Skip to main content

(XXI. MEMAHAMI SEBAGAI SENI - Schleiermacher)


MEMAHAMI SEBAGAI SENI
Oleh :  Rahman Saputra Tamba

I.                   Pendahuluan[1]
1.1 Schleiermacher dan Hermeneutik Romantik
Friedrich Daniel Ernst Schleiermacher(1768-1834) merupakan seorang pendiri teologi Protestan modern yang hidup di zaman Romantik dan mendalami hermeneutik modern. Ia lahir pada tanggal 21 November 1768 di Breslau, Silesia yang saat ini termasuk ke dalam wilayah Polandia. Schleiermacher merupakan seorang yang dibesarkann di dalam keluarga Protestan, ia memiliki bakat dalam berkotbah dan telah dipersiapkan secara baik pendidikannya oleh keluarganya, karena hal itu ia dimasukkan ke dalam sekolah seminari di Barby/Elbe. Akan tetapi karena kebimbangannya yang diakibatkan karena perkenalannya dengan kepustakaan ilmiah dan filosofis juga dengan roman-roman non-religius, ia kemudian memutuskan untuk belajar mengenai filsafat, teologi dan filologi di Universitas Halle.
Schleiemacher kemudian mulai mengenal para cendikiawan dan sastrawan Romantik di Berlin, karena hal inilah kemudian ia mulai tertarik terhadap hermeneutik. Romantisme sendiri merupakan suatu aliran yang bersifat kritis terhadap adanya Pencerahan pada abad ke-18. Orang-orang cendikiawan dan sastrawan Romantisme mencoba menggali kembali kebijaksanaan kuno dalam tradisi, agama dan mitos untuk menemukan maknanya bagi masa kini, secara khusus untuk menemukan perasaan-perasaan yang menjadi kekuatan manusiawi yang sangat penting dan Schleiermacher dipengaruhi Romantisme secara mendalam.
Schleiermacher lebih dikenal sebagai seorang seorang teolog dan pengkotbah dibandingkan sebagai seorang filsuf. Tulisan-tulisan Schleiermacher tentang hermeneutik tersebar dalam bentuk sketsa-sketsa, aforisme-aforisme[2] dan catatan-catatan kuliah. Akan tetapi banyak orang yang menilai Schleiermacher tidak pernah puas dengan tulisan-tulisannya sebab baginya “memahami adalah sebuah tugas yang tidak pernah berkesudahan”. Schleiermacher meninggal dunia pada tanggal 6 Februari 1834 di Berlin.
1.2  Tulisan-tulisan Tentang Hermeneutik
Tulisan-tulisan yang ditulis oleh para pendiri Romantik dikumpulkan dalam sesuatu yang disebut Kompendium von 1819 yang ia gunakan sebagai bahan pengajarannya di Universitas Berin sekitar tahun 1810-1834. Hermeneutik Schleiermacher mulai dikenal melalui kumpulan manuskrip-manuskrip yang diterbitkan oleh salah seorang mahasiswanya yang bernama Friedrich Lucke pada tahun 1838. Karya Schleiermacher dikatakan berpusat kepada subyektivitas dari penulis dan bukan pada gramatik dan menyebabkan munculnya kritik yang diberikan oleh tokoh hermeneutik kontemporer bernama Hans-Georg Gadamer sebagai psikologistis. Akan tetapi kemudian pada tahun 50-an terdapat seorang yang mengemukakan bahwa Schleiermacher pada masa mudanya berpusat kepada bahasa sebelum menjadi psikologistis, ia adalah Heinz Kimmerle.

