Skip to main content

(L. THE CHRIST AND THE SPIRIT - James D. G. Dunn)


The Christ and The Spirit by James D. G. Dunn
Oleh : Rahman Saputra Tamba

v  Penjelasan Umum
1.1.Roh dan Roh Kudus dalam Perjanjian Baru[1]
Berdasarkan pemahaman Yahudi bahwa pneuma menunjukkan pengalaman manusia yang berkaitan dengan dunia rohani,  realitas yang terletak dalam observasi dan kontrol manusia. Tapi sejauh ini kata pneuma paling sering digunakan dalam PB (lebih dari 250 kali) adalah sebagai referensi untuk Roh Tuhan dan Roh Kudus, bahwa kekuatan langsung dari Allah untuk sumber alam.
1.1.1.      Roh Manusia[2]
Mengenai makna, pneuma merupakan jiwa manusia yang kemungkinan sejauh ini manusia adalah milik dunia roh dan berinteraksi dengan ranah spiritual. Kata pneuma dengan pengertian tersebut terdapat dalam PB sebanyak empat puluh kali. Dengan demikian roh seseorang adalah aspek dimana Tuhan yang menginginkan untuk segera bertemu dengannya (Rom 8:16; Gal 6:18; Phil 4:23; 2 Tim 4:22; Flm. 25; Ibr 4:12; Yakobus 4:5), bahwa keseluruhan keberadaan dimensi pribadi  dan dengannya terbuka dan responsif terhadap Allah (Mat 5:3; Luk 1:47; Rom 1:9; 1 Pet 3:4), bahwa kesadaran manusia merupakan bagian yang paling sensitif terhadap hal-hal dunia rohani (Mark 2:8; 8:12; Yoh 11:33; 13:21; Kis  17:16; 2 Kor 2:13; 7:13).  
Penulis Perjanjian Baru mengatakan bahwa seolah-olah ada sesuatu yang merasuki pribadi seseorang, tetapi bukan berarti menggambarkan bahwa jiwa seseorang sebagai tanda ilahi yang terpenjara dalam fisik. Menurut gagasan Ibrani kuno, katapneumadisebut ruakh
yang disebut sebagai nafas Allah (2 Tes 2: 8; lih Yoh 20:22), nafas kehidupan (Why
11:11;13:15).
1.1.2.      Yesus dan Roh[3]
Pemahaman akan ajaran Yesus tentang Roh, harus disertai dengan pemahaman bahwa pelayanan Yesus diikuti oleh Yohanes Pembaptis. Tradisi Q menyatakan bahwa Yohannes sebagai nabi penghakiman; penyataannya akan kedatangan orang yang akan menggantikan Allah pada penghakiman terakhir (Mat 3:7-12; Lukas 3:7-9, 15-18). Secara khusus, kedatangan Seseorang yang akan membaptis dalam roh kudus dan api(en pneumati hagio kai pyri). Yohanes mengaku bahwa dia hanya membaptis dengan baptisan api atau hanya dari baptisan angin (pneuma) dan api. Pesan Yohanes adalah bukan semata-mata penghakiman (mengenai gandum seperti sekam, Mat 3:12); kedatangan Seseorang untuk membaptis adalah hanya untuk beberapa orang yang dijanjikan  untuk menerima baptisan pertobatan Yohanes dan komunitas Qumran, yang mungkin dipengaruhi Johannes sampai batas tertentu, yang mengatakan pneuma sebagai pembersihan, cara untuk memurnikan.
Metafora Yohanes dipahami sebagai variasi pada tema harapan apokaliptik, yaitu keyakinan dalam kesengsaraan mesianis, keyakinan mengenai penderitaan dalam “kepedihan kelahiran Mesias” (Dan7:19-22). Jadi "api" menunjukkan penilaian dan pemurnian (Amos 7:4; Mal 3:1-2; 4:1), pneuma juga (Yes 4:4; Jer 4:11-12) dan sungai atau banjir digambarkan sebagai bencana yang sangat besar (Mzm 69:2, 15; Yes 43:2). Khususnya mengenai tiga elemen yang dikombinasikan dalam Yes4:4; 30:28; Dan 7:10. Oleh karena itu baptisan Yohanes di sungai Yordan (mungkin dengan pencelupan) adalah simbol yang sangat kuat dari akhir zaman kesusahan sama dengan baptisan dalam Roh dan api, pneuma berapi-api menunjukkan Allah seperti yang besar. Mereka yang mengakui kewajiban untuk penilaian dengan mengirimkan ke pengadilan melambangkan bahwa Yohanes Pembaptis akan mengalami kesengsaraan mesianis sebagai pembersihan dengan semangatpenghakiman dan dengan semangat yang menyala nyala (Yes 4:4). Mereka yang menyangkal kesalahan dan tidak bertobat akan mengalami suatu baptisan dalam Roh danapi sebagai api unggun yang membakar cabang-cabang yang berbuah dan sekam. Namun berbeda dengan pemahaman mengenai misi Yesus dalam hal Roh. Dalam tradisi Yesus, Yesus disebut sebagai seorang pengusir setan dan Yesus sebagai kesadaran inspirasi.
1.1.3.      Pandangan Penginjil Terhadap Yesus dan Roh[4]
Bagi Lukas, penekanan pekerjaan Roh Kudus terdapat dalam maksud antusias dalam pengalaman rohani, di mana yang ilahi menjadi nyata. Roh Kudus paling jelas dilihat dalam fenomena luar biasa dan superalami. Roh Kudus adalah kuasa yang datang dengan suara seperti angin yang kencang dan lidah api yang bisa dilihat (2:3), kuasa yang secara jelas termanifestasi dalam glossolalia (2:4; 10:46; 19:6), kuasa yang mempengaruhi penerimanya. Kuasa Roh Kudus pertama mengambil seseorang dalam pengalaman ekstase. Itu sebabnya dia menggunakan bahasa dramatis untuk menggambarkan kedatangan Roh Kudus – ‘dibaptis ke dalam’ (1:5; 11:16), ‘datang atas’ (1:8; 19:6), ‘dicurahkan’ (2:17, 33; 10:45), ‘turun atas’ (8:16; 10:44; 11:15). Itu sebabnya juga pertanyaan dalam 19:2 ditanyakan – ‘Sudahkah kamu menerima Roh Kudus, ketika kamu menjadi percaya?’ – karena kedatangan Roh Kudus akan nyata dan terang. Ucapan yang diinspirasi dalam komunitas Kristen oleh Roh Kudus tidak dipertanyakan karena itu sikap antusiasme. Pemahaman Lukas menurut Dunn tentang Roh Kudus adalah antusias. Lukas adalah salah seorang dari orang percaya yang baginya pengalaman rohani harus terlihat, nyata, mampu untuk bertindak sebagai bukti bagi yang lain. Lukas benar-benar menerapkan fungsi soteriologis Roh Kudus.
