The Spirit & The Church
:Antiquity by Stanley M. Burgess
Oleh : Rahman Saputra Tamba
Pengantar
Selama tiga abad pertama era
kekristenan, Jemaat Secara terus menerus berada di bawah tekanan atau siksaan
dari sebuah sikap yang memusuhi oleh kekaisaran Romawi, yang secara periodik
menyiksa orang-orang beriman. Tetapi Gereja juga menghadapi bahaya dari rival
agama yang memberikan efek kepada orang-orang dengan iman yang masih muda, dari
filsafat-filsafat yang menandingi logika dari doktrin, dan dari para bidaah
yang semakin bertumbuh. Penulis non
canonical mula-mula, para Bapa rasul, dengan segera memperhatikan masalah tersebut.
Dan pada pertengahan abad ke dua, bagaimanapun tantangan terbesar kepada gereja
di jawab oleh dua grup penulis Kristen: The Apologist, yang mencoba meyakinkan
kepada pemimpin Roma bahwa kekristenan tidak melakukan apapun untuk melayakkan
mereka mendapatkan siksaan, dan The Polemicist yang memcoba melawan pengaruh
para bidah.[1]
1.
Bapa-Bapa
Rasul
Bapa Gereja mula-mula atau biasa disebut
dengan Bapa Rasul adalah individu yang diketahui atau dikira, mempunyai
hubungan langsung dengan dan mendapat pengajaran langsung dari satu Rasul.
Bapa-bapa rasul tentunya memperhatikan ketritunggalan, tetapi tidak ada
tanda-tanda pengembangan Theoloi keTritunggalan selama penulisan perjanjian
baru. Mereka mewariskan dari tradisi muda Kekristenan sebuah seri doksologi,
baptisan dan Formula tritunggal yang mana memperlihatkan langsung orientasi
umum dari iman. Ketika merujuk kepada pernyataan tradisional ini, Bapa Rasul
menegaskan bahwa mereka Percaya di dalam Roh Kudus secara perseorangan dan
Ketuhana dan menyerahkan kepada Roh Kudus Tugas dari Inspirasi dalam Firman dan
dari memberi Pemberianya kepada orang percaaya. Pada saat dimana “Roh” dan “Roh
Kudus” tidak digunakan dengan tidak teliti, contoh Gembala
Hermas muncul untuk menunjukkan Firman Allah dengan Roh Kudus, mewakili
yang terakhir sebagai sifat ketuhanan dasar dari inkarnasi Kristus. Pada satu
Point Hermas berbicara dari Roh Kudus sebagai AnakAllah, beberapa pernyataan
tidaklah begitu mengejutkan, Bagaimanapun, karena Roh masih fakta utama dari
pengalaman Iman Kekristenan lebih dari sebuah subjek dari investigasi dan
definisi eksak.
Pada dekade terakhir dari Abad pertama
setelah Kristus sebuah perpecahan terjadi di kepemipinan Jemaat Corint. Penatua
yang telah ditunjuk oleh para Apostel sebagai suksesor mereka telah mendapatkan
pembangkangan dari Jemaat Muda. Gereja di Roma mengirimkan suratk jemmaat do Korint untuk menyorooti beberapa
Praktik. Surat tersebut memuat hanya sepuluh referensi ke Roh Kudus dan lebih
setengahnya adalah mengarah kepada pengertian Roh Seperti yang ada di dalam
Perjanjian Lama. Ini adalah dua sampel,
“ Lihat
dalam-dalam ke pada Firman itu, yang menjadi ucapan yang benar dari Roh Kudus”
dan “mari Kita bertindak seperti yang
telah dituliskan (Iman Kepada Roh Kudus…)”. Pada perjanjian lama Clement
juga menemukan bahwa Roh Kudus di rujuk kepada Yesus Kristus seperti yang di
muat dalam diskusinya di dalam Yesaya 53, Clement menyatakan “Roh Kudus telah
mengatakan menhormatinya.” Clement juga menyebutkan dari perjanjian lama
bagaimana Toh bekerja sehari-harinya. Ketika mendiskusikan Mazmur 34, dia
mengatakan bahwa Yesus sendiri memanggil orang-orangNya dengan Roh Kudus.
Kebiasaan Roh kudus menginspirasi pengpoperasian dalam kehidupan keseharian
dari Gereja Perjanjian Baru. Rasul Membagikan inspirasi dari para nabi dan
yakin dengan itu “ Penuh dengan keyakinan kepada Roh Kudus.” Mereka mencoba
atau membuktikan Biship atau diakon yang etlah mereka tunjuk adalah oleh
bimbingan Roh. St. Paul mengirimkan surat ke jemaat Korint dibawah bimbingan
dari Roh Kudus. Clemen juga menempatkan Bapa, Anak dan Roh Kudus di dalam
sebuah sumpah, “ Sebagaiaman Allah Hidup dan Tuhan Yesus Kristus Hidup dan Roh
Kudus, yang pada satu kali iman dan harapan untuk orang-orang yang terpilih”
Surat kedua Clement yang dengan tujuan
yang anonim namun kemungkinan besar masih kepada jemaat di Korint berbicara
tentang moral yang tinggi dan iman yang kuat, pekerjaan adalah sulit untuk di
ikuti terlebih jika menunjukkan inkonsistensi pemikiran.
