KRISTOLOGI DALAM KONFESSI HKBP
Kristologi dan ajaran Trinitas merupakan dua
hal yang tidak dapat dipisahkan satu terhadap yang lain. Setiap afirmasi
kristologi senantiasa mengandung suatu pemahaman tertentu mengenai trinitas,
demikian sebaliknya. Kristologi menaruh perhatian terhadap masalah hubungan
antara apa yang ilahi dan apa yang insani dalam pribadi Yesus Kristus.
Kristologi mengungkapkan bahwa Allah hadir dalam diri Yesus.
Bagi para murid dan penulis kitab-kitab Injil tidak
ada keraguan sedikit pun terhadap kemanusiaan Yesus. Mereka telah mengenal
Kristus “menurut daging”. Ini dibuktikan dengan pengalaman mereka di pengadilan
dan pengutukan bersama Yesus sendiri, yang pada akhirnya mereka menyaksikan
sendiri penderitaan dan kematian Yesus. Para
murid juga meyakini bahwa Yesus Kristus bukanlah hanya sekedar Seorang lain
yang diutus Allah. Mereka mengetahui bahwa di dalam Dia, Allah bertemu dengan
kita dalam satu cara yang unik dan yang tidak dapat dibandingkan dengan cara
lain.[1]
Injil pertama, yaitu kitab Markus, ditulis
sekitar tahun 67-70, dan maksudnya untuk memperlihatkan Yesus sebagai “Anak
Allah”.[3]
Markus mengarahkan perhatian para pembaca kepada orangnya, kepada Diri pribadi
Yesus dengan kalimat yang terkenal : “Inilah permulaan Injil tentang Yesus
Kristus, Anak Allah” (Mrk 1:, 1:11, 5:7 ) dan menjelang akhir dari Injilnya,
Markus mencatat tentang pengakuan pasukan Roma yang mengawasi tempat penyaliban
Golgata, “Sungguh, Orang ini adalah Anak Allah” (Mrk 15:39). Dengan gelar “Anak
Allah” itu Markus ingin menekankan bahwa sejak semula Yesus mempunyai makna
yang jauh lebih mendalam dan abadi daripada yang dapat diungkapkan oleh
kata-kata “manusia” saja.
Injil Yohanes pula yang memakai gelar “Anak
Allah”, karena untuk memproklamasikan siapa sebenarnya Yesus, Guru dari Nazaret
itu, ia menggali lebih dalam lagi, baik dari kebudayaan Ibrani maupun Yunani.
Apabila Allah bersabda, maka kita menerima amanat pribadi dari Allah dan bukan
keterangan tentang Allah. Menurut Yohanes, Firman yang kekal itu pernah masuk
ke dalam dunia; Firman itu menjadi manusia (Yoh 1:14, bnd. Pula “hikmat” dari Ams, bab 8, dalam mana
hikmat itu diperlihatkan sebagai seorang oknum yang dekat sekali kepada Tuhan.
Oleh karena itu, mungkin pengertian itulah yang merupakan latar belakang dari
penggunaan kata “Firman” dalam Yoh 1).[4]
Dengan demikian penulis Injil Yohanes
menitikberatkan betapa azas yang hakiki untuk mengerti dunia ini, yaitu logos,
telah menjadi manusia dalam diri seorang yang bernama Yesus, yang berasal dari
Nazaret, propinsi Galilea. Dalam hal ini kata logos firman itu adalah sebagai
pengalaman Yohanes dengan Yesus sebagai Guru dan kemudian sebagai Kristus yang
Bangkit dan bukan akibat berpikir secara rasional. Lepas dari Yesus yang
bergelar “Tuhan” itu Yohanes tidak akan mengetahui sesuatu apa tentang Allah.
Kristologi menurut Bapa Gereja dan Abad
Pertengahan yang mengguluti dogma tentang Yesus Kristus bahwa pemikiran berawal
dari surga, “di atas”. Dengan berawal dari kepercayaan bahwa ini adalah Sabda
Allah, kita menelusuri perihal turun-Nya ke dalam dunia kita, mengagumi cinta
kasih Allah yang mendorong-Nya untuk mengidentifikasikan diri dengan kita dan
kesusahan-kesusahan kita. Sedangkan dalam kristologi Injil Sinoptik (Matius,
Markus, Lukas) menceritakan tentang Yesus dan pemikiran mulai “di atas” bumi dan
“di bawah” bumi. Berawal dari ingatan tentang Yesus dari Nazaret dan
pengaruh-Nya, kita menelusuri perihal bangkit-nya melalui kematian dan
kebangkitan masuk ke dalam kemuliaan Allah, dengan di tantang untuk mengikuti
jejak-Nya dalam hidup sebagai umat beriman.