1.1.4.      Roh dalam Surat Paulus[5]
Paulus sendiri menyadari bahwa penganugerahan Roh Kudus sangat fundamental. Dengan kehadiran Roh Kudus, zaman baru yang dinanti (Yoel 2:28-29) telah dimulai (1 Kor. 12:13). Ini memberi orang Kristen korelasi eksperiental dengan iman mereka akan Yesus yang dibangkitkan dan Tuhan, yang keduanya meneguhkan pengalaman tentang eskatologi dan memberi kuasa yang luar biasa bagi Injil Paskah dan Pentakosta. Roh Kudus yang dicurahkan bagi “semua orang” (Kis. 2:17) adalah Roh eskatologis.
Dalam Surat Korintus, ketergantungan pada pengalaman rohani membuat pengalaman tertentu dapat diidealkan. Hal ini bisa menimbulkan faksionalisme esoteris dan elitis yang destruktif bagi semua komunitas dan persekutuan. Dari 1 Kor. 1:18-4:21 terdapat bukti bahwa beberapa orang Kristen Korintus berpikir bahwa mereka adalah orang “rohani” (pneumatikoi); mereka telah mencapai tingkat spiritualitas yang lebih tinggi, mereka mengetahui hikmat yang lebih tinggi. Ini semacam elitisme rohani. Mereka berusaha untuk beroleh karunia Roh, sehingga menempatkan diri mereka di luar pengalaman nubuat, ibadah mereka dicirikan dengan kebingungan dan ketidakteraturan (14:23, 33, 40). Ini adalah antusiasme yang tak terkendali. Paulus menekankan Kristus dan mengingat karakter Kristus sebagai norma yang fundamental yang olehnya semua klaim terhadap pengalaman dengan Roh harus diukur.
1.1.4.1.Roh Eskatologis[6]
Pandangan bahwa pekerjaan Roh pada hakikatnya terkait dengan masa yang akan datang dan pekerjaanNya dalam zaman ini merupakan persiapan. Pandangan ini adalah berdasarkan tekanan atas masa yang akan datang yang tersirat dalam ungkapan sebagai yang berikut: buah sulung, yang sulung, yang pertama bangkit (1 Kor 15:20,23, Kol 1:18), serta hal bahwa Roh digambarkan sebagai jaminan (arrabon, 2 Kor 1:22, 5:5, Ef 1:14) dan dihubungkan dengan Kerajaan (Rm 14:17, bnd 1 Kor 4:20). Ungkapan ini menunjuk pada suatu pengalaman yang lebih penuh, yang takkan terjadi sampai tibanya Hari penggenapan, namun agak lebih mengarah kepada penjelasan tentang “Roh Eskatologis”. Ungkapan tentang Roh Eskatologis menyiratkan bahwa pekerjaan utama Roh ditunda sampai akhir zaman. Paulus menyadari bahwa apa yang telah dimulai Roh pasti akan digenapiNya. 
Lukas bermaksud untuk  menyesuaikan signifikan eskatologis pada peristiwa-peristiwa di sungai Yordan dan di hari pentakosta, peristiwa sungai Yordan jelas megawali pelayanan Yesus. Roh Kudus turun ke atas murid-murid pada hari pentakosta, bukan semata-mata untuk menguatkan mereka bagi misi, tapi lebih penting  lagi adalah mengantar mereka ke dalam zaman yang baru, serta mencurahkan berkat-berkat bagi mereka.
1.1.4.2.Roh Karismatik[7]
Pembaruan karismatik harus dipahami sebagai agen pembaruan yang terjadi di tengah-tengah gereja tradisional yang memberikan gairah dan kemungkinan hadirnya hadirat Allah yang memberikan kuasa itu ke dalam gereja mereka. Dengan cara pembaruan karismatik harapan terhadap karunia-karunia Roh Kudus (1 Kor. 12:14) yang oleh rasul Paulus membuat karismatik menjadi sangat tepat. Orang-orang awam Katolik juga mulai mencari Allah secara tulus, merasakan gerakan Roh Kudus yang penuh kuasa dalam persekutuan doa, dan mencapai puncaknya di beberapa tempat tertentu dan tersebar ke seluruh dunia di gereja-gereja Katolik di pelosok dunia.
1.1.5.      Rohaniah (Penumatikos)[8]
Untuk karunia, Paulus menggunakan dua kata yunani yaitu charismata dan pneumatika, pneumatikos (orang  yang rohani) 1 Kor 2:15, orang yang dikaruniai roh (1 Kor. 14:37) yang cukup menonjol. Signifikansi dari bahasa Paulus diperdebatkan Earl Ellis yang mengajukan argumentasi. Istilah kharismata bisa digunakan untuk merujuk pada sebagian atau semua karunia, istilah pneumatika merujuk pada pengelompokan karunia rohani yang lebih terbatas yaitu karunia jenis nubuat. Pneumatika dan pneumatikos masing-masing menunjuk pada karunia-karunia ucapan atau pengajaran yang diinspirasikan oleh Roh Kudus, dimana orang-orang menerapkan karunia-karunia itu. 
1.2.Anggur Baru dalam Kulit Anggur Tua: Roh Nubuat[9]
Nubuat adalah fitur yang penting bagi agama dalam masa pertumbuhan dan pemuda tetapi sebagai agama yang lebih terorganisir dan lebih dirasionalisasi untuk nabi. Untuk nabi adalah seorang pengkhotbah otoritas yang tidak berasal dari organisasi, yang pikiran tidak berasal dari rasionalitas. Dalam imam Kristen telah mempertahankan peran penting karena  fungsinya tidak dapat sepenuhnya dirasionalisasi, namun ia memainkan peranan penting dalam organisasi. Nabi tidak dapat dilembagakan, yang pasti upaya telah dilakukan untuk membuat perannya lebih diterima agama telah dirasionalisasi. 
1.2.1.      Nubuat di Israel Kuno[10]
Asal-usul nubuat di Israel adalah bahwa nabi pertama kali muncul sebagai bagian dari Yudaisme ketika monarki didirikan - khususnya sehubungan dengan Samuel dan Saul. Samuel memiliki reputasi sebagai pelihat, salah satu yang bisa menanyakan Allah dan diaktifkan oleh Allah untuk melihat apa yang tersembunyi, termasuk peristiwa di masa depan (1 Samuel 9). Dia juga diakui sebagai pemimpin atau sebagai orang yang memiliki karunia nubuat istimewa (1 Sam 19:20-24). Beliau adalah nabi periang, jelas disebabkan ekstasi dengan cara musik dan taria (1 Sam 10: 5, 19:24). Saul sendiri datang ke dalam kontak dengan para nabi ini pada sejumlah kesempatan dan terjebak dalam ekstasi mereka dan berbicara sebagai salah satu inspirasi.  Hal ini juga dicatat bahwa David memiliki satu atau dua nabi di antara rombongannya. Kami mendengar dari Nathan dan Gad (2 Samuel 7; 24:11) dan mereka jelas memainkan peran yang signifikan dalam kemunculan David dan pemerintahannya.