Kemudian Surat dari Ignatius yaitu
Bishop dari Antiokhia yang ditulis pada dekade kedua setelah 1Clement,
mengungkapkan seorang pemimpin yang penuh dengan Kekuatan Roh, dengan sebuah
kesadaran yang sejati dalam pekerjaan Roh Kudus di Gereja. Yang mengejutkan,
jumlah dari referensi langsung ke Roh Kudus tidaklah banyak. Barang kali pekerjaan dari Roh telah
deiberikan sebanyak bagian dari sebuah kehidupan normal dari Gereja bahwa
frekuensi penyebutan kelihatan tidak dibutuhkan. Kita tahu bahwa Rasul Paulus
menyematkan issu Roh lebih banyak di dalam sebuah masalah atau pertanyaan
tentang kebangkian dari pada sebagai sebuah subjek untuk meyakinkan tiap-tiap
suratnya. Dalam surat Ignatius ke Philadelpia, dia mengingatkan kepada Johanes
3:8. Selain itu Ignatius juga mengatakan bahwa pekerjaan Roh bukan hanya
melayani sebagai mengangkat manusia dari Bumi menuju surga, Roh juga mengangkat
Kristen ke tempat persiapanya di Gereja.[2
2.
Jawaban
Kepada The Apologist Mula-mula
Mengingat bahwa tulisan dari para
Bapa-bapa Rasul adalah cerminan dari apa yang tertuang dalam Alkitab. The
Apologist membuat penempatan keragu-raguan yang pertama untuk
mengkonseptualisasikan dan menafsirkan Theology Kristen dengan bantuan dari
Filsafat yang dominan pada masa itu. Sebagai sistematik teologi yang pertama,
mereka melayani di sebuah periode perumusan doktrinal yang semakin
ditingkatkan.doktrin tentang Logos mendominasi perhatian para Apologist pada
masa itu meskipun kaku, pneumatology membayangi theology yang berkembang. Roh
Kudus memainkan suatu ketidak beraturan yang relatif dalam Theology mereka. The
Apologist ketika menggunakan “Roh” dalam sebuah pengertian yang tidak jelas
atau sedikit mengabur untuk menunjukkan PreEksitensi alam dari Kristus dan
orang ketiga untuk menunjukkan Ketuhanan. Lebih lagi kata “Roh digunakan untuk
menunjukkan semua ketiga bagian dari Allah. Tidaklah sulit untuk mengenali
Theologi dari Apologist tentang Roh Kudus.
Justyn Martyr (100-165 A.D) yang paling
penting dari The Apologist mengarah kepada Roh Kudus dalam Jumlah peristiwa.
Dia adalah orang Kristen pertama yang menempatkan dan menghubungkan antara
angggota dari Trinitatais, sebuah penempatan yang tidak sepenuhnya memuaskan
tetapi paling tidak bisa menjadimodal kepada para trinitarian berikutnya. Dalam
duaPeristiwa dia Menyelaraskan Bapa Anak dan Roh Kudus:
Didalam
namaAllah, Bapa dan Tuhan dari Alam semesta dan penyelamat kita Jesus Kristus
dan Roh Kudus, mereka kemudian menerima pembasuhan dari air.
Justin menampilkan bahwa Anak lebih
rendah dari Bapa dan Roh Kudus kepada
Anak dalam temoat selanjutnya. “Kita layak memuji Dia (Kristus) telah di
pelajari bahwa Dia adalah anak dari kebenaran Allah sendiri dan memegangNya di
tempat kedua dan roh kenabian dalam tempat ketifa. Disini Jistin adalah
menempatkan pengajaran Kristen diatas Trinitatis seperti persetujuan dengan
filsafat terbaik Yunani. Kesulirtan Justin adalah pada bagian membedakan
pekerjaan Anak dan Roh. Justin menyebutkan bahwa Roh Kudus adalah Incarnasi,
dia juga menempatkan jawaban bahwa tidak ada nabi yang bangkit dari antara
pengikut Kristus. Dia menjelaskan bahwa Roh telah beristirahat dan menghentikan
pemberianya dengan kedatangan Kristus dan kemudian kembali lagi memberikan
mereka kepada pengikut Kristus. Pemberian yang ditransfer ke Pengikut Kristus.[3]
3.
Tantangan dari Ilmu Lain Terhadap
Theology
The Apologis mempertahankan Gereja terhadap filsafat dan
kaisar. Namun, ancaman Kristen tidak datang hanya dari luar. Bahaya masih lebih
besar datang dari ancaman ajaran sesat dalam agama Kristen. Terutama di
antaranya ini adalah Gnostisisme, yang menantang ranah otoritas dalam Gereja,
termasuk yang dari Kitab Suci, oleh masuknya tradisi rahasia yang menegaskan
hal sangat berbeda dari apa yang tulisan-tulisan Alkitab mengatakan. Lainnya
adalah ajaran sesat Marcion, yang memisahkan hukum dan Injil, Perjanjian Lama
dan Perjanjian Baru, Pencipta dan Allah kasih.[4]
Label umum "Gnostisisme"
digunakan untuk menggambarkan berbagai macam sistem agama dan ide-ide yang
berkembang dari pertama melalui abad ketiga Masehi dengan beberapa terus baik
ke Abad Pertengahan. Gnostisisme keduanya sangat sinkretis dan kontemplatif: sinkretis
dalam hal menarik dari doktrin apa pun itu ditemukan berharga dan kontemplatif
dalam kepercayaan umum bahwa meskipun umat manusia ada dalam kebodohan dan
ilusi satu bisa melalui gnosis mencapai pembebasan spiritual dimana seseorang
mencapai identitasnya sendiri dengan ilahi. Kelompok Gnostik berbeda praktek
etis dalam ritual dan dalam teologi. Irenaeus yang menulis terhadap Gnostik
menceritakan bahwa mereka tidak setuju dalam mengobati poin yang sama tapi
sama, dalam hal-hal dan nama ditetapkan pendapat yang saling diskordan.
