Kebudayaan Romawi dan Hellenisme
Oleh : Rahman Saputra Tamba
A. Hellenisasi Kebudayaan Romawi
Kebudayaan Romawi sangat sangatlah jelas dipengaruhi
oleh proses hellenisasi yang ada pada
saat itu. Hal itu dapat dipahami dan itandai
dengan hilangnya beberapa elemen kuno dari kebudayaan romawi itu sendiri. Sebaliknya
Kebudayaan Romawi, merupakan hasil dari latar belakang pengaruh budaya Yunani
dimana terdapat bermacam-macam pengaruh yang terjadi melalui beberapa jalan
yakni : : Melalui kota-kota yang telah dihellenisasikan serta koloni
bangsa-bangsa Yunani yang ada di sicilia dan Italia selatan, melalui pengaruh
pendidikan Yunani yang diikuti oleh golongan bangsawan Romawi selama masa
kekuasaan Yunani. Serta mobilitas populasi Yunani yang telah lama dipengaruhi
budaya Yunani terhadap daerah timur. Pengaruh Hellenisasi Romawi yang sangat
dirasakan saat itu ialah ketika menyebarnya penggunaan bahasa Yunani. Hingga
para orang Romawi akhirnya menggunakan dua bahasa didalam pendidikan mereka
(Yunani dan bahasa Latin). Yang akhirnya pendidikan yang ada di Romawi, tidak
hanya sebatas bidang filsafat, tetapi juga mencakup ilmu alam serta teknologi.
Didalam bidang seni dan arsitektur, pengaruh Yunani sangat dirasakan kuatnya
ini tercermin atas konstruksi bangunan yang ada di roma. Hal ini terjadi akibat bebasnya akses
kejalan-jalan utama menuju dikota. Dalam seni lukis dan patung, seni yang
dihasilkan banyak dipengaruhi oleh tema-tema mitologi Yunani yang banyak
digunakan didalam lantai-lantai mosaik yang ada didalam bangunan pada saat itu.
B. Karya Sastra
Perkembangan karya sastra romawi sangat
dipengaruhi pula oleh genre-genre yanng berasal dari literatur Yunani. Misalnya
dapat kita lihat didalam puisi atau sastra banyak memakai topik-topik dari
pengaruh Yunani. Pengaruh lainya dapat dilihat didalam karya Ennius yang datang
dari selatan Italia dan menetap diRoma, dan menjadi terikat kebudayaan Scipio
Aemilianus. Beberapa bentuk karya diatas merupakan hasil dari pada pengaruh
Yunani yag disebar oleh Lucretius hingga pada akhirnya sampai kedalam pemikiran
orang Yunani. Setelah itu, karya-karya lainya dimulai dari puisi modern
(Neoterici) sebelum masa republic. Karya-karya tersebut kebanyakan memakai gaya
sastra Aleksandria dan dipengaruhi
tema-tema dari Yunani. Kebanyakan karya-karya yang dihasilkan, memuat tekanan
pandangan propetis dan adanya pengharapan kehadiran Juru Selamat. Karya sastra
yang paling terkenal pada saat itu ialah : karya sastra dari Lucan yakni “
Pharsalia “, namun ada pula karya sastra hebat lainya dari Roma yakni : satire
yang ditulis olehJuvenal. Juvenal bertujuan untuk mengkaji pengelihatannya
terhadap dunia sekitar.
C. Cicero dan Varro
Cicero dan Varro merupakan tokoh politik
penting dimasa republik, yang sering memberi bentuk gaya yang baru didaam
kehidupan sosial.
Cicero, berasal dari Arpinum dan pernah
belajar (retorika Yunani dan Filsafat) ketika di Roma, Athena, Smirna, serta
Rhode. Karya-karyanya dilatarbelakangi terhadap pengetahuan dengan tujuan untuk
menyatukan pengetahuan terhadap kebijakan Romawi (Senat, administrasi, hukum)
yang ada pada saat itu. Bagi Cicero, Orasi sangatlah penting untuk melatih
pengalaman berpolitik serta harus memiliki pengetahuan terhadap filsafat
Yunani. Sebagai seorang Politikus serta Filsuf, Cicero juga dipengaruhi oleh
kebudayaan Hellenisme seperti pemikirannya yang berisi “ Hidup ini harus
berjalan menurut hakikat alamiahnya “.