1.2.2.      Nubuat dalam Yudaisme Awal[11]
Nubuat sebagai kekuatan yang hidup yang kreatif tidak muncul dalam Yudaisme  awal era Kristen - dalam Qumran dan dalam kelompok pietis yang Yohanes Pembaptis dan Yesus muncul. Johannes maupun Yesus tampaknya telah membuat dampak abadi pada Yudaisme. Tapi di mana otentik suara nubuatan diabaikan oleh para pemimpin agama. Yohanes Pembaptis adalah seorang nabi dari jenis yang lebih primitif. Elia hidup inspirasinya kelihatan sewaktu di padang gurun, meskipun tidak ada bukti bahwa ia adalah seorang pembawa sukacita. Keyakinannya yang mengatakan bahwa jalan Tuhan harus
dipersiapkan begitu mendesak visi penghakimannya sudah dekat bahwa dia bisa berbuat lain
dari memperingatkan orang-orang dan memberi mereka kesempatan untuk bertobat.
1.2.3.      Nubuat dalam Kaitannya dengan Kultus dan Nubuatan Palsu[12]
Dua masalah yang muncul dalam nubuatan yaitu masalah dari hubungan antara nabi dan agama dilembagakan, dan masalah nubuatan palsu. Yudaisme bergumul dengan masalah ini pada periode Perjanjian Lama tanpa menyelesaikan masalah tersebut.  Masalah nubuatan yang berkaitan dengan kultus adalah bagian dari Yudaisme. Samuel tampaknya telah digabungkan dalam fungsi dirinya antara nabi dan imam serta kenabian awal yang terhubung dalam beberapa cara dengan berbagai tempat-tempat suci. Ada fleksibilitas tentang hubungan nabi dan kultus yang bertahan sepanjang sejarah Perjanjian Lama yaitu inferensi yang dibenarkan dari kehadiran nubuat kenabian dalam kitab Mazmur yang ada kultus nabi, yaitu nabi yang berfungsi sebagai nabi kudus. Untuk nubuatan yang benar tidak bisa dikaitkan dengan ketertiban; tidak akan pernah ada tempat atau bentuk untuk kenabian. Sebaliknya, itu adalah spontanitas, yang nubuat yang paling mencirikan sifat dan yang beradaptasi untuk mengatur bentuk dan pola. Ini adalah mengapa Amos menjadi begitu populer dengan
imam kepala tempat kudus di Betel (Amos 7: 10-17). Nubuat hanya dapat hidup dalam kultus jika inspirasi kenabian diberikan kebebasan untuk mengekspresikan kata tersebut. Karena Yahudi gagal untuk memecahkan masalah ini bahwa nubuat tidak lagi menjadi kekuatan.
1.3.Antusiasme[13]
Bagi Dunn, Roh Kudus merupakan Roh antusiasme. Bentuk kekristenan mula-mula pun kelihatannya tidak lain adalah sebuah sekte yang antusiastik. Antusiasme ini sebenarnya tampak dalam tiga hal yaitu pengalaman akan penglihatan dan ekstase, mujizat dan inspirasi. Di dalam ketiga hal ini, Roh Kudus bekerja di tengah-tengah kekristenan mula-mula.
Tampaknya Yesus setelah kebangkitan harus digolongkan sebagai bentuk pengalaman penglihatan. Pemahaman Paulus tentang tubuh kebangkitan (‘rohani’ bukan ‘alami’) pastinya mengimplikasikan bahwa dia memahami bentuk Yesus yang bangkit ini berbeda dari keberadaan fisik (1 Kor. 15:42-50), sehingga ini adalah penglihatan (bnd. Gal. 1:16 – “menyatakan Anak-Nya di dalam aku”). Memang beginilah Paulus menggambarkan bagian pertobatannya (Kis. 26:19 – ‘penglihatan sorgawi).
Pengalaman komunal besar pertama tentang Roh Kudus pada saat Pentakosta, yang digambarkan oleh Lukas dalam Kis. 2, harus dipahami sebagai pengalaman ekstase yang paling sedikit mencakup unsur pengujian (suara seperti angin kencang), penglihatan (lidah api) dan khotbah otomatis (glossolalia). Pemahaman hal ini sebagai sebuah pengalaman dengan Roh (dan agaknya bukan hanya oleh Lukas) memberitahu kita sesuatu bahwa pengalaman sedemikian penting dalam tahun-tahun pertama sekte baru ini dan juga karakter yang dihubungkan dengan Roh Kudus oleh orang Kristen pertama yaitu Roh antusiasme. Hal ini dihasilkan oleh pentingnya pengalaman ekstase yang lain yang secara khusus dihubungkan pada Roh Kudus (Kis. 4:31; 8:17; 10:44; 19:6).
Bahwa penglihatan-penglihatan sering dialami dalam komunitas orang Kristen pertama adalah kesaksian yang jelas dari Kisah Para Rasul, dan diteguhkan oleh kesaksian Paulus dalam 2 Kor. 12:1,7. Penglihatan dialami oleh semua tokoh kunci dalam perkembangan sekte yang baru ini yaitu oleh Petrus, Stefanus, Filipus, Ananias dan Paulus. Tidak hanya itu, tetapi paling sedikit menurut Lukas, penglihatan-penglihatan ini memainkan peran signifikan dalam mengarahkan arah misi mula-mula (khususnya 9:10; 10:3-6, 10-16; 16:9; 18:9; 22:17). Dua di antaranya secara eksplisit digambarkan sebagai “ekstase” (10:10; 11:5; 22:17). Di mana keputusan penting ditentukan oleh penglihatan, antusiasmenya murni dan sederhana.