a. Ada kontradiksi tak
terdamaikan antara sistem kosmik
dari dunia ini dan Allah benar-benar transenden. Bahwa Allah sering digambarkan secara negatif: tak terlukiskan tak diketahui atau tidak Satualternatif, Jurang
Maut, Sumber atau Awal Primal
segala sesuatu.
b. Unsur spiritual
bagaimanapun, telah bercampur dengan dua elemen yang berbeda yang lebih rendah
dan terikat ke urutan bawah penciptaan dengan mereka: pertama dengan tubuh
didominasi oleh nafsu sensual: kedua dengan jiwa pusat fungsi psikis . Roh yang
tersembunyi dalam jiwa dan tubuh seperti sumsum dalam dua lapisan tulang
dan daging telah terjebak dalam unsur-unsur yang lebih
rendah. Orang di antaranya tersembunyi tetap tidak menyadari kehadirannya.
c.
Hanya seorang
utusan dari dunia ilahi atas suatu penyelamat penebus, atau "panggilan"
dapat melepaskan ikatan tersebut kurungan. Melalui
gnosis percikan spiritual
yang tertidur dalam
Gnostik yang dinyalakan dan semangat
batin dibebaskan sehingga
seseorang menjadi sadar hakikat-Nya sendiri.
Gnostisisme tidak terbatas agama dilembagakan. Kebanyakan
sarjana sekarang setuju bahwa itu memiliki asal non-Kristen dan digabung elemen
baik Yahudi dan Kristen dengan ide-ide kafir. 'Sering Gnostisisme benar-benar
terbalik nilai-nilai dari sistem yang dimasukkan. Misalnya, karena dunia adalah
material dan jahat, Yahweh, pencipta Allah agama Yahudi dan Kristen,
digambarkan oleh berbagai penulis Gnostik sebagai pencipta dunia yang jahat (dewa
bawahan). Dalam Kristen Gnostisisme Kebijaksanaan agen sering diidentikkan
dengan Kristus. Tetapi karena Kristus memberikan manusia dari perbudakan
Daging, ia dapat memiliki daging. Dia hanya tampaknya memiliki Flesh. Tubuhnya
adalah hantu yang hanya tampaknya ada. Dari perspektif ini docetic Inkarnasi
dan Penyaliban, sehingga dasar kepercayaan Kristen ortodoks, pucat menjadi
ilusi. Yesus menjadi makhluk spiritual yang menyesuaikan dirinya dengan
persepsi manusia. Dalam risalah Kedua The Great Seth, misalnya, Yesus
mengungkapkan kepada orang percaya Nya bahwa yang lain lah yang meminum empedu dan cuka.
Selain
dari Gnostisme Tantangan terhadap Perkembangan Theology Kristen juga datang
dari Marconism, Modalistic Marchonim dan Juga Montanism.
4.
Jawaban
Dari Polemisis dan Apologis Berikutnya
Pengertian
Kristen tradisional. Sebagai tebusan dan menyadari identitas sejati mereka bahwa dalam diri mereka ada ilahi tidak
tergantikan dan bahwa mereka dihasilkan dari Allah yang benar mereka dibebaskan dari kekuasaan sang
pencipta. Kelompok Gnostik yang tertentu diprakarsai penerima ke persatuan
dengan yang ilahi. Semua Gnostik
namun melihat proses penebusan
sebagai gerakan menuju realisasi penuh dari sifat ilahi.
Meskipun Kristen Gnostik
awalnya memiliki banyak kesamaan dengan
Kristen awal kerenggangan
umum dari dunia mencemari
sekitar mereka dan ideal yang melampaui
kehidupan seperti yang kita tahu mereka bersama kecil
dengan orang kedua dan ketiga
abad Kristen yang
datang untuk mengikuti lebih
praktis dan konvensional cara hidup dan yang dianggap
visi Gnostik yang untuk dia pengkhianatan
dari posisi semula. Kristen Gnostik datang
untuk dikecualikan dari gereja yang lebih besar sebagai bidah. Dalam Kisah Para
Rasul 8 kami memiliki catatan salah satu pertemuan awal antara Kristen dan Gnostisisme. Simon Magus yang tinggal di Samaria mengklaim
bahwa ia atau temannya Helena Roh Kudus. (Simon
bukanlah pendiri Gnostisisme
sebagai Justin lrenaeus
dan lain-lain menyarankan.)