Seperti
halnya Cicero, Varro juga membahas hal
yang sama dibidang retorika dan ajaran Filsafat. Varro ialah seorang
eklestisis yang menyatakan kebenaran ajaran filsafat dan merupakan penekanan yang utama dari pada
Varro. Dimasa hidupnya Varro mampu menguasai beberapa bidang dan mampu menciptakan kembali tradisi ilmu
pengetahuan didalam tradisi Yunani yang pada akhirnya menjadi ciri khas Romawi.
Beberapa keahliannya : sistem pertanian,
teori angka, sistem pendidikan, retorika, filsafat, hukum sipil, sejarah dan
biografi. Dan karya terbesarnya ialah dimana ia membuat ensiklopedia bagi orang
Romawi yang memuat seluruh presentasi dari sejarah kebudayaan, agama dan suku
Romawi.
D. Penulisan sejarah
Penulisannya
Histograf Romawi dimulai dari abad ke 3 sM dengan beberapa karya didalam bahasa
Yunani. Yang ditulis mulai dari Cato hingga ke Sallust . Secara garis besar
sejarah Romawi ditulis oleh Cato, lalu kemudian diikuti oleh beberapa
kelompok-kelompok lain (Analis Kuno / Pemimpin Politik). Tulisan-tulisan
tersebut banyak mengikuti gaya Hellenis yang sering disebut dengan “ Hypomnema
” yang terlihat didalam gaya Romawi. Gaya yang dipakai saat itu, sangatlah
penting dimana Sallust tidak hanya mendeskripsikan kelanjutan dari sebuah
peristiwa melainkan juga mengkomunikasikan terhadap kesuksesan-kegagalan, keadilan-ketidakadilan,
serta tindakan-tindakan dari seorang pemimpin.
-
Livy, ialah sosok yang ternama didalam histograf latin,
karyanya banyak berbicara tentang sejarah awal Romawi dari abad 2 sM, serta
gambaran sejarah dari masa Gracchi hingga agustus. Ia menulis untuk kepentingan
politik atas persetujuan dari agustus.
-
Yosephus, ialah seorang Yahudi yang menjadi sejarahwan Yunani dan
Romawi. Dia banyak menulis tentang materi sejarah dan etnografi dari budaya
bangsanya sendiri pada masa Hellenisme dan
Romawi. Didalam karyanya ia mencoba memberi penerangan tentang latar
belakang dan penyebab perang. Yang menjadi bagian utama dari pada karyanya
adalah : “ kehadiran langsung dari Yosephus didalam peristiwa sejarah “.
-
Tacitus, ialah seorang penulis tentang sejarah pada masa
kerajaan. Ia memberikan gambaran tentang kegagalan institusi dari sistem
konstitusi kerajaan dari kekuasaan Romawi. Dan lebih mengkhususkan terhadap
sejarah Romawi pada abad pertama yang terkait dengan kekuasaan tirani dari
kaisar Domitian.
-
Arius dan Dio Cassius, ialah seorang sejarahwan bagi Aleksander
Agung. Ia mengkaji tentang monograf, etnograf dan observasi atas pengalamannya
pribadi.
E. Retorika dan kaum Sofistik Kedua
Didalam
tradisi bahasa latin, dikenal istilah Quintilian dan fronto. Quintilian
merupakan penerus yang menjadi guru dan dapat menjadi contoh dari ilmu
retorika. Ia menekankan pentingnya penggabungan antara kebijaksanaan dan
pengetahuan tentang kenegaraan. Dan pada akhirnya ia menjadi terkenal dan
makmur atas pembaharuan yang ia lakukan terhadap kaum sofistik.
Fronto
ialah seorang guru yang terkenal pada abad ke 2. Ia juga seorang politikus pada
masa Hadrianus. Ia juga banyak menulis tentang ajaran-ajaran filsafat didalam
hidupnya.
Kemudian berkembanglah kaum sofistik ( kaum
seni retorika yang mengalami perubahan ). Yang dipimpin ole Herodes Attikus. Ia
adalah seorang politikus yang sangat berpengaruh dan memiliki hubungan khusus
dengan kaisar Antoninus Pius.
F. Stoisme pada masa kekaisaran
Pada
abad kedua, kaisar Roma banyak membuka sekolah-sekolah filsafat klasik. Dimana
filsafat stoisme menjadi model filsafat Romawi yang banyak dipakai seleca
dikekaisaran Romawi pada saat itu. Konsep pengajarannya ialah “ Konsep tentang
Tuhan yang sangat jelas kepentinganya untuk mengajarkan moral, dan Tuhan
sebagai penata. Bagi Seneca, tubuh adalah penjara bagi jiwa, pengalaman secara
fisik tidak menjadi ukuran, sehigga kehidupan politis tidaklah penting.