Tidak diragukan lagi bahwa perjalanan kekristenan pertama ditandai oleh banyak kejadian luar biasa dan juga mujizat. Catatan Kisah Para Rasul cukup diteguhkan oleh kesaksian Paulus (Rm. 15:19; 1 Kor. 12:10, 28; Gal. 3:5). Ini mencakup penyembuhan orang pincang, buta dan lumpuh (Kis. 3:1-10; 8:7; 9:18, 33; dll.), dan cerita Petrus membangkitkan Tabita dari kematian (9:36-41; bnd. 20:9-12). Patut dicatat juga pernyataan kesembuhan melalui bayangan Petrus (5:15) dan melalui sapu tangan dan kain yang disentuh oleh Paulus (19:11), dan “mujizat penghakiman” dalam 5:1-11 (kematian Ananias dan Safira) dan 13:8-11 (kebutaan Elimas). Hal-hal tersebut adalah pernyataan antusiasme – dimana Roh telah begitu ditinggikan.
Pengalaman khotbah yang diinspirasi juga sering dalam kekristenan mula-mula. Paulus tentu ingin semua pembaca Korintus mengalami nubuat (1 Kor. 14:5) dan mengingatkan jemaat Tesalonika untuk tidak memadamkan Roh nubuat (1 Tes. 5:19). Memang tampak dalam Lukas bahwa pengalaman ucapan yang diinspirasi tersebar luas di antara orang percaya pertama sehingga mereka percaya bahwa nubuat Yoel telah benar-benar dipenuhi – semua adalah nabi, muda dan tua, orang tua dan anak-anak, para guru dan hamba (Kis. 2:17). Roh dialami saat memberi kata-kata untuk diucapkan, kata-kata pujian, kata-kata kesaksian (Kis. 2:4; 4:8, 31; 5:32; 6:3, 5, 10; dll). Mereka merasakan diri mereka berada di bawah arah ilahi yang tiba-tiba dan tidak disangkal (5:3, 9; 8:29, 39; 9:31; 10:19; 13:2, 4, dll). Mereka bertindak dan berbicara dengan kuat, dengan otoritas, percaya bahwa mereka melakukannya ‘dalam nama Yesus’, sebagai perwakilan Kristus yang bangkit dan sebagai duta-Nya yang berkuasa penuh (2:38; 3:6, 16; 4:10, 13, 29-31; 5:28, 40; dll). Ini adalah komunitas yang secara luas tergantung pada pengalaman sedemikian untuk makanan rohaninya dan makna arahnya. Inilah komunitas yang antusias. 
1.4.Menemukan Kembali Roh (1)[14]
Saya membuat kesimpulan yang lebih komprehensif mengenai Baptisan dalam Roh Kudus:
a.       Studi saya meyakinkan bahwa penganugerahan Roh merupakan karakteristik utama dari penebusan akhir.
b.      Roh dalam PB merupakan pengalaman yang hampir nyata dalam kualitas, bahwa jauh sebelum Roh adalah artikel dari ajaran tersebut, dia adalah fakta dalam pengalaman gereja primitif.
c.       Baptisan sebagai fokus konversi inisiasi dalam Gereja primitif.
Melalui pemahama Otto, kesimpulan tersebut saya kembangkan menjadi: Hubungannya dengan kristologi yaitu pemahaman akan sejarah Yesus, Yesus dan karyaNya.
1.5.Menemukan kembali Roh (2)[15]
Pada tahun 1971, saya membuat suatu ringkasan sebagai suatu kesimpulan akan Pembaptisan dalam Roh Kudus dengan 4 jenis ilahi kegilaan, yaitu:
a.       Kegilaan kenabian, yaitu pelindung dewa Apollo;
b.      Telestik atau kegilaan ritual, yaitu pelindung adalah Dionysus; 
c.       Kegilaan puitis, terinspirasi oleh karena  merenung; dan
d.      Kegilaan erotis, terinspirasi oleh Aphrodite dan Eros.
1.6.Baptisan dalam Roh dan Pentakostalisme[16]
Baptisan Roh merupakan awal di mana kehidupan roh kita dipenuhi yaitu dipanggil dan diselamatkan sehingga mengalami kepenuhan Roh Kudus. Menurut Dunn, perjalanan hidup kekristenan seseorang bisa diwarnai dengan dua tingkatan. Pertama, peristiwa di mana dia menjadi Kristen. Kedua, pengalaman yang istimewa dan khusus atas karunia Roh atas dirinya.
Berdasarkan pengalam dan studi Alkitab, para perintis gerakan Pentakosta meletakkan tiga doktrin Pentakosta yang berbeda dengan doktrin lainnya:
§  Baptisan Roh Kudus adalah pengalaman kedua yang berbeda dari dan merupakan kelanjutan dari pembaruan yang memberikan kuasa untuk menjadi saksi (Kis 1:8).
§  Bahasa Roh, seperti dalam Kis 2:4, merupakan kejadian yang tidak dapat dielakkan dari baptisan Roh Kudus.
§  Karunia-karunia rohani yang tercantum dalam 1 Kor 12:8-10, boleh dan harus diwujudkan saat orang Kristen Pentakosta bertemu di dalam ibadah.
Satu hal yang harus ditolak adalah usaha mereka untuk membatasi fungsi baptisan Roh dengan memisahkan pekerjaan inisiasi konvensi dari pekerjaan memperlengkapi orang Kristen untuk tugas pelayanan. Kaum Pentakosta paling banyak menerima gaya dari pernyataan Paulus dan mendefenisikan baptisan Roh Kudus semata-mata sebagai pembaruan kuasa dari Roh Kudus untuk bersaksi (Kis 1:8). Akan tetapi, yang pelu diingat secara umum, dalam Perjanjian Baru, kuasa tersebut, terutama adalah kuasa dari zaman baru yaitu kuasa kebangkitan, kuasa Yesus yang bangkit. 
v  Yohannes Pembaptis
1.7.Roh dan Baptisan Api[17]
Penekanan pada penggunaan frasa ‘baptisan Roh”, secara bertahap bergeser dari ide penyucian dan pengudusan (suatu pemurnian dari baptisan api yang membersihkan dari dosa) ke pembaruan kuasa untuk pelayanan (secara khusus didasarkan dari Luk 24:49, Kis 1:5,8). James Dunn mengatakan dalam Perjanjian Baru kata "en" dengan "baptizein" tidak pernah menunjuk kepada orang yang membaptis. Sebaliknya, ia selalu menunjuk elemen yang melaluinya baptisan itu dilakukan, kecuali jika ia merupakan bagian dari frase yang lebih panjang. Sangat bertentangan dengan penafsiran umum jika kita membaca bahwa Yesus membaptis dengan Roh Kudus pada hari Pentakosta (Mat. 3:11; Mrk. 1:8; Luk. 3:16; Yoh. 1:33; Kis. 1:5, 11:16) seolah-olah menunjukkan perbedaan kronologis dan perbedaan jenis baptisan. Dalam 1 Kor. 12:13, Paulus menunjukkan bahwa semua orang percaya dibaptis dengan Roh dan minum dari air Roh. Elemen dari peristiwa Pentakosta diulang kembali dalam hidup orang percaya pada setiap zaman. 
