KITAB MIKHA
Oleh : Rahman Saputra Tamba
Oleh : Rahman Saputra Tamba
I.
Latar belakang
Nama
Mikha menurut tata bahasa Ibrani (Hebrew), Mikhaya
atau Mikhayahu (Hak 17:1,4) yang
artinya : Siapakah (yang) sama seperti Tuhan (Yahwe). Berdasarkan (1 Raj. 22:8)
nabi Mikha masih disebut sebagai seorang nabi yaitu : Mikha bin Yimla yang bernubuat pada zaman raja Ahab. Didalam
alkitab bahasa Ibrani, kitab Mikha terdaftar sebagai kitab keenam dari nabi-nabi
kecil, setelah kitab Yunus dan sebelum kitab Nahum. Namun berbeda dengan
Septuaginta yang menempatkan kitab Mikha setelah kitab Hosea dan Amos, dan
sebelum kitab Yoel dengan alasan untuk mengatur kelompok kitab nabi-nabi kecil
menurut besaranya.
Mikha
lahir dan berasal dari Moresyet atau Maresya (sekarang Marissa), disebuah desa
dekat Gat. Desa ini terletak kira-kira 25 Mil (35km) disebelah selatan kota
Yerusalem, yaitu dibukit Yehuda. Moresyet merupakan sebuah tempat yang
strategis karna merupakan arus lalu lintas dari Yerusalem ke selatan (Mesir),
sehingga mempermudah dalam mengetahui keadaan didalam kota Yerusalem.sama
seperti Mikha, ada juga nabi lain yang juga berasal dari Moresyet-Gat yaitu: Eliezer bin Dodawa yang ketika itu
bernubuat pada zaman raja Yosafat ( Taw 20:37 ) yang berasal dari pedalaman
pedesaan dan hanya orang biasa didalam keturunanya.
Dengan fakta ini banyak muncul anggapan bahwa Mikha sebenarnya berasal dari
keturunan Eliezer.[1]Mikha
termasuk kedalam nabi-nabi pada abad ke 8 sM bersama Amos, Hosea, Yesaya dan
yang lainya. Latar belakang sejarah, social, budaya, ekonomi, dan keagamaan
pada masa itu sangat memperlihatkan gejala yang sama di setiap pemerintah yang
berlangsung. Dalam keadaan politik, terlihat adanya dominasi kerajaan-kerajaan
besar seperti Asyur, Mesir, yang secara bergantian menjajah bangsa Israel sehingga
menjadi kerajaan boneka. Hal ini terus berlangsung sampai pada akhirnya
kerajaan Israel Utara dibuang ke Asyur (722 sM), dan pada abad ke-8 sM sebagian
wilayah Isrel Selatan sudah dikuasai oleh Asyur, sebelum mereka dibuang ke
Babel pada tahun-tahun 597, 587, 582 sM.[2]Nabi
Mikha pada masanya terkenal sebagai nabi yang pemberani dimana ia mampu
menangani permasalahan antara lain; penyerbuan besar-besaran yang dilakukan
oleh bangsa Asyur terhadap Yehuda selama kehidupanya hingga mencapai puncaknya
pada tahun 701 SM dimana Yerusalem terkepung secara keseluruhan.[3]
Tindakan
lain yang dilakukan nabi Mikha ialah: Ia sering menentang kejahatan dan
penyelewengan yang terjadi di kota Yerusalem (Mikha 1:1,5-9;3:1-4,12) dan ia
juga berusaha dalam memperlihatkan bagaimana hukuman itu akan datang dan
terjadi atas kota kelahiranya sendiri yaitu Yudea Selatan (Mikha 1:10-16).[4]Dan
nabi Mikha juga banyak memprotes karna kurangnya rasa keadilan social dan
memprotes kepercayaan terhadap kultus palsu. Akan tetapi nabi Mikhalah yang
pertama kali memberitakan bahwa Yerusalem dan Bait Allah akan dihancurkan
(Mikha 3:12).[5]
II. Latar Belakang Sejarah
Situasi keagamaan, social politik, dan ekonomi di Yerusalem
serta Samaria pada masa nabi Mikha masih sama dengan situasi zaman sebelumnya.