Ketika keberhasilan awal di Samaria berakhir
dengan kedatangan Petrus dan Yohanes
yang memiliki karunia rohani Simon berusaha
untuk membeli karunia Roh Kudus dari theapostles.[6]
Basilides dari Alexandria yang mengaku
menjadi murid dari rasul Matius adalah seorang tokoh Kristen Gnostik yang pada
periode antara tahun 120 dan 140. Ia menegaskan bahwa dewa tidak ada yang
dibuat dari apa-apa yang dunia tidak ada. Roh Kudus tidak nonsubstantial dengan
keputraan untuk itu tidak bisa naik ke bola tertinggi. Setelah penciptaan
bagian dari keputraan masih harus diangkat. Roh turun dari keputraan
ditinggikan pada Putra Maria untuk menemani-Nya sehingga keputraan belum
ditinggikan bisa lulus ke atas. Bentuk Gnostisisme mengakui hubungan antara Roh Kudus dan
keputraan yang mengangkat dan menerangi. Penulis anonim dari Philosophumena
menulis tentang ajaran Basilides menggambarkan hubungan Roh-keputraan kata-kata
ini
“Ketika seseorang telah menaruh minyak wangi halus ke
dalam vas satu mungkin kosong yang vas dengan sangat hati-hati tapi bau masih
tersisa setelah minyak wangi telah tertuang dan vas mempertahankan bau meskipun
mengandung tidak lebih dari minyak wangi itu. Oleh karena itu dengan Roh Kudus
terpisah dari dan dicabut dari sonhood (dari mana ia datang sebagainya). Itu
membuat dalam dirinya sendiri sehingga untuk berbicara kebajikan minyak wangi
itu. Roh dalam sistem Basilides adalah bawahan tidak dpraktikkan ilahi air,
yang secara fisik memadamkan dosa awal. Irenaeus diakui bahwa penghematan daya
adalah Roh Kudus yang diam inthe Gereja dan memperbaharui percaya dari apa yang
sudah tua ke dalam kebaruan dalam Kristus.”
Akhirnya ini adalah periode di mana Roh
dan otoritas bersatu resmi. Uskup menurut Siprianus tempat dari pelayanan
kenabian Roh. Seperti berusaha pelembagaan Roh tidak pelajaran ketegangan
antara nubuat dan ketertiban namun. Sebagai keuskupan monarki diperbolehkan
charismata untuk mati bersamaan rendering itu tak berdaya di tangan orang lain
semangat kenabian datang ke pusat gerakan sektarian. Ini pada gilirannya yang
segera dalam ketegangan dengan lembaga gereja.
Irenaeus
(_ Masehi 130-202) Uskup Lyons di Gaul
di bagian akhir abad kedua adalah murid
dari Polikarpus dari Smyrna yang pernah
menjadi pengikut Rasul Yohanes. Yang paling berpengaruh dari semua Bapa
mula-mula, Irenaeus merasa ancaman Gnostik yang ke Gereja, sehingga ia memilih
untuk membela dengan memberikan ekspresi ilmiah untuk iman. Tulisan-tulisannya
merupakan eksposisi sistematis pertama keyakinan Gereja muda. Dalam menanggapi
teologi Gnostik yang Roh Kudus dan praktek tumbuh dari spiritualitas Gnostik
yang Irenaeus memiliki banyak berbicara
tentang pribadi dan karya Roh Kudus. Dia bereaksi terhadap keyakinan Gnostik
yang di emanasi dengan berbicara Anak dan Roh Kudus sebagai melekat dalam
kehidupan sangat Allah bukan sebagai
melanjutkan dari Bapa. Roh diidentifikasi dengan kebijaksanaan ilahi Kitab
Amsal. Kebijaksanaan, bersama-sama dengan Firman hadir dengan Bapa sebelum semua ciptaan.
Pertentangan
Irenaeus untuk Gnostisisme mendorongnya untuk menekankan karya Anak dan Roh
Kudus dalam penciptaan. Terhadap gagasan Gnostik yang dari dua dewa dewa cinta dalam Perjanjian Baru dan pencipta pencipta dunia materi dalam
Perjanjian Lama Irenaeus menulis: disana
hanta ada satu Allah yang oleh Firman dan Kebijaksanaan menciptakan
dan mengatur segala sesuatu. Dia pencipta yang membuat hal-hal dengan
sendiri yaitu, melalui Firman-Nya dan
Kebijaksanaan - langit dan bumi dan laut dan semua hal-hal yang di dalamnya. Irenaeus
menggunakan ekspresi "dua tangan
Tuhan " ketika berbicara tentang pekerjaan Firman dan Kebijaksanaan dalam
penciptaan. Karena dengan tangan Bapa
yang oleh Anak dan Roh Kudus manusia
dan tidmak [hanya] bagian dari manusia, dibuat dalam rupa Allah.[7]
Bagian
Kedua : Dari Nicea Ke Agustine
Pengantar
Pada
awal abad keempat Masehi, Kristen masih menderita karena iman mereka. Upaya
kaisar Romawi abad ketiga, seperti Decius, untuk memusnahkan kekristenan telah
gagal. Dalam AD 303 Kaisar Diocletian memulai usaha baru untuk sistematis
memusnahkan umat beriman. Bangunan gereja hancur, semua salinan Alkitab yang
bisa ditemukan dibakar di depan umum. Kristen telah dihapus dari perlindungan
hukum, dan, akhirnya, kematian diputuskan untuk semua orang percaya.
Penganiayaan berlangsung sengit di seluruh Kekaisaran, meskipun di Barat itu
hanya berlangsung sampai AD 305, ketika Diocletian pensiun sebagai Augustus.
