Oleh " Rahman Saputra Tamba "
BAB I
Pendahuluan
Nama kitab ini dalam LXX adalah Psalmoi[1].
Alkitab bahasa latin memakai nama yang sama. Kata Yunani (dari kata kerja psallo yang artinya “memetik atau
mendentingkan”). Mula-mula digunakan untuk permainan alat musik petik atau
untuk alat musik itu. Kemudian kata ini menunjukkan nyanyian (psalmos) atau kumpulan nyanyian (psalterion).[2] Dalam
bahasa Ibrani ada kata mizmor yang
artinya “sebuah nyanyian yang dinyanyikan dengan iringan musik”, namun judul
Kitab Mazmur dalam bahasa Ibrani adalah [3]tehillim yang artinya “puji-pujian atau
nyanyian pujian”.
Dalam Alkitab Ibrani, Kitab Mazmur
terdapat pada awal bagian Kitab-kitab. Para nabi menempatkan sebelum Kitab
Amsal dan tulisan hikmat lainnya, dengan alasan bahwa kumpulan tulisan Daud
harus mendahului tulisan anaknya, Salomo. Berbeda dengan itu, Septuaginta
menempatkan Kitab Mazmur pada permulaan dari kitab-kitab puisi. Sedangkan susunan
dalam Alkitab bahasa latin dan bahasa-bahasa modern, termasuk bahasa Indonesia,
menempatkan Kitab Ayub sebelum Kitab Mazmur, dengan alasan mungkin didasarkan
pada dugaan bahwa Kitab Ayub ditulis sebelum Kitab Mazmur.[4]
Kitab Mazmur merupakan salah satu
kitab Perjanjian Lama yang paling disukai dan paling sering digunakan, namun
bersama-sama dengan itu, kitab ini merupakan salah satu yang paling menyusahkan
dalam kanon. Soal-soal yang berkisar pada siapa penulisnya, gubahan teologi,
penafsiran, penerapan, dan fungsi, semuanya memperbesar kerumitan kitab
tersebut.[5]
Orang Israel memakai mazmur ini
sebagai nyanyian-nyanyian kultis di Bait Allah.[6] Sesudah
masa pembuangan di Babylon, beberapa paduan suara muncul dalam kultus, dan
biasanya mereka menyanyikan mazmur-mazmur.[7]
II. Analisa Teks dan Terjemahan
Psalm 23:1 מִזְמוֹר לְדָוִד יְהוָה רֹעִי לֹא
אֶחְסָר
mizmôr lüdäwìd yhwh(´ädönäy) rö`î lö´
´eHsär
rAmðz>m : Jenis kata benda, maskulin, tunggal,
absolute “Sebuah
nyanyian, lagu”
dwI+d"l : Kata depan l “Ke, kepada, akan, untuk” + Kata benda, sebutan untuk “Daud”
hw"ïhy : Kata
sebutan, untuk nama “TUHAN”
y[iªro÷ : Kata Kerja dari kata dasar h['r , Partisip, maskulin, tunggal,
konstruk, “Mengembalakan”
al{å : Partisip negatif “Tidak,
bukan”
rs")x.a, : Kata kerja dari kata dasar rsex, imperfek, orang I tunggal
“Saya
kekurangan”
Psalm 23:2 בִּנְאוֹת דֶּשֶׁא יַרְבִּיצֵנִי
עַל־מֵי מְנֻחוֹת יְנַהֲלֵנִי
Bin´ôt Deše´ yarBîcëºnî `al-mê münùHôt yünahálëºnî
tAaån>Bi : awalan B “ di dalam, pada,
dengan, oleh” + Kata benda, feminin, jamak, konstruk dari kata dasar hw"n" “padang rumput (tempat kediaman
domba)
“Pada Padang rumput”
av,D : Kata benda, maskulin, tunggal, absolut “Rumput Hijau”
ynIcE+yBir>y : Kata kerja Hipil, imperfek, orang III
tunggal, maskulin, tunggal, suffiks, orang I Tunggal, dari kata dasar #br “Dia merebahkan diriku”
ymeÞ-l[ : Jenis kata depan l[; “Di atas, di
hadapan, terhadap, tentang, karena, sebab,+ Kata benda, maskulin, jamak, konstruk dari kata dasar ~yIm; “Berdasarkan, dengan alasan”
tAxånUm : Jenis kata benda, feminin, jamak,
absolut “Beristirahat, tempat beristirahat”
ynIlE)h]n:y : Kata kerja, dari kata dasar lhn, piel, imperfek, orang III
tunggal, maskulin, suffiks orang I tunggal “Memimpin ketempat”
Psalm 23:3 נַפְשִׁי יְשׁוֹבֵב יַנְחֵנִי
בְמַעְגְּלֵי־צֶדֶק לְמַעַן שְׁמוֹ
napšî yüšôbëb ya|nHëºnî büma`Gülê-ceºdeq lümaº`an šümô
yviîp.n: : Kata benda, feminim, tunggal, konstruk, sufiks, orang I Tunggal, dari
kata dasar vp,n< “Jiwa ku”
bbe_Avy> : Kata kerja, Piel, imperfek, orang III tunggal,
maskulin, dari kata dasar bwv “Dia kembali”
ynIxEïn>y : Kata kerja, Hipil, imperfek, orang III, Tunggal, maskulin, sufiks orang I
tunggal, dari kata dasar hxn “Dia memimpinku”
,©÷-yleG>[.m;b. : awalan B “ di dalam, pada, dengan, oleh”
+ Kata benda, maskulin, jamak, konstruk “Jalan”
qd<c : Kata maskulin, tunggal, absolute “Kebajikan dan kebenaran”
![;m;äl. : Kata depan l “Ke, kepada,
akan, untuk” “Kepada tujuan, maksud”
Am*v. : Kata benda maskulin, tunggal, konstruk,
sufiks, orang ke III, tunggal, dari kata dasar ~ve “Nama Nya”
Psalm 23:4גַּם כִּי־אֵלֵךְ בְּגֵיא צַלְמָוֶת
לֹא־אִירָא רָע כִּי־אַתָּה עִמָּדִי שִׁבְטְךָ וּמִשְׁעַנְתֶּךָ הֵמָּה
יְנַחֲמֻנִי
Gam Kî|-´ëlëk Bügê´ calmäºwet lö´-´îrä´ rä` Kî-´aTTâ `immädî
šib†ükä ûmiš`anTeºkä hëºmmâ yüna|Hámùºnî
~G : Jenis kata keterangan “Pun, juga”
%le’ae-yKi( : Kata keterangan + Kata dasar $lh , kata kerja, imperfek, orang I tunggal “Bahwa, Karena”
aygEáB : awalan B “ di dalam, pada, dengan, oleh” + kata benda, tunggal,
konstruk dari kata
dasar ay>G: “Dalam Lembah”
tw<m'‡l.c : Kata benda, maskulin , tunggal,
absolut “Bayang-bayang kematian”
ar"Ûyai«-al : Partisip negatif “Buka, tidak” + Kata kerja, imperfek, tunggal, dari kata dasar arey" “Tidak takut”
[r"ª : Kata sifat, maskulin, tunggal, absolut “Kejahatan, jahat”
hT'îa;-yK : Kata keterangan + Kata ganti
umum, orang ke 2, Tunggal, maskulin
“Karena engkau”
ydI_M'[ : Kata depan, sufiks, orang I
tunggal “Dengan”
^ïj.b.vi : Kata benda maskulin, tunggal,
konstruk, sufiks, orang II tunggal, dari kata dasar jb,ve “Tongkat Mu”
^T,ªn>[;v.miW : Awalan w + kata benda, Feminin, tunggal, konstruk,
sufiks, orang II, maskulin, tunggal dari kata dasar tn<[,v.mi “dan bantuan MU”
hM'h : Kata ganti umum, orang 3,
maskulin, jamak “Mereka”
ynImU)x]n:)y> : kata kerja, piel, imperfek, orang ke-3
, maskulin, jamak, sufiks orang I tunggal, dari kata dasar ~x;n" “Dia menyesali ku”
Psalm 23:5 תַּעֲרֹךְ לְפָנַי שֻׁלְחָן נֶגֶד
צֹרְרָי דִּשַּׁנְתָּ בַשֶּׁמֶן רֹאשִׁי כּוֹסִי רְוָיָה
%roì[]T : Kata kerja Imperfek, orang ke-2, tunggal, maskulin, dari kata dasar %r;[' “Engkau menyusun”
yn:“p'l : Kata depan l “Ke, kepada,
akan, untuk” + kata benda, maskulin, jamak, konstruk, sufiks I tunggal, dari kata dasar ~ynIP' “Muka, wajah ku”
!x'ªl.vu : kata benda maskulin, tunggal, absolute, dari kata dasar !x'l.vu “meja”
dg<n<ï : kata depan “di depan”
yr"_r>co : Kata kerja Partisif, maskulin, tunggal, konstruk, sufiks, orang I Tunggal dari kata dasar rr;c' “Saya memenuhi”
T'n>V:ßDI :
Kata kerja Piel, perfek, orang ke-2, tunggal, maskulin “Engkau gemuk, bertumbuh”
!m,V,îb; :
Awalan B “ di dalam, pada, dengan, oleh” + artikel
+ kata benda maskulin, tunggal, absolut dari kata dasar !m,v, “gemuk, minyak”
yviªar :
Kata benda, maskulin, tunggal, konstruk, sufiks I Tunggal “kepala ku”
ysiîAK :
Kata benda, feminin, tunggal, konstruk, sufiks, orang I tunggal “Cangkir/ mangkuk ku”
hy")w"r :
Kata benda, feminin, tunggal, absolut “Batas
Kepenuhan”
Psalm 23:6 אַךְ טוֹב וָחֶסֶד יִרְדְּפוּנִי
כָּל־יְמֵי חַיָּי וְשַׁבְתִּי בְּבֵית־יְהוָה לְאֹרֶךְ יָמִים
%a:Ü : Kata keterangan “Dengan Sungguh-sungguh”
bAj : Kata benda, maskulin, tunggal,
absolut “Baik”
ds,x,äw" : Awalan w “dan, jadi, lalu” + Kata benda, maskulin, tunggal,
absolut “Dan kebaikan,
kebajikan”
ynIWpD>r>yIâ : Kata kerja imperfek, orang ke-3, jamak,
maskulin, sufiks orang I tunggal, dari kata dasar @d;r' “Mereka dibelakangku”
ymeäy>-lK' : Kata benda maskulin, tunggal, dari kata dasar lKo + kata benda maskulin, jamak, dari kata dasar ~Ay “setiap hari”
yY"+x; :
Kata benda, maskulin, jamak, konstruk, sufiks, orang I, tunggal “Hidup ku”
yTiîb.v;w : Awalan w “dan, jadi, lalu” + Kata kerja perfek, orang I tunggal, “Lalu saya tinggal”
tybeB : Awalan B “di dalam, pada, dengan, oleh” + kata benda, maskulin, tunggal, konstruk dari kata dasar tyIB; “Di dalam Rumah”
hw"©hy : Kata sebut, nama ”TUHAN”
%r<aoål : Kata depan l “Ke, kepada, akan, untuk” + kata benda, maskulin, tunggal, konstruk “Panjang”
~ymi(y : kata benda, maskulin, jamak, absolute dari kata dasar ~Ay “Hari / waktu”
III. Kritik Teks
Ayat 2a
Yang ingin dikritik dalam ayat ini ialah kata יַרְבִּיצֵנִי yang merupakan
kata kerja berbentuk Hipil Imperfek orang ketiga yang berakhiran orang pertama
tunggal yang berarti : “ Dia merebahkan
aku”. Kata ini mendapat pandangan lain dari kritik aparatus yang terdapat
di dalam teks Masora. Dimana kata ini dianjurkan diletakkan setelah tanda : dan
bukan diletakkan sebelum tanda :
Dalam hal ini, penulis kurang setuju
dengan apa yang dituliskan oleh pakar perjanjian lama di dalam kritik aparatus.
Karena apabila kata tersebut diletakkan setelah tanda : maka akan merubah
sistematika kalimat serta merubah makna kata yang terdapat di dalamnya.