Banyak terjadi peristiwa serta konflik internal
maupun external yang terjadi pada saat itu, seperti pelanggaran hukum yang
dilakukan oleh golongan kuat,: orang kaya,
pemerintahan, para nabi, dan para imam (Mikha 3:1-12). keserakahan yang dilakukan
orang kaya pada masa itu berdampak kecaman pedas terhadap nabi Mikha (2:1dst),
dan kejahatan dibidang kehidupan keagamaan semakin merajalela.[6]
Situasi politik di Timur-Tengah pada
zaman Mikha merupakan awal konflik terhadap Yerusalem dan Samaria. Dimana
timbulnya kekuasaan Asyur pada waktu pemerintahan raja Tiglath Pileser (745 sM). Dan
pada tahun 732 sM Aram (Syria) jatuh ketangan Asyur, itulah sebabnya sekarang Israel-Utara (Samaria) dan Israel Selatan (Yehuda)
berada dibawah pengaruh kekuasaan Asyur. Pada tahun 722 sM (raja Ahas
memerintah di Yehuda) kota Samaria (Israel-Utara) jatuh ketangan Asyur dibawah
raja Sargon. Peristiwa ini mengakibatkan posisi Yehuda makin hari makin sulit,
dan makin memperluas daerah kekuasaan Asyur, serta banyak pemberontakan lainya
(Askelon 705 sM) yang terjadi dan semakin
memperburuk suasana yang mengakibatkan tentara Asyur menghukum Yehuda dengan
mengepung kota Yerusalem pada tahun 701 sM dibawah raja Sanherib. Hal ini terus
berlangsung sampai pada akhirnya kerajaan Israel Utara dibuang ke Asyur (722
sM), dan pada abad ke-8 sM sebagian wilayah Isrel Selatan sudah dikuasai oleh
Asyur, sebelum mereka dibuang ke Babel pada tahun-tahun 597, 587, 582 sM.Dengan
situasi inilah Tuhan mengutus nabi Mikha untuk menyelesaikan segala permasalahan melalui
nubuatan-nubuatanyang dilakukan oleh nabi Mikhaditengah-tengah kekacauan
dimulai kira-kira dari tahun
725 sM hingga tahun 701 sM yaitu pada masa pemerintahan raja Ahas dan Hizkia.[7]
III. Penulisan Kitab
a. Waktu
Banyak pendapat maupun penjelasan
para ahli yang telah lama meneliti tentang
kitab Mikha. Namun belum ada pendapat / pemikiran baik secara tertulis
maupun lisan yang menentukan tentang
keaslian kapan penulisan kitab Mikha sebenarnya. W.S. lasor dkk, dalam bukunya Pengantar
Perjanjian Lama 2 menerangkan bahwa “ nabi Mikha hidup pada masa
pemerintahan Yotam, Ahas, dan Hizkia (735-700 sM) pendapat ini diperkuat pula
dalam (Mikha.1:1). Kronologi hidup nabi Mikha yang dimulai tahun (735-700 sM),
telah menjelaskan proses demi proses sebelum kehancuran Samaria (721 sM) (Mikha
2:9), hingga pada serbuan Sanherib dan kekalahan tentaranya ketika mengepung
Yerusalem pada tahun (701 sM). Pemikiran maupun pandangan W.S. lasor dkkmasih belum mampu menerangkan waktu penulisan kitab
Mikha. Namun ada beberapa bukti yang mendukung tradisi, bahwa kitab Mikha sama
seperti Yesaya, bernubuat tidak lama sebelum dan setelah jatuhnya kerajaan
Utara. Dapat disimpulkan bahwa pandangan W.S.
lasor dkk,tenteng penulisan kitab Mikha, yaitu pada sebelum dan sesudah
jatuhnya kerajaan Utara sebagai waktu penulisan kitab Mikha.[8]
Hampir serupa dengan pemikiran W.S. lasor dkk, yang menyatakan bahwa
penulisan kitab Mikha mengacu pada sebelum dan sesudah jatuhnya kerajaan Utara.