Jenis kristologi ini adalah jenis kristologi
yang menonjol dalam tradisi Kristiani. Pemikirannya bermula dari surga dengan
ajaran bahwa Pribadi Kedua Allah Tritunggal Yang Mahakudus, Sabda Allah sudah
ada sejak kekal dalam kesatuan dengan Bapa dan Roh Kudus. Kristologi ini
menelusuri turunnya Sabda kekal ke dalam dunia, dalam keterpesonaan memandang
misteri penjelmaan Sang Sabda menjadi manusia. Sebagai Sabda yang menjelma
menjadi manusia, Yesus Kristus menyatakan cinta serta belas kasih Allah dan
melalui identifikasi diri-Nya dengan eksistensi manusiawi yang mencapai
puncaknya pada salib dan kebangkitan, ia memulihkan keserupaan manusia dengan
Allah yang telah dirusak oleh dosa.[5]
Sehingga turunnya Sabda kekal ke dalam dunia
untuk ada dan hidup sebagai manusia adalah peristiwa penebusan yang terunggul;
jati diri metafisis Yesus Kristus adalah dasar landasan fungsi-Nya sebagai
Penebus bangsa manusia. Dengan demikian pola kristologi ini memperoleh
paradigma alkitabiahnya dalam Injil Yohanes (Yoh 1:1,14).
Paus Yohanes Paulus II dengan sangat bagus
menggunakan pola pemikiran “kristologi dari atas”, dengan mengatakan bahwa
Yesus Kristus, Sabda Allah, telah menjadi manusia” “Allah memasuki sejarah umat
manusia dan sebagai menusia, tetapi sekaligus Tunggal!”. Kristus, Anak Allah
yang hidup, sungguh-sungguh menjadi manusia demi kepentingan kita: “Ia bekerja
dengan tangan manusiawi, ia berfikir dengan akal budi manusiawi. Ia bertindak
dengan kehendak manusiawi dan dengan hati manusiawi-Nya, Ia mencintai. Karena
lahir dari Perawan Maria , Ia sungguh-sungguh telah menjadi salah
seorang di antara kita, menyerupi kita dalam segala sesuatu kecuali dalam hal
dosa.
Dengan demikian pada tahap pengembangan mengenai
kristologi, langkah yang sangat penting yang akan membawa pemahaman kristologi
tersebut memasukkan kepedulian akan keadilan sosial ke dalam perutusan Gereja
di dalam dunia. Langkah ini adalah menentukan hubungan antara Kristologi dan
gereja menurut metafora jalan: “Yesus Kristus ialah jalan utama bagi gereja.
Sehingga kepedulian dan keterlibatan kita dalam perkara-perkara adalah hakekat
iman itu sendiri, jika kita sungguh-sungguh menjadi kagum dan terpesona akan
kabar baik bahwa bangsa manusia telah ditebus oleh Kristus dan sangat berharga
di hadapan Allah.
Inilah salah satu Kristologi dari atas yang
bermuara pada tindakan demi keadilan sebagai integral dari iman itu sendiri.
Kristologi ini bermula di surga, menurut turunnya Sabda kekal, Anak Allah, ke
dalam dunia, menyadari akibat peristiwa penebusan atas martabat setiap manusia
dan segenap bangsa manusia, dan kemudian mengikuti Sang Penebus di jalan salib
cinta kasih untuk mewujudkan terpenuhinya penebusan ini dalam keadaan konkret
hidup kita bersama.