Tetapi bagaimana kita bisa membedakan aspek sejarah penebusan (yang tidak terulang) dengan aspek eksistensial (yang bisa terulang)? Beberapa elemen dari Pentakosta jelas merupakan aspek dari peristiwa yang tidak terulang (oncefor- all event). Contohnya penantian para murid. Sama seperti munculnya bunyi angin dan lidah-lidah api. Ini bahkan tidak diulangi dalam Kisah Para Rasul. Sedangkan berbahasa roh diulangi dalam seisi rumah Kornelius (Kis. 10:46) dan di Efesus (Kis. 19:6). Banyak penafsir meyakini melalui penampakan Roh Kudus di Samaria (Kis. 8:7-18), bahasa roh juga terjadi di situ. Bahasa roh pada hari Pentakosta diulangi. Tetapi seperti kita tahu, tiga kejadian ini harus dilihat sebagai unik dan tiada bandingnya (idiosyncratic) dalam kitab Kisah Para Rasul. Fenomena ini tidak tercatat dalam kasus-kasus lainnya (mis. sida-sida dari Etiopia, Saulus dari Tarsus, Lydia, kepala penjara Filipi).
1.8.Munculnya Sebuah Metafora – Dibaptis dalam Roh[18]
Setiap orang yang percaya dibaptis dalam Tuhan Yesus, juga sekaligus telah dibaptis dalam Roh Kudus, karena Roh tidak dapat dipisahkan dari Tuhan Yesus. Roh adalah satu dengan Anak Allah. Ini adalah kesalahan fundamental dari Kharismatik bahwa mereka memisahkan Roh dari Anak Allah. Siapa yang bersatu dengan Tuhan Yesus, juga bersatu dnegan Roh Kudus. Dalam Rm 8:9, 10, dikatakan bahwa “Roh Allah di dalam kamu, sama dengan Kristus di dalam kamu”.
Orang yang dibaptis dengan Roh, belum tentu dipenuhi dengan Roh. Dalam Kis 2 dan 10 dikatakan bahwa Baptisan Roh disertai dnegan Pemenuhan Roh, namun pada saat orang-orang Samaria menerima Baptisan Roh pada saat dibaptis dalam nama Yesus, belum menerima Pemenuhan Roh. 
1.9.Peran Yohannes Pembaptis dalam Kitab Suci [19]
Yohanes Pembaptis mulai tampil di padang gurun Yudea dan ke seluruh daerah Yordan dan memberitakan: "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat. Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu”.
Dalam pengantar khotbah Yohanes Pembaptis ada dua fitur yang tidak lepas dari perhatian. Matius 3:3 / Lukas 3: 4 (Markus 1: 3; Yohanes 1:23) Satu-satunya kitab suci kutipan eksplisit dalam tradisi Baptis dari Yes 40: 3. Sebagai tradisi Sinoptik telah kita terima, penjelasan yang paling jelas adalah bahwa Markus adalah salah satu sumber, baik yang menyesatkan maupun yang menghilangkan penyisipan Kel. 23:20 dan Mal. 3: 1 dalam Markus 1: 2 dan Lukas memperluas kutipan Yesaya melalui Yes 40:5, mungkin karena referensi  "Keselamatan" dalam Yes 40: 5 Meskipun bukti Q bahan yang kuat di
sisa tradisi Baptis, tidak ada indikasi nyata sementara kemungkinan Q Vorlage tidak dapat dikecualikan (Mat ll: l0/ Luk 7:27) sulit untuk merekonstruksi apa koleksi ucapan akan mengarah ke Mat 3: 7-l0/ Luk 3: 7-9. Pada saat yang sama kita memiliki versi alternatif Joh 1:23, yang di singkat khas bentuk mungkin independen dari Sinoptik, meskipun memberikan pengesahan lebih lanjut dari tradisi Sinoptik.
v  Yesus dan Roh Kudus
1.10.                    Roh dan Kerajaan [20]
Di mana Roh ada, di situlah Kerajaan ada. Tanda kerajaan itu adalah terwujudnya kuasa Allah. Kuasa Allah ini, yang dicurahkan kepada Yesus, menampakkan diri dalam karya yang Yesus perbuat. Dalam Lukas dikatakan bahwa Kuasa Tuhan menyertai Dia, sehingga Ia dapat menyembuhkan orang sakit (5:17). Yesus menyembuhkan melalui kuasa Roh Kudus. Kuasa Roh Kudus itu terwujudkan dalam eksorsisme atau tindakan pengusiran setan yang dilakukan oleh Yesus sebagaimana dikatanya, “Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah”. 
1.11.                    Kenabian “Aku” – Ucapan dan Tradisi Yesus: Pentingnya Ujian Nubuat  Kenabian dalam Kristen Mula-mula[21]
Jemaat Kristen mula-mula memahami nubuat sebagai ramalan, yakni ramalan akan peristiwa masa depan dan penggenapannya sebagai terwujudnya apa yang diramalkan. Ada dua aspek pemahaman jemaat mula-mula. Pertama, Perjanjian Lama berisi nubuat-nubuat mesianik yang berkenan dengan masa akhir (eskhaton) serta telah menjadi masa kini jemaat. Kedua, Perjanjian Lama secara keseluruhan dianggap sebagai buku nubuat dan semua kata-katanya mengacu kepada Kristus. Jadi Perjanjian Baru mengkombinasikan tradisi eskatologis Yahudi dengan tradisi alegoris kebudayaan Yunani.
Pandangan tentang nubuat dan penggenapan seperti itu, menurut Bultmann, mustahil diterima pada masa kin. Pendekatan Perjanjian Baru dapat diikuti kalau nubuat-nubuat Perjanjian Lama dimengerti sebagai janji-janji keselamatan yang eskatologis, tetapi tidak dapat diikuti kalau pengertian teks Alkitab yang asli diabaikan. 