Ayat 4a
Yang ingin di
kritik dalam ayat ini ialah kata יְנַחֲמֻנִי yang merupakan kata kerja, bentuk Piel, imperfek, orang ke-3 ,
maskulin, jamak, dan berakhiran orang I tunggal yang berarti : “dia menyesali aku”.
Dalam hal ini, peneliti modern pada saat itu mengusulkan pergantian kata dalam
ayat ke 4a karena kata yang diusulkan yakni kata nhny lebih memiliki arti yang tepat dalam
susunan kalimat pada ayat 4. Arti kata yang diusulkan yakni “menghibur aku”.
Dalam
hal ini, penulis setuju dengan pandagan yang dimiliki oleh peneliti modern. Hal
ini dilatarbelakangi arti makna yang sesuai dengan susunan kalimat. Menurut
penulis arti kata “menyesali aku”, kurang sesuai dan lebih baik digantikan
dengan arti kata “menghibur aku”.
Ayat 5a
Yang ingin di
kritik dalam ayat ini ialah kata שֻׁלְחָן d yang merupakan kata benda bentuk maskulin, tunggal, absolut, dari
kata dasar !x'l.vu yang berarti : “meja”. Kata ini mendapat
perhatian besar dari peneliti modern dimana terdapat pandagan baru yakni
tentang perubahan bentuk kata dari semula. Dimana peneliti modern mengusulkan
kata שֻׁלְחָן dirubah menjadi bentuk kata hlf Hal ini dilatarbelakangi penggunaan huruf (nun) yang berganda
yang digunakan untuk satu kata.
Dalam
hal ini penulis kurang setuju dengan apa yang diusulkan oleh para peneliti
modern. Karena apabila perubahan tersebut dilakukan, maka akan terdapat
penekanan yang ganda di dalam kata tersebut. Sehingga secara tidak langsung
arti kata mendapat perubahan walau tidak signifikan.
Ayat 5b
Yang ingin di
kritik dalam ayat ini ialah kata ysiîAK yang merupakan kata benda, bentuk feminin, tunggal, bersifat konstruk, serta berakhiran, orang I tunggal yang berarti “Cangkir / mangkuk ku”. Kata ini mendapat perhatian besar
dari para peneliti karena di duga dalam LXX, kata ini memiliki arti yang sama
dengan kata Yunani yakni : kai
to poterion sou yang berarti “dan cangkir ku”.
Dalam hal ini, penulis setuju dengan
apa yang dituliskan di dalam kritik aparatus mengenai ayat 5b. Hal ini
dilatarbelakangi arti yang di usulkan oleh LXX memiliki kesamaan dengan kata
yang diterjemahkan oleh teks Masora.
Ayat 6a
Yang ingin di kritik dalam ayat ini
ialah kata %a:Ü bAj yang merupakan
penggabungan 2 kata yang berbeda yakni kata keterangan dan kata benda. Dimana keduanya memiliki arti yang sama yakni “dengan sungguh-sungguh baik”. Dalam
hal ini, para ahli berpendapat bahwa penggabungan kedua kata yang ada memiliki
hubungan arti dan makna yang sama pada ayat 5.
Dalam hal ini, penulis sulit untuk
menentukan pandangan utama yang diberikan oleh kritik aparatus. Karena maksud
dan tujuannya tidak begitu jelas dipaparkan di dalam teks aparatus. Kritik
aparatus dalam hal ini ingin mengatakan kalau ayat ini dapat dihubungkan dengan
ayat sebelumnya. Hal ini yang melatarbelakangi penulis sulit menentukan maksud
dari pada kritik aparatus.
Ayat 6b
Yang ingin di kritik dalam ayat ini
ialah kata ds,x,äw" yang merupakan kata benda bentuk maskulin tunggal, dan bersifat absolute yang berarti “Dan kebaikan, kebajikan”. Kata ini mendapat perhatian besar dari peneliti terjemahan
Septuaginta karena mereka mengusulkan ayat ini untuk ditambah dengan akhiran
orang ke-2 tunggal sehingga menjadi DRshw...,,. Sesuai dengan terjemahan Septuaginta dan
Siria.
Dalam hal ini, penulis kurang setuju
dengan apa yang di usulkan oleh peneliti terjemahan Septuaginta dan Siria
dimana terjemahan yang diusulkan memiliki perbedaan arti dan makna dalam kata
tersebut. Sehingga nantinya penulis takut apabila penulis menyetujui apa yang
di sarankan oleh peneliti akan berdampak terhadap perbedaan makna kata yang ada
didalamnya.
Ayat 6c
Yang ingin di kritik dalam ayat ini
ialah kata yTiîb.v;w yang merupakan kata kerja perfek orang I tunggal, yang berarti : “Lalu saya telah tinggal”. Pada kata ini, penulis
ingin mengusulkan adanya perubahan teks perjanjian lama berdasarkan terjemahan
Yunani yang diteliti oleh Symmachus. Kata yang diusulkan adalah kata kai to katoikein me yang mana memiliki arti yang sama dengan kata yFW>.
Dalam hal ini, penulis kurang setuju
dengan apa yang diusulkan oleh kritik aparatus. Karena terjemahan yang
diusulkan oleh Symmachus dalam kritik aparatus jauh lebih muda dibandingkan
dengan terjemahan yang ada didalam teks masora.
IV. Terjemahan
Ayat 1 : “Sebuah nyanyian untuk Daud, TUHAN mengembalakan, saya tidak kekurangan “
Ayat 2 : “ Didalam padang
rumput hijau dia merebahkan diriku, dia memimpinku ke tempat
beristirahat dihadapanku “
Ayat 3 : ” Dia
mengembalikan jiwaku, dia memimpinku ke jalan kebenaran kepada
namanya “
Ayat 4 : “ Karena juga di
dalam lembah bayang-bayang kematian, aku tidak takut kejahatan
karena
engkau dengan tongkat-Mu dan bantuan-Mu. Dia akan menyesali aku “
Ayat 5 : “ Engkau menyusun meja di depan wajahku, engkau memenuhi
minyak di kepala
ku
cangkirku penuh “
Ayat 6 : “ Dengan sungguh baik, dan kebajikan mereka dibelakangku
setiap hari hidupku.
lalu aku tinggal di dalam rumah TUHAN
sepanjang waktu “
V. Perbandingan terjemahan
(Mazmur
23:1-6)
(Ayat 1a)
LAI : Tuhan adalah Gembala
BHS : y[iªro÷ “mengembalakan/ Gembala”
BIBEL :
Siparmahan “ Gembala”
NIV :
Shepherd “Gembala/ Pelindung”
Catatan : Dari
keempat perbandingan kata yang diterjemahkan alkitab diatas, kata (Gembala)
memiliki persamaan kata, serta makna yang sama di dalamnya.
(Ayat 3b)
LAI
: Ia menuntun aku di jalan yang
benar
BHS : ynIxEïn>y:) “ memimpin”
BIBEL : ditogu “ dituntun”
NIV : guide
“menuntun”
Catatan : Dari
keempat perbandingan kata yang diterjemahkan alkitab diatas, kata (menuntun) memiliki perbedaan arti kata
dimana terjemahan yang dimuat didalam BHS lebih memilih untuk menggunakan kata Memimpin dari pada kata Menuntun. Dalam hal ini penulis lebih
setuju berdasarkan terjemahan yang dilakukan oleh BIBEL dan NIV. Dikarenakan
arti kata lebih tepat karena pada gambaran historis di dalam mazmur 23:1-6 kata
menuntun lebih sesuai karena kondisi yang ada pada masa itu cenderung sulit.
(Ayat 3c)
LAI : Oleh karena nama-Nya
BHS : Am*v. ![;m;äl. “kepada nama-ku”
BIBEL : ala ni goarna i
NIV : for his name's sake.
Catatan : Dari Keempat
perbandingan kata yang diterjemahkan alkitab diatas, kata (karena nama-Nya) memiliki
persamaan kata, serta makna yang sama di dalamnya.
(Ayat 5a)
LAI : Menyediakan hidangan bagiku
BHS : dg<n<ï !x'ªl.vu yn:“p'l. %roì[]T; “menyediakan
hidangan”
BIBEL : Ho do manutup meja di jolong ku
NIV : Thou preparest a table before me
Catatan : Dari
keempat perbandingan kata yang diterjemahkan diatas, terdapat perbedaan kata
yakni pada terjemahan BIBLE dimana didalam terjemahan kata yang disediakan
ialah kata menutup. Dalam hal ini penulis kurang setuju dengan apa yang di
terjemahkan oleh BIBLE karena kata ini tidak sesuai dengan konteks zaman yang
dilalui bangsa Israel pada saat itu. Hal ini dilatarbelakangi akan penyediaan
pelayanan terhadap bangsa Israel.
(Ayat 5c)
LAI : Pialaku penuh melimpah
BHS : ysiîAK “cangkir/mangkuk”
BIBEL : panginuman “cangkir”
NIV :
a cup “ cangkir/ mangkuk”
Catatan : Dari
Keempat perbandingan kata yang diterjemahkan alkitab diatas, terdapat perbedaan
kata yang menonjol pada terjemahan LAI. Terjemahan LAI menggunakan kata “piala”
sebagai wadah sedangkan terjemahan lainnya menggunakan kata cangkir sebagai
wadah. Dalam hal ini penulis lebih setuju dengan terjemahan yang dilakukan oleh
LAI karena kata Piala sesuai dengan konteks pada masa tersebut. Karena hanya
para rajalah yang menggunakan piala sebagai wadah untuk meminum anggur.
Ayat 6a)
LAI :
Kebajikan dan kemurahan
BHS :
ds,x,äw" bAj “Baik dan kebajikan”
BIBLE :
Denggan basa dohot asi ni roha
“ramah, baik, karunia dan berbelaskasihan”
NIV :
goodness and mercy “Kebaikan,
kebajikan dan kemurahan hati, belaskasihan”
Catatan : Dari Keempat
perbandingan kata yang diterjemahkan alkitab diatas, kata (kebajikan dan
kemurahan) memiliki persamaan kata, serta makna yang sama di dalamnya.
(Ayat 6c)
LAI : Diam di Rumah Tuhan sepanjang masa
BHS : hw"©hy>÷-tybeB “ di dalam Rumah
Tuhan”
BIBEL :
bagasni Jahowa “ di dalam Tuhan”
NIV :
in house of the Lord “di dalam Rumah
Tuhan”
Catatan : Dari Keempat
perbandingan kata yang diterjemahkan alkitab diatas, kata (didalam rumah Tuhan)
memiliki persamaan kata, serta makna yang sama di dalamnya.
VI. Analisa