Namun terdapat perbedaan pendapat mengenai waktu pemerintahan . Andrew E. Hill, John H. Walton, dalam
bukunya Survei Perjanjian Lama menerangkan
bahwa ”nabi Mikha sudah bernubuat pada masa pemerintahan raja-raja Yotam, Ahas,
dan Hizkia. Ketika raja ini memerintah selama paruh bagian pertengahan akhir
dari abad ke- 8 sM. Maka dapat disimpulkan bahwa kitab Mikha telah ditulis pada
masa pemerintahan tersebut.[9]
b.
Kesatuan
Banyak persoalan dan perbedaan pendapat dalam
menentukan keaslian dan kesatuan kitab Mikha. Drs.P.K.Pilon melalui
bukunya Tafsiran mikha menjelaskan
bahwa didalam kitab Mikha, kumpulan perkataan nabi Mikha tidak semuanya
merupakan tulisan oleh nabi Mikha sendiri melainkan terjadi penambahan dan perubahan
yang disisipkan oleh redactor. Ada pula pendapat Ahli P.L yang berpendapat
bahwa semua nubuat yang menyampaikan keselamatan dan harapan, bukanlah berasal
dari nabi Mikha melainkan berdasarkan dari zaman pembuangan atau zaman
sesudahnya.
Drs.P.K.Pilon memaparkan
dengan jelas mengenai pembagian fasal
kitab Mikha, berdasarkan penulisnya ;
-
Fasal 1-3 : Berdasarkan pandangan Ahli P.L, “Fasal ini
berasal dari tulisan nabi Mikha, namun terdapat perbedaan pendapat yang timbul
dalam (Mikha 2:12,13) ada yang berpendapat bahwa pada saat itu Israel
digambarkan dalam keadaan tercerai berai yang menyerupai zaman pembuangan. Ada
pula pendapat lain yang mengutarakan bahwa (Mikha 2:12,13) dapat juga
digambarkan dengan keadaan Israel pada waktu Mikha bernubuat, dimana terjadi
kekacauan karna situasi politik”.
-
Fasal 4 dan 5 :
Berdasarkan pandangan ahli P.L, “ Fasal
4 dan 5 berasal dari tulisan nabi Mikha, kecuali beberapa kata dalam Fasal 4:10
yang menyinggung kedatangan bangsa Babel. Fasal 4 dan 5 menggambarkan bagaimana keadaan zaman
Mikha.
-
Fasal
6:1-7:6 : Berdasarkan pandangan ahli P.L
: Fasal ini juga berasal sari tulisan nabi Mikha sendiri.
-
Fasal
7:7-20 : Berdasarkan pandangan ahli
P.L : Bahwa Fasal perikop ini bukan
merupakan tulisan asli dari nabi Mikha sendiri melainkan, mengandaikan zaman
pembuangan. Misalnya (Mikha. 7:11) yang menjelaskan bahwa pagar tembok kota
Jerusalem berada dalam keadaan rusak, sehingga menunjukan zaman pembuangan atau
zaman sebelum Nehemia. Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa kitab
Mikha, tidak hanya ditulis oleh nabi Mikha sendiri, melainkan mendapat
pendambahan, pengurangan, dan perobahan makna yang dilakukan oleh para
redactor.[10]
Lain halnya
dengan W.S. lasor dkk yangberpendapat
bahwa kitab Mikha, secara keseluruhan ditulis oleh Mikha sendiri pada masa
pemerintahan maupun sesudahnya. Namun tidak dipungkiri kalau kitab Mikha masih
terdapat perubahan berdasarkan penyuntinngan melalui para redactor pada masa
itu. W.S. lasor dkk dalam bukunya Pengantar Perjanjian lama 2 menerangkan
pembagian fasal dalam kitab Mikha sebagai berikut ;
-
Fasal 1-3 : Fasal ini merupakan ucapan/tulisan asli
dari nabi Mikha.
-
Fasal 4-7 : Didalam fasal 4-7 banyak terjadi perdebatan
yang mempertanya waktu penulisan ucapan/tulisan dari nabi Mikha. Ada yang
berpendapat bahwa acuan fasal 4-7 mengikuti pada masa Babel yang menandakan
pemberitaan dalam (Mikha 4:6-8,9-13) yang ditulis sesudah masa Mikha itu
sendiri.[11]
IV. Struktur kitab
Ø Menurut W.S.