1.12.                    Iblis – Kepemilikan dan Pengusiran Setan dalam PB[22]
Sehubungan dengan eksorsisme yang dilakukan oleh Yesus, James Dunn mengatakan “bahwa Yesus menyembuhkan orang yang sakit jiwa dan yang dikuasai iblis, hal itu diperteguh oleh historisitas Injil yang kuat. Eksorsisme adalah mukjizat yang oleh D. F. Strauss, dalam tulisannya mengenai ciri mitis kisah-kisah mukjizat dalam Injil, dinilai memiliki kemungkinan historis yang tinggi. Dalam perkembangan kritik Injil selanjutnya, pernyataan Strauss tersebut belum pernah dipersoalkan kembali, melainkan banyak yang justru meneguhkan historisitas karya Yesus sebagai seorang eksorsis
1.13.                    Matius 12:28/ Lukas 11:20 – Firman Yesus ?[23]
Injil Matius dan Lukas menunjukkan bahwa Yesus membuat mukjizat karena Roh Allah ada padaNya. Ketika orang-orang Farisi menuduh Yesus mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, Yesus menyanggahnya dan menambahkan, “tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu” (Mat 12:28 bnd Luk 11:20). Di sini Yesus menyatakan bahwa kuasaNya berasal dari Roh. Untuk menjadi manusia, Santo Paulus berkata bahwa Yesus telah mengosongkan diriNya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba. Dalam keadaan tersebut, Yesus mengalami kelemahan manusiawi, Ia menjadi sama seperti kita kecuali dalam hal dosa. Dalam keadaan kelemahan manusiawi itulah Yesus harus menyandarkan diriNya pada kuasa Roh Allah. Dalam kelemahan manusiawi itulah, Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa.
Yesus memulai karya pewartaan Injil dalam kuasa Roh. Kuasa Roh dalam diriNya itu merupakan tanda bahwa kerajaan Allah sudah datang. Perhatikan bagaimana Yesus mengaitkan kedatangan Kerajaan itu dengan kuasa Roh: “Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu”. Sehubungan dengan hal itu, James Dunn meenulis, Kerajaan eskatologis itu hadir bagi Yesus karena Roh eskatologis juga hadir di dalam dan melalui diriNya.
v  Roh Kudus dalam Kisah Para Rasul
1.14.                    Dwrea Sebagai Pemberian dari Roh Kudus[24]
Dalam PB terlihat perubahan penekanan, bahwa beberapa di antara sembilan kata Yunani untuk pemberian, menunjuk kepada pemberian manusia kepada Allah, sebagai αναθημα – anathêma dalam Lukas 21:5, dan terutama δωρον – dôron (Matius 5:23 dsb; 23:18 dsb). Beberapa di antaranya menunjuk kepada pemberian dari seseorang kepada yang lain, misalnya δωρον – dôron (Wahyu 11:10), δομα –doma (Matius 7:11; Filipi 4: 17). Tapi ihwal yang khas ialah pemakaian beberapa kata untuk menunjukkan sepenuhnya, atau, terutama sekali pemberian yang telah diberikan Allah kepada manusia. δωρεα – dorea (cuma-cuma, hadiah) terdapat sebelas kali, selalu dalam pengertian pemberian ilahi. Kadang-kadang berarti keselamatan (Roma 5:15,17), atau tidak diterangkan artinya ('karunia-Nya yang tak terkatakan', 2 Korintus 9:15), atau adalah Roh Kudus (Kisah 2:38). Yakobus mengingatkan kita bahwa “setiap pemberian yang baik (δοσις – dosis) dan setiap anugerah yg sempurna (δωρημα – dorema) datangnya dari atas” (Yakobus 1:17).
1.15.                    Pentakosta[25]
Pada akhir abad ke-XIX telah terjadi perubahan tentang pengertian Baptisan Roh. Baptisan Roh yang awalnya dimengerti sebagai pengudusan hidup, maka dalam Gerakan Pentakosta, Baptisan Roh berubah menjadi sarana untuk menerima kekuatan bagi tugas kesaksian di dunia. Hal ini didasarkan pada Luk 24:49 dan Kis 1:5,8. Masih ada kecenderungan pada orang-orang Pentakosta untuk menghubungkan penerimaan Roh, dengan pengudusan hidup. Menurut mereka, Baptisan Roh hanya diperoleh orang Kristen yang mengejar pengudusan hidup, suatu taraf yang lebih tinggi daripada pembenaran. Ini membawa efek, bahwa orang yang menerima karunia bahasa Roh sebagai tanda Baptisan Roh, kemudian  sering dihinggapi oleh rasa superior terhadap orang-orang Kristen lain yang belum menerima Baptisan itu: merekalah yang berhasil dalam proses mencapai puncak pengudusan hidup. Berikut penolakan terhadap pandangan tersebut:
a.       Memang benar, bahwa untuk bisa menerima kuasa Roh Kudus yang besar diperlukan suatu sikap tertentu dari orang, suatu pengosongan diri, yang sedikit banyak merupakan pengudusan hidup. Tetapi di lain pihak, justru kuasa Roh Kuduslah yang menghasilkan pengudusan hidup. 
b.      Bahwa pembenaran adalah fase utama dari hidup orang percaya dan seusai fase tersebut, dilanjutkan dengan fase pengudusan hidup. Setiap orang Kristen bahkan orang saleh pun masih sering jatuh ke dalam dosa dan membutuhkan pengampunan dosa dan pembenaran sampai titik terakhir.
1.16.                    “Mereka Percaya Khotbah Filipus” (Kis 8:12)[26]
Keterangan mengenai kepercayaan kepada Filipus yang memberitakan Injil tentang Kerajaan Allah dan tentang nama Yesus Kristus kurang meyakinkan. Ernst Kasemann menandaskan bahwa penulis Kisah melegitimasi pandangannya tentang jemaat dalam hubungannya dengan pandangan bidat, berdasar kontinuitasnya dengan kerasulan awal dan kesuciannya di dunia ini. Kasemann berpendapat bahwa penulis Kisah adalah pelopor katolokisme awal.
1.17.                    Baptisan dalam Roh: Suatu Reaksi menuju Pengetahuan Pantekosta dalam Lukas dan Kisah Para Rasul[27]
Lukas dan Kisah Para Rasul berbicara mengenai dipenuhi oleh Roh Kudus sebagai syarat yang berlaku terus, tetapi juga menggambarkan situasi khusus ketika seseorang mengalami kepenuhan yang unik (berbeda). Sebagai syarat yang berlaku terus, kata 'pleroo' digunakan (band. Luk. 4:1; Kis. 6:3; Ef. 5:18); sedangkan sebagai pengalaman khusus digunakan kata 'pimplemi' (Luk. 1:41,67; Kis. 2:4,4:8, 31,9:17). Dalam pengertian yang pertama, dipenuhi Roh Kudus menunjuk kepada menghasilkan buah Roh dalam kehidupan, dimana Roh Kudus memerintah atas orang itu (Ef. 5:18). Sedangkan dalam pengertian yang kedua, ini menunjuk kepada pemberian kemampuan dan kuasa khusus untuk melayani kerajaan Allah. Ini yang terdapat dalam Kis. 1:8, dan juga dalam Kis. 2:4. Yang menarik adalah, ini terkait dengan kata-kata dari orang yang dipenuhi Roh Kudus. Mereka menerima kuasa untuk menjadi saksi-saksi Kristus.