Dalam hal ini jenis sastra dalam kitab
Mazmur adalah sastra Puisi.[8] Corak
ragam Puisi dalam Perjanjian Lama pada kitab Mazmur yaitu, Doa, dimana mengenai
doa banyak ditemukan di dalam Mazmur. Ada doa pribadi ada juga doa persekutuan
umat dalam ibadah, yang berisikan keluhan dari perasaan hati untuk
menyelamatkan manusia itu dari krisis, dan krisis yang di maksud adalah
penyakit, kemalangan, dan lain-lain. Menurut para ahli segala sesuatu yang di
doakan dalam Bait Suci di Yerusalem sebagai bagian dari proses ritus yang
sangat Luas. Selain doa, ada juga Nyanyian. Melalui nyanyian individu maupun banyak orang dapat mengucapkan rasa syukur dan kegembiraan
kepada Allah karena penyelamatan dan kesengsaraan sebelumnya yang pernah mereka
alami. Nyanyian ini di dalam Mazmur dikatakan sebagai nyanyian pengajaran,
nyanyian ratapan, dan juga nyanyian ziarah, dan ada juga disebut dengan
nyanyian cinta. Corak lain yakni Liturgi. Liturgi yang dimaksud adalah suatu
teks yang dipakai dalam suatu upacara dalam ibadah yang memiliki dua atau lebih
pembicara. Dalam Mazmur liturgi dipakai dalam upacara yang dilakukandi pintu
gerbang Bait Suci. Yang lainnya yaitu Hikmat Mazmur, ternyata sebagian kitab
Mazmur tidak termasuk dalam ibadah umum hidup Israel melainkan pada lapisan
pendidikan pribadi dari pengajaran hikmat.