Filsafat mampu membebaskan jiwa dari penjara, hal itu dikarenakan hubungan
antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya tidak dapat dibentuk oleh
unsur-unsur politik, melainkan melalui nilai moral yang menjadi unsur dari juwa
manusia.
Musonius
Rufus dan Epictetus serta Marcus Aurelius hampi sependapat didalam penekanan
terhadap dunia. Bahwa aturan dunia, sama dengan penata Tuhan didalam dunianya.
Mereka juga sependapat bahwa tenakan moral harus diwujudkan secara nyata
didalam dunia.
G. Berfilsafat didepan Publik
Model
pertama yang digunakan oleh Paulus didalam oratornya ialah : memberikan bentuk
baru dalam kalangan para Filsuf. Dimana ia memberikan motivasi disetiap
tulisannya. Cara inilah yang ditiru didalam tulisan-tulisan dari
sekolah-sekolah filsafat yang ada. Lalu cara kedua yang dilakukan oleh Paulus
yakni : berorasi secara lisan didepan publik (Kisahn Para Rasul). Dan
perlawanan yang dilakukan Paulus terhadap musuh-musuhnya (korintus 2). Seperti
didalam (Kisah Para Rasul 14:8), ketika Barnabas dan Paulus berkotbah sambil
mempertontonkan mujizat, akan tetapi tanpa disengaja mereka memiliki masalah
dalam mencegah orang-orang untuk menyembah mereka layaknya dewa Zeus dan
Hermes.
H. Dio-Prusa, Plutarch, Lucian
- Dio Prusa ialah seorang filsuf yang sangat terkenal. Ia
juga dikenal dengan istilah “ Dio Chrysostom “. Pemikiran yang paling terkenal
ialah tentang “ gairah dan nafsu manusia yang diartikan sebagai penghalang
kepada moralitas seseorang ”.
- Plutarch ialah seorang filsuf yang mendapat
pengajaran dari Chaeronia di Boetania. Dia belajar filsuf di Athena hingga pada
akhirnya menjelajah Yunani, Asia Kecil, dan Mesir. Ia banyak mengkaji ilmu
pengetahuan, filsafat, moral, pendidikan, penyembahan, dan subjek-subjek
keagamaan. Inti dari kajiannya adalah : memberikan model prilak dan sikap hidup
yang mencerminkan kebaikan dan kekudusan. \\
- Lucian merupakan seorang orator, dan
sekaligus seorang filsuf. Penekanannya bertujuan untuk mendengarkan kritikan
atas segala kondisi yang ada. Lucian juga mampu memahami retorika, moral serta
agama.
Agama-agama dalam Periode Kekaisaran Roma
A. Agama Romawi dan Peribadatan orang Asing.
Bangsa Romawi selalu berkutat pada
ritual-ritual, kalender perayaan keagamaan serta ibadah penyembahan dewa-dewa
terhadap kekuatan keilahian. Beberapa sumber literatur kuno telah dipengaruhi
oleh pengenalan orang Yunani terhadap dewa-dewa Romawi. Akan tetapi kekudusan
itu dipahami didalam pengertian pengalaman religius individual dan hal-hal
mistik selalu dilihat penuh kecurigaan oleh orang Romawi. Lebih dari pada itu,
kekudusan berarti taat terhadap kewajiban di dalam ritual karena kehidupan
individu sebagaimana kehidupan komunia, dikuasai dan tergantung oleh
kekuatan-kekuatan supranatural baik didalam kelahiran, kematian hingga
peperangan. Mereka menerima ibadah baru dari berbagai kekuatan lalu
memasukkannya kedalam bahasa resmi mereka. Akan tetapi, banyak terjadi bencana
yang datang terhadap Romawi dimana, banyaknya peribadatan-peribadatan asing
yang masuk (agam Misterius) dan merusak peribadatan resmi. Peribadatan itu
mucul dari imigran Mesir pada abad 1sM (Dinamakan ISIS). Kekeristenan pada saat
itu juga mulai berkembang yang dibawa oleh para kaum Missionaris, akan tetapi
perkembangannya tidak disetujui oleh pemerintahan Romawi. Kekeristenan dianggap
sebuah aliran sesat (sekte), akan tetapi argumen tersebut akhirnya dibantah
oleh Apologet kekeristenan dengan mengatakan bahwa “ agama kristen bukanlah
sekte agama baru, melainkan warisan dari agama kuno Israel “.