II.                Isi[3]
2.1 Seni Memahami
Seni memahami apabila diterjemahkan dari istilah Jerman yang dikemukakan oleh Schleiermacher adalah “Kunstslehre des Verstehens”. Dalam hal ini kata yang digunakan adalah “memahami” bukan “pemahaman”, hal ini sama dengan istilah Jermannya yaitu Verstehen dan bukan Verstandnis, pemahaman merupakan suatu hal yang beracuan kepada hasil, akan tetapi kata memahami mengacu kepada proses, pemakaian kata kerja lebih tepat untuk menunjukkan dinamika proses penangkapan dibandingkan dengan kata benda.
Memahami adalah suatu proses yang dilakukan untuk menangkap makna atau maksud kata-kata yang diucapkan dan yang menjadi obyeknya adalah bahasa akan tetapi tidak dapat dilepaskan dari pemikiran orang yang menuturkannya.  Istilah Verstehen dalam hermeneutik mengacu kepada proses menangkap makna dari suatu bahasa atau yang menjadi target pemahaman adalah struktur-struktur atau simbol-simbol teks. Proses pemahaman dilandasi oleh adanya kebutuhan untuk mengatasi suatu kesenjangan yang terdapat di antara teks yang diucapkan dan pemikiran dari si penuturnya.
     Hermeneutik dibutuhkan ketika terjadi kesalahpahaman, akan tetapi tidak dengan hermeneutik Schleiermacher. Hermeneutik Schleiermacher dilandaskan kepada adanya situasi kesalahpahaman yang sering ditemukan dalam masyrakat modern. Schleiermacher berpendapat bahwa kesalahpahaman terjadi karena adanya prasangka yang dimana terdapat keadaan bahwa seseorang hanya mementingkan perspektif dirinya sendiri terhadap maskud dari pembicara ataupun penulis, ini merupakan keadaan dimana seseorang berprasangka terhadap pembicara atau penulis menurut Schleiermacher.
Seni dalam hermeneutik menggambarkan sebuah kepiawaian yang terdiri dari dua hal yaitu, memerlukan usaha dan dilakukan dalam kaidah-kaidah tertentu. Hermeneutik bagi Schleiermacher adalah bagian dari seni berpikir yang karena hal itulah dikatakan bersifat filosofis. Ia memusatkan dirinya kepada kesenjangan yang terdapat diantara apa yang dikatakan dan apa yang dipikirkan, kesenjangan yang terdapat antara kata dan pikiran diselesaikan dengan usaha rasional yang disebut juga “interpretasi” yang dalam hal ini berarti bahwa hermeneutik harus lebih dipahami sebagai seni mendengarkan daripada seni berbicara dan merupakan seni membaca daripada seni menulis. Hermeneutik mencari pemikiran di balik sebuah ungkapan.

2.2 Pendasaran Hermeneutik Universal
            Untuk memahami kebaruan Hermeneutik yang disumbangkan oleh Schleiermacher kita perlu membahas dua pendahuluan yang keduanya terdiri dari Filolog yakni teks-teks kuno yang dalam konteks Eropa adalah warisan Yunani Romawi kuno.[4] Kebanyakan orang pada zaman itu memahami hermeneutik sebagai interpretasi terhadap teks-teks kuno.
Tokoh-tokoh yang berpendapat mengenai Filologi:

1     Friedrich Ast (1778-1841)
Berpendapat bahwa tugas filologi adalah menangkap roh. Dalam kosa kata Herder disebut Volksgeist (roh rakyat) dalam kebudayaan Yunani dan Romawi kuno. Istilah roh digunakan untuk menandakan berbagai aspek mental-intelektual kebudayaan seperti tata nilai, moralitas, alam pikir, dsb. Untuk melaksanakan tugas itu penafsir perlu mempelajari gramatik yang digunakan sebagai alat dalam rangka menarik keluar makna spritual dari teks. Untuk mencapai tujuannya Ast mengandaikan adanya akal budi bersama umat manusia yang keseluruhannya tercermin di dalam akal individu. Karena itu untuk memahami roh (geist) kebudayaan kuno, penafsir harus mengerti karya-karya individu dan sebaliknya. Bagian-bagian ini akan dihubungkan dan nantinya akan dikembangkan oleh Schleiermacher sebagai “lingkaran hermeneutik”.