Bentuk puisi (Mazmur dan amsal
kebijaksanaan) mengalami perubahan lebih sedikit dari bentuk cerita (prosa dan
hikayat nabi) karena fungsi pemakaiannya lebih menetap dan selalu dipakai
berulang-ulang dalam pergaulan sehari-hari dengan demikian bentulk cerita
memberi kesan kepada prenafsir mengenai perubahan nats yang sudah berubah dalam
bentuk lisan sehingga hal ini membangun suatu gagasan, satu ringkasan nats,
atau membangun suatu nats yang keseluruhan berdiri sendiri.[9]

Pembuangan bangsa Israel ke Babel
sebenarnya bukan hanya sebagai pengalaman yang pahit bagi orang-orang Yehuda.
Sebab orang-orang Yehuda yang berada di pembuangan itu diperbolehkan untuk
meneruskan kebiasaan hidup masyarakatnya dan membangun rumah untuk ditempati.
Orang Yehuda yang berada dalam pembuangan itu tetap mempertahankan kekhususan
mereka dan tidak mau kehilangan jati diri mereka sebagai suatu bangsa.[10] Bangsa Israel kembali pada tahun 587-539, dimana pada masa pemerintahan
Nebukadnezar tidak lagi mampu menguasai dan memperluas daerah kekuasaannya,
banyak masalah eksternal yang dihadapi, diantarannya yaitu munculnya kerajaan
orang-orang midian yang disebut sebagai Asyria yang pada akhirnya menguasai
daerah Mesopotamia, Siria, Palestina.[11] Mereka kembali setelah Cyrus menaklukkan Babil. Mereka kembali ke
Palestina lalu membangun Bait Allah. Peristiwa ini dituturkan oleh nabi Hagai
dan nabi Zakaria 1-8. Mereka menaruh perhatian pada pembangunan Bait Allah pada
saat itu.[12]
Kembalinya orang Israel
dari pembuangan Babil pada pertegahan abad ke ke 5 SM. Kira-kira 150 tahun
setelah peristiwa yang pertama. Bukti dari kepulangan bangsa ini dapat
dilihat mengenai peristiwa ini terdapat
dalam Ezra 7-10 dan seluruh kitab Nehemiah.[13]
VII. Latar Belakang Historis

Kitab Mazmur tidak dapat diketahui kapan
kitab itu dikarang. Raja Daud ketika ia masih muda, ia menggembalakan kambing
domba Ayahnya (1 Sam 16:11), mengarang kitab Mazmur sebagai Mazmur Raja yang
melukiskan hubungan khas antara Tuhan dengan orang yang di urapinya sehingga
dikemudian hari Mazmur ini menjadi suatu doa yang dinaikkan oleh setiap orang
yangt percaya.
Untuk mengerti peranan seorang gembala,
setapak tanaman hijau terdapat seribu petak batu dan pasir tandus, ini terdapat
di sekitar Palestina. Sehingga para gembala harus mengembara diantara gurun dan
daerah pertanian. Mereka berpindah dari daerah padang yang berumput pada musim
semi. Sesudah hujan turun kemudian padang yang tandus terbakar hangus pada musim
panas. Seorang gembala harus mengenal mata air, sumur,wadi dan sungai,
memperhitungkan dimana masih terdapat rumput menurut musimnya, memelihara induk
domba yang bunting atau menyusui anak-anak yang belum dapat berjalan jauh,
menolong binatang dari luka atas batu tajam dan berduri, dan tidak meninggalkan
kawanan di perjalanan kalau takut guntur.[14]

Tugas gembala begitu bertanggung jawab,
sehingga ia disamakan oleh masyarakat kuno dengan pemerintahan seorang Raja,
bahkan dengan tugas pemeliharaan manusia oleh Allah. Perlu diketahui bahwa
semakin luas daerah perdagangan maka makin luas pertegangan antara -petani dan orang yang mengembara.[15]

Kitab Mazmur
digambarkan dalam suasana peribadatan. Dimana semua kitab Mazmur yang ada
digunakan sebagai doa dan pujian yang di ilhamkan Roh Kudus, yang ditulis
secara umum untuk mengungkapkan perasaan dalam hati sanubari manusia dalam
hubungan dengan Allah. Hal ini dikaitkan dengan kemungkinan penulisannya,
dimana mazmur ini kemungkinan ditulis di masa akhir pembuangan. Dimana
didalamnya banyak terdapat kekecewaan, kesesakan mendalam, ketakutan, dan
kekuatiran yang dialami oleh bangsa Israel. Melalui doa dan nyanyian, bangsa
Israel mengharapkan akan kepercayaan, dan keintiman akan persekutuan erat
dengan Allah.[16]
VIII. Tafsiran ayat per ayat
Mazmur ini mendapat daya tariknya terutama karena pemaduan
yang sangat rapi dari citra-citra yang saling bertentangan, yang meliputi
segi-segi utama kehidupan manusia, seperti keadaan di luar rumah (ay 1,2) dan
di dalam rumah (ay 6b) ; perdamaian (ay 2) dan bahaya (ay 4b) ; kemungkinan
kejahatan (ay 4b) dan harapan kebaikan (ay 5) ; saat-saat penguatan jiwa (ay
3a) dan detik-detik kekelaman yang mencelakakan (ay 4a) ; pengalaman mengikuti
(ay 1,2) dan kehidupan yang serasi dan terjamin (ay 6).
v
Ayat 1-4 (Ziarah)
Daud sepenuhnya
bergantung pada Tuhan seperti domba pada
gembala. Ada dua segi, yaitu ketenangan
seperti berbaring di rumput hijau dan di tepi telaga tenang, adalah suatu
bayangan kesegaran jasmani ; dan keamanan, seperti
perjalanan yang dilindungi di sepanjang jalan yang benar, suatu bayangan
keamanan pribadi dan kedamaian mental, sebab mustahil ada kekuatiran hati yang
polos, dan suatu ikatan kasih sayang yang tak terjelaskan dengan sang gembala.
Dua masalah besar
kehidupan ini tersimpul dalam ayat-ayat ini, yang satu ttak dikenal dan yang
lain begitu mendesak. 1-3a yang
pertama adalah masalah kesenangan,
karena orang yang percaya, sering akan bertanya, “bagaimana Allah yang kudus
itu bisa berurusan dalam penuh kasih dengan orang yang berdosa seperti saya ini
? 4 yang kedua adalah masalah penderitaan, pertanyaan yang diutarakan
oleh serangan kemalangan hidup ini. 3b
Memberikan penyelesaiannya sejauh Alkitab mengizinkan kita mengetahuinya. Hidup
ini diatur oleh Gembala sepanjang jalan
yang benar, jalan yang benar menurut pandangan Tuhan, dan semua yang Ia
lakukan adalah sesuai dengan nama-Nya,
yakni sepenuhnya serasi dengan hakekat-Nya yang dinyatakan.
v
Ayat 5,6 (Keramah-tamahan)
Ayat-ayat ini menekankan penalaran Daud yang sangat seksama
terhadap kemurahan Tuhan sebagai tuan rumah yang sempurna. Keuda aspek itu
adalah kepenuhan penyediaan kebutuhannya dan kesukaannya lengkap dalam arti
sepenuhnya, tidak terganggu oleh sikap permusuhan manusia mana pun; dan
keadaaan akhir keagungan hubungan dengan Tuhan yang tidak terbatas, adalah
suatu hal yang sepenuhnya pribadi. Perhadapkanlah pemakaian Engkau dengan penggunaan kata Ia di bagian awal tadi.[17]
Perbandingan tafsiran
lainnya
(Ayat 1a)
Tuhan
adalah Gembala
·
Kata Kunci : “Gembala”
·
Kata “Gembala” dalam bahasa Ibrani : h['r' (Raah)
·
Ayat Paralel dari kata : h['r' (Raah)
a)
Yehezkiel 34:12

Kitab ini berceritakan tentang
nubuatan-nubuatan supaya bangsa israel yang terbuang ke negeri babael segera
bertobat dan kembali kepada Allah, ini berlangsung sekitar tahun 586-585 sM.

“Gembala” digambarkan sebagai Tuhan yang betul-betul bertanggung jawab, Ia
melihat dan memahami penderitaan-penderitan yang dialami oleh umatnya sehingga
Ia sendiri yang langsung turun tangan untuk memberi pertolongan kepada umatnya
tersebut.
b)
Yeremia 31 : 10

Ini pada zaman Barukh yang menuliskan
kembali gulungan-gulungan yang sempat dimusnahkan. Dan dapat diketahui bahwa
gulungan-gulungan yang ditemui ini berasal dari jaman yang berbeda-beda.

“Gembala” digambarkan sebagai gambaran sifat Allah yang memelihara umat
Israel. Kalimat ini disampaikan oleh Nabi Yeremia untuk menyampaikan dan
menjelaskan kepada bangsa Israel bahwa Tuhan adalah yang Maha Kuasa Dia yang
menyerakkan Israel dan akan mengumpulkan kembali dan menjagannya, dengan kata
lain Nabi Yeremia menggambarkan bahwa Tuhan adalah Gembala dan domba- Nya adalah Israel. Ayat ini menyatakan bahwa
“Perjanjian Baru akan digenapi”.[18]
c)
Amos 3 : 12

Nabi
Amos berasal dari Tekoa, dia dipanggil oleh Allah untuk menjadi seorang nabi di
bagian Utara pada masa pemerintahan raja Yerobeam II tahun 786-746 sM.[19]
Pada masa ini Kerajaan Utara sedang menikmati masa-masa kejayaannya, terutama
di bidang Ekonomi, Politik dan Militer, dimana Israel mencapai kemajuan yang
pesat tetapi mereka melupakan keadilan sosial.[20]

“Gembala” digambarkan sebagai seorang
yang melepaskan bangsa yang tertindas dan memberikan mereka kelepasan dari
penderitaan mereka.
(Ayat 3a)
Menuntun
aku dijalan yang benar
·
Kata Kunci : “Menuntun”
·
Kata “menuntun” dalam bahasa Ibrani : hx'n" (Nachah)
·
Ayat Paralel dari kata : hx'n" (Nachah)
a)
Yehezkiel 42 : 1

“Menuntun” memiliki arti
mengarahkan sesuatu dari satu tempat ke tempat lain. Menuntun juga berarti
memimpin dan mengantarkan ke suatu tujuan. Demikian juga Allah mengasihi dan
memperlakukan umatnya dengan baik. Allah sangat mengasihi umatnya walaupun manusia
itu berdosa tetapi Allah malahan selalu membimbing manusia ke jalan
keselamatan. Dia menuntun manusia seperti gembala yang sangat mengasihi
dombanya.
b)
Yehezkiel 47 : 2

“Menuntun” memiliki arti tidak cukup hanya mengarahkan sesuatu terhadap
suatu tujuan tetapi setelah sampai kepada tujuan tersebut maka akan lebih jelas
terasa dampak dari tuntunan tersebut. Tuntunan tersebut akan membuat yang dituntun melihat sesuatu
yang lebih besar lagi. Sama
seperti para pelayan Tuhan yang dipanggil untuk mengabdi di bait suci. Setelah
mereka dituntun ke bait suci maka mereka selanjutnya menjadi pelayan yang
setia.
(Ayat 3c)
Oleh karena nama-Nya
·
Kata Kunci : “nama-Nya”
·
Kata “nama-Nya” dalam bahasa Ibrani : lG"[.m; (ma±g¹l)
·
Ayat Paralel dari kata : lG"[.m; (ma±g¹l)
a)
Hosea 12 : 6


“Nama-Nya” memiliki banyak makna. Nama
menunjukkan simbol bagi seseorang untuk mengenal dan mengingatnya, nama Allah
juga menunjukkan keMahakuasaan Allah yang tidak terbatas. Namun dalam
perjanjian lama Allah disebut dengan YHWH (atau diterjemahkan dengan TUHAN).
Hal itu menunjukkan eksistensi Allah. Namun secara teologis Allah tidak sama
seperti manusia yang memiliki tubuh sehingga bisa dilihat. Allah bisa berhubungan dengan manusia
adalah kasih dari Allah itu sendiri.
b)
Yeremia 49 : 13


Nama Allah memiliki wibawa dan kuasa, namanya agung dan perkasa. Sehingga
dalam Alkitab banyak kejadian yang selalu mengatasnamakan nama Tuhan atau yang
selalu berkata demi Tuhan atau demi namaNya. Ini berarti nama Tuhan itu tidak
sembarangan.
c)
Yesaya 35 : 8


Sebutan atau “nama-Nya” dalam
Alkitab khususnya Perjanjian Lama disebutkan ke dalam banyak nama. Dalam Yesaya
35:8 Allah disebut sebagai “jalan menuju
keselamatan” itulah namaNya.
(Ayat 5)
Menyediakan
hidangan bagiku
·
Kata Kunci : “Hidangan”
·
Kata “Hidangan” dalam bahasa Ibrani : %r;[' (±¹rak)
·
Ayat Paralel dari kata : %r;[' (±¹rak)
a)
Yesaya 55 : 22


Tuhan akan memberikan makanan yang baik
dimana manusia akan menikmati makanan yang lezat yang diberikan oleh Tuhan
ketika manusia mendengarkan perkatan Tuhan. Dipertegas dengan perkataan
dengarkanlah Aku, upah dari mendengarkan adalah menerima makanan yang baik.
b)
Yeremia 51 : 39


Ketika manusia lebih mengingini keinginan
daging yang dipertegas dengan jika mereka merasa panas. Oleh sebab itu Tuhan
akan menyediakan perjamuan bagi mereka yang pada akhirnya membuat mereka akan
mabuk dan mati.
(Ayat 5c)
Cangkirku penuh
·
Kata Kunci : “Piala”
·
Kata “Piala” dalam bahasa Ibrani : sAK (kôs)
·
Ayat Paralel dari kata : sAK (kôs)
a)
Mazmur 75: 9

Tuhan
telah menyediakan piala yang berisikan kenikmatan yang tiada habisnya yang
diibaratkan seperti anggur yang berbuah, penuh campuran bumbu dimana itu semua
itu akan dinikmati oleh semua orang fasik di bumi.
(Ayat 6a)
Kebajikan
dan Kemurahan
·
Kata Kunci : “Kebajikan dan Kemurahan”
·
Kata “Kebajikan dan Kemurahan” dalam bahasa Ibrani : bAJ (‰ôb)
·
Ayat Paralel dari kata : bAJ (‰ôb)
a)
Keluaran 33 : 19

Kasih setia Tuhan tiada batas,
Tuhan menaruh kasih kepada orang yang mengasihi orang yang dikasihi Tuhan.
b)
Keluaran 34 : 6

Tuhan
adalah Allah penyayang dan penyabar, panjang setia dan memiliki kasih setia
melimpah.
c)
1 Raja-raja 8 : 59