B. Penyembahan terhadap Kaisar.
Penyembahan terhadap kaisar adalah
pengembangan dari tradisi penyembahan raja dari budaya Hellenis. Orang Yunani
memandang bahwa raja adalah anak dari dapa dewa. Di kalangan Romawi raja
diartikan layaknya menyembah kekuatan transenden yang didalam keadaan tertentu
termanifestasi kedalam diri seseorang. Struktur penyembahan yang ada terhadap
kaisar mendapat perbedaan yang mencolok pada masa Augustus, dimana penyembahan
bukanlah dari sosok ilah dari pada kaisar. Didalam hal ini, yang disembah ialah
dewa pelindung atau penjaga dari pada kaisar itu sendiri. Akan tetapi pada
akhirnya konsep ini berubah dikalangan Timur bahkan dikalangan Barat yakni :
konsep raja sebagai dewa didalam tradisi Hellenis benar-benar menyebabkan hanya
kaisarlah yang layak disembah. Bahkan kegiatan ini akan terus berlansung hingga
kematiannya. Penyembahan terhadap kaisar, tidak pernah diartikan sebagai
pengganti dari pada agama baru, melainkan menjadi sebuah agama yang resmi
(terjadi dua abad pertama Masehi).
C. Mithras
Merupakan ilah. Mitras juga termasuk didalam “Agama Misteri” Mitras
diterima oleh kalangan Roma, sehingga pada akhir abad ke 3sM, Mitras diakui
sebagai dewa resmi didalam negara. Mitras sendiri berarti “ perjanjian “ dan
dapat diartikan misteri yang paling penting didalam tradisi paganisme dimasa
kekaisaran Romawi, hingga pada abad ke 4sM. Menurut agama ini, hanya kaum
laki-lakilah yang boleh masuk kedalam misteri-misteri dan setelah berhasil
melalui tradisi ini, seseorang akan diartikan “ kelahiran kembali “. Sejarah agama
Mithras juga menunjukkan bahwa kebijakan Roma mengakomodasikan propaganda
ibadah misteri yang ada di Timur.
D. Neopitagorasisme
Ialah
gerakan yang berkembang pada masa akhir Hellenisme dan kekaisaran Romawi.
Gerakan ini dimulai oleh para pengikut Pitagoras (Filsuf ahli matematika) serta filsuf-filsuf lainnya. Gerakan ini
terorganisasi oleh aspek religius, dimana pengikutnya diatur secara ketat
dengan pendekatan asketis. Dimana pengikut Asketis menyembah dewa-dewa, dan
berbuat baik terhadap sesama. Selain itu, mereka juga tidak memakan daging,
tidak mandi, dan secara regular menjalankan puasa. Hal itu cenderung berkaitan
dengan kebutuhan masyarakat atas keinginan mereka, mengalami kehadiran ilahi,
dan takjub atas pengetahuan misterius tentang bekerjanya kekuatan supranatural.
E. Astrologi dan Sihir
Ialah
agama dari golongan atas atau orang-orang berpendidikan. Astrologi ini memuat pengetahuan
terhadap hukum-hukum dan kekuatan-kekuatan alam raya sebagai suatu sistem yang
dapat diteliti secara ilmiah. Melalui Astrologi dapat dipahami keadaan
lingkungan yang mempengaruhi seluruh dunia dan perubahannya seperti : “ Roh,
Matahari, bintang, cahaya, serta dewa-dewa “. Sehingga seseorang dapat
memperkirakan dan mengkondisikan didalam segala kondisi.
F. Gnostisme dan Hermetis
- Pandangan Gnostis ialah produk tragis dari suatu pergerakan atau
pertarungan yang terjadi antara dewa dan manusia. Dengan pandangan dekimian,
maka keselamatan adalah dunia yang kembali kepada asalnya yaitu : ketidakadaan,
dimana setiap mahkluk hidup menerima kemerdekaan untuk kembali kepada hakikat
asalnya yan ilahi. Dan Gnostis juga memuat tradisi ajaran tentang asal mula
Tuhan, kosmologi dan jalan manusia untuk
merdeka. Sehingga dunia pada akhirnya ialah tempat yang asing sebenarnya
bagi setiap manusia.
- Tulisan-tulisan Hermeneutik
Tulisan-tulisan
ini dikaitkan dengan paganisme Gnostis yang ditujukan terhadap pesan-pesan
keselamatan didalam kaitannya dengan pandangan Gnostis yang diorganisir sebagai penyingkap misteri.
Tulisan-tulisan tersebut bukanlah argument filosofi melainkan sebagai
dialog-dialog yang mencerminkan instruksi-instruksi terkait dengan misteri.
Comments
Post a Comment