Lasor dkk, didalam bukunya yang
berjudul, “Pengantar Perjanjian Lama 2”,Ia
menulis dan membagi kitab Mikha menjadi dua bagian, tetapi ada pula yang
membagi kitab Mikha menjadi tiga bagian, berdasarkan pandangan Allen (1976)
sebagai berikut ;
Dua Bagian
1. Bagian pertama
- Pemberitaan tentang hukuman (Mi
1-3)
- Pemberitaan tentang harapan (Mi
4-5)
2. Bagian kedua
- Pemberitaan tentang hukuman ( Mi
6:1-7:7)
- Pemberitaan tentang harapan (Mi
7:8-20)
Bedasarkan
pandangan Allen (1976) sebagai berikut ;
Tiga Bagian
1. Bagian pertama
- Hukuman yang panjang (Mi
1:2-2:11)
- Hukuman yang pendek (Mi 2:12-13)
2. Bagian kedua
-
Hukuman yang panjang ( Mi 3)
-
Hukuman yang pendek (Mi 4:1-5)
-
Harapan bagi orang-orang yang susah (Mi 4:6-8)
- Kesusahan yang panjang; harapan
yang pendek (Mi 4:9-10)
- Kesusahan yang pendek; harapan
yang panjang (Mi 4:11-13)
- Kesusahan yang pendek; harapan
yang lebih panjang (Mi 4:14-5:5
- Harapan bagi sisa Israel yang
susah (Mi 5:6-8)
- Hukuman yang panjang (Mi 5:9-13)
- Hukuman yang pendek (Mi 5:14)
3.
Bagian ketiga
- Hukum yang panjang (Mi 6:1-7:7)
- Hukum yang pendek (Mi 7:8-20)[12]
Ø Menurut Dr. J.
Blommendaal, didalam bukunya yang
berjudul, “ Pengantar Kepada Perjanjian
Lama, Ia memaparkan didalam kitab Mikha hanya terdapat empat bagian, yaitu;
1. Fasal 1-3 : Nubuat-nubuat mengenai murka yang akan datang oleh
Allah
2. Fasal 4-5:8 : Nubuat-nubuat mengenai keselamatan
3. Fasal 5:9-7:6 : Mengenai dosa bangsa itu
4. Fasal 7:7-20 : Nubuat keselamatan dan suatu mazmur[13]
Ø Menurut Pdt.Dr.
Barnabas Ludji, didalam bukunya
yang berjudul “Pemahaman Dasar Perjanjian
lama 2”, Ia menjelaskan isi kitab Mikha terdiri dari dua bagian yang
masing-masing bagianya diikuti oleh berita eskatologi sebagai berikut;
1. Fasal 1-3 : Berisi kecaman dan berita
penghukuman yang ditujukan kepada
Samaria dan kerajaan selatan (Yerusalem). Bagian ini diikuti oleh
Pengharapan Mesianis Fasal (4 dan 5).
2. Fasal 6:1-7:7 : berita mengenai penghakiman Allah atas
umat; Kemudian diikuti oleh berita
keselamatan (7:8-20).[14]
Ø MenurutAndrew E.
Hill, John H. Walton, didalam bukunya
yang berjudul, “ Survei Perjanjian Lama”,Ia
memaparkan pembagian isi kitab Mikha masing-masing kedalam empat bagian besar,
yaitu;
I. Prolog (1:1)
II. Umat
-
Tuduhan dan
hukuman melawan umat itu (1:2-2:11)
-
Pengharapan bagi
umat itu (2:12-13)
III. Para Pemimpin
-
Tuduhan dan
hukuman terhadap para pemimpin (3)
-
Pengharapan
untuk kepemimpinan Tuhan dan pemulihan (4:1-8)
-
Krisis yang
sedang terjadi dan kelepasan (4:9-5:8)
-
Pembersihan yang
akan datang (5:9-14)
IV. Bangsa Itu
- Tuduhan dan hukuman terhadap bangsa itu (6:7-7:7)
- Pengharapan untuk bangsa (7:8-20).[15]
Ø Menurut James
Luther Mays, didalam bukunya yang
berjudul, “ Intrepretatiom Hosea-Micah”,Ia
memaparkan bahwa isi dari kitab Mikha, sebagai berikut :
1. Mikha 1:1 :
Nabi Mikha
2. Mikha 1:2-16 :
Ketika Tuhan datang
-
Sesuatu untuk semua orang (1:2-7)
-
Maranatha (1:3)
3. Mikha 2:1-11 :
Semakin anda memiliki, semakin besar keinginan untuk lebih
- Anda tidak mengiginkan (2:1-5)
- Macam-macam kotbah (2:6-11)
4. Mikha 3:1-12 : Keheningan Allah
- Tidak ada Jawaban (3:1-4)
- Sebuah semanngat untuk keadilan
(3:5-8)
- Kota yang diam (3:9-12)
5. Mikha 4:1-5 : Membuat kedamaian
- Visi dan perubahan (4:1-5)
6. Mikha 5:1-6 : Mesias
- Kesulitan dan pembebasan (4:9-10, 11-13; 5:1-6)