Kristologi ini mengawali pemikiran di dunia,
dengan mengenang Yesus dari Nazaret yang hidup-Nya sungguh-sungguh menyejarah
dan sungguh-sungguh bebas. Sebagaimana yang diisyaratkan oleh namanya,
kristologi ini menelusuri naiknya Yesus Kristus kepada Dia yang dipanggil-Nya Abba, dengan perasaan terpesona oleh
misteri dialektis kematian dan kebangkitan. Kematian kelam seorang manusia yang
merasa diri ditinggalkan, mengalami kesepian yang pekat dan anugerah Allah
berupa kehidupan yang baru dan mulia. Dengan demikian Kristus yang bangkit dari
kematian adalah permulaan ciptaan baru. Sesungguhnya dalam diri Yesus Kristus
penebusan yang dijanjikan sudah mulai terwujud, meskipun kepenuhannya masih
menunggu saatnya. Dengan demikian, naiknya Yesus yang melayani-disalibkan-bangkit
dan masuk ke dalam hidup Allah adalah peristiwa penebusan yang paling unggul.[6]
Hidup Yesus Kristus selama di dunia ini, yang
membuahkan penebusan kita, merupakan dasar tetap dan ukuran yang perlu untuk
semua pemakluman tentang jati diri-Nya yang paling dalam. Pola Kristologi ini
mendapatkan paradigma skriptualnya dalam Injil sinoptik Matius, Markus, dan
Lukas.
Pemikiran tentang kristologi dimulai dari
bawah, dibumi, dengan mengingat hidup Yesus menurut Injil dan disini menemukan
dasar untuk melihat bagaimana Kristus yang bangkit terus bekerja di dunia
dewasa ini. Perasan Yesus selama hidup-Nya di dunia yang merupakan pola atau
model menjadi sumber terang dan tenaga yang menggerakkan perutusan Gereja
sendiri di dalam dunia.
Dengan demikian, dalam kristologi dari atas,
fokusnya terletak pada penjelmaan Sabda kekal Allah yang menebus umat manusia.
Kita diajak untuk merenungkan identifikasi Sabda yang telah menjadi manusia
dengan kemanusiaan setiap orang yang menganugerahkan kepada kita masing-masing
martabat tertinggi. Sedangkan dalam kristologi dari bawah, fokusnya terletak
pada Yesus Kristus yang bangkit yang disalibkan sebagai akibat suatu jenis
pelayanan yang sangat khusus.
Meskipun kristologi dari atas lebih bersifat
filosofi dan kristologi dari bawah lebih berorientasi sejarah, keduanya tidak
hanya tidak saling menyisihkan, tetapi diperlukan demi kepenuhan pengakuan iman
Gereja. Namun, dalam kedua jenis kristologi itu garis dasarnya adalah pandangan
bahwa Gereja dikaruniai Roh Kristus dan dipanggil untuk menjadi murid dengan
perutusan yang memiliki pola jalan Yesus Kristus.
Dalam Katekhismus kecil Dr. Martin Luther pada
fasal yang kedua tentang keselamatan manusia yang berisikan : “Aku Percaya
kepada Yesus Kristus, Anak Allah yang tunggal, Tuhan kita, yang dikandung
daripada Roh Kudus, lahir dari gadis perawan Maria, yang menderita dibawah
pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan, turun dalam
kerajaan maut, pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati, naik
ke sorga, duduk di sebelah kanan Allah, Bapak Yang Maha Kuasa dan akan turun
dari sana untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.[7]
Ini berarti bahwa kita yang percaya bahwa Yesus
Kristus adalah Allah sesungguhnya yang diperankan Bapak-Nya dari kekekalan dan
juga Dia adalah manusia yang sesungguhnya yang lahir dari gadis perawan Maria,
Dia adalah Tuhanku, yang menebus dan terkutuk ditebus-Nya dan dimenangkan-Nya
kita manusia dari segala dosa dari kematian dan dari kuasa iblis, bukanlah
dengan emas atau perak, melainkan dengan darah-Nya yang kudus. Dan mahal dan
dengan penderitaan dan kematianNya yang tidak dikarenakan dosa-Nya, supaya aku
menjadi milik-Nya dan hidup menjadi warga kerajaan-Nya, serta melayani-Nya di
dalam keadilan yang kekal, tidak berdosa, penuh berkat, juga sama seperti Dia
bangkit dari kematian, hidup dan memerintah untuk selama-lamanya.