Pemberian kuasa pada hari Pentakosta, dan kepenuhan Roh, sekalipun luar biasa, bukanlah fenomena yang tersendiri dalam Kisah Para Rasul. Pengulangannya tidak selalu sama. Jadi dari karya Roh Kudus, aspek ini nampak dapat terulang.
Aspek yang berhubungan dengan Pentakosta adalah 'kebangunan rohani'. Kebangunan rohani adalah orang-orang percaya dibangkitkan dan orang- orang non-Kristen dibawa kepada kerajaan Allah dalam jumlah besar- besaran. Masing-masing menyadari dosanya dan kebutuhannya akan Tuhan. Semua ini terjadi karena kehadiran dan kuasa Roh Kudus. Dalam beberapa hal, Pentakosta boleh disebut sebagai kebangunan rohani pada jaman Perjanjian Baru. Tentu saja ada kesadaran akan dosa, kekaguman yang ditimbulkan, dan model bagaimana seharusnya sebuah gereja itu. (Kis. 2:44-47). Inilah kebangunan rohani. Mengingat ilustrasi mengenai pipa air, kita dapat mengatakan bahwa kebangunan rohani adalah energi Roh Kudus yang tidak terhenti.
v  Roh Kudus dan Ekklesiologi
1.18.                    Bentuk Umat Kristen dalam PB[28]
Yesus memanggil laki-laki dan perempuan untuk menjadi pengikutNya. Yesus menyatakan kepada pengikutNya bahwa kerajaan akan datang (Mar 1:15). Menurut pengertian pemuridan yaitu suatu perayaan kerajaan, suatu prioritas dan kekuatan Allah telah tersedia untuk dimanifestasikan. Selain itu, pemuridan sebagai suatu persiapan untuk kerajaan yang belum tiba secara penuh (Mar 6:7-12, Luk 9:1-6). Pemuridan sebagai suatu persoalan individu-individu yang benar-benar mengikut Yesus (Mark 1:17, 2:14, 10:21, Luk 9:57-62). 
1.19.                    Tanggung Jawab Jemaat (1 Kor 14:26-40)[29]
Menurut Paulus, setiap orang harus berpartisipasi dalam kebaktian jemaat untuk membangun jemaat dan apa saja yang tidak membangun adalah tidak berguna dan tidak boleh terjadi. Hal itu tidak boleh dijadikan sebagai alasan untuk menciptakan keadaan yang tidak  teratur. Penggunaan bahasa lidah hanya untuk 2 atau 3 orang secara bergiliran dan harus ditafsirkan dan tidak boleh diucapkan dalam ibadah. Hal itu tidak boleh diucapkan dalam keadaan ekstase atau kesurupan, melainkan secara sadar. Nabi-nabi juga harus diatur sebab nubuat adalah hal yang snagat baik namun harus dibatasi. Setiap orang boleh untuk bernubuat walaupun tidak semua menjadi nabi. Paulus mengingatkan agar dalam pertemuan jemaat, wanita tunduk kepada kaum pria. Artinya, bahwa setiap istri harus tunduk kepada suaminya. 
Dalam ibadat Kisten, karunia-karunia Roh adalah baik dan berguna dalam ibadat dan ibadat itu harus dilangsungkan dengan hikmat. Jemaat yang banyak mengalami karunia Roh tidak harus menjadi jemaat yang dikuasai emosi atau kekacauan. Kerohanian tidak bertentangan dengan keteraturan, sebaliknya Allah mengkehendaki ibadat yang rohani (bnd. Yoh 4:24) dan teratur (1 Kor 14:33,40).
1.20.                    Pemerintah dan Pelayanan: Tantang Pembaharuan Karismatik menjadi Tradisi Eklesiologi[30]
Karisma diberikan kepada setiap orang agar digunakan demi kepentingan bersama. Paulus menasihati jemaat Korintus: “Kepada tiap-tiap orang dikaruniakan pernyataan Roh, untuk kepentingan bersama” (1 Kor 12:7). Karunia roh itu penting dan berusaha mendapatkan karunia roh itu bukan persoalan, tapi yang terutama adalah “hendaklah kamu berusaha mempergunakannya untuk membangun jemaat” (1 Kor 14:12). Dengan maksud yang sama, Paulus mengingatkan jemaat Roma agar memakai kharisma 9Rm 12:6-8) dengan prinsip “kita walaupun banyak adalah satu tubuh dan kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain” 9Rm 12:50. Dan kepada jemaat Efesus diingatkan tujuan pemberian itu, adalah memperlengkapi warga bagi pekerjaan pelayanan dan pembangunan tubuh Kritus menuju kepada kedewasaan penuh (Ef 4:10-12). 
Jadi, kriteria pertama penggunaan kharisma dalam tradisi ini adalah kebaikan bersama dalam komunitas. Pemilikan kharisma itu memang penting, tetapi penggunaannya demi kebaikan sesama jauh lebih penting. Individu penerima kharisma tidak menerimanya demi kemegahan diri, tetapi demi pembangunan komunitas dan kepentingan bersama. Bukan citra kharismatis individu yang hendak dibentuk, melainkan apa yang dapay dibuat dengan kharisma sehingga jemaat terbangun. Dengan kriteria kebaikan bersama, Paulus menilai kharisma tertentu lebih berguna daripada yang lain. Membandingkan bahasa roh, nubuat, pengajaran, ia berkata: “Aku lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain dari pada beribu-ribu kata dengan bahasa roh (1 Kor 14:19).
1.21.                    Kearifan Roh – Karunia yang Dilupakan[31]
Dalam periode sebelum kedatangan Yesus kedua kalinya, di mana kita belum mengenal Dia dengan sempurna, karunia Roh menolong kita untuk mengenal Dia di tengah-tengah kegelapan dunia. Tetapi kalau nanti Dia datang dan kita mengenal Dia di dalam kasih yang sempurna, nanti karunia-karunia itu tidak diperlukan lagi. Dengan dmeikian ayat-ayat yang diajukan oleh orang penentang Kharismatik untuk menunjukkan, bahwa karunia-karunia Roh pada zaman kita tidak berfungsi lagi, justru membuktikan kebalikannya. Lebih lanjut dalam 2 Ptr 1:19 dan 2 Kor 5:7 juga menyatakan, bahwa selama kita hidup di dunia samapai kedatanagan Tuhan Yesus kedua kalinya, kita tidak mempunyai penglihatan atau pengenalan yang sempurna. 