Selanjutnya, Galerius mengeluarkan dekrit (311) yang memungkinkan orang-orang
Kristen di Barat untuk menyembah Tuhan mereka sendiri. Di Timur, bagaimanapun,
orang-orang Kristen terus membayar dengan nyawa mereka sampai 324, ketika
Konstantinus, yang telah memeluk agama Kristen, bersatu Kekaisaran dan menjadi
penguasa sendiri. Meskipun Constantine memberikan kepada Gereja hak-hak
istimewa sebelumnya dinikmati oleh kultus pagan, ia tidak memaksakan yang baru
ditemukan iman pada orang-orang kafir. Kekristenan belum menjadi agama utama dari rakyatnya. Sebaliknya, ia
menciptakan pluralisme agama yang berlangsung sampai AD 381 ketika Theodosius I
menyatakan Kekaisaran menjadi negara Kristen.
Constantine
berharap bahwa Gereja akan menjadi kekuatan untuk unifikasi di Kekaisaran.
Dalam hal ini ia akan kecewa. Gereja tidak bisa menahan Kekaisaran bersama-sama
selama itu sendiri terbagi dengan getir. Dan isu-isu yang memecah-belah lebih
sering muncul setelah Kristen dibebaskan dari perjuangan mereka untuk bertahan
hidup. Terutama di antaranya mereka yang disiksa kontroversi Gereja abad
keempat awal usai hubungan Orang dalam Trinitas. Dalam reaksi terhadap
Monarchian dan teologi Sabellian yang
menekankan kesatuan Ketuhanan Origen dan
pemikir Kristen Neoplatonis tertentu lainnya datang nyaris ekstrim berlawanan
subordinasi. Teori emanasi oleh derajat diterapkan oleh beberapa pengikut
Origenes ke Trinitas menyebabkan ajaran bahwa Anak lebih rendah daripada _ yang
lainya dan pada gilirannya bahwa Roh Kudus lebih rendah daripada Anak.
Anak tidak memiliki makhluk sebelum Dia dihasilkan atau dibuat.[8]
1.
Pasca
Nicea - Bapa Yunani: Alexandria dan Antiokia
Akhir
penganiayaan oleh Negara Romawi menandai awal Zaman Keemasan sastra gerejawi
dan pembelajaran. Abad keempat dan kelima, yang merupakan periode penurunan
keruntuhan untuk Imperial Roma, juga merupakan saat ketika Kristen berpikir
dimonopoli kehidupan intelektual. Usia ini adalah hidup dengan kontroversi
teologis, menampilkan penulis yang dikombinasikan pendidikan terbaik yang
tersedia dengan kemampuan mental yang langka dan kesalehan praktis yang kuat.
Kemudian individu adil disebut "Bapa" Gereja, bukan hanya karena
mereka dilindungi iman terhadap kesalahan tetapi juga karena mereka telah
memberikan pengaruh kuat pada seluruh sejarah kekristenan datang melalui
dampaknya terhadap tradisi gerejawi berkembang. Pusat-pusat pengembangan
teologis di Timur Yunani yang Alexandria dan Antiokhia. Eusebius dari Kaisarea,
Didimus Tunanetra, Athanasius, dan tiga Kapadokia: Basil dari Kaisarea, Gregory
dari Nyssa, dan Gregory dari Nazianzen adalah wakil terkemuka dari sekolah
Aleksandria. Theodore dari Mopsuestia dan John Chrysostom milik sekolah Antiokhia.
Dua sekolah berbeda baik dalam filsafat dan metode. Aleksandria cenderung
Platonis; Antiochans disukai Aristoteles. Aleksandria menekankan interpretasi
alegoris-mistis dipopulerkan pada abad ketiga oleh Origen. Antiochans yang
cenderung ke arah penjelasan agrammatical-sejarah Alkitab. Ketika dihadapkan
dengan oposisi lanjutan dari Arian setelah Nicea, dua sekolah reaksi yang
berbeda. Alexandria ditampilkan sayap kanan Origenism, dengan penekanan pada
transendensi Allah di mana Firman dan Kebijaksanaan (Anak dan Roh Kudus)
dipandang sebagai makhluk perantara antara Allah dan dunia. Antiokhia umumnya
adalah anti-Origenes.
2.
Kapadokia
Sementara
ketika Gereja Kristen pertama didirikan di benteng besar seperti Kekaisaran
sebagai Antiokhia, Alexandria, dan Roma, juga berkembang di tempat-tempat tidak
mungkin seperti padang pasir Mesir, Kepulauan Yunani, dan telanjang dan
melarang dataran tinggi Asia Kecil. Itu Cappadocia di tempat yang sekarang
tengah Turki yang dihasilkan dalam satu generasi tiga Bapa besar Gereja yang
sangat mempengaruhi jalannya teologis Kristen: Basil dari Kaisarea, saudaranya
Gregory dari Nyssa, dan asosiasi mereka, Gregory dari Nazianzen. Dengan
Kapadokia doktrin Roh Kudus dibawa ke lapangan baru pembangunan. Mereka siswa
baik dari Origen dan Athanasius. Dari Athanasius datang keprihatinan mereka
untuk mendefinisikan homoousios-bahwa Roh Dia satu dan sifat yang sama dengan
Bapa dan Anak. Karena pengaruh Origen mereka menyadari bahwa homoousios itu
dipertemukan dengan pluralisme dan bahwa jawaban nyata tidak dalam melemahkan
homoousios jangka, melainkan, dalam memperkuat doktrin tiga hypostasis.