Menurut Luther, jabatan imam di dalam
Perjanjian Lama telah disempurnakan, digenapi, sekaligus di akhiri oleh Tuhan
Yesus Kristus, Imam Besar Agung itu. Dengan kematian dan kebangkitan Kristus,
manusia tidak lagi membutuhkan manusia lain untuk berperan sebagai imam, yaitu
perantaran mereka dengan Tuhan, baik untuk memanjatkan doa (permohonan,
pengakuan dosa dan sebagainya) maupun untuk mempersembahkan korban. Yesus
Kristus telah menjadi Imam sekaligus korban yang paling sempurna, sekali untuk
selamanya. Berdasarkan imamat dan pengorbanan Kristus, semua orang percaya
adalah imam. Inilah yang disebut Luther (bersama para reformator lainnya) Imamat Am Semua Orang Percaya.[8]
Dalam Yoh 1:14 dikatakan “Firman itu telah
menjadi daging” berarti Dia yang tadinya Anak Allah telah menjadi anak manusia,
tidak karena percampuran zat, melainkan karena kesatuan pribadi. Keilahian itu
terikat dan bersatu dengan kemanusiaan sendemikian rupa hingga masing-masing
tabiat itu tetap menyimpan ciri-ciri khasnya sendiri, tetapi dari keduanya itu
terwujud juga satu Kristus. Jiwa itu memang bukan tubuh dan tubuh bukan jiwa.
Meskipun begitu, dia yang terdiri dari kedua unsur itu merupakan satu manusia,
tidak lebih. Jadi ada dua tabiat yang berbeda-beda yang membentuk pribadi orang
itu.[9]
Dalam hal ini untuk menyatakan substansi
Kristus yang sebenarnya ialah terdapat dalam ayat-ayat yang menyangkut kedua
tabiat itu sekaligus, misalnya dalam Injil Yohanes. Dalam Injil itu dapat
terlihat bahwa Bapa telah memberiNya kuasa untuk mengampuni dosa (Yoh 1:29),
untuk membangkitkan kebenaran, kesucian dan keselamatan; bahwa Ia ditetapkan
menjasi Hakim atas orang-orang yang hidup dan yang mati, supaya Ia dihormati
sama seperti Bapa dihormati (Yoh 5:21). Sehingga dengan demikian Ia akan
disebut sebagai Terang dunia, Gembala yang baik, satu-satunya Pintu dan Pokok
anggur yang benar (Yoh 9:5, 10:7dst, 15:1 dst).
Menurut Calvin ada tiga jabatan Kristus[10]
yang menjadi dasar untuk melawan kaum bidat-bidat yang juga menyebut nama
Kristus. Kristus memang terdapat pada mereka menurut namaNya tetapi bukan
menurut kenyataanNya. Sehingga supaya iman mendapatkan dalam diri Kristus dasar
keselamatan yang mantap, dan dengan demikian bertumpu padaNya, maka harus
ditetapkan suatu azas yaitu bahwa tugas yang diberikan kepadaNya oleh Bapa,
terdiri dari tiga bagian. Sebab
Ia deberikan untuk menjadi Nabi,
Raja dan Imam.
Jabatan Kristus
sebagai nabi bertujuan supaya kita tahu bagaimana dalam pokok ajaran yang
dibawaNya terdapat semua unsur hikmat yang genap. Ia telah diurapi dengan Roh
supaya Ia menjadi pemberita dan saksi dari anugerah Bapa dan tidak dengan cara
yang lazim, sebab Ia membedakan dari guru-guru lainnya yang pernah memegang
jabatan yang sama. Jabatan Kristus
sebagai Raja bahwa Kristus memperlengkapi pengikut-pengikutNya dengan
segala sesuatu yang perlu demi keselamatan jiwa yang kekal dan memberi mereka
kekuatan yang membuat mereka tak terkalahkan oleh segala serangan dari
musuh-musuh rohani. Sehingga karena
orang percaya oleh kekuatan Raja mereka tegak tak terkalahkan dan karena mereka
dilimpahkan kekayaanNya yang rohaniah, maka sepantasnyalah mereka dinamakan
orang Kristen. Jabatan Kristus sebagai
Imam bertujuan supaya menjadi Pengantara yang bebas dari segala noda, yang
oleh kesucianNya memperdamaikan Allah dengan kita. Kristus bertindak sebagai
imam tidak hanya supaya, menurut hukum kekal mengenai perdamaian, dibuatNya
Bapa bersikap baik dan lemah-lembut terhadap kita, tetapi juga supaya kita
diterimaNya sebagai teman sejabatan yang begitu mulia (Wah 1:6).[11]
Dalam pengakuan HKBP, tanpa dapat dihindarkan,
jabatan-jabatan di dalamnya didasarkan pada prinsip munus triplex Christi[12].