            Friedrich August Wolf (1759-1824)
Sama seperti Ast, Wolf membatasi hermeneutik sebagai upaya untuk menangkap makna dalam teks-teks kuno. Bagi Wolf interpretasi adalah sebuah dialog dengan penulis. Untuk dapat menangkap pikiran penulis, penafsir perlu menempatkan diri dalam situasi penulis (istilah Wolf: memiliki “keringanan jiwa” yang “lekas menyelaraskan diri dengan pikiran-pikiran asing”) dengan kata lain penafsir harus mampu masuk ke dalam dunia mental penulis tersebut. Schleiermacher melanjutkan semua yang di anjurkan oleh Wolf dengan konsep “Nach-Erleben” (mengalami kembali). Ada dua distingsi penting yang diperkenalkan oleh Wolf yang nantinya dikembangkan oleh Dilthey:
·         Verstehen        : “memahami” adalah untuk diri kita sendiri.
·         Erklaren           : “menjelaskan” adalah untuk orang lain.
“Kita memahami dengan membaca, tetapi kita menjelaskan dengan mengungkapkan hasil pemahaman kita atas bacaan”.
Sebagaimana dikembangkan oleh Ast dan Wolf, hermeneutik mengkhususkan diri atau fokus pada teks-teks kuno. Dalam praktiknya terjadi pemahaman yang bergantung pada jenis-jenis teks sehingga berkembang berbagai disiplin khusus dalam interpretasi. Hermeneutik sebagai seni memahami “tidak ada sebagai sebuah bidang umum, yang ada hanyalah berbagai macam hermeneutik khusus.”
Menurut Schleiermacher ada hakikat yang sama yang menyatukan berbagai hermeneutik. Untuk memahami makna dari berbagai teks yang dijalin menurut kaidah-kaidah gramatis tertentu kita perlu menghubungkannya dengan gramatik. Jika hubungan itu dapat dijelaskan, kita akan mendapatkan basis untuk segala hermeneutik khusus. Dengan mengupayakan hal tersebut Schleiermacher dapat disebut sebagai Bapak hermeneutik modern. Heremeneutik adalah seni memahami untuk menangkap makna dari sebuah teks yang tidak terbatas pada teks dari disiplin tertentu. Dengan begitu Schleiermacher berhasil melepaskan hermeneutik dan menjadikannya sebuah cara untuk memahami segala ungkapan dalam bahasa, entah tutur atau tulisan. Disini hermeneutik bahkan menjadi kemampuan umum manusia untuk memahami makna, seperti kata Schleiermacher:
“Jedes Kind kommt nur durch Hermeneutik zur Wortbedeutung
(Tiap anak memahami makna kata hanya lewat hermeneutik)”

2.3 Masuk Kedalam “Kulit” Penulis
Untuk memudahkan pemahaman yang sebelumnya sudah di paparkan kita dapat mengambil sebuah teks sebagai contoh yaitu: Door Duisternis tot Licht (1911), kumpulan surat-surat Raden Adjeng Kartini yang diterbitkan J. H. Abendanon. Kita mengenal buku tersebut dalam terjemahan oleh Armijn Pane dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang. ada beberapa kesulitan untuk memahami teks tersebut saat kita membacanya seperti: kesenjangan waktu antara kita dan penulisnya, bahasa yang dipakai penulis, konteks kebudayaan penulis, dan terutama pengalaman subjektifnya. Kalimat-kalimat yang tertulis disana tidaklah transparan dalam mengungkap isi penghayatan batin dari penulisnya (dunia mental penulis).Schleiermachermemahami bahwa penulis bergerak dari pikirannya kepada ungkapannya dalam susunan kalimat-kalimat, pembaca bergerak sebaliknya: dari susunan kalimat-kalimat tersebut dia memasuki dunia mental, yaitu pikiran penulisnya. Ketika Ra. Kartini mengungkapkan pikirannya ke dalam surat-suratnya, sebagai pembaca kita mencoba memasuki isi pikirannya lewat pintu pikiran-pikirannya. Darisini Schleiermacher membuat perbedaan antara “interpretasi gramatis” dan “interpretasi psikologis”.

·         Interpretasi gramatis (teknis) : suatu proses memahami sebuah teks bertolak dari bahasa, struktur kalimat-kalimat, dan juga hubungan antara teks itu dengan karya-karya lainnya dengan jenis yang sama. Interpretasi gramatis menempatkan teks dalam kerangka obyektif.

·         Interpretasi psikologis: memusatkan diri pada sisi subjektif teks itu sendiri, yaitu dunia mental penulisnya. Yang dicari disini adalah “individualitas si pengarang, kejeniusannya yang khas” – Palmer—. Interpretasi ini tidak dimaksudkan menangkap perasaan-perasaan penulis. Targetnya bukan emosi, melainkan pemikiran penulis.