Ketika
kita meminta sesuatu kepada Tuhan dan ketika seseorang dekat denganNya maka ia
akan memberikan keadilan kepada orang-orang Israel.
(Ayat 6c)
Diam
dirumah Tuhan sepanjang masa
·
Kata Kunci : “Rumah Tuhan”
·
Kata “Rumah Tuhan” dalam bahasa Ibrani : tyIB; (bayît)
·
Ayat Paralel dari kata : tyIB; (bayît)
a)
Keluaran 23 : 19

Persembahan
yang akan diberikan kepada Tuhan adalah persembahan yang hidup dan yang terbaik
dari apapun yang dihasilkan manusia.
b)
Ezra 1 : 3

Bait Allah memiliki
peran yang sangat penting dalam Israel. Mereka juga sangat menghargai Bait suci
meskipun terkadang kepercayaan mereka berlebihan namun dalam Ezra 1:3
menyatakan bahwa mereka bersedia untuk tinggal dan mengabdi di Bait Suci.
c)
Mazmur 27 : 4

Diam di rumah Tuhan merupakan suatu kebanggaan dan lambang
kemauan dan kesetiaan dalam melayani Tuhan. Dalam perjanjian Lama para nabi,
pemazmur, Raja Daud dan Salomo mereka sering mengucapkan akan berdiam di dalam
rumah Tuhan. Ini menandakan komitmen mereka dalam iman mereka terhadap Allah.[21]
IX. Skopus
Mazmur 23 adalah mazmur penghiburan.
Tuhan bertindak sebagai gembala yang memimpin umatNya. Pada awalnya para
pemimpin umat Allah menyesatkan bangsaNya, mereka ditegor sebagai gembala yang
jahat yang pada akhirnya akan diganti. Pengganti dari gembala yang jahat itu
adalah Tuhan sendiri yang akan mengangkat satu gembala dari keturunan Daud yang
akan mempersatukan kembali UmatNya.
KEPUSTAKAAN
Arthur
Butrich G, The Interpreters Bible New York: Abingdon Press
1976
Baker
L. David, Mari mengenal Perjanjian Lama Jakarta:
BPK Gunung Mulia
2013
Blommendaal, J, Pengantar kepada Perjanjian Lama Jakarta: BPK Gunung Mulia
2013
Bright John, A
History of Israel: Third Edition Philadelphia: Westminster Press
1908
Clines David J.A., The Origin of the history or Israel London: Sheffield Academic 2002 Press
David, Hinson, Sejarah
Israel Pada Zaman Alkitab
Jakarta BPK Gunung Mulia
1990
E. Hill Andrew,dkk, Survei Perjanjian Lama Malang: Penerbit Gandum Mas
2008
Guthrie Donald,dkk, Tafsiran
Alkitab Masa Kini 2 Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina 1994 Kasih
Horizon R.K, An Introduction of Psalm’s London: London Press,
1967
H.H, Guthrie, Israel’s
Sacred Songs New York: Biblical
Press,
1966
H.J, Kraus, Worship in Israel New York: Richmond Press,
1966
Lasor W.S, Pengantar
Perjanjian Lama 2: Sastra dan Nubuat
Jakarta: BPK 1999 Gunung Mulia
L.C, Allen, Psalms 101-150: Word Biblical
Commentary 21 Texas: Waco Press,
1983
Stewart
W, dkk, Psalm:
Introduction dalam The Interpreter’s Bible Vol. IV 1955 Nashville:
Abigdon Press
Weiser Artur, The Psalms London: SCM Press,
1959
Wismohadi, Di sini Kutemukan Jakarta BPK Gunung Mulia
1986
[1] Allen, L.C, Psalms
101-150: Word Biblical Commentary 21, (Texas: Waco, 1983), 489
[2] Kraus, H.J, Worship
in Israel, (New York: bentuk jamak yang biasa ialah tehillot, yang mungkin berarti bahwa
istilah itu suatu teknis untuk kumpulan tersebut Richmond Press, 1966), 556-561
[3] Tehillim adalah bentuk jamak maskulin (Judul itu
setidak-tidaknya sudah digunakan pada zaman Filo (40 M) yang memakai terjemahan
harafiah Yunani humnoi.
[4] W.S. Lasor, Pengantar
Perjanjian Lama 2: Sastra dan Nubuat, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1999), 41
[5] Andrew E
Hill & John H. Walton, Survei Perjanjian Lama, (Malang:
Penerbit Gandum Mas, 2008), 445
[6] Guthrie,
H.H, Israel’s
Sacred Songs, (New York: Biblical Press, 1966), 79
[7] J.
Blommendaal, Pengantar kepada Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2013), 147
[8] David L.
Baker, Mari mengenal Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2013), 56
[9]
Artur Weiser,
The
Psalms, (London: SCM Press, 1959), 91
[10] Hinson,
David., Sejarah Israel Pada Zaman
Alkitab, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 1990, halm.194
[12] W. Stewart
Mc. Cullough, Psalm: Introduction dalam The Interpreter’s Bible Vol. IV
(Nashville: Abigdon Press, 1955), 8
[13]
Wismohadi, Di
sini Kutemukan, (Jakarta BPK Gunung Mulia, 1986), 256
[14] Ibid, A
History of Israel: Third Edition, 347
[15] David J.A.
Clines, The Origin of the history or Israel, (London: Sheffield
Academic Press, 2002), 151
[16] R.K Horizon,
An
Introduction of Psalm’s,
(London: London Press, 1967), 976
[17] Donald
Guthrie, dkk, Tafsiran Alkitab Masa Kini 2,
(Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1994), 150-151
[21] George
Arthur Butrich, The Interpreters Bible (New York: Abingdon Press, 1976),
123-130
Comments
Post a Comment