Hasilnya
beberapa. Di tempat pertama Kapadokian
mampu mendamaikan banyak semi-Nisean atau Homoeans yang percaya bahwa Anak memiliki sifat yang
sama dengan Bapa dengan posisi Nicea
Athanasius dengan menekankan adanya tiga hypostasis dalam satu ousia. Ousia
digunakan untuk merujuk pada esensi yang umum bagi Anggota Ketuhanan dan hypostasis digunakan untuk merujuk pada
subsisten individu dari masing-masing anggota tersebut. "Dengan membatasi
ousia jangka ke tempat Ketuhanan dalam satu
dan hypostasis itu dimana Ketuhanan adalah tiga Kapadokian diperkenalkan sangat dibutuhkan
klarifikasi ke terminologi trinitas. Mereka juga menambahkan wawasan bahwa
setiap hypostasis berdiam dan membalasnya dengan dua lainnya. Singkatnya mereka memberi gereja pernyataan trinitas
besar yang tetap menjadi dasar dari ortodoksi dari waktu Konsili
Konstantinopel.
Dalam
melawan hinaan Arian bahwa homoousios Roh tampaknya melibatkan Bapa dalam
memiliki dua putra Kapadokian dibedakan
antara modus asal Anak dan Roh. Gregorius di Nyssa memberikan pernyataan
definitif. Roh adalah dari Allah dan Kristus. Dia melanjutkan dari Allah dan
diterima dari Anak. 'Ide Kapadokia dari prosesi dua kali lipat dari Roh dari
Bapa melalui Anak kekurangan semua jejak subordinasi (sebagai salah satu akan
menemukan di Organisme yang lebih radikal seperti Eusebius) karena pengakuan sepenuh hati mereka dari
homoousios Roh. Gregorius dari Nazianzen bahkan menawarkan teori untuk
menjelaskan perkembangan akhir dari doktrin Roh Kudus. Dalam Perjanjian Lama
Bapa terungkap dan Anak mengisyaratkan. Dalam Perjanjian Baru Anak sepenuhnya
terungkap Roh adumbrated. Era Gereja
telah membawa doktrin Roh untuk pengembangan penuh.
Sebagai
pemenang lebih Arianisme dan pencipta teologi Yunani definitif Trinitas Kapadokian berdiri di antara Bapa, kuno
paling menonjol dalam penelitian kami Roh Kudus. Dalam pencapaian tersebut dan
kemampuan unik sensitif dan berwawasan mereka untuk mengekspos misteri
Trinitas khususnya Pribadi dan kantor
Roh mereka sendiri adalah rekan-rekan
dari juara Barat besar Agustinus dari
Hippo.
BASIL
Lahir 330 Masehi di Caesarea dari Cappadocia
Basil adalah anak ketiga dari sepuluh anak dalam sebuah keluarga pemilik
tanah kaya yang dihitung pahlawan Kristen penganiayaan besar di antara nenek
moyang mereka. Pendidikannya dimulai di rumah dengan ayahnya dan terus di
Konstantinopel dan Athena. Setelah mengalami pelatihan humanistik baik-bulat
dalam sastra Yunani filsafat dan pidato
Basil kembali ke Kaisarea tentang 356 untuk mengajar retorika. Namun,
komitmennya untuk asketisme Kristen menuntunnya untuk mengunjungi pemukiman
monastik di Palestina Suriah dan Mesir
dan akhirnya untuk membangun sistem monastik di Pontus. Dia berusaha
untuk melibatkan biksu di karya utilitas sosial memberikan bantuan kepada orang
Kristen orang-orang kafir dan orang-orang Yahudi sama. Di pinggiran
Kaisarea ia membangun sebuah kompleks bangunan untuk wisatawan rumah sakit
dan orang miskin. Awalnya ini disebut Newtown. Kemudian kemudian dikenal
sebagai Basilead.
Pada
364 ia meninggalkan pengasingan untuk membantu uskupnya, yang menghadapi
oposisi dari radikal Arian, dengan menulis tiga buku terhadap Lahir di
Caesarea, adik dari Basil Agung, Gregory dari Nyssa adalah dari usia dini
sangat rajin, tetapi lemah dalam kesehatan dan pemalu di disposisi. Dia
benar-benar didominasi oleh saudara kuat, yang ia disebut sebagai
"Guru." Setelah menghabiskan waktu yang singkat sebagai-a pidato
peran sekuler yang disetujui Basil Gregory memisahkan diri dari dunia, pensiun
trinitas kesendirian di Pontus. Dia benar-benar terpikat dengan kehidupan
asketis. Meskipun ia sendiri menikah, ia memuji keperawanan sebagai kelas yang
lebih tinggi dari kesempurnaan. Keperawanan baginya lebih dari kesucian;
melibatkan kemurnian seluruh kehidupan. Bertentangan dengan keinginannya,
Gregory dipanggil oleh saudaranya Basil menjadi uskup Nyssa. Sebuah kota yang
sampai sekarang hampir tidak dikenal, akan menjadi terkenal tertentu sebagai
reputasi uskup tumbuh. Dalam reaksi terhadap usahanya atas nama iman Nicea,
lawan-lawannya, kaum Arian, berhasil deposing dia di sebuah sinode di 376 dan
memaksanya ke pengasingan. Ketika kaisar Arian Valens meninggal dua tahun
kemudian, Gregory diizinkan untuk kembali ke keuskupan
Jauh
sebelum Nicea, Tertullian telah mengembangkan formula trinitas yang terus
sepanjang sejarah Gereja Barat: tiga orang dengan satu substansi. Ini lama
terbentuk tradisi trinitas di Barat, bersama-sama dengan penekanan Kristen
Latin pada praktis, non specular lvl teologi, dan pengaruh Stoicisme, stres
pada imanensi ilahi (berbeda dengan perhatian Neoplatonik Timur dengan
transendensi ilahi), membantu untuk menyelamatkan Gereja Barat dari banyak
kehancuran yang dialami di Timur tumbuh keluar dari perjuangan melawan Arianisme.