Schleiermacher berpendapat bahwa tujuan pemahaman adalah menghadirkan kembali dunia mental penulisnya (Palmer - “ rekonstruksi pengalaman mental pengarang teks”.) sebagai pembaca kita seolah-olah mengalami kembali (Nacherleben) pengalaman penulis teks.
Dengan demikian, makna teks dapat dipahami, jika pembaca seolah-olah masuk ke dalam kulit penulis teks. “ Penafsir,” harus menempatkan dirinya baik secara obyektif maupun subyektif dalam sisi pengarang, dimana yang subyektif tersebut harus dilengkapi juga dengan yang obyektif.
·         Subyektif: upaya menangkap pribadi khas penulis
·         Obyektif: situasi lingkungan diluar diri penulis yang oleh Schleiermacher disebut bahasa atau gramatik.

2.4 Lingkaran Hermeneutis
Prinsip seni memahami dari Schleiemermacher berusaha untuk memasukkan dunia mental dari penulis dan kemudian masuk lewat dari susunan kalimat yang ditulis. Hal tersebut memang dilihat cukup rumit karena dengan dua hal tersebut maka akan ada konsep dualitas dalam bahasa dan pemakainnya. Karena yang menjadi pertanyaan ialah bagian mana yang menjadi bagian utama dalam konteks tersebut? Apakah penulis atau isi pikiran penulis. Jika ditarik dari sisi pemikiran yang menjadi bagian utama untuk menyampaikan teks, maka interpretasi psikologis menjadi bagian prioritas ketimbang interpretasi gramatis, karena bahasa dianggap sebagai sarana untuk menyampaikan pikiran-pikiran. Dan jika mengambil interpretasi secara gramatik, maka bahasa akan menjadi penyataan makna tersebut. Namun  Schleiemermacher melihat kedua hal tersebut setara. Setiap orang dapat memahami bahasa lewat pemakainya, dan pemakai bahasa dapat dipahami dari bahasa yang dipakainya. Sebagai contoh, untuk dapat memahami pemikiran kartini, maka kita dapat memahaminya melalui teks yang ditulisnya, dan teks tersebut muncul dari pribadi dan pengalamannya. 
Interpretasi gramatik dan psikologis merupakan dua hal yang bisa saling dipertukarkan. Kedudukan dari kedua hal tersebut dapat dikatakan sebagai lingkaran Hermeneutis (hermeneutischer Zirkel) dan semua hal tersebut dapat dipahami jika kita mengambil bagian tersebut secara utuh dan saling ketergantungan. Dengan memahami mental dari penulis maka kita dibawa kembali kepada pengalaman dari penulis dan masuk kedalam bagian lingkaran interpretasi. Memang dengan adanya lingkaran tersebut maka akanada kerumitan yaitu untuk dapat memahami secara keseluruhan, maka akan kita harus memahami bagian-bagian yang membentuk keseluruhan tersebut. Sebagai contoh, untuk dapat memahami kata kita harus terlebih dahulu memahami kalimat, dan untuk memahami kalimat kita harus lebih dahulu memahami kata. Namun untuk mengambil makna maka kita akan mengambil bagian-bagian tersebut secara keseluruhan dan akan ada makna yang ditangkap. Cara tersebut bisa dikatakan sebagai cara kekuatan “divinitoris” atau “intuitif” yaitu memahami teks dengan mengambil alih posisi penulis agar dapat menangkap kepribadian secara langsung.

