh. Hidup di bawah
hukum taurat seperti sebagai anak sebelum ia dewasa, ia secara teknis dapat
memiliki keutuhan, tetapi ia masih tidak lebih baik dari seorang budak. Jadi,
dengan percaya, ia tidak lagi di bawah perbudakan, terutama Roh mereka yang
menangis dalam teriakan “Abba, Bapa”.
-
Bait
Pada
gambaran ini, Paulus menunjuk kepada Gereja. Roh diidentikkan dengan tempat
ini, karena sangat cocok bersumber dari salah satu tempat kudus di Yerusalem,
yaitu tempat dewa di dunia hidup. Akan tetapi, Allah telah mengambil tempat
tinggal mereka yang berkumpul memuja Roh di pemujaan duniawi mereka. Bait yang
baru dari Allah yang dibentuk oleh Roh Kudus, yang disebut Roh Bait Allah (1
Korintus 6:19).
-
Tubuh Kristus
Adapun
tujuan dari gambaran Tubuh Kristus ini adalah menunjukkan kesatuan manusia
dengan Allah. Gereja yang terdiri dari orang Yahudi dan bukan Yahudi itu adalah
satu tubuh di dalam Kristus (Efesus 2:16). Kesatuan di dalam satu tubuh berarti
memiliki keyakinan “berjalan dengan Roh”, jadi tidak “memakan dan menelan orang
lain” (Galatia 3:15-16).
2.6
Roh
dan Etika Paulus[6]
Roh adalah pusat
dari etika Paulus, pertama, karena ada “keselamatan dalam Kristus”, ini tidak
mencakup kebenaran pada Illah-illah duniawi. Di dalam Roh, tidak ada kebenaran
yang karena pikiran manusia, akan tetapi kebenaran sebagai perilaku yang
merupakan hasil kerja dari Roh atas diri manusia. Jadi, menurut Paulus, untuk
tindakan etis pun diperlukan peranan dan karya Roh untuk melihat mana kehendak
Allah itu.
Pada
akhirnya, etika menurut Paulus merupakan masalah teologis murni dan sederhana.
Etika merupakan masalah yang berkaitan dengan karakter Allah itu sendiri.
Segala sesuatunya harus dilakukan dengan Tuhan, dan apa yang Tuhan mau di dalam
Kristus dan RohNya. Maka: 1. Tujuan
(atau dasar) dari etika Kristen adalah Kemuliaan Tuhan (1 Korintus 10:31); 2.
Pola untuk etika adalah anak Allah, Kristus sendiri, yang menjadi serupa dengan
kita (1 Korintus 4:16-17; Efesus 4:20; Roma 8:29); 3. Prinsip etika adalah
Kasih, karena justru Kasih adalah esensi Tuhan; 4. Dan kekuatan etika adalag
Roh, Roh yang hanya daripada Allah.
2.7
Daging
yang melawan Roh[7]
2.7.1
Roh
dan daging
Bagi
Paulus, kata “sarx”/daging merupakan bagian yang hidup di dunia ini dan daging
baginya menunjukkan kemanusiaan. Satu gambaran tentang yang jahat dan kejatuhan
manusia ke dalam dosa. Akan tetapi, kematian dan kebangkitan Kristus dan
pemberian RohNya telah mengubah segalanya. Bentuk dari gambaran “daging” ini
merupakan segala yang berpusat atau bersumber dari pandangan makhluk, yang mana
pada surat Korintus, Paulus menganggap daging merasakan hal dari sudut pandang
usia, di mana nilai dan signifikasinya terletak pada kekuatan, pengaruh,
kekayaan dan kebijaksanaan (1 Korintus 1:26-31).
Pandangan
eskatologis yang kontras tentang Roh dan daging juga ditemukan dalam bagian
lain, yaitu:
-
“Aku tidak dapat berbicara dengan kamu
seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi” (1 Korintus
3:1). Daging telah dikutuk dan manusia harus keluar darinya. Disini, Paulus
membujuk mereka untuk menjalani kehidupan yang nyata oleh Roh.
-
Demikian pula halnya dalam Filipi 3:3,
Paulus memperingatkan terhadap mereka yang akan berisikeras dengan sunat, ia
menjelaskan bahwa sebagai orang-orang percaya yang melayani “oleh Roh Allah”
tidak menaruh keyakinan pada “daging”.