Dalam waktu Barat juga ditantang oleh bidah Arian, dengan hasil bahwa itu
dikembangkan lebih lanjut ekspresi unik dari doktrin trinitas. Sampai
kedatangan Agustinus Of Hippo, namun, ungkapan ini tetap ditulis dalam bahasa
Tertullian dan bahwa para Bapa Yunani. Di paruh kedua abad keempat, Hilary dari
Poitier setelah kembali dari pengasingan di Timur (356-359), menulis dua belas
buku Pada Trinitas, di mana ia meminjam banyak dari sezaman Timur. Dia cukup
siap untuk mengakui kepatutan Of baik homoousion, yang melindungi kesatuan
essensial. homoiousion, yang mempertahankan keunikan dari tiga hypostasis. Dia
mengakui bahwa homoousion, kecuali dijaga oleh tekanan yang tepat pada
perbedaan antara Bapa Padaumumnya dan menghasilkan Anak, meminjamkan sendiri untuk
interpretasi Sabellian. Karena wawasan ini dan fleksibilitas nya, Hilary
berhasil mengkonversi tubuh besar homoeans.
Hippo,
yang dicapai bagi Barat tentang Kapadokian dimiliki Timur Yunani: sintesis dari
doktrin trinitas. Hal ini oleh Agustinus menyatakan bahwa Gereja Barat menunjukkan orisinalitas
dan mendalam. Tulisannya Di Trinity segera menyarankan perbedaan utama antara
teologi Trinitarian Timur dan Barat. Agustinus dimulai dengan kesatuan Tuhan
dan hasil untuk Orang, sementara pendahulunya Timur itu mulai dengan tiga
hypostasis dan pindah kemudian ke kesatuan ilahi. Dia tidak pernah diberikan
keragaman Orang pentingnya ditemukan di Kapadokia, mungkin karena reaksinya
terhadap pendahulunya di Barat, Marius Victorinus, yang berbicara dari Allah sebagai
"makhluk tiga." 'Selain itu, Agustinus tidak melihat kebutuhan
tawaran bukti dari keilahian Anak dan Roh Kudus, atau untuk menunjukkan
kesatuan esensial mereka dengan Bapa, seperti yang telah dilakukan Kapadokian
depannya. Akhirnya, pemahaman Agustinus dari prosesi Roh dari kedua Bapa dan
Anak menetapkan panggung untuk perjuangan Medieval awal dengan Timur mengenai
klausul filioque.
Pengetahuan
kita tentang kehidupan pribadi dari Hilary dari Poitiers sangat terbatas. Kami
memiliki bukti bahwa, setelah menjabat sebagai uskup Poitiers di Perancis, ia
dibuang ke Frigia oleh Maurya Kaisar, Constantius II. Sementara di pengasingan
ia datang dalam kontak dengan para teolog Timur dan tulisan-tulisan mereka.
Selanjutnya, ia menjadi sumber dalam pemikiran Kristen Barat ide Timur. Dia
berpendapat dalam membela ortodoksi Nicea dan Athanasius, dan dengan demikian
diringkas bagi Barat isu yang dipertaruhkan dalam kontroversi Arian. Hilary
tulisan besar pada sifat dan hubungan dari Tritunggal, awalnya berjudul On Faith
dan akhirnya dikenal sebagai Di Trinity, terdiri sebelum AD 362 pada saat
doktrin Roh Kudus masih belum berkembang. Kebanyakan sarjana setuju bahwa
tulisan ini menjabat sebagai salah satu sumber utama Agustinus informasi
tentang konsensus ortodoks dari Bapa, Yunani dan Latin, pada dogma Roh Kudus.
"Selama periode yang sama ketika Athanasius menekankan pada keilahian Roh
di Timur, Hilary telah memperjuangkan doktrin serupa di Barat. Roh Kudus adalah
pada saat yang sama Roh Allah serta Roh Kristus. Dia memiliki sifat yang sama
sebagai Tuhan dan Kristus. Tetapi jika dipahami bahwa Kristus tinggal di dalam
kita melalui Roh Kudus, kita harus mengakui belum Roh Allah ini sebagai juga
Roh Kristus. Dan karena alam diam di dalam kita sebagai sifat satu Menjadi substantif,
kita harus menganggap sifat Anak sebagai identik dengan Bapa, karena Roh Kudus
Siapakah kedua Roh Kristus dan Roh Allah terbukti menjadi Menjadi satu alam.