2.5  Memahami Teks Lebih Baik daripada Penulisnya.
Ada pernyataan yang menyatakan bahwa kita dapat memahami teks pada awalnya dan akhirnya mampu memahami lebih dari pengarangnya. Pemahaman tersebut memang cukup sulit untuk diterima karena bagaimana mungkin seseorang yang lain  mampu memahami teks daripada penulis teks sendiri. Namun sebenarnya hal itu terjadi karena pembaca sebenarnya tidak memiliki akses untuk masuk langsung ke dunia penulis, maka yang dicari ialah hal-hal yang terkait dengan pikiran dari penulis. Hal-hal yang lain yang diketahui oleh pembaca sebenarnya tidak diketahui atau disadari oleh penulis.[5] sebagai contoh yaitu bagaimana banyak hal yang mempengaruhi Paulus dalam kehidupannya seperti adanya latar belakang pendidikan, ekonomi, politik, adat atau kehidupan dari jemaat yang dialamatkannya, simbol-simbol merupakan bagian penting untuk dapat memahami makna. Banyak tafsiran yang berkembang atas semua surat Paulus, yang Paulus sendiri tidak menyadari atau yang tidak diketahui oleh Paulus. Dan banyak tafsiran yang muncul dari Paulus. Penulis sendiri meyakini memang karena adanya faktor psikologi dari penafsir yang membuat semua tafsiran tersebut semakin bayak dan mengambil bagian yang mungkin tidak diketahui oleh Paulus. 
            Interpretasi gramatis dikatakan oleh Schleiemermacher bahwa semua penuturan dapat dipahami dari bagian daerah bahasa yang sama antara pengarang dan pendengar langsung. Waktu dan zaman menjadi penentu perbedaan dari makna yang disampaikan oleh penulis dan pembaca. Pemahaman kata hostis  dahulu dinyatakan sebagi orang asing, namun arti semula ialah musuh. Dengan adanya perubahan makna dan arti kata tersebut, maka pembaca dituntut untuk menjangkau makna asli sebelum kata tersebut mengalami perubahan agar dekat dengan pemikiran dari penulis, Schleiemermacher menyatakan bahwa ia menggunakan kata  “Lingkup” (sphare) untuk melihat kehidupan penulis, perkembangan dan keterlibatannya serta cara bicara. Schleiemermacher menyatakan bahwa sebuah kata tidak pernah berdiri sendiri tetapi pengertiannya dapat dipahami dari konteksnya. Makna dari sebuah kata dapat dipahami dari konteks kata itu berasal. Dengan begitu makna dari sebuah kata dapat dilihat dari konteks nya. Dengan begitu maka akan banyak data yang didaptkan yang mungkin tidak diketahui oleh penulis karena ada kesulitan dalam mejelaskan sebyah kata yang dipakai masa lau. Dan makan bahasa juga masih sulit ditangkap karena terjadi berbagai perubahan.
Schleiemermacher berpendapat dengan memahami interpretasi gramatik, maka akan dipengaruhi atau dilengkapi oleh interpretasi psikologis. Interpretasi psikologis dapat dipahami jiak melihat dan memahami individual beserta kehidupan dan zaman yang mempengaruhi. Ada 4 tahap yang dilihat oleh Lawrence K. Schimdt dalam interpretasi psikologis, yaitu untuk mencari arah dari tulisan untuk menemukan pokok ide yang penting dan utama. Lalu yang kedua, melihat dan mengidentifikasi tulisan dalam bentuk obyektif seperti melihat genre. Lalu yang ketiga melihat bagaimana penulis menata pikirannya. Dan yang keempat melihat sub bagian yang saling berkesinambungan dengan hidup penulis. Keempat cara tersebut dilihat sebagai tindakan “empati” dimana pembaca berusaha untuk mengambil alih posisi penulis. Dengan begitu pembaca berusaha mencari makna yang berasal dari teks supaya pembaca bisa menghasilkan makna yang keluar dari teks tersebut. 