2.7.2
Perjuangan
dalam Roma 7:13-25
Bagaimana
keadaan internal dalam cerita narasi yang sangat memuncak dari Paulus , dan
keadaan konflik yang terjadi di Roma
7:13-25? Bukan bagian dari teks
ini yang menunjukkan bahwa Paulus sendiri yang berjuang dalam mengatasi konflik
yang terjadi di Roma. Dengan ini, paulus terlebih dahulu sekilas mengambil
bagian yang ada di luar konteks mereka.
Tetapi ternyata sebaliknya ada tiga hal yang mengungkapkan adanya konflik dalam Roma 7 :13-25 yaitu :
disebabkan konteks sekitarnya, apakah yang sebbenarnya dikatakan Paulus, dan
apa sebenarnya yang tidak dilkatakannya. Akan tetapi keseluruhan konteksini
menunjukkan hubungannya dengan Taurat dalam kehidupan Kristen. Dalam ayat 1-6,
Paulus telah menjelaskan hal ini, dengan mengulangi perkataanya sendiri sekali
lagi, yang mengatakan bahwa orang percaya tidak memiliki hubungan dengan yang
berhubungan dengan konflik.
Dalam
kematian Kristus kita telah melupakan hukum yang keempat. Tidak hanya itu, ia menambahkan,
bahwa mereka juga telah melupakan hal
itu, sesuai dengan ayat yang 5-6 : mengenai kepedulian di masa lalu, ketika
masih bersama daging. Tetapi Paulus juga menyadari bahwa ia telah berjuang mempertahankan hukum dan argumennya sampai kepada titik ini, yang hampir tidak
akan berdiam dengan pembacanya yang
beragama Kristen Yahudi. Selain itu ia tidak benar-benar mempertimbangkan akan
terjadinya hukum yang tidak sesuai dengan itu.
Tetapi yang menjadi masalahnya adalah adanaya keterikatan hukum dengan
ketidakmampuan, ketidakberdayaan untuk
meberdayakan apa yang diperlukan.[8]
2.7.2
Konteks
di Galatia 5: 17
Dalam
Galatia 5: 17, Paulus mengatakan secara mendasar tentang “daging” yang memiliki
keinginan lebih terhadap Roh, dan Roh juga berkeinginan lebih terhadap daging.
Ketika kedua realitas masih bertentangan, satu sama lain, maka hal-hal apapun
yang kita rasakan akan seperti yang pernah kita lakukan. Dengan kedua perbedaan
inilah yang menunjukkan bahwa ada perjuangan internal Roh terhadap daging,
dalam konteks yang sebenarnya tidak seperti itu.
Bagi
mereka yang telah memasuki hidup baru yang dibawa oleh Kristus dan Roh, Paulus
mendesak mereka untuk hidup dengan cara mengandalkan kekuatan Roh. Paulus bukan
berarti tidak peduli dengan hidup rohani, tapi di sini ia lebih mengutamakan
kepada cara umat Allah hidup mampu memberikan alternative radikal untuk dunia
di sekitar mereka, sebab mereka yang berjalan dengan Roh tidak akan
menghancurkan komunitas Kristen melalui perselisihan dan konflik.
Dalam
pandangan Paulus, kita hidup dalam daging, hanya dalam artian tubuh sebagai
hidup dalam penghinaan, tunduk pada realitas zaman sekarang; dan Paulus
mengatakan bahwa mereka tidak berjalan menurut daging. Akan tetapi. mereka yang
hidup sedemikian rupa dengan cara hidup di luar Kristus “tidak akan mendapat
bagian dalam kerajaan Allah” (Galatia 5:21).
2.8
Kekuatan
di dalam Kelemahan[9]
2.8.1 Situasi yang mendatangkan kelemahan
Masalah
yang ada di sini adalah tentang istilah “kelemahan” hidup dalam daging dan kehidupan
menurut daging. Misalnya, ketika Paulus mengatakan, “Demikian juga Roh membantu
kita dalam kelemahan kita” (Roma 8:26), “kelemahan” juga diambil untuk mencakup
tentang Roh yang berjuang di dalam daging serta berbagai kelemahan tubuh dan
sebenarnya merujuk kepada penderitaan Paulus sendiri. Istilah “kelemahan” ini
memang digunakan Paulus untuk merujuk kepada kehidupan menurut daging, yaitu
kehidupan manusia saat ini yang masih hidup dalam konteks penderitaan dan
kecacatan, yang dalam hal ini Paulus mengartikannya sebagai hidup dalam dosa.
2.8.2 Roh, Kekuatan, dan Kelemahan
Roh
dan hadirnya kekuatan besar, daya yang meluap-luap bersamaan dengan harapan
(Roma 15:13), suatu energy yang terkadang dapat dibuktikan oleh tanda dan
membuat kita bertanya-tanya pada waktu dalam penderitaan besar tetap ada
sukacita. Roh tidak hanya membawa dari akhir ke akhir, tetapi dari awal hingga
akhir. Tidak ada kekuasaan yang sempurna di zaman sekarang, selain pimpinan
oleh kekuatan Kristus.
2.8.3
Roh
dan Doa
Kita
tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk
kita kepada Allah dengan “keluhan-keluhan yang tidak terucapkan” (Roma
8:26-27). Hal ini merupakan ekspresi yang memungkinkan untuk menunjukkan
tentang glosalia (bahasa lidah).
Doa
dalam Roh merupakan penyediaan Tuhan bagi orang-orang yang sedang meraasakan
kelemahan, dalam perjuangan yang sedang berlangsung “melawan
pemerintah-pemerintah kuasa kegelapan”, selain baju besi seperti yang dikatakan
dalam suratnya, Paulus juga mendesak orang percaya agar mereka menggunakan
“senjata Roh” dan “berdoa dalam Roh” (Efesus 6:18-20).
2.9
Roh
Hari ini dan Besok[10]
Berikut
ini adalah beberapa pendekatan Paulus mengenai Roh:
-
Titik
paling penting bagi orang Kristen. Adapun titik paling
penting bagi orang Kristen menurut Paulus yaitu, peran penting Roh yang
berkerja pada pengalaman hidup orang Kristen dan pemahamannya tentang Injil,
Roh sangat memainkan peranan penting dan utama dalam kedua hal itu.
-
Tuhan
menembus hidup kita. Hal terpenting dari perspektif Paulus
adalah kedinamisan dan pengalaman Roh yang datang ke dalam kehidupan individu
dank e dalam kehidupan dari orang-orang percaya. Roh yang bekerja untuk
mengingatkan orang percaya (1 Korintus 12-14). Ini merupakan dasar bagi Paulus
untuk mengingatkan Tesalonika tentang realitas pertobatan mereka (1 Tesalonika
1:4-6).
-
Akhir
zaman dan jaminan Kemuliaan. Roh telah meminkan peran utama
dan diri manusia, termasuk juga harapan tentang akhir zaman. Roh juga menjabat
sebagai jaminan yakni Kemuliaan akhir. Yang adalah mustahil untuk memahami
penekanan Paulus akan kehidupan dan pengalaman bersama Roh, terlepas dari
perspektif eskalotogi yang mendominasi pemikirannya.
-
Allah
tinggal di antara kita. Terkait dengan kerangka eskatologi,
fakta menunjukkan bahwa pemahaman Paulus tentang pengalaman bersama Roh itu
sama halnya dengan menjanjikan atau berarti kembalinya kehadiran pribadi Tuhan
untuk tinggal di antara umat-Nya.
-
Allah
itu baik. Tuhan adalah satu pribadi, Roh dan Allah merupakan
satu pribadi, Roh dan Kristus adalah sepenuhnya Ilahi, Roh adalah berbeda dari
Kristus. Ini merupakan pondasi dan pemahaman Paulus tentang Trinitas.
-
Keselamatan
yang Efektif. Pemahaman Paulus Roh termasuk dalam
Trinitas, termasuk peran Roh demikian mendasar untuk gairah utama dalam
hidupnya, yaitu keyakinan akan keselamatan dalam Kristus, keselamatan adalah
aktivitas Roh, dari awal sampai akhir, dan dalam hal ini tujuan Allah adalah
kekal (1 Korintus 2:6-9).
-
Kunci
beribadah orang Kristen. Pada akhirnya, Roh adalah kunci
untuk semua spiritualitas orang Kristen. Pada tingkat individu, kehidupan Roh
termasuk “berdoa dalam Roh.” Dengan demikian, Roh tidak hanya membantu orang
percaya dengan menjadi perantara dalam kelemahan mereka menyampaikan keluhan-keluhannya,
tetapi juga memberi keyakinan besar pada waktu berdoa bahwa Tuhan akan
mengetahui apa yang disampaikan oleh orang percaya melalui Roh, sesuai dengan
tujuan Allah itu sendiri.
2.10
Baptisan
Roh dan Baptisan air menurut Paulus[11]
Dalam
1 Korintus 12:13, “telah dibaptis dalam satu tubuh”. Paulus sebelumnya
menjelaskan pernyataannya dengan, “sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang
Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka”. Beberapa bagian
dan bangsa dibaptis dalam satu Roh. Di sini Paulus melihat pemberian Roh
menjadi pengikat terkait dengan baptisan air, “semua diberi minum dari satu
Roh”.
Konteks
pada saat itu adalah di mana Paulus dan jemaat Korintus yang berselisih atas
apa yang merupakan “pemahaman rohani” yang
benar. Jika dilihat dari perkataan Paulus, jemaat Korintus sudah
mengenal bahasa lidah, sebagai bukti bahwa mereka sudah mulai berbicara dengan
bahasa malaikat (13;1). Hal ini menunjukkan bahwa mereka telah tiba dalam
keadaan spiritual yang lebih di atas kehidupan di dunia ini pemahaman tentang
Roh tampaknya berada di balik masalah yang dipaparkan oleh Paulus akan
pemahaman spritualitas (2:1-3; 4:8-9). Untuk meluruskan pandangan mereka,
Paulus memulai perdebatan teologis pada pasal 12, dengan memfokuskan
pembicaraan mereka dalam bahasa Roh yang salah dipahami oleh mereka, bagaimana
ia menggambarkan kondisi jemaat itu sendiri. Jemaat Korintus jika diteliti
secara mendalam, mereka adalah terbagi-bagi menjadi beberapa bagian dan tidak
ada keseragaman di dalamnya, maka dari itu Paulus ingin membuka pemahaman
mereka dengan membuat gambaran banyak anggota tetapi satu tubuh.
Bagi
Paulus, Roh merupakan pengalaman yang sangat dinamis. Baptisan air adalah
respon percaya oleh kehadiran Roh. Adapun gambaran Paulus tentang baptisan, kematian,
dan kebangkitan “yang diperlengkapi dengan Kristus” menunjukkan bahwa itu bukan
hanya sedekada ritual, tetapi itu adalah bagian yang paling kompleks dalam
keyakinan setiap orang percaya akan hadirnya Roh Allah.
3.
Tanggapan
Dogmatis
3.1
Menurut G.C. Van Niftrik dan B. J.
Boland dalam Bukunya “Dogmatika Masa Kini”[12]
Roh
Kudus Ialah Allah sendiri, yang dating dari luar diri kita, yang menyatakan
diriNya kepada kita dan serta bertindak terhadap kita. Menurut Boland, Roh
Kudus ialah Allah yang ada di dalam kita yang sehakikat dengan Allah Bapa, dan
Anak (Yesus Kristus). Roh Kudus bukanlah bagian dari batiniah manusia atau pun
sifat manusia.
Bagi
Niftrik dan Boland bahwa setiap orang telah dibaptis di dalam baptisan Yesus
Kristus yaitu kematianNya di Golgata dan kebangkitanNya. Tetapi perlu ada
sakramen Baptisan Kudus sebagai tanda dan meterai yang mencap orang beriman dan anak-anaknya
selaku jemaat yang dikuduskan untuk menjadi milik Kristus secara khusus (I Kor.
7:14)
3.2
Dalam buku “Pengantar Sejarah Dogma Kristen”[13]
oleh Berhnhard Lohse
Mengatakan
dalam konsili Nicea dirumuskan oleh Athanasius bahwa Roh Kudus bukanlah sesuatu
yang merupakan hakikat mahklukiah, tetapi termasuk pada Allah dan satu
keallahan, yaitu Trinitatis. Ia melimpahkan pengudusan, dan bahkan kehidupan
itu sendiri. Roh Kudus itu kekal, maha ada, dan satu, sedangkan ciptaan
bersifat fana, tergantung pada waktu dan tempat. Melalui Roh Kudus kita ambil
bagian Allah.
3.3
Menurut
Harun Hadiwijono,
Baptisan
adalah tanda yang menandai perjanjian Allah. Oleh karena itu baptisan
menggambarkan janji-janji Allah, yaitu bahwa karena korban Kristus Tuhan Allah
berkenan mengampuni dosa orang yang dibaptis dan memberikan hidup yang kekal
kepadanya. Ini ia tulis dalam
bukunya yang berjudul “Iman Kristen”.[14]
-
Inisiasi ke dalam jemaah penyelamatan.
Dengan inisiasi inilah orang yang dibaptis ditempatkan bukan hanya sebagai
masyarakat religius saja, tetapi turut juga di dalam diri Yesus. Penyelamatan
itu hanya dapat hadir melalui penebusan Yesus Kristus. Orang yang ditebus akan
diselamatkan apabila dia telah menjadi jemaah Kristus.
-
Ungkapan iman jemaah dalam iman pribadi.
Artinya melalui baptisan nyata akan memperlihatkan dan secara historis mewujudkan
bahwa orang yang dibaptis itu secara aktual telah dirangkul oleh penyelamatan
ilahi yang membenarkan dan menguduskan orang berdosa.
-
Sakramen perjanjian. Artinya dengan
baptisan maka orang yang dibaptis diikutkan dalam perjanjian dengan Allah melalui
Yesus Kristus.
-
Baptisan merupakan simbol upacara.
Simbol yang dimaksudkan ialah, baptisan itu merupakan simbol akan penghakiman
Allah atas manusia dan baptisan itu merupakan penyelamatan bagi orang yang
beriman.
3.6
Bagi Beasley and Murray,
Dengan
baptisan maka orang yang dibaptiskan itu disyahkan menjadi pemilik Kerajaan
Allah. Orang yang dibaptis ikut serta bersama dengan Kristus menjadi pemilik
Kerajaan Bapa sebab Dia telah bersama-sama dibangkitkan dan diselamatkan oleh
Yesus Kristus sebagai Putera Bapa. Seperti AnakNya yaitu Yesus Kristus diterima
dalam Kerajaan Bapa demikianlah orang yang dibaptis diterima dalam Kerajaan
Bapa. Baptisanlah sebagai tanda diterima dan syahnya seseorang masuk ke dalam
Kerajaan Bapa sebab telah digenapi janji akan penganugerahan pengampunan dosa
dan tanah Kanaan yang baru. Maka hanya melalui baptisan di dalam Yesus Kristus
seseorang dimampukan masuk ke dalam Kerajaan Bapa (bnd. Mat. 12:28 ; Yoh.
12:31-32 ; Rm. 14:17 ; Kol. 1:13-14).[16]
3.7
Menurut Donald Guthrie
Baptisan
adalah kematian bersama dengan Kristus, di mana kematian itu adalah kematian
kepada dosa dan maut. Kebangkitan bersama dengan Kristus adalah kemenangan dari
dosa, maut dan kematian.[17]
Dengan demikian baptisan itu sepenuhnya adalah pemberian yang Kudus yaitu
pengampunan akan dosa, hidup baru dan perdamaian dengan Allah. Donald Guthrie
selalu menghubungkan baptisan dengan pertobatan yaitu pembaharuan hidup.
4.
Kesimpulan
Roh
sangat berperan penting dalam kehidupan orang percaya dari awal sampai akhir
kehidupan. pencurahan Roh dimaksudkan
untuk Paulus bahwa tuhan telah memenuhi janjinya untuk
tinggal sekali lagi di antara umat-Nya.
Sebagai pemenuhan
kehadiran yang diperbaharui oleh Allah dengan umat-Nya, Roh itu dipahami oleh Paulus sebagai istilah yang pribadi. Bersama dengan pengalaman
Paulus dan orang percaya terdahulu dengan Kristus, pengalaman Roh
yang adalah sebagai
kehadiran baru
Allah
menjadi memperluas pemahaman awal
umat Kristen dari satu Tuhan menjadi Tritunggal.
[1] Gordon D, Paul, the Spirit, and the People of God (United States of America:
Hendrickson Publishers 1997) Hlm.1-6
[2]Ibid,
Hlm 10-16
[3] Ibid, Hlm 28-34
[4] Ibid, Hlm 39-46
[5] Ibid, Hlm 68-70
[6] Ibid, Hlm 98-106
[7] Ibid, Hlm 128-136
[8] Ibid, Hlm 133
[9] Ibid, Hlm 144-150
[10] Ibid, Hlm 180-184
[11] Ibid, Hlm 195-202
[12] Niftrik dan Boland, Dogmatika
Masa Kini (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1958) hlm. 334-336.
[13] Bernhard Lohse, Pengantar
Sejarah Dogma Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989) hlm. 76-78.
[14] Harun Hadiwijono, Iman
Kristen (Jakarta:
BPK GM, 2001) hlm. 438.
[15] J. B. Banawiratma, Baptisan
Krisma Ekaristi (Yogyakarta: Kanisius, 1989) hlm. 82-91.
[16] G. R. Beasley – Murray, Baptism,
(NDT England: Inter Varsity Leicester, 1988), hlm. 70.
[17] Donald Guthrie, New Testament Theology, (England: Inter-Varcity Press, 1981),
hlm. 559.
Comments
Post a Comment