Hal itu berarti karena sebagai akibat pengaruh Etisisme dari ajaran Pietisme yang paling ditonjolkan adalah
keteladanan Yesus Kristus, sehingga karya Kristus sebagai imam, nabi dan raja
tidak ditampilkan dengan tepat.[13]
Diatas segalanya harus ditekankan bahwa Yesus bukan hanya Raja dalam gereja-Nya
melainkan juga untuk seluruh dunia. Pendapat itu akan bertambah penting artinya
karena dalam sikap hidup pietistik terdapat
bahaya, yaitu bahwa “dunia ini dengan segala corak keangkuhan dan keserakahannya”
merupakan hal yang negatif dan harus dijauhi. Dalam hal inilah gereja dengan
sikapnya yang pietistik, tidak mau
mencampuri urusan politik dan segala “perkara duniawi” karena manganggap tabu.
Tidak ada satu pun kristologi disusun sepanjang sejarah yang
sungguh-sungguh memuaskan dan dapat mempertahankan diri. Adapun sebabnya bukan
karena kenyataan bahwa alam pikiran manusia berubah, tetapi juga oleh karena
“obyek” kristologi, yaitu Yesus Kristus melampaui pikiran, perkataan dan bahasa
manusia.
Dalam tradisi agama suku, keberagamaan itu
mendapat pengkuannya yang resmi dalam ‘kepercayaan kepada kemahakuasaan ilahi’
seperti yang nyata dalam sila pertama pancasila. Kebudayaan kita mengenal Allah
yang tidak di kenal itu yakni “Sang Mahakuasa, yang memberi buah kandungan”.
Dengan demikian kepercayaan kepada kemahakuasaan ilahi itu merupakan
“perspektif batiniah dan tujuan adat”. Sehingga yang dipanggil bukanlah Allah
yang telah menyatakan nama-Nya, melainkan bahwa ‘kepercayaan kepada
kemahakuasanaan ilahi’, meyebutkan nama-dewa Batak-purba itu dalam arti suatu
“monoteisme yang deistis”.[14]
Meskipun ‘Zaman’ merupakan faktor utama dalam
perubahan keadaan, namun itu bukanlah faktor yang satu-satunya. Dalam
“pengalaman dan pertimbangan” itu, akan bekerja kepercayaan Kristen. Inilah
yang merupakan ciri zaman sekarang yang digambarkan sebagai waktu-peralihan.
Dengan bertolak dari sini, dapat dipahami pemakaian nama-nama Allah dari
Alkitab dan nama-nama dari adat Batak yang tempaknya tidak dihubungkan satu
sama lain. Kenyataan ini merupakan tanda peralihan dari konsep agama suku
tantang dewa kepada konsep Kristen yang sadar tentang Allah. Nama dewa
Batak-purba biasanya dipakai bilamana kehidupan dan persekutuan di lihat dan
ditafsirkan dengan bertolak dari sudut sifatnya sebagai ciptaan saja. Dosa,
kesalahan dan keselamatan tidaklah dibicarakan. Di lain pihak ia memandang
kesalahan yang berpusat pada Kristus dan yang bersifat soteriologis sebagai ini
hakiki kekristenan. Demikianlah kepercayaan kepada Kristus yang muncul dalam
pengakuan iman rasuli bagian kedua tak terikat secara sadar kepada kepercayaan
akan Allah. Yang belakangan ini tetap dikuasai oleh pandangan-pandangan
pra-kristen. Suatu oandangan Kristen tentang Allah atas dasar firman Allah
barulah dapat diperoleh apabila orang belajar mengenal pekerjaan Roh Kudus. [15]
Oleh karena itu, bila gereja suku belajar
memahami dirinya sebagai hasil karya Roh Kudus dan ditengah dunianya bertobat
menjadi tubuh Kristus, maka terbukalah jalan untuk memanggil Allah, Bapa Yesus
Kristus, sebagai Tuhan persekutuan adat. Jadi bukan melalui penggantian nama
Tuhan, melainkan melalui bertambahnya pengenalan akan penyataan Allah dalam
Roh, disitulah kepercayaan kepada keselamatan adak dihubungkan dengan kepercayaan
kepada pemeliharaan ilahi yang wajar. dengan demikian maka Injil akan menjadi
berlaku dalam agama Kristen atau agama baru.