2.5  Melampaui Literalisme
            Scheiermacher adalah bapak hermenetik modern. Dirinya lebih dominan dalam membahas tentang hermeneutik romantisme. Baginya, interpretasi sebuah dari sebuah teks, pada akhirnya mampu mengubah maksud dari pada tujuan penulis teks itu sendiri. Schleiermacher mengiginkan menghadirkan kembali seutuhnya apa yang dimaksud oleh penulis didalam teks. Hingga pada akhirnya hermeneutik Romantisme dapat juga disebut hermeneutik reproduktif. Dimana didalamnya ia membahas mengenai proses memahami teks bukan dari logika internal melainkan hubungan konteks kehidupan yang menghasilkan teks tersebut. Bagi Schleiermacher, hermeneutik tidak hanya membahas tentang ajaran (teologi), melainkan juga membahas teks-teks sastra serta teks-teks hukum. Dimana didalam kitab suci, teks-teks sakral (wahyu ilahi) pada akhirnya mampu mempengaruhi kehidupan seseorang. Hermeneutik Romantika Schleiermacher betujuan untuk memperbaharui serta mengubah praktik-praktik didalam umat beragama, Misalnya, pada abad ke-21, ada pandangan yang beranggapan bahwa kekerasan atas dasar agama disebabkan melalui cara baca berdasarkan teks-teks sakral. Akan tetapi, Schleiermacher menolak pandagan tersebut dengan memberikan pandanganya yakni : “membaca diantara kalimat-kalimat”. Maksudnya ialah kita harus menyelidiki latar belakang yang ada dibalik teks seperti : penulis, serta konteks kehidupan yang terjadi pada masa itu yang tidak dituangkan kedalam teks. Cara baca inilah yang akhirnya menentang literalisme yang pada akhirnya menjadi awal praktik-praktek keagamaan yang sering kita kenal dengan istilah Fundamentalisme. Bagi Schleiermacher, konteks para pembaca telah ditentukan berdasarkan spesifikasi zaman dan tempat. Hingga pada akhirnya ia menggolongkannya atas dasar “lingkup”.
Sebagai contoh, yakni : Kisah Pinehas dalam  Bilangan 25:1-18, dimana didalamnya diceritakan tentang Allah yang murka serta cemburu melihat orang Israel menyembah Baal di Peor. Atas dasar penyembahan berhala yang dilakukan oleh orang-orang israel, melalui Musa, Allah memerintahkan untuk menangkap dan mengantungkan mereka dihadapan Tuhan. Berdasarkan kalimat diatas, sangatlah sulit untuk memahami makna (pesan) yang sesungguhnya yang disampaikan oleh Allah kepada Musa. Oleh karena itu Schleiermacher mengajukan cara yang efektif untuk dengan mudah memahami apa yang terdapat didalam teks, yakni : hanya dengan membaca kalimat-kalimat yang ada didalam teks (literalisme), serta melalui pembacaan diantara kalimat-kalimat yang ada didalam teks (historis latar belakang penulis dan konteks kehidupan yang ada).
Dengan jelas, Schleiermacher lebih condong terhadap pembacaan yang mengacu diantara kalimat-kalimat yang ada didalam teks. Hal ini dikarenakan baginya pembaca diantara kalimat-kalimat, lebih tertuju pada faktor gramatik serta pelaku penulisnya. Melalui interpretasi gramatis, seseorang akan mampu menciptakan kembali hubungan antara pembicara dan pendengar. Sedangkan melalui Interpretasi historis, akan mampu membawa seorang penafsir pada sebuah proses penulisan kitab (para penulis, proses peredaksia, alamat, serta tujuan dari pada penulisan). Dengan kata lain, apabila teks ditempatkan sesuai dengan konteksnya, maka makna yang diinginkan dapat dengan mudah untuk dipahami. Akan tetapi apabila kita mengkaji lebih dalam lagi secara hermeneutis mengenai kisah Pineas, kita dapat menemukan bahwa Tuhan tidak langsung berkata-kata seperti didalam kalimat, melainkan melalui perantara penulis (dalam hal ini penulis yang menggunakan ungkapan bahasa yang mengenal kehidupan sosial, serta politis pada zaman tersebut).
·         Hermeneutik Schleiermacher dapat membantu pembaca untuk melampaui makna literal teks dengan terlebih dahulu memahami konteks produksi teks tersebut.
         
       Kesimpulan
            Bagi Schleiermacher, hermeneutik merupakan sebuah proses memahami, dimana arti memahami dijelaskannya yakni : “Akal kita menangkap sesuatu, dan kita dapat menyatakannya kembali apa yang kita tangkap melalui bahasa”. Pertama memahami dalam arti lain, dapat diartikan apabila kita menangkap makna teks yang kita baca, tidak sekedar sebagai data atau informasi, melainkan sebagai hasil olahan pikiran kita untuk menghadirkan makna aslinya dalam kesadaran kita. Kedua, arti memahami dipakai malalui empati, yakni : Masuk kedalam pengalaman subyektif penulis teks. Ketiga, memahami dipahami sebagai kemampuan untuk mengintegrasikan sebuah makna khusus ke dalam konteks yang lebih luas.