7. Mikha 6:6-8 : Apa yang Tuhan inginkan dari saya ?
- Awal masuknya Liturgi (6:1-5)
- Siapa da nada apa (6:6-8)
8. Mikha 7:8-20 : Siapa Allah seperti Engkau?
- Tata ibadah (7:8-20)
- Siapa yang seperti Allah (7:18-20)[16]
Ø Menurut Pdt. Dr.
S.M. Siahaan,didalam bukunya yang
berjudul, “Garis-garis besar Perjanjian
lama”, Ia memaparkan bagian isi dari Kitab Mikha sebagai berikut;
1. Mikha 1-3 : Nubuatan-nubuatan kemarahan Allah
hingga ke pintu gerbang Yerusalem.
2. Mikha 4-5:8 :
Nubuatan-nubuatan tentang keselamatan
3. Mikha 5:9-7:6 :
Nubuatan-nubuatan tentang dosa bansa itu
4. Mikha 7:7-20 :
Nubuat keselamatan yang dirangkaikan dengan satu Mazmur.[17]
Ø Menurut Drs.
P.K.Pilon, didalam bukunya yang
berjudul, “Tafsiran Mikha”, Ia
memaparkan beberapa bagian isi dari kitab Mikha sebagai berikut;
1.
Mika 1:1 : Firman Tuhan yang
terjadi kepada Mikha
2.
Mikha 1:2-7 : Tuhan datang untuk
menghukum Samaria dan Yerusalem
3.
Mikha 1:8-16 : Nabi meratapi nasib
Yehuda dan Yerusalem
4.
Mikha 2:1-5 : Celakalah orang yang
menindas
5.
Mikha 2:6-11 : Protes dan Jawaban
6.
Mikha 2:12-13 : Janji tentang
keselamatan
7.
Mikha 3:1-12 : Menentang pemimpin dan
nabi palsu di Israel
8.
Mikha 4:1-5 : Sion sebagai pusat
kerajaan damai
9.
Mikha 4:6-13 : Penyelamatan puteri
Sion dari Kesengsaraan
10.
Mikha 4:14-5:14 : Raja Mesias dan
penyelamatan Israel
11. Mikha 6:1-16 : Pengaduan, tuntutan dan hukuman Tuhan terhadap umat-Nya
12. Mikha 7:1-6 : Kemerosotan total di Israel
13. Mikha 7:7-13 : Pengharapan baru bagi Sion
14. Mikha 7:14-20 : Doa minta tindakan dan belas kasihan Allah[18]
V. Pemberitaan / Nubuatannabi Mikha
A. Pemberitaan pertama tentang
hukuman (Mikha 1:2-2:11)
Pemberitaan ini diawali hukuman
pertama dengan adanya penghakiman dimana semua orang dan tanpa memandang
siapapun dia, akan dipanggil untuk menghadapinya (Mi 1:2-4), serta penghukuman
atas Samaria yang disebutkan secara rinci dan jelas dalam (Mi 1:5-9) kemudian,
hukuman terhadap Yehuda yang berdampak terhadap kota dan desa yang ada diperbukitan dan dataran rendah (Mi
1:10-16). Melalui pemberitaan ini, dapat kita rasakan suasana yang terjadi pada
saat itu dengan banyaknya kesediahan yang melanda, dan tanpa adanya harapan,
dukacita, dan keputusasaan yang terjadi pada waktu penghukuman melanda.
Berdasarkan kondisi dan situasi yang telah dialami ketika penghukuman tersebut
terjadi, sebenarnya telah ditentang oleh Mikha sebelumnya dengan menyerang
dosa-dosa yang mengharusan adanya penghukuman tersebut. [19]
Petunjuk pertama tentang
pengharapan (Mikha 2:12-13)
Pengharapan merupakan awal dari keselamatan yang menerangi kesuraman
yang terjadi disaat penghukuman itu sendiri berlangsung.
Banyak
pendapat yang mengatakan bahwa Mikha tidak memberitakan tentang penghukuman dan
pengharapan pada saat yang sama melainkan terjadi pada saat yang berbeda.[20]
B. Pemberitaan kedua tentang
hukuman (Mikha 3)
Disaat
penghukuman terjadi atas Yehuda, nabi Mikha menilai bahwa para pemimpin pada
saat itu, tidak mempertahankan perjanjianya dengan Allah, melaikan memeras
golongan kecil dan para petani (Mi 3:1-4). Dengan melihat tindkan yang
dilakukan para pemimpin saat itu, Mikha merasa kecewa sebagai nabi yang diutus
oleh Tuhan (Mi 3:8) dan melihat tindakan nabi2 lain yang menyampaikan
ucapan-ucapan yang hampa dan menyesatkan kepada orang-orang (Nabi-nabi Palsu).
(Mi 3:5-7,11).[21]
Pemberitaan kedua tentang
pengharapan (Mikha 4-5)
Disaat Hancurnya pemerintahan dan kemerosotan agama dan social, nabi
Mikha melihat bahwa ada saat yang lebih baik setelah itu, melalui penyertaan
Tuhan yang akan terwujud sepenuhnya. Didalam Mikha 4 digambarkan pembaharun
kerajaan Mesianik yang baru, kedamaian, dan keselamatan serta kemakmuran yang
sepenuhnya (Mikha 4:4) ; dan didalam Mikha 5 digambarkan adanya pengharapan
atas kedatangan Mesias yang sejati yang telah lahir dari kesederhanaan dan
kerendahan atas bumi. (Mikha 5:3).[22]
C. Pemberitaan ketiga tentang
hukuman (Mika 6:1-7:7)
Pemberitaan tentang penghukuman yang ketiga, merupakan pucak
keseluuruhan dari segala pemberitaan Mikha, dimana gunung-gunung dipanggil
menjadi saksi terhadap pertentangan yang terjadi antara Allah dan umat-Nya dan bukti kesetian kepada umat-Nya (Mi 6:3-5).
Disaat itu Allah sangat berkuasa dan memegang peran penuh meliputi ; Penggugat,
Jaksa penuntut, dan Hakim. (Mi 6:7). Dan Allah tidak hanya menginginkan ketaan
dalam beribada (Liturgis), melainkan perjanjian sejati yakni, berlaku adil, berbelas
kasihan, terutama terhadap orang miskin dan cinta akan keadilan dan persekutuan
dengan Allah (Mi 6:8).
Namun yang terjadi ialah kebalikanya
yakni, kekejaman, penipuan, ketidakjujuran dalam perdagangan dan penindasan
serta penghianatan terhadap manusia dan Allah (Mi 71-7). Kemerosotan-kemerosotan
inilah yang banyak terjadi dan hanya melalui keyakinan terhadap Allah lah yang
hanya dapat menyelamatkan dan satu-satunya yang dapat diandalkan Mikha melalui
Tuhan (Mi 7:7).[23]
Pemberitaan
ketiga tentang pengharapan (Mikha 7:8-20)
Didalam pemberitaan ketiga, hanya
campur tangan Allah lah yang ditonjolkan dan bukan tentang kembalinya bangsa
Isral dan pertobatanya. Allah lah yang membawa karya pengharapan dan
penyelamatan serta penghukuman (Mi 7:8-9), yang menumpas habis dan melawan
musuh-musuh bangsa Israel disaat mereka tercerai-berai (Mi 7:10-16,17), dan
Allah lah yang kembali berkuasa atas pengembalaan umat-Nya seperti sedia kala
(Mi 7:14-15). Dan Mikha mengakhiri pemberitaanya dengan meyatakan hanya kuasa
Allah semata, dan bukan kuasa / keunikan bangsa Israel, Allahlah yang
mengampuni dan berbelas kasihan serta setia terhadap umat-Nya.[24]
VI. Tema- tema utama
-
Sang Pelepas
Dialam
kitab Mikha ada dua tempat yang berbicara mengenai Raja Pelepas yang akan melayani sebagai alat Tuhan untuk
menyelamatkan bangsa Israel dari musuh-musuhnya. Didalam (Mikha 2:1), mengambarkan
sosok raja yang sedang memimpin umat pada waktu mereka “Menerobos” melewati pintu gerbang. Penggambaran ini dianggap bagi
para penafsir, bahwa Tuhan digambarkan sebagai raja tersebut (bdg 4:7). Namun
yang sebenarnya ialah Tuhan hanya hanya bereperan memberikan kuasa melalui
perantara raja untuk memimpin bangsa yang itu. Namun (Mikha 5:1-9), tidak
menyebut sang pelepas sebagai “raja”
tetapi “sebagai seorang yang akan memerintah “. Sebutan “Mesias”, tidak
digunakan dalam kitab-kitab nabi pra pembuangan. Karna untuk menunjukan bahwa
raja Israel berasal dari keturunan Daud.[25]
-
Apa yang Allah
kehendaki ?
Mikha
6:8 banyak ditafsirkan oleh para penafsir sebagai suatu pernyataan Komprehensif
dari tuntutan-tuntutan Allah terhadap manusia. Namun berbeda dengan (Mikha 6:6-7)
para ahli menafsirkan ayat ini berbeda, yaitubagaimana cara
manusia untuk meredakan murka Allah. Oleh karna itu Mikha 6:6-8 merupakan
pernyataan mengenai tanggung jawab manusia dihadapan Allah, dan nabi Mikha
menjelaskan didalam (Mikha 6:6-8)
bahwa ketaatan manusia terhadap Allah tidak hanya melalui korban bakaran saja,
melainkan dengan sunguh-sunggu taat kepadanya.[26]
VI.
Pokok Teologi
Apabila
melihat dari latar belakang sejarah, tidak mengherankan apabila nabi Mikha
mempunyai tema yang hampir sama dengan nabi lainya. seperti : Nabi Amos yang
menyuarakan tentang, “ keadilan dan kekudusan “, lalu Nabi Hosea, yang
menekankan “ Kasih setia (khesed), serta Nabi Mikha yang menyuarakan masa
penyelamatan Allah yang akan datang melalui seorang Mesias (Mikha 4:1-5 ;
5:1-5). Pemberitaan nabi Mikha tentang masa Mesianis, tidak hanya menubuatkan
keselamatan yang akan datang, tetapi juga bermaksud mengkritik raja-raja yang
sedang memerintah yang berlaku tidak adil, yang tidak mendatangkan kemakmuran,
dan damai sejahtera bagi bangsa Israel. Ia mau mengatakan bahwa Allah sudak
menolak dan Allah akan mendatangkan raja baru, yaitu Mesias yang akan
memerintah dengan adil dan menghadirkan amai sejahtera bagi umat Allah[27]
VII.
Pesan dalam Kitab Mikha
Mikha
6:1-8 ( nubuatan tentang “tuntutan perjanjian”) merupakan
pesan inti dari kitab ini. Tuhan membela diri-Nya terhadap keluhan-keluhan
umat-Nya, menekankan kemurahan hati-Nya
kepada mereka. Berita pengharapan dari kitab ini ialah tentang suatu “sisa”
yang luput dari penghukuman ( Mikha 2:12-13; 4:6-8; 5:6-8). Didalam Mikha 5:1-5 menjanjikan seorang “Daud yang baru”, dan pada akhirnya
semua pengharapan didasarkan atas kasih sayang
dan pengampunan Allah (Mikha
7:18-19). Tuntutan Allah (Mikha 6:8), tetap berlaku saat ini : hidup atas norma-norma-Nya (berlaku
adil), memperlakukan orang sesuai
perlakua-Nya (Mencintai kesetiaan), hidup
dengan benar (hidup dengan rendah hati), dan menyadari kehadiran-Nya (di hadapan Allahmu).[28]
[1]Drs. P.K. Pilon, Tafsiran Mikha, (Ujung Pandang : Badan
Penerbit Kristen, 1976) hlm.11-12
[2]Pdt. Dr. Barnabas Ludji, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama 2,
(Bandung : Bina Media Informasi, 2009) hlm. 45
[3]Andrew
E. Hill, John H. Walton, Survei
Perjanjian Lama, (Malang : Gandum Mas, 2008) hlm. 643
[4]W.S.Lasor, D.A.Hubbard, F.W.