Gereja HKBP dalam konfesinya pada tahun 1951
menyatakan bahwa Yesus adalah Allah anak yang menjadi manusia, dilahirkan oleh
perawan Maria yang diperkandungkan oleh Rohul Kudus, diberikan nama Yesus. Jadi
terdapat dua sifat di dalam Dia : pada-Nya terdapat Ketuhanan dan Kemanusiaan.
Ia adalah Allah yang benar dan manusia yang benar, Ia menderita kesengsaraan
waktu pemerintahan Pilatus, ia tersalib pada kayu salib, untuk melepaskan kita
dari dosa, dari maut dan dari kuasa Iblis. Ia adalah kegenapan korban
perdamaian kepada Allah untuk segala dosa manusia. Ia turun ke neraka setelah
dikuburkan, bangkit dari mati pada hari yang ketiga, naik ke sorga duduk di
sebelah kanan Allah Yehowa, BapaNya yang mulia selama-lamanya. Ia ada di sorga
membela kita, merintah atas segala sesuatu sampai kembali kelak ke bumi
menghakimi yang hidup maupun yang mati.[16]
Mat.28:18; Ef.1:20-22; 1:7; Yoh.3:16; Ibr.9:14;
Fil 2:4-6, merupakan ayat yang dapat kita pakai untuk menolak dan melawan
ajaran dari Roma Katolik yang mengatakan : 1) Bahwa Maria, ibu dari Tuhan
Yesus, yang disebut Kudus, membela kita kepada Allah. 2) Para
pastor berkuasa lagi mengorbankan tubuh Kristus di dalam misa. 3) Paus di
Romalah wakil Kristus di dunia. Matius 23:8-10, juga kita menolak ajaran orang
yang menyamakan sepenuhnya Tuhan Yesus dengan para Nabi di dunia ini.
Sedangkan dalam konfesi HKBP tahun 1996 konsep
tentang kristologi lebih diperjelas lagi dimana didalamnya dijelaskan bahwa
Allah Bapa menyatakan dirinya melalui Yesus Kristus, Anaknya yang tunggal itu,
juruslamat manusia dan dia memateraikan keslamatan melalui rohNya. Allah anak
adalah Yesus Kristus yang di dalamnya Allah Bapa yang mengosongkan dirinya dan
menjadi manusia, yang dilahirkan oleh Maria, dikandung dari Roh Kudus sebelum
ada mengenal suami. Dialah Tuhan yang melindungi dan menyelamatkan manusia.
Peristiwa itu terjadi melalui penderitaan yang dialaminya hingga kematianNya di
kayu salib. Dialah kesempurnaan korban pendamaian oleh Allah karena dosa
manusia. Dia turun ke dalam maut, bangkit kembali dari kematian pada hari yang
ketiga, naik ke surga duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Karena itulah Dia
ditinggikan oleh Allah dan kepadaNya diberikanNya nama diatas segala nama.[17]
Mengenai pribadi Yesus Kristus dan
pekerjaanNya, Alkitab seakan-akan memperlihatkan kepada kita dua garis atau dua
segi : pertama Yesus sama sekali
tergolong kepada kita manusia. Ia telah datang dalam keadaan
yang serupa dengan keberdosaan manusia (Rom 8:3). Ia dilahirkan oleh seorang
perempuan (Galatia
4:4), Yesus juga menyatakan solider dengan manusia dalam segenap dosanya;
karena itu Ia minta dibabtiskan. Ia turut serta dalam kehidupansehari-hari :
merasa lapar (Mat 4:2) dan haus (Yoh 19:28), mengunjungi sebuah pesta
perkawinan (Yoh 2:1 dyb) dan menangis di kubur seorang sahabat (Yoh 11:35). Ia
telah mati dan dikuburkan, sebagaimana manusia telah ditentukan satu kali akan
mati (Ibr 9:27). kepadaNya berlaku apayang dinubuatkan tentang Nabi Tuhan yang
menderita : Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada (Yes 53). Kedua Yesus ini sama sekali tergolong
Allah.
HKBP dalam merumuskan pemahamannya mengenai
kristologi sudah mengalami banyak pergumulan. Mulai dari pemahaman yang dibuat
oleh teolog-teolog dari luar gereja sampai konsili-konsili gereja juga
menyinggung masalah kristologi dan masih banyak lagi pergumulan yang dialami
HKBP dalