The
Christ and The Spirit by James D. G. Dunn
Oleh : Rahman Saputra Tamba
v Penjelasan Umum
1.1.Roh
dan Roh Kudus dalam Perjanjian Baru[1]
Berdasarkan pemahaman Yahudi bahwa pneuma menunjukkan pengalaman manusia
yang berkaitan dengan dunia rohani, realitas yang terletak dalam observasi
dan kontrol manusia. Tapi sejauh ini kata pneuma paling sering digunakan dalam PB (lebih
dari 250 kali) adalah sebagai referensi
untuk Roh Tuhan dan Roh Kudus, bahwa
kekuatan langsung dari Allah untuk sumber alam.
1.1.1. Roh
Manusia[2]
Mengenai
makna, pneuma merupakan jiwa manusia
yang kemungkinan sejauh ini manusia adalah milik dunia roh dan berinteraksi
dengan ranah spiritual. Kata pneuma
dengan pengertian tersebut terdapat dalam PB sebanyak empat puluh kali. Dengan
demikian roh seseorang adalah aspek dimana Tuhan yang menginginkan untuk segera
bertemu dengannya (Rom 8:16; Gal 6:18; Phil 4:23; 2 Tim 4:22; Flm. 25; Ibr
4:12; Yakobus 4:5), bahwa keseluruhan keberadaan dimensi pribadi dan dengannya terbuka dan responsif terhadap
Allah (Mat 5:3; Luk 1:47; Rom 1:9; 1 Pet 3:4), bahwa kesadaran manusia
merupakan bagian yang paling sensitif terhadap hal-hal dunia rohani (Mark 2:8;
8:12; Yoh 11:33; 13:21; Kis 17:16; 2 Kor
2:13; 7:13).
Penulis
Perjanjian Baru mengatakan bahwa seolah-olah ada sesuatu yang merasuki pribadi
seseorang, tetapi bukan berarti menggambarkan bahwa jiwa seseorang sebagai
tanda ilahi yang terpenjara dalam fisik. Menurut gagasan Ibrani kuno, katapneumadisebut ruakh
yang disebut sebagai nafas Allah (2 Tes 2: 8; lih Yoh 20:22), nafas kehidupan (Why
11:11;13:15).
yang disebut sebagai nafas Allah (2 Tes 2: 8; lih Yoh 20:22), nafas kehidupan (Why
11:11;13:15).
1.1.2. Yesus
dan Roh[3]
Pemahaman
akan ajaran Yesus tentang Roh, harus disertai dengan pemahaman bahwa pelayanan
Yesus diikuti oleh Yohanes Pembaptis. Tradisi Q menyatakan bahwa Yohannes
sebagai nabi penghakiman; penyataannya akan kedatangan orang yang akan
menggantikan Allah pada penghakiman terakhir (Mat 3:7-12; Lukas 3:7-9, 15-18).
Secara khusus, kedatangan Seseorang yang akan membaptis dalam roh kudus dan
api(en pneumati hagio kai pyri).
Yohanes mengaku bahwa dia hanya membaptis dengan baptisan api atau hanya dari
baptisan angin (pneuma) dan api.
Pesan Yohanes adalah bukan semata-mata penghakiman (mengenai gandum seperti
sekam, Mat 3:12); kedatangan Seseorang untuk membaptis adalah hanya untuk
beberapa orang yang dijanjikan untuk
menerima baptisan pertobatan Yohanes dan komunitas Qumran, yang mungkin
dipengaruhi Johannes sampai batas tertentu, yang mengatakan pneuma sebagai pembersihan, cara untuk
memurnikan.
Metafora
Yohanes dipahami sebagai variasi pada tema harapan apokaliptik, yaitu keyakinan
dalam kesengsaraan mesianis, keyakinan mengenai penderitaan dalam “kepedihan
kelahiran Mesias” (Dan7:19-22). Jadi "api" menunjukkan penilaian dan
pemurnian (Amos 7:4; Mal 3:1-2; 4:1), pneuma
juga (Yes 4:4; Jer 4:11-12) dan sungai atau banjir digambarkan sebagai bencana
yang sangat besar (Mzm 69:2, 15; Yes 43:2). Khususnya mengenai tiga elemen yang
dikombinasikan dalam Yes4:4; 30:28; Dan 7:10. Oleh karena itu baptisan Yohanes
di sungai Yordan (mungkin dengan pencelupan) adalah simbol yang sangat kuat
dari akhir zaman kesusahan sama dengan baptisan dalam Roh dan api, pneuma berapi-api menunjukkan Allah
seperti yang besar. Mereka yang mengakui kewajiban untuk penilaian dengan
mengirimkan ke pengadilan melambangkan bahwa Yohanes Pembaptis akan mengalami
kesengsaraan mesianis sebagai pembersihan dengan semangatpenghakiman dan dengan
semangat yang menyala nyala (Yes 4:4). Mereka yang menyangkal kesalahan dan
tidak bertobat akan mengalami suatu baptisan dalam Roh danapi sebagai api
unggun yang membakar cabang-cabang yang berbuah dan sekam. Namun berbeda dengan
pemahaman mengenai misi Yesus dalam hal Roh. Dalam tradisi Yesus, Yesus disebut
sebagai seorang pengusir setan dan Yesus sebagai kesadaran inspirasi.
1.1.3. Pandangan
Penginjil Terhadap Yesus dan Roh[4]
Bagi
Lukas, penekanan pekerjaan Roh Kudus terdapat dalam maksud antusias dalam
pengalaman rohani, di mana yang ilahi menjadi nyata. Roh Kudus paling jelas
dilihat dalam fenomena luar biasa dan superalami. Roh Kudus adalah kuasa yang
datang dengan suara seperti angin yang kencang dan lidah api yang bisa dilihat
(2:3), kuasa yang secara jelas termanifestasi dalam glossolalia (2:4; 10:46;
19:6), kuasa yang mempengaruhi penerimanya. Kuasa Roh Kudus pertama mengambil
seseorang dalam pengalaman ekstase. Itu sebabnya dia menggunakan bahasa
dramatis untuk menggambarkan kedatangan Roh Kudus – ‘dibaptis ke dalam’ (1:5;
11:16), ‘datang atas’ (1:8; 19:6), ‘dicurahkan’ (2:17, 33; 10:45), ‘turun atas’
(8:16; 10:44; 11:15). Itu sebabnya juga pertanyaan dalam 19:2 ditanyakan –
‘Sudahkah kamu menerima Roh Kudus, ketika kamu menjadi percaya?’ – karena
kedatangan Roh Kudus akan nyata dan terang. Ucapan yang diinspirasi dalam
komunitas Kristen oleh Roh Kudus tidak dipertanyakan karena itu sikap
antusiasme. Pemahaman Lukas menurut Dunn tentang Roh Kudus adalah antusias.
Lukas adalah salah seorang dari orang percaya yang baginya pengalaman rohani
harus terlihat, nyata, mampu untuk bertindak sebagai bukti bagi yang lain. Lukas benar-benar menerapkan fungsi soteriologis Roh
Kudus.
1.1.4. Roh
dalam Surat Paulus[5]
Paulus
sendiri menyadari bahwa penganugerahan Roh Kudus sangat fundamental. Dengan
kehadiran Roh Kudus, zaman baru yang dinanti (Yoel 2:28-29) telah dimulai (1
Kor. 12:13). Ini memberi orang Kristen korelasi eksperiental dengan iman mereka
akan Yesus yang dibangkitkan dan Tuhan, yang keduanya meneguhkan pengalaman
tentang eskatologi dan memberi kuasa yang luar biasa bagi Injil Paskah dan
Pentakosta. Roh Kudus yang dicurahkan bagi “semua orang” (Kis. 2:17) adalah Roh
eskatologis.
Dalam Surat
Korintus, ketergantungan pada pengalaman rohani membuat pengalaman tertentu
dapat diidealkan. Hal ini bisa menimbulkan faksionalisme esoteris dan elitis
yang destruktif bagi semua komunitas dan persekutuan. Dari 1 Kor. 1:18-4:21
terdapat bukti bahwa beberapa orang Kristen Korintus berpikir bahwa mereka
adalah orang “rohani” (pneumatikoi); mereka telah mencapai tingkat
spiritualitas yang lebih tinggi, mereka mengetahui hikmat yang lebih tinggi.
Ini semacam elitisme rohani. Mereka berusaha untuk beroleh karunia Roh, sehingga
menempatkan diri mereka di luar pengalaman nubuat, ibadah mereka dicirikan
dengan kebingungan dan ketidakteraturan (14:23, 33, 40). Ini adalah antusiasme
yang tak terkendali. Paulus menekankan Kristus dan mengingat karakter
Kristus sebagai norma yang fundamental yang olehnya semua klaim terhadap
pengalaman dengan Roh harus diukur.
1.1.4.1.Roh
Eskatologis[6]
Pandangan
bahwa pekerjaan Roh pada hakikatnya terkait dengan masa yang akan datang dan
pekerjaanNya dalam zaman ini merupakan persiapan. Pandangan ini adalah
berdasarkan tekanan atas masa yang akan datang yang tersirat dalam ungkapan
sebagai yang berikut: buah sulung, yang sulung, yang pertama bangkit (1 Kor
15:20,23, Kol 1:18), serta hal bahwa Roh digambarkan sebagai jaminan (arrabon,
2 Kor 1:22, 5:5, Ef 1:14) dan dihubungkan dengan Kerajaan (Rm 14:17, bnd 1 Kor
4:20). Ungkapan ini menunjuk pada suatu pengalaman yang lebih penuh, yang
takkan terjadi sampai tibanya Hari penggenapan, namun agak lebih mengarah
kepada penjelasan tentang “Roh Eskatologis”. Ungkapan tentang Roh Eskatologis
menyiratkan bahwa pekerjaan utama Roh ditunda sampai akhir zaman. Paulus
menyadari bahwa apa yang telah dimulai Roh pasti akan digenapiNya.
Lukas bermaksud untuk
menyesuaikan signifikan eskatologis pada peristiwa-peristiwa di sungai Yordan
dan di hari pentakosta, peristiwa sungai Yordan jelas megawali pelayanan Yesus.
Roh Kudus turun ke atas murid-murid pada hari pentakosta, bukan semata-mata
untuk menguatkan mereka bagi misi, tapi lebih penting lagi adalah
mengantar mereka ke dalam zaman yang baru, serta mencurahkan berkat-berkat bagi
mereka.
1.1.4.2.Roh
Karismatik[7]
Pembaruan karismatik harus dipahami
sebagai agen pembaruan yang terjadi di tengah-tengah gereja tradisional yang
memberikan gairah dan kemungkinan hadirnya hadirat Allah yang memberikan kuasa
itu ke dalam gereja mereka. Dengan cara pembaruan karismatik harapan terhadap
karunia-karunia Roh Kudus (1 Kor. 12:14) yang oleh rasul Paulus membuat
karismatik menjadi sangat tepat. Orang-orang awam Katolik juga mulai mencari
Allah secara tulus, merasakan gerakan Roh Kudus yang penuh kuasa dalam
persekutuan doa, dan mencapai puncaknya di beberapa tempat tertentu dan
tersebar ke seluruh dunia di gereja-gereja Katolik di pelosok dunia.
1.1.5. Rohaniah
(Penumatikos)[8]
Untuk karunia, Paulus menggunakan
dua kata yunani yaitu charismata dan pneumatika, pneumatikos (orang yang rohani) 1 Kor 2:15, orang yang
dikaruniai roh (1 Kor. 14:37) yang cukup menonjol. Signifikansi dari bahasa
Paulus diperdebatkan Earl Ellis yang mengajukan argumentasi. Istilah kharismata bisa digunakan untuk merujuk
pada sebagian atau semua karunia, istilah pneumatika
merujuk pada pengelompokan karunia rohani yang lebih terbatas yaitu karunia
jenis nubuat. Pneumatika dan pneumatikos masing-masing menunjuk pada
karunia-karunia ucapan atau pengajaran yang diinspirasikan oleh Roh Kudus,
dimana orang-orang menerapkan karunia-karunia itu.
1.2.Anggur
Baru dalam Kulit Anggur Tua: Roh Nubuat[9]
Nubuat
adalah fitur yang penting bagi agama dalam masa pertumbuhan dan pemuda tetapi
sebagai agama yang lebih terorganisir dan lebih dirasionalisasi untuk nabi.
Untuk nabi adalah seorang pengkhotbah otoritas yang tidak berasal dari
organisasi, yang pikiran tidak berasal dari rasionalitas. Dalam imam Kristen
telah mempertahankan peran penting karena
fungsinya tidak dapat sepenuhnya dirasionalisasi, namun ia memainkan
peranan penting dalam organisasi. Nabi tidak dapat dilembagakan, yang pasti
upaya telah dilakukan untuk membuat perannya lebih diterima agama telah
dirasionalisasi.
1.2.1. Nubuat
di Israel Kuno[10]
Asal-usul
nubuat di Israel adalah bahwa nabi pertama kali muncul sebagai bagian dari
Yudaisme ketika monarki didirikan - khususnya sehubungan dengan Samuel dan
Saul. Samuel memiliki reputasi sebagai pelihat, salah satu yang bisa menanyakan
Allah dan diaktifkan oleh Allah untuk melihat apa yang tersembunyi, termasuk
peristiwa di masa depan (1 Samuel 9). Dia juga diakui sebagai pemimpin atau
sebagai orang yang memiliki karunia nubuat istimewa (1 Sam 19:20-24). Beliau
adalah nabi periang, jelas disebabkan ekstasi dengan cara musik dan taria (1
Sam 10: 5, 19:24). Saul sendiri datang ke dalam kontak dengan para nabi ini
pada sejumlah kesempatan dan terjebak dalam ekstasi mereka dan berbicara
sebagai salah satu inspirasi. Hal ini
juga dicatat bahwa David memiliki satu atau dua nabi di antara rombongannya.
Kami mendengar dari Nathan dan Gad (2 Samuel 7; 24:11) dan mereka jelas
memainkan peran yang signifikan dalam kemunculan David dan pemerintahannya.
1.2.2. Nubuat
dalam Yudaisme Awal[11]
Nubuat
sebagai kekuatan yang hidup yang kreatif tidak muncul dalam Yudaisme awal era Kristen - dalam Qumran dan dalam
kelompok pietis yang Yohanes Pembaptis dan Yesus muncul. Johannes maupun Yesus tampaknya
telah membuat dampak abadi pada Yudaisme. Tapi di mana otentik suara nubuatan diabaikan
oleh para pemimpin agama. Yohanes Pembaptis adalah seorang nabi dari jenis yang
lebih primitif. Elia hidup inspirasinya kelihatan sewaktu di padang gurun, meskipun
tidak ada bukti bahwa ia adalah seorang pembawa sukacita. Keyakinannya yang
mengatakan bahwa jalan Tuhan harus
dipersiapkan begitu mendesak visi penghakimannya sudah dekat bahwa dia bisa berbuat lain
dari memperingatkan orang-orang dan memberi mereka kesempatan untuk bertobat.
dipersiapkan begitu mendesak visi penghakimannya sudah dekat bahwa dia bisa berbuat lain
dari memperingatkan orang-orang dan memberi mereka kesempatan untuk bertobat.
1.2.3. Nubuat
dalam Kaitannya dengan Kultus dan Nubuatan Palsu[12]
Dua
masalah yang muncul dalam nubuatan yaitu masalah dari hubungan antara nabi dan
agama dilembagakan, dan masalah nubuatan palsu. Yudaisme bergumul dengan
masalah ini pada periode Perjanjian Lama tanpa menyelesaikan masalah
tersebut. Masalah nubuatan yang berkaitan
dengan kultus adalah bagian dari Yudaisme. Samuel tampaknya telah digabungkan
dalam fungsi dirinya antara nabi dan imam serta kenabian awal yang terhubung
dalam beberapa cara dengan berbagai tempat-tempat suci. Ada fleksibilitas
tentang hubungan nabi dan kultus yang bertahan sepanjang sejarah Perjanjian
Lama yaitu inferensi yang dibenarkan dari kehadiran nubuat kenabian dalam kitab
Mazmur yang ada kultus nabi, yaitu nabi yang berfungsi sebagai nabi kudus. Untuk
nubuatan yang benar tidak bisa dikaitkan dengan ketertiban; tidak akan pernah
ada tempat atau bentuk untuk kenabian. Sebaliknya, itu adalah spontanitas, yang
nubuat yang paling mencirikan sifat dan yang beradaptasi untuk mengatur bentuk
dan pola. Ini adalah mengapa Amos menjadi begitu populer dengan
imam kepala tempat kudus di Betel (Amos 7: 10-17). Nubuat hanya dapat hidup dalam kultus jika inspirasi kenabian diberikan kebebasan untuk mengekspresikan kata tersebut. Karena Yahudi gagal untuk memecahkan masalah ini bahwa nubuat tidak lagi menjadi kekuatan.
imam kepala tempat kudus di Betel (Amos 7: 10-17). Nubuat hanya dapat hidup dalam kultus jika inspirasi kenabian diberikan kebebasan untuk mengekspresikan kata tersebut. Karena Yahudi gagal untuk memecahkan masalah ini bahwa nubuat tidak lagi menjadi kekuatan.
1.3.Antusiasme[13]
Bagi
Dunn, Roh Kudus merupakan Roh antusiasme. Bentuk kekristenan mula-mula pun
kelihatannya tidak lain adalah sebuah sekte yang antusiastik. Antusiasme
ini sebenarnya tampak dalam tiga hal yaitu pengalaman akan penglihatan dan ekstase,
mujizat dan inspirasi. Di dalam ketiga hal ini, Roh Kudus bekerja di
tengah-tengah kekristenan mula-mula.
Tampaknya
Yesus setelah kebangkitan harus digolongkan sebagai bentuk pengalaman
penglihatan. Pemahaman Paulus tentang tubuh kebangkitan (‘rohani’ bukan
‘alami’) pastinya mengimplikasikan bahwa dia memahami bentuk Yesus yang bangkit
ini berbeda dari keberadaan fisik (1 Kor. 15:42-50), sehingga ini adalah
penglihatan (bnd. Gal. 1:16 – “menyatakan Anak-Nya di dalam aku”). Memang
beginilah Paulus menggambarkan bagian pertobatannya (Kis. 26:19 – ‘penglihatan
sorgawi).
Pengalaman
komunal besar pertama tentang Roh Kudus pada saat Pentakosta, yang digambarkan
oleh Lukas dalam Kis. 2, harus dipahami sebagai pengalaman ekstase yang paling
sedikit mencakup unsur pengujian (suara seperti angin kencang), penglihatan
(lidah api) dan khotbah otomatis (glossolalia). Pemahaman hal ini sebagai
sebuah pengalaman dengan Roh (dan agaknya bukan hanya oleh Lukas) memberitahu
kita sesuatu bahwa pengalaman sedemikian penting dalam tahun-tahun pertama
sekte baru ini dan juga karakter yang dihubungkan dengan Roh Kudus oleh orang
Kristen pertama yaitu Roh antusiasme. Hal ini dihasilkan oleh pentingnya
pengalaman ekstase yang lain yang secara khusus dihubungkan pada Roh Kudus (Kis.
4:31; 8:17; 10:44; 19:6).
Bahwa
penglihatan-penglihatan sering dialami dalam komunitas orang Kristen pertama
adalah kesaksian yang jelas dari Kisah Para Rasul, dan diteguhkan oleh
kesaksian Paulus dalam 2 Kor. 12:1,7. Penglihatan dialami oleh semua tokoh
kunci dalam perkembangan sekte yang baru ini yaitu oleh Petrus, Stefanus,
Filipus, Ananias dan Paulus. Tidak hanya itu, tetapi paling sedikit menurut
Lukas, penglihatan-penglihatan ini memainkan peran signifikan dalam mengarahkan
arah misi mula-mula (khususnya 9:10; 10:3-6, 10-16; 16:9; 18:9; 22:17). Dua di
antaranya secara eksplisit digambarkan sebagai “ekstase” (10:10; 11:5; 22:17). Di
mana keputusan penting ditentukan oleh penglihatan, antusiasmenya murni dan
sederhana.
Tidak
diragukan lagi bahwa perjalanan kekristenan pertama ditandai oleh banyak
kejadian luar biasa dan juga mujizat. Catatan Kisah Para Rasul cukup diteguhkan
oleh kesaksian Paulus (Rm. 15:19; 1 Kor. 12:10, 28; Gal. 3:5). Ini mencakup
penyembuhan orang pincang, buta dan lumpuh (Kis. 3:1-10; 8:7; 9:18, 33; dll.),
dan cerita Petrus membangkitkan Tabita dari kematian (9:36-41; bnd. 20:9-12).
Patut dicatat juga pernyataan kesembuhan melalui bayangan Petrus (5:15) dan
melalui sapu tangan dan kain yang disentuh oleh Paulus (19:11), dan “mujizat
penghakiman” dalam 5:1-11 (kematian Ananias dan Safira) dan 13:8-11 (kebutaan
Elimas). Hal-hal tersebut adalah pernyataan antusiasme – dimana Roh telah
begitu ditinggikan.
Pengalaman
khotbah yang diinspirasi juga sering dalam kekristenan mula-mula. Paulus tentu
ingin semua pembaca Korintus mengalami nubuat (1 Kor. 14:5) dan mengingatkan
jemaat Tesalonika untuk tidak memadamkan Roh nubuat (1 Tes. 5:19). Memang
tampak dalam Lukas bahwa pengalaman ucapan yang diinspirasi tersebar luas di
antara orang percaya pertama sehingga mereka percaya bahwa nubuat Yoel telah
benar-benar dipenuhi – semua adalah nabi, muda dan tua, orang tua dan
anak-anak, para guru dan hamba (Kis. 2:17). Roh dialami saat memberi kata-kata
untuk diucapkan, kata-kata pujian, kata-kata kesaksian (Kis. 2:4; 4:8, 31;
5:32; 6:3, 5, 10; dll). Mereka merasakan diri mereka berada di bawah arah ilahi
yang tiba-tiba dan tidak disangkal (5:3, 9; 8:29, 39; 9:31; 10:19; 13:2, 4,
dll). Mereka bertindak dan berbicara dengan kuat, dengan otoritas, percaya
bahwa mereka melakukannya ‘dalam nama Yesus’, sebagai perwakilan Kristus yang
bangkit dan sebagai duta-Nya yang berkuasa penuh (2:38; 3:6, 16; 4:10, 13,
29-31; 5:28, 40; dll). Ini adalah komunitas yang secara luas tergantung pada
pengalaman sedemikian untuk makanan rohaninya dan makna arahnya. Inilah
komunitas yang antusias.
1.4.Menemukan
Kembali Roh (1)[14]
Saya
membuat kesimpulan yang lebih komprehensif mengenai Baptisan dalam Roh Kudus:
a. Studi
saya meyakinkan bahwa penganugerahan Roh merupakan karakteristik utama dari
penebusan akhir.
b. Roh
dalam PB merupakan pengalaman yang hampir nyata dalam kualitas, bahwa jauh
sebelum Roh adalah artikel dari ajaran tersebut, dia adalah fakta dalam
pengalaman gereja primitif.
c. Baptisan
sebagai fokus konversi inisiasi dalam Gereja primitif.
Melalui
pemahama Otto, kesimpulan tersebut saya kembangkan menjadi: Hubungannya dengan
kristologi yaitu pemahaman akan
sejarah Yesus, Yesus dan karyaNya.
1.5.Menemukan
kembali Roh (2)[15]
Pada
tahun 1971, saya membuat suatu ringkasan sebagai suatu kesimpulan akan
Pembaptisan dalam Roh Kudus dengan 4 jenis ilahi kegilaan, yaitu:
a. Kegilaan
kenabian, yaitu pelindung dewa Apollo;
b. Telestik
atau kegilaan ritual, yaitu pelindung adalah Dionysus;
c. Kegilaan
puitis, terinspirasi oleh karena
merenung; dan
d. Kegilaan
erotis, terinspirasi oleh Aphrodite dan Eros.
1.6.Baptisan
dalam Roh dan Pentakostalisme[16]
Baptisan
Roh merupakan awal di mana kehidupan roh kita dipenuhi yaitu dipanggil dan
diselamatkan sehingga mengalami kepenuhan Roh Kudus. Menurut Dunn, perjalanan
hidup kekristenan seseorang bisa diwarnai dengan dua tingkatan. Pertama,
peristiwa di mana dia menjadi Kristen. Kedua, pengalaman yang istimewa dan
khusus atas karunia Roh atas dirinya.
Berdasarkan
pengalam dan studi Alkitab, para perintis gerakan Pentakosta meletakkan tiga
doktrin Pentakosta yang berbeda dengan doktrin lainnya:
§ Baptisan
Roh Kudus adalah pengalaman kedua yang berbeda dari dan merupakan kelanjutan
dari pembaruan yang memberikan kuasa untuk menjadi saksi (Kis 1:8).
§ Bahasa
Roh, seperti dalam Kis 2:4, merupakan kejadian yang tidak dapat dielakkan dari
baptisan Roh Kudus.
§ Karunia-karunia
rohani yang tercantum dalam 1 Kor 12:8-10, boleh dan harus diwujudkan saat orang
Kristen Pentakosta bertemu di dalam ibadah.
Satu
hal yang harus ditolak adalah usaha mereka untuk membatasi fungsi baptisan Roh
dengan memisahkan pekerjaan inisiasi konvensi dari pekerjaan memperlengkapi
orang Kristen untuk tugas pelayanan. Kaum Pentakosta paling banyak menerima
gaya dari pernyataan Paulus dan mendefenisikan baptisan Roh Kudus semata-mata
sebagai pembaruan kuasa dari Roh Kudus untuk bersaksi (Kis 1:8). Akan tetapi,
yang pelu diingat secara umum, dalam Perjanjian Baru, kuasa tersebut, terutama
adalah kuasa dari zaman baru yaitu kuasa kebangkitan, kuasa Yesus yang bangkit.
v Yohannes Pembaptis
1.7.Roh
dan Baptisan Api[17]
Penekanan
pada penggunaan frasa ‘baptisan Roh”, secara bertahap bergeser dari ide
penyucian dan pengudusan (suatu pemurnian dari baptisan api yang membersihkan
dari dosa) ke pembaruan kuasa untuk pelayanan (secara khusus didasarkan dari
Luk 24:49, Kis 1:5,8). James Dunn mengatakan dalam Perjanjian Baru kata "en" dengan "baptizein" tidak pernah menunjuk
kepada orang yang membaptis. Sebaliknya, ia selalu menunjuk elemen yang
melaluinya baptisan itu dilakukan, kecuali jika ia merupakan bagian dari frase
yang lebih panjang. Sangat bertentangan dengan penafsiran umum jika kita
membaca bahwa Yesus membaptis dengan Roh Kudus pada hari Pentakosta (Mat. 3:11;
Mrk. 1:8; Luk. 3:16; Yoh. 1:33; Kis. 1:5, 11:16) seolah-olah menunjukkan
perbedaan kronologis dan perbedaan jenis baptisan. Dalam 1 Kor. 12:13, Paulus
menunjukkan bahwa semua orang percaya dibaptis dengan Roh dan minum dari air
Roh. Elemen dari peristiwa Pentakosta diulang kembali dalam hidup orang percaya
pada setiap zaman.
Tetapi
bagaimana kita bisa membedakan aspek sejarah penebusan (yang tidak terulang)
dengan aspek eksistensial (yang bisa terulang)? Beberapa elemen dari Pentakosta
jelas merupakan aspek dari peristiwa yang tidak terulang (oncefor- all event).
Contohnya penantian para murid. Sama seperti munculnya bunyi angin dan
lidah-lidah api. Ini bahkan tidak diulangi dalam Kisah Para Rasul. Sedangkan
berbahasa roh diulangi dalam seisi rumah Kornelius (Kis. 10:46) dan di Efesus
(Kis. 19:6). Banyak penafsir meyakini melalui penampakan Roh Kudus di Samaria
(Kis. 8:7-18), bahasa roh juga terjadi di situ. Bahasa roh pada hari Pentakosta
diulangi. Tetapi seperti kita tahu, tiga kejadian ini harus dilihat sebagai
unik dan tiada bandingnya (idiosyncratic) dalam kitab Kisah Para Rasul.
Fenomena ini tidak tercatat dalam kasus-kasus lainnya (mis. sida-sida dari
Etiopia, Saulus dari Tarsus, Lydia, kepala penjara Filipi).
1.8.Munculnya
Sebuah Metafora – Dibaptis dalam Roh[18]
Setiap
orang yang percaya dibaptis dalam Tuhan Yesus, juga sekaligus telah dibaptis
dalam Roh Kudus, karena Roh tidak dapat dipisahkan dari Tuhan Yesus. Roh adalah
satu dengan Anak Allah. Ini adalah kesalahan fundamental dari Kharismatik bahwa
mereka memisahkan Roh dari Anak Allah. Siapa yang bersatu dengan Tuhan Yesus,
juga bersatu dnegan Roh Kudus. Dalam Rm 8:9, 10, dikatakan bahwa “Roh Allah di
dalam kamu, sama dengan Kristus di dalam kamu”.
Orang
yang dibaptis dengan Roh, belum tentu dipenuhi dengan Roh. Dalam Kis 2 dan 10
dikatakan bahwa Baptisan Roh disertai dnegan Pemenuhan Roh, namun pada saat
orang-orang Samaria menerima Baptisan Roh pada saat dibaptis dalam nama Yesus,
belum menerima Pemenuhan Roh.
1.9.Peran
Yohannes Pembaptis dalam Kitab Suci [19]
Yohanes
Pembaptis mulai tampil di padang gurun Yudea dan ke seluruh daerah Yordan dan
memberitakan: "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat. Bertobatlah
dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu”.
Dalam
pengantar khotbah Yohanes Pembaptis ada dua fitur yang tidak lepas dari
perhatian. Matius 3:3 / Lukas 3: 4 (Markus 1: 3; Yohanes 1:23) Satu-satunya
kitab suci kutipan eksplisit dalam tradisi Baptis dari Yes 40: 3. Sebagai
tradisi Sinoptik telah kita terima, penjelasan yang paling jelas adalah bahwa
Markus adalah salah satu sumber, baik yang menyesatkan maupun yang menghilangkan
penyisipan Kel. 23:20 dan Mal. 3: 1 dalam Markus 1: 2 dan Lukas memperluas
kutipan Yesaya melalui Yes 40:5, mungkin karena referensi "Keselamatan" dalam Yes 40: 5
Meskipun bukti Q bahan yang kuat di
sisa tradisi Baptis, tidak ada indikasi nyata sementara kemungkinan Q Vorlage tidak dapat dikecualikan (Mat ll: l0/ Luk 7:27) sulit untuk merekonstruksi apa koleksi ucapan akan mengarah ke Mat 3: 7-l0/ Luk 3: 7-9. Pada saat yang sama kita memiliki versi alternatif Joh 1:23, yang di singkat khas bentuk mungkin independen dari Sinoptik, meskipun memberikan pengesahan lebih lanjut dari tradisi Sinoptik.
sisa tradisi Baptis, tidak ada indikasi nyata sementara kemungkinan Q Vorlage tidak dapat dikecualikan (Mat ll: l0/ Luk 7:27) sulit untuk merekonstruksi apa koleksi ucapan akan mengarah ke Mat 3: 7-l0/ Luk 3: 7-9. Pada saat yang sama kita memiliki versi alternatif Joh 1:23, yang di singkat khas bentuk mungkin independen dari Sinoptik, meskipun memberikan pengesahan lebih lanjut dari tradisi Sinoptik.
v Yesus dan Roh Kudus
1.10.
Roh dan Kerajaan [20]
Di
mana Roh ada, di situlah Kerajaan ada. Tanda kerajaan itu adalah terwujudnya
kuasa Allah. Kuasa Allah ini, yang dicurahkan kepada Yesus, menampakkan diri
dalam karya yang Yesus perbuat. Dalam Lukas dikatakan bahwa Kuasa Tuhan
menyertai Dia, sehingga Ia dapat menyembuhkan orang sakit (5:17). Yesus
menyembuhkan melalui kuasa Roh Kudus. Kuasa Roh Kudus itu terwujudkan dalam
eksorsisme atau tindakan pengusiran setan yang dilakukan oleh Yesus sebagaimana
dikatanya, “Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah”.
1.11.
Kenabian “Aku” – Ucapan dan Tradisi
Yesus: Pentingnya Ujian Nubuat Kenabian
dalam Kristen Mula-mula[21]
Jemaat
Kristen mula-mula memahami nubuat sebagai ramalan, yakni ramalan akan peristiwa
masa depan dan penggenapannya sebagai terwujudnya apa yang diramalkan. Ada dua
aspek pemahaman jemaat mula-mula. Pertama, Perjanjian Lama berisi nubuat-nubuat
mesianik yang berkenan dengan masa akhir (eskhaton)
serta telah menjadi masa kini jemaat. Kedua, Perjanjian Lama secara keseluruhan
dianggap sebagai buku nubuat dan semua kata-katanya mengacu kepada Kristus.
Jadi Perjanjian Baru mengkombinasikan tradisi eskatologis Yahudi dengan tradisi
alegoris kebudayaan Yunani.
Pandangan
tentang nubuat dan penggenapan seperti itu, menurut Bultmann, mustahil diterima
pada masa kin. Pendekatan Perjanjian Baru dapat diikuti kalau nubuat-nubuat
Perjanjian Lama dimengerti sebagai janji-janji keselamatan yang eskatologis,
tetapi tidak dapat diikuti kalau pengertian teks Alkitab yang asli diabaikan.
1.12.
Iblis – Kepemilikan dan Pengusiran Setan
dalam PB[22]
Sehubungan dengan eksorsisme yang
dilakukan oleh Yesus, James Dunn mengatakan “bahwa Yesus menyembuhkan orang
yang sakit jiwa dan yang dikuasai iblis, hal itu diperteguh oleh historisitas
Injil yang kuat. Eksorsisme adalah mukjizat yang oleh D. F. Strauss, dalam
tulisannya mengenai ciri mitis kisah-kisah mukjizat dalam Injil, dinilai
memiliki kemungkinan historis yang tinggi. Dalam perkembangan kritik Injil
selanjutnya, pernyataan Strauss tersebut belum pernah dipersoalkan kembali,
melainkan banyak yang justru meneguhkan historisitas karya Yesus sebagai
seorang eksorsis
1.13.
Matius 12:28/ Lukas 11:20 – Firman Yesus
?[23]
Injil
Matius dan Lukas menunjukkan bahwa Yesus membuat mukjizat karena Roh Allah ada
padaNya. Ketika orang-orang Farisi menuduh Yesus mengusir setan dengan kuasa
Beelzebul, Yesus menyanggahnya dan menambahkan, “tetapi jika Aku mengusir setan
dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu”
(Mat 12:28 bnd Luk 11:20). Di sini Yesus menyatakan bahwa kuasaNya berasal dari
Roh. Untuk menjadi manusia, Santo Paulus berkata bahwa Yesus telah mengosongkan
diriNya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba. Dalam keadaan tersebut, Yesus
mengalami kelemahan manusiawi, Ia menjadi sama seperti kita kecuali dalam hal
dosa. Dalam keadaan kelemahan manusiawi itulah Yesus harus menyandarkan diriNya
pada kuasa Roh Allah. Dalam kelemahan manusiawi itulah, Allah mengurapi Dia
dengan Roh Kudus dan kuat kuasa.
Yesus
memulai karya pewartaan Injil dalam kuasa Roh. Kuasa Roh dalam diriNya itu
merupakan tanda bahwa kerajaan Allah sudah datang. Perhatikan bagaimana Yesus
mengaitkan kedatangan Kerajaan itu dengan kuasa Roh: “Tetapi jika Aku mengusir
setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang
kepadamu”. Sehubungan dengan hal itu, James Dunn meenulis, Kerajaan eskatologis
itu hadir bagi Yesus karena Roh eskatologis juga hadir di dalam dan melalui
diriNya.
v Roh Kudus dalam Kisah Para Rasul
Dalam PB terlihat perubahan penekanan,
bahwa beberapa di antara sembilan kata Yunani untuk pemberian, menunjuk kepada
pemberian manusia kepada Allah, sebagai αναθημα – anathêma dalam Lukas 21:5,
dan terutama δωρον – dôron (Matius 5:23 dsb; 23:18 dsb). Beberapa di antaranya
menunjuk kepada pemberian dari seseorang kepada yang lain, misalnya δωρον –
dôron (Wahyu 11:10), δομα –doma (Matius 7:11; Filipi 4: 17). Tapi ihwal yang
khas ialah pemakaian beberapa kata untuk menunjukkan sepenuhnya, atau, terutama
sekali pemberian yang telah diberikan Allah kepada manusia. δωρεα – dorea (cuma-cuma, hadiah)
terdapat sebelas kali, selalu dalam pengertian pemberian ilahi. Kadang-kadang
berarti keselamatan (Roma 5:15,17), atau tidak diterangkan artinya
('karunia-Nya yang tak terkatakan', 2 Korintus 9:15), atau adalah Roh Kudus
(Kisah 2:38). Yakobus mengingatkan kita bahwa “setiap pemberian yang baik
(δοσις – dosis) dan setiap anugerah yg sempurna (δωρημα – dorema) datangnya
dari atas” (Yakobus 1:17).
1.15.
Pentakosta[25]
Pada
akhir abad ke-XIX telah terjadi perubahan tentang pengertian Baptisan Roh. Baptisan
Roh yang awalnya dimengerti sebagai pengudusan hidup, maka dalam Gerakan
Pentakosta, Baptisan Roh berubah menjadi sarana untuk menerima kekuatan bagi
tugas kesaksian di dunia. Hal ini didasarkan pada Luk 24:49 dan Kis 1:5,8.
Masih ada kecenderungan pada orang-orang Pentakosta untuk menghubungkan
penerimaan Roh, dengan pengudusan hidup. Menurut mereka, Baptisan Roh hanya
diperoleh orang Kristen yang mengejar pengudusan hidup, suatu taraf yang lebih
tinggi daripada pembenaran. Ini membawa efek, bahwa orang yang menerima karunia
bahasa Roh sebagai tanda Baptisan Roh, kemudian
sering dihinggapi oleh rasa superior terhadap orang-orang Kristen lain
yang belum menerima Baptisan itu: merekalah yang berhasil dalam proses mencapai
puncak pengudusan hidup. Berikut penolakan terhadap pandangan tersebut:
a. Memang
benar, bahwa untuk bisa menerima kuasa Roh Kudus yang besar diperlukan suatu
sikap tertentu dari orang, suatu pengosongan diri, yang sedikit banyak
merupakan pengudusan hidup. Tetapi di lain pihak, justru kuasa Roh Kuduslah
yang menghasilkan pengudusan hidup.
b. Bahwa
pembenaran adalah fase utama dari hidup orang percaya dan seusai fase tersebut,
dilanjutkan dengan fase pengudusan hidup. Setiap orang Kristen bahkan orang
saleh pun masih sering jatuh ke dalam dosa dan membutuhkan pengampunan dosa dan
pembenaran sampai titik terakhir.
1.16.
“Mereka Percaya Khotbah Filipus” (Kis
8:12)[26]
Keterangan
mengenai kepercayaan kepada Filipus yang memberitakan Injil tentang Kerajaan
Allah dan tentang nama Yesus Kristus kurang meyakinkan. Ernst Kasemann
menandaskan bahwa penulis Kisah melegitimasi pandangannya tentang jemaat dalam
hubungannya dengan pandangan bidat, berdasar kontinuitasnya dengan kerasulan
awal dan kesuciannya di dunia ini. Kasemann berpendapat bahwa penulis Kisah
adalah pelopor katolokisme awal.
1.17.
Baptisan dalam Roh: Suatu Reaksi menuju
Pengetahuan Pantekosta dalam Lukas dan Kisah Para Rasul[27]
Lukas
dan Kisah Para Rasul berbicara mengenai dipenuhi oleh Roh Kudus sebagai syarat
yang berlaku terus, tetapi juga menggambarkan situasi khusus ketika seseorang
mengalami kepenuhan yang unik (berbeda). Sebagai syarat yang berlaku terus,
kata 'pleroo' digunakan (band. Luk. 4:1; Kis. 6:3; Ef. 5:18); sedangkan sebagai
pengalaman khusus digunakan kata 'pimplemi' (Luk. 1:41,67; Kis. 2:4,4:8,
31,9:17). Dalam pengertian yang pertama, dipenuhi Roh Kudus menunjuk kepada
menghasilkan buah Roh dalam kehidupan, dimana Roh Kudus memerintah atas orang
itu (Ef. 5:18). Sedangkan dalam pengertian yang kedua, ini menunjuk kepada
pemberian kemampuan dan kuasa khusus untuk melayani kerajaan Allah. Ini yang
terdapat dalam Kis. 1:8, dan juga dalam Kis. 2:4. Yang menarik adalah, ini
terkait dengan kata-kata dari orang yang dipenuhi Roh Kudus. Mereka menerima
kuasa untuk menjadi saksi-saksi Kristus.
Pemberian
kuasa pada hari Pentakosta, dan kepenuhan Roh, sekalipun luar biasa, bukanlah
fenomena yang tersendiri dalam Kisah Para Rasul. Pengulangannya tidak selalu
sama. Jadi dari karya Roh Kudus, aspek ini nampak dapat terulang.
Aspek
yang berhubungan dengan Pentakosta adalah 'kebangunan rohani'. Kebangunan
rohani adalah orang-orang percaya dibangkitkan dan orang- orang non-Kristen
dibawa kepada kerajaan Allah dalam jumlah besar- besaran. Masing-masing
menyadari dosanya dan kebutuhannya akan Tuhan. Semua ini terjadi karena
kehadiran dan kuasa Roh Kudus. Dalam beberapa hal, Pentakosta boleh disebut
sebagai kebangunan rohani pada jaman Perjanjian Baru. Tentu saja ada kesadaran
akan dosa, kekaguman yang ditimbulkan, dan model bagaimana seharusnya sebuah gereja
itu. (Kis. 2:44-47). Inilah kebangunan rohani. Mengingat ilustrasi mengenai
pipa air, kita dapat mengatakan bahwa kebangunan rohani adalah energi Roh Kudus
yang tidak terhenti.
v Roh Kudus dan Ekklesiologi
1.18.
Bentuk Umat Kristen dalam PB[28]
Yesus
memanggil laki-laki dan perempuan untuk menjadi pengikutNya. Yesus menyatakan
kepada pengikutNya bahwa kerajaan akan datang (Mar 1:15). Menurut pengertian
pemuridan yaitu suatu perayaan kerajaan, suatu prioritas dan kekuatan Allah
telah tersedia untuk dimanifestasikan. Selain itu, pemuridan sebagai suatu
persiapan untuk kerajaan yang belum tiba secara penuh (Mar 6:7-12, Luk 9:1-6).
Pemuridan sebagai suatu persoalan individu-individu yang benar-benar mengikut
Yesus (Mark 1:17, 2:14, 10:21, Luk 9:57-62).
1.19.
Tanggung Jawab Jemaat (1 Kor 14:26-40)[29]
Menurut
Paulus, setiap orang harus berpartisipasi dalam kebaktian jemaat untuk
membangun jemaat dan apa saja yang tidak membangun adalah tidak berguna dan
tidak boleh terjadi. Hal itu tidak boleh dijadikan sebagai alasan untuk menciptakan
keadaan yang tidak teratur. Penggunaan
bahasa lidah hanya untuk 2 atau 3 orang secara bergiliran dan harus ditafsirkan
dan tidak boleh diucapkan dalam ibadah. Hal itu tidak boleh diucapkan dalam
keadaan ekstase atau kesurupan, melainkan secara sadar. Nabi-nabi juga harus
diatur sebab nubuat adalah hal yang snagat baik namun harus dibatasi. Setiap
orang boleh untuk bernubuat walaupun tidak semua menjadi nabi. Paulus
mengingatkan agar dalam pertemuan jemaat, wanita tunduk kepada kaum pria.
Artinya, bahwa setiap istri harus tunduk kepada suaminya.
Dalam
ibadat Kisten, karunia-karunia Roh adalah baik dan berguna dalam ibadat dan
ibadat itu harus dilangsungkan dengan hikmat. Jemaat yang banyak mengalami
karunia Roh tidak harus menjadi jemaat yang dikuasai emosi atau kekacauan.
Kerohanian tidak bertentangan dengan keteraturan, sebaliknya Allah
mengkehendaki ibadat yang rohani (bnd. Yoh 4:24) dan teratur (1 Kor 14:33,40).
1.20.
Pemerintah dan Pelayanan: Tantang
Pembaharuan Karismatik menjadi Tradisi Eklesiologi[30]
Karisma
diberikan kepada setiap orang agar digunakan demi kepentingan bersama. Paulus
menasihati jemaat Korintus: “Kepada tiap-tiap orang dikaruniakan pernyataan
Roh, untuk kepentingan bersama” (1 Kor 12:7). Karunia roh itu penting dan
berusaha mendapatkan karunia roh itu bukan persoalan, tapi yang terutama adalah
“hendaklah kamu berusaha mempergunakannya untuk membangun jemaat” (1 Kor
14:12). Dengan maksud yang sama, Paulus mengingatkan jemaat Roma agar memakai
kharisma 9Rm 12:6-8) dengan prinsip “kita walaupun banyak adalah satu tubuh dan
kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain” 9Rm 12:50.
Dan kepada jemaat Efesus diingatkan tujuan pemberian itu, adalah memperlengkapi
warga bagi pekerjaan pelayanan dan pembangunan tubuh Kritus menuju kepada
kedewasaan penuh (Ef 4:10-12).
Jadi,
kriteria pertama penggunaan kharisma dalam tradisi ini adalah kebaikan bersama
dalam komunitas. Pemilikan kharisma itu memang penting, tetapi penggunaannya
demi kebaikan sesama jauh lebih penting. Individu penerima kharisma tidak
menerimanya demi kemegahan diri, tetapi demi pembangunan komunitas dan
kepentingan bersama. Bukan citra kharismatis individu yang hendak dibentuk,
melainkan apa yang dapay dibuat dengan kharisma sehingga jemaat terbangun. Dengan
kriteria kebaikan bersama, Paulus menilai kharisma tertentu lebih berguna
daripada yang lain. Membandingkan bahasa roh, nubuat, pengajaran, ia berkata:
“Aku lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar
orang lain dari pada beribu-ribu kata dengan bahasa roh (1 Kor 14:19).
1.21.
Kearifan Roh – Karunia yang Dilupakan[31]
Dalam
periode sebelum kedatangan Yesus kedua kalinya, di mana kita belum mengenal Dia
dengan sempurna, karunia Roh menolong kita untuk mengenal Dia di tengah-tengah
kegelapan dunia. Tetapi kalau nanti Dia datang dan kita mengenal Dia di dalam
kasih yang sempurna, nanti karunia-karunia itu tidak diperlukan lagi. Dengan
dmeikian ayat-ayat yang diajukan oleh orang penentang Kharismatik untuk
menunjukkan, bahwa karunia-karunia Roh pada zaman kita tidak berfungsi lagi,
justru membuktikan kebalikannya. Lebih lanjut dalam 2 Ptr 1:19 dan 2 Kor 5:7
juga menyatakan, bahwa selama kita hidup di dunia samapai kedatanagan Tuhan
Yesus kedua kalinya, kita tidak mempunyai penglihatan atau pengenalan yang
sempurna.
1.22.
Roh Yesus[32]
Sesungguhnya,
Yesus memiliki Roh yang memungkinkanNya untuk mengemukakan
pernyataan-pernyataanNya bahwa Ia berkuasa. Yesus menegaskan bahwa Ia memiliki
kuasa yang sama seperti yang dimiliki Yohanes Pembaptis yaitu suatu kuasa yang
didasarkan bukan pada lembaga atau tradisi tetapi pada Roh (Mrk 11:29-30).
Injil Markus memuat seruan orang banyak, “Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh
jahat pun diperintahkanNya dan mereka taat kepadaNya” (1:27). Hal ini berarti
bahwa dari mulut Gevurah (Roh) Yesus
mengusir setan-setan. Secara keseluruhan, hubungan Yesus dengan Roh telah
menjadi sumber dan daya tugas panggilan pelayananNya. Hubungan ini menjadi
dasar untuk memahami segi-segi penting pelayanan Yesus sebagai seorang
penyembuh, seorang bijak. Seorang pendiri gerakan yang membangkitkan kembali
semangat hidup dan seorang nabi.
1.23. Roh dan Tubuh Kristus[33]
Orang
percaya adalah anggota dari Kristus, mereka semua menyatu pada tubuh yang satu
dan sama yaitu tubuh Kristus. Dalam Kolose dan Efesus dikatakan bahwa Kristus
adalah kepala dari jemaat. Begitu juga halnya dengan kepala membutuhkan tubuh
supaya dapat ada secara konkret. Hal ini berkaitan erat dengan Roh Kudus. Roh
Kudus dilihat dari sudut pandang tubuh Kristus. Karunia-karunia Roh dalam 1 Kor
11 merupakan karunia yang berasal dari Roh Kudus untuk membangun tubuh Kristus,
yakni jemaat. Sehingga jikalau ada karunia Roh tetapi tidak dimanfaatkan untuk
kepentingan bersama, itu berarti penyalahgunaan.
Pemahaman
mengenai Roh Kudus dari sudut pandang tubuh Kristus ini disebut spirit
eklesiologi. Roh adalah sebagai pemenuhan tubuh Kristus. Hal ini adalah pleroma, yaitu kehadiran yang penuh dan
sempurna dari Kristus. Ia adalah kepenuhan tubuh karena Kristus adalah Roh dan
di mana Kristus ada, di sana juga bekerja Roh atau di mana Roh Kudus bekerja di
situ Kristus hadir.
[1] James Dunn, The Christ and The Spirit, (Michigan, Eerdmans Publishing: 1998),
hlm. 3
[2] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 3-4
[3] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 5-8
[4] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 8-9
[5] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 12-13
[6] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 14
[7] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 15-16
[8] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 20-21
[9] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 22-23
[10] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 23-25
[11] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 25-28
[12] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 28-31
[13] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 33-42
[14] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 43-49
[15] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 62-65
[16] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 81-90
[17] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 94-102
[18] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 103-105
[19] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 118-123
[20] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 133-140
[21] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 142-147
[22] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 170-172
[23] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 187-189
[24] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 207-209
[25] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 210-215
[26] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 216-217
[27] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 225-229
[28] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 245-246
[29] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 260
[30] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 291-293
[31] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 313-315
[32] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 330-335
[33] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 344-345
Comments
Post a Comment