[1] F. Budi Hardiman, Seni Memahami, Hermeneutik dari Schleiermacher sampai Derrida, (Yogyakarta: Kanisius, 2015) 27-30.
[2]Aforisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan pernyataan yang padat dan ringkas tentang sikap hidup atau kebenaran umum. (Seperti peribahasa: “alah bisa karna biasa”).
[3] Hardiman, Seni Memahami, 31-60.
[4]. Filolog adalah ahli “filologi = ilmu yang mempelajari bahasa dalam sumber-sumber sejarah yang ditulis, yang merupakan kombinasi dari kritik sastra, sejarah dan linguistik.
[5]F. Budi Hardiman, Seni Memahami, Hermeneutik dari Schleiermacher sampai Derrida, (Yogyakarta: Kanisius, 2015), 49.

Comments

Popular posts from this blog

(LX. SAKRAMEN BAPTISAN DI HKBP)

SAKRAMEN BAPTISAN DI HKBP  I. Pendahuluan             Baptisan merupakan salah satu sakramen yang diperintahkan oleh Yesus sendiri dalam Amanat AgungNya. Oleh karena itu gereja melayankan baptisan sebagai salah satu sakramen bagi orang percaya.             Kata “baptis” berasal dari Bahasa Yunani, “baptizo” yang artinya: mencelupkan ke dalam air ataupun memasukkan ke dalam air. Pemandian ke dalam air baru menjadi “baptisan” apabila dilaksanakan dengan upacara seremonial yang khusus. [1] Baptisan yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus, yaitu baptisan yang berlaku di tengah-tengah gereja, bukan hanya menunjuk pada Kerajaan Allah yang masih akan datang, melainkan menjadi bukti dan mengukuhkan perwujudan atas kedatangan Kristus ke dunia. [2] HKBP sebagai salah satu gereja Tuhan di Indonesia mengakui dan melayankan Baptisan Kudus sebagai salah satu sakramen di samp...

(LXXVI. MENGENAL PDT. DR. SOUNTILON MANGASI SIAHAAN DAN PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TEOLOGISNYA)

MENGENAL PDT. DR. SOUNTILON   MANGASI SIAHAAN DAN PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TEOLOGISNYA [1] 1. Biografi             Pdt. Dr. Sountilon M. Siahaan lahir pada tanggal 7 April 1936 di desa Meat-Balige, sebuah desa di tepian Danau Toba. Setelah tamat dari SMA Negeri Balige 1956, beliau melanjutkan belajar ke Fakultas Teologi Universitas HKBP Nommensen dan selesai tahun 1961. Menikah pada 26 Agustus 1961. Sejak tahun 1961-1963 beliau bekerja sebagai Pendeta Praktek dan sekaligus sebagai Pendeta Pemuda/Mahasiswa HKBP Ressort Jawa Tengah yang berkedudukan di Yogyakarta. Ditahbiskan sebagai Pendeta HKBP pada 1 Juli 1962.             Beliau selanjutnya tugas belajar ke Universitas Hamburg pada tahun 1963 dan memperoleh gelar Magister Teologi pada tahun 1967 dan meraih gelar Doktor Teologi (Cum Laude) pada tahun 1973 dengan disertasi yang berjudul Die Konkretisierung ...

(XXXI. TAFSIRAN HISTORIS KRITIS MAZMUR 23:1-6)

Tinjauan Historis Kitab Mazmur 23:1-6 Oleh " Rahman Saputra Tamba " BAB I Pendahuluan             Nama kitab ini dalam LXX adalah Psalmoi [1] . Alkitab bahasa latin memakai nama yang sama. Kata Yunani (dari kata kerja psallo yang artinya “memetik atau mendentingkan”). Mula-mula digunakan untuk permainan alat musik petik atau untuk alat musik itu. Kemudian kata ini menunjukkan nyanyian ( psalmos ) atau kumpulan nyanyian ( psalterion) . [2] Dalam bahasa Ibrani ada kata mizmor yang artinya “sebuah nyanyian yang dinyanyikan dengan iringan musik”, namun judul Kitab Mazmur dalam bahasa Ibrani adalah [3] tehillim yang artinya “puji-pujian atau nyanyian pujian”.             Dalam Alkitab Ibrani, Kitab Mazmur terdapat pada awal bagian Kitab-kitab. Para nabi menempatkan sebelum Kitab Amsal dan tulisan hikmat lainnya, dengan alasan bahwa kumpulan tulisan Da...