AGAMA DAN IDEOLOGI
Oleh : Rahman Saputra Tamba
I. Pendahuluan
Istilah agama sebagai IDEOLOGI sering dipakai
oleh para ahli sosiologi dalam setiap penelitiannya. Dimana disetiap kajiannya,
memakai kehidupan masyarakat baik secara perorangan (individu) atau kelompok.
Aspek-aspek kehidupan masyarakat juga sering disorot berdasarkan
pengalaman-pengalaman, berdasarkan interpensi-interpensi Agama terhadap tatanan
sosial, terhadap lembaga-lembaga sosial serta, didalam sistem ekonomi-politik.
Dalam hal ini, agama dan ideologi sangatlah diperlukan karena keduanya
merupakan acuan dasar baik didalam tatanan kehidupan sehari-hari, maupun
didalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, didalam pembahasan kali ini,
akan dipaparkan secara jelas dan mendasar mengenai agama dan ideologi didalam
masyarakat.
II. Isi
Kajian terhadap agama, sangatlah menarik dan
tidak ada habis-habisnya untuk dikaji lebih dalam. Dimana agama mampu dilihat
dari beberapa sudut bidang kehidupan. Misalnya, dalam bidang kebudayaan,
politik, konflik, pengalaman, terlebih didalam bidang Ideologi. Ideologi sendiri
berkembang berdasarkan pengalaman-pengalaman yang dialami oleh masyarakat itu
sendiri. Dimana didalam agama banyak terjadi interpretasi yang mempengaruhi
keadaan internal agama itu sendiri. Landasan interpretasi tersebut tentu
terletak pada kepercayaan yang bersifat non empiris terhadap adanya satu zat
supernatural yang maha tinggi yang sangat terlibat dalam seluruh perjalanan
sejarah umat manusia, termasuk sejarah bangsa Yahudi. Sama seperti sistem kasta
yang ada dalam agama hindu di India pada zaman dahulu kala. Dimana lingkungan
kehidupan individualnya, baik pekerjaan, telah ditentukan pada waktu ia
dilahirkan dan tak seorang pun dari dalam
lingkungannya yang dapat berupaya untuk mengubahnya. Disamping itu, dalam
penetapan tingkat kasta tertinggi kepada orang-orang Brahmana, masyarakat hindu
sejalan dengan sistem sosialnya dimana memberikan prioritaas kepada kelompok
yang pekerjaannya secara turun-temurun berkaitan erat sekali dengan nilai
kultural yang dominan dalam masyarakat tersebut. Nilai Kultural yang terdapat
didalam ajaran ini sangatlah rumit, dimana hak untuk melaksanakan bagian-bagian
ibadat yang paling penting diberikan kepada anggota-anggota kasta brahmana. Dengan kata lain dapat
disimpulkan bahwa kasta-kasta lainya mengukur jarak sosial dan keagamaan mereka
dari kasta Brahmana itu.
Didalam bidang politik dan
ekonomi, juga terdapat interpretasi dimana melalui Interpretasi yang terjadi
akhirnya menimbulkan perasaan ketidakadilan dan ketidaksamaan baik secara individu
maupun kelompok. Disisi lain, ajaran Kristen memiliki pandangan tersendiri
mengenai interpretasi yang terjadi dikalangan individu maupun kelompok. Kristen
beranggapan bahwa lembaga-lembaga politik yang ada sebagai alat bagi orang
Kristen untuk mengejar tujuan-tujuan duniawinya yang dikuduskan dan cita-cita
surgawinya, menginterpretasikan kekuasaan duniawi dianggap sebagai pemberian
Tuhan.
Banyak juga terjadi
permasalahan-permasalahan yang ada pada masa itu yakni sebagai contoh, beberapa
kelompok banyak yang bersiafat radikal “mereka mengutuk akar dan cabang
lembaga-lembaga ekonomi, politik, dan keagamaan yang ada pada saat itu. Kelompok-kelompok
itu ialah kelompok Calvinis, dimana pernyataan ini juga didukung oleh Max Weber
dengan pernyataanya yang memberikan julukan “petapa-petala yang memusatkan
perhatiannya kepada dunia” bagi kelompok Calvinis tersebut.
Oleh karena itu, pada akhirnya
Interpretasi-interpretasi yang ada akan ditinggalkan masyarakat dan akan
membentuk masyarakat-masyarakat modern secara spiritual maupun keagamaan.
III. Kesimpulan
Pada akhirnya, Agama yang ada pada saat ini
baik dalam kaitanya terhadap Politik, Ekonomi, Sosial serta Individu,
tetap akan selalu berkaitan disetiap
bidang yang ada. Dan pada akhirnya pula agama akan selalu berhubungan terhadap
pengaruh baik secara positif maupun negatif.
Comments
Post a Comment