1.22.                    Roh Yesus[32]
Sesungguhnya, Yesus memiliki Roh yang memungkinkanNya untuk mengemukakan pernyataan-pernyataanNya bahwa Ia berkuasa. Yesus menegaskan bahwa Ia memiliki kuasa yang sama seperti yang dimiliki Yohanes Pembaptis yaitu suatu kuasa yang didasarkan bukan pada lembaga atau tradisi tetapi pada Roh (Mrk 11:29-30). Injil Markus memuat seruan orang banyak, “Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahat pun diperintahkanNya dan mereka taat kepadaNya” (1:27). Hal ini berarti bahwa dari mulut Gevurah (Roh) Yesus mengusir setan-setan. Secara keseluruhan, hubungan Yesus dengan Roh telah menjadi sumber dan daya tugas panggilan pelayananNya. Hubungan ini menjadi dasar untuk memahami segi-segi penting pelayanan Yesus sebagai seorang penyembuh, seorang bijak. Seorang pendiri gerakan yang membangkitkan kembali semangat hidup dan seorang nabi. 
1.23.                   Roh dan Tubuh Kristus[33]
Orang percaya adalah anggota dari Kristus, mereka semua menyatu pada tubuh yang satu dan sama yaitu tubuh Kristus. Dalam Kolose dan Efesus dikatakan bahwa Kristus adalah kepala dari jemaat. Begitu juga halnya dengan kepala membutuhkan tubuh supaya dapat ada secara konkret. Hal ini berkaitan erat dengan Roh Kudus. Roh Kudus dilihat dari sudut pandang tubuh Kristus. Karunia-karunia Roh dalam 1 Kor 11 merupakan karunia yang berasal dari Roh Kudus untuk membangun tubuh Kristus, yakni jemaat. Sehingga jikalau ada karunia Roh tetapi tidak dimanfaatkan untuk kepentingan bersama, itu berarti penyalahgunaan. 
Pemahaman mengenai Roh Kudus dari sudut pandang tubuh Kristus ini disebut spirit eklesiologi. Roh adalah sebagai pemenuhan tubuh Kristus. Hal ini adalah pleroma, yaitu kehadiran yang penuh dan sempurna dari Kristus. Ia adalah kepenuhan tubuh karena Kristus adalah Roh dan di mana Kristus ada, di sana juga bekerja Roh atau di mana Roh Kudus bekerja di situ Kristus hadir.


[1] James Dunn, The Christ and The Spirit, (Michigan, Eerdmans Publishing: 1998), hlm. 3
[2] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 3-4
[3] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 5-8
[4] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 8-9
[5] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 12-13
[6] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 14
[7] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 15-16
[8] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 20-21
[9] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 22-23
[10] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 23-25
[11] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 25-28
[12] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 28-31
[13] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 33-42
[14] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 43-49
[15] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 62-65
[16] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 81-90
[17] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 94-102
[18] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 103-105
[19] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 118-123
[20] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 133-140
[21] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 142-147
[22] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 170-172
[23] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 187-189
[24] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 207-209
[25] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 210-215
[26] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 216-217
[27] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 225-229
[28] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 245-246
[29] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 260
[30] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 291-293
[31] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 313-315
[32] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 330-335
[33] James Dunn, The Christ and The Spirit, hlm. 344-345

Comments

Popular posts from this blog

(LX. SAKRAMEN BAPTISAN DI HKBP)

SAKRAMEN BAPTISAN DI HKBP  I. Pendahuluan             Baptisan merupakan salah satu sakramen yang diperintahkan oleh Yesus sendiri dalam Amanat AgungNya. Oleh karena itu gereja melayankan baptisan sebagai salah satu sakramen bagi orang percaya.             Kata “baptis” berasal dari Bahasa Yunani, “baptizo” yang artinya: mencelupkan ke dalam air ataupun memasukkan ke dalam air. Pemandian ke dalam air baru menjadi “baptisan” apabila dilaksanakan dengan upacara seremonial yang khusus. [1] Baptisan yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus, yaitu baptisan yang berlaku di tengah-tengah gereja, bukan hanya menunjuk pada Kerajaan Allah yang masih akan datang, melainkan menjadi bukti dan mengukuhkan perwujudan atas kedatangan Kristus ke dunia. [2] HKBP sebagai salah satu gereja Tuhan di Indonesia mengakui dan melayankan Baptisan Kudus sebagai salah satu sakramen di samp...

(LXXVI. MENGENAL PDT. DR. SOUNTILON MANGASI SIAHAAN DAN PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TEOLOGISNYA)

MENGENAL PDT. DR. SOUNTILON   MANGASI SIAHAAN DAN PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TEOLOGISNYA [1] 1. Biografi             Pdt. Dr. Sountilon M. Siahaan lahir pada tanggal 7 April 1936 di desa Meat-Balige, sebuah desa di tepian Danau Toba. Setelah tamat dari SMA Negeri Balige 1956, beliau melanjutkan belajar ke Fakultas Teologi Universitas HKBP Nommensen dan selesai tahun 1961. Menikah pada 26 Agustus 1961. Sejak tahun 1961-1963 beliau bekerja sebagai Pendeta Praktek dan sekaligus sebagai Pendeta Pemuda/Mahasiswa HKBP Ressort Jawa Tengah yang berkedudukan di Yogyakarta. Ditahbiskan sebagai Pendeta HKBP pada 1 Juli 1962.             Beliau selanjutnya tugas belajar ke Universitas Hamburg pada tahun 1963 dan memperoleh gelar Magister Teologi pada tahun 1967 dan meraih gelar Doktor Teologi (Cum Laude) pada tahun 1973 dengan disertasi yang berjudul Die Konkretisierung ...

(XXXI. TAFSIRAN HISTORIS KRITIS MAZMUR 23:1-6)

Tinjauan Historis Kitab Mazmur 23:1-6 Oleh " Rahman Saputra Tamba " BAB I Pendahuluan             Nama kitab ini dalam LXX adalah Psalmoi [1] . Alkitab bahasa latin memakai nama yang sama. Kata Yunani (dari kata kerja psallo yang artinya “memetik atau mendentingkan”). Mula-mula digunakan untuk permainan alat musik petik atau untuk alat musik itu. Kemudian kata ini menunjukkan nyanyian ( psalmos ) atau kumpulan nyanyian ( psalterion) . [2] Dalam bahasa Ibrani ada kata mizmor yang artinya “sebuah nyanyian yang dinyanyikan dengan iringan musik”, namun judul Kitab Mazmur dalam bahasa Ibrani adalah [3] tehillim yang artinya “puji-pujian atau nyanyian pujian”.             Dalam Alkitab Ibrani, Kitab Mazmur terdapat pada awal bagian Kitab-kitab. Para nabi menempatkan sebelum Kitab Amsal dan tulisan hikmat lainnya, dengan alasan bahwa kumpulan tulisan Da...