Tanggapan
Pembahasan
tentang Roh tidak akan pernah terpisahkan dari pengajaran tentang Dogma Kristen
sebab Roh merupakan bagian yang sangat Vital dalam pengajaran iman Kristen
sejak awal.[10]
Berbicara tentang Roh tentu saja akan
berhubungan dengan pekerjaanya yang umum dalam ciptaan. Roh juga sering disebut
sebagai kehadiran yang spesial dalam Aktivitas Allah yang diikuti oleh
kemunculan dari kebangkitan Yesus. Dari prespektif tersebut kita mendapatkan
akses kepada esensi Roh. Roh adalah Allah yang betindak aktif dimasa sekarang.
Dan ketika menghubungkanya dengan Kristus dan jika menghubungkan dengan apa
yang tertuang di dalam Perjanjian baru kita akan menemukan bahwa pekerjaan Roh
lebih kreativ dariipada Pekerjaan Kristus. Kita bisa melihat bahwa Kristus
dalam Perjanjuan Baru merupakan pekrejaan Roh, bagaimana Yesus dikandung, dan
dibangkitkan kembali merupakan Pekerjaan Roh. Namun di sisi lain Roh merupakan
hasil dari pekerjaan tangan Yesus, Gereja akan sulit untuk menemukan pengertian
atau Makna Roh jika tidak melihat ke Kebangkitan Kristus.[11]
Namun
dalam Buku ini yang merupakan hasil dari pemikiran Bapa-Rasul dan para Apostel
terdahulu menyebutkan bahwa Roh berada di Bawah Allah dan Roh juga berada di
Bawah Kristus. Memang Pemikiran Yang di buat oleh mereka tidaksepenuhnya Benar,
namun telah menjadi Dasar untuk Pengembangan Teology tentang Roh di Kemudian
Hari.[12]
Memang
pada Jaman Purba atau pada Jaman Gereja mula-mula tanda-tandaRoh dan
Pekerjaanya dapat disaksikan oleh Jemaat misalnya pada Pekerjaan Roh Kudus
padaYesus. Namun memang itu masih sesuai dengan zamanya dimana sebagian besar
orang membutuhkan hal-hal yang nyata untuk pertumbuhan iman. Untuk melihat hubungan Antara Gerejadan Roh
kita bisa membaca seperti apa yang disebutkan dalam Yohanes 15:26, “Karena Ia
akan menyampaikan apa yang diterimaNyadari Kristus dan karena Ia akan
mengajarkan segala sesuatu kepamu dan akan mengingatkan kamu semua yang telah
dikatakan Kritus.” Roh Kudus memelihara Gereja dalamkepercayaan yang benar dan
melindunginya dari setiap kesesatan.[13]
Kesimpulan
Roh
merupakan bagian inti dariketritunggalan. Roh telah diperkenalkan sejak jaman
Perjanjian lama kepada para nenek Moyang. Namun pengenalan akan Roh baru
terlihat pada jaman perjanjian Baru melalui pekerjaan Allah dalamYesus Kristus.
Roh hingga saat ini telah memerankan sebuah peran inti dalam pengajaran dan
Dokrin Gereja. Sehingga Roh tidak dapat lagi dipisahkan dari Gereja sebab Roh
itu sendiri adalah bagian dari Trinitatis dan merupakan satu Tubuh dengan Allah
Bapa dan Allah Anak.
[1] Stanley Burgess, The Spirit & The Church: Antiquity. 1984
Massachusetts, Hendrickson Publisher, Inc. hlm 12
[2] Stanley Burgess, The Spirit & The Church: Antiquity. 1984
Massachusetts, Hendrickson Publisher, Inc. hlm 16-27
[3] Stanley Burgess, The Spirit & The Church: Antiquity. 1984
Massachusetts, Hendrickson Publisher, Inc. hlm 28
[4] Stanley Burgess, The Spirit & The Church: Antiquity. 1984
Massachusetts, Hendrickson Publisher, Inc. hlm 35
[5] Stanley Burgess, The Spirit & The Church: Antiquity. 1984
Massachusetts, Hendrickson Publisher, Inc. hlm 36
[6] Stanley Burgess, The Spirit & The Church: Antiquity. 1984
Massachusetts, Hendrickson Publisher, Inc. hlm 58
[7] Stanley Burgess, The Spirit & The Church: Antiquity. 1984
Massachusetts, Hendrickson Publisher, Inc. hlm 62
[8] Stanley Burgess, The Spirit & The Church: Antiquity. 1984
Massachusetts, Hendrickson Publisher, Inc. hlm 92
[9] Stanley Burgess, The Spirit & The Church: Antiquity. 1984
Massachusetts, Hendrickson Publisher, Inc. hlm 166-197
[10] Hendrikus Berkhof, Christian Faith (An Introduction to the
Study Of the Faith). Michigan, William B. Erdmans Publishing Company,1986,
hlm 326
[11]Hendrikus Berkhof, Christian Faith (An Introduction to the
Study Of the Faith). Michigan, William B. Erdmans Publishing Company,1986,
hlm 329
[12] Russel P. Spittler,
Panteccostalism, Michigan, Grand Rapids Baker, 1976. Hlm268
[13] George Williams, A History in Speaking Toungues and Related
Gifts (In The Charismatic movement), Michigan, Grand Rapids, 1975. Hlm 37
Comments
Post a Comment