Bush, Pengantar Perjanjian Lama 2, (Jakarta
: BPK Gunung Mulia, 2013) hlm. 242-243
[5]
Dr. J. Blommendaal, Pengantar kepada
Perjanjian lam, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2013) hlm 134
[6]Pdt. Dr. Barnabas Ludji, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama 2,
(Bandung : Bina Media Informasi, 2009) hlm. 74-75
[7]Drs. P.K. Pilon, Tafsiran Mikha, (Ujung Pandang : Badan
Penerbit Kristen, 1976) hlm.12-13
[8]W.S.Lasor, D.A.Hubbard, F.W.
Bush, Pengantar Perjanjian Lama 2,
(Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2013) hlm. 243-244
[9]
Andrew E. Hill, John H. Walton, Survei
Perjanjian Lama, (Malang : Gandum Mas, 2008) hlm. 643
[10]Drs. P.K. Pilon, Tafsiran Mikha, (Ujung Pandang : Badan
Penerbit Kristen, 1976) hlm.14-15
[11]W.S.Lasor, D.A.Hubbard, F.W.
Bush, Pengantar Perjanjian Lama 2,
(Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2013) hlm. 244-245
[12]Op Cit, W.S.Lasor,dkk(Pengantar Perjanjian lama 2, 2013) hlm 246-247
[13]
Dr. J. Blommendaal, Pengantar kepada
Perjanjian lam, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2013) hlm 134
[14]Pdt. Dr. Barnabas Ludji, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama 2,
(Bandung : Bina Media Informasi, 2009) hlm. 76
[15]
Andrew E. Hill, John H. Walton, Survei
Perjanjian Lama, (Malang : Gandum Mas, 2008) hlm. 646
[16]James Luther Mays, Interpretation Hosea-Micha, (Limburg,
James : John Knox Press, 1988) hlm. 185-198
[17]
Pdt. Dr. S.M. Siahaan, Garis-Garis Besar
Perjanjian Lama, (Pematangsiantar , 2001) hlm. 19
[18] Drs. P.K. Pilon, Tafsiran
Mikha, (Ujung Pandang : Badan Penerbit Kristen, 1976) hlm.19-139
[19] W.S.Lasor, D.A.Hubbard, F.W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 2, (Jakarta :
BPK Gunung Mulia, 2013) hlm. 247-248
[20]Op
Cit, W.S.Lasor,dkk (Pengantar Perjanjian
lama 2, 2013) hlm 248
[21]Ibid,
W.S.Lasor,dkk, (Pengantar Perjanjian lama
2, 2013) hlm 248-249
[22]Ibid,
W.S.Lasor,dkk, (Pengantar Perjanjian lama
2, 2013) hlm 249-250
[23]Op.Cit,
W.S.Lasor,dkk, (Pengantar Perjanjian lama
2, 2013) hlm. 250-251
[24]
Ibid, W.S.Lasor,dkk, Pengantar Perjanjian
lama 2, 2013) hlm 251-252
[25]Andrew
E. Hill, John H. Walton, Survei
Perjanjian Lama, (Malang : Gandum Mas, 2008) hlm. 645-646
[26]
Ibid, Andrew ,dkk, Survei Perjanjian lama,
2008) hlm 646
[27]Pdt. Dr. Barnabas Ludji, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama 2,
(Bandung : Bina Media Informasi, 2009) hlm. 76
[28]
Philip Johnston, IVP Introduction to the
BIBLEI, (England : INTER-VARSITY PRESS, 2006) hlm. 215
Comments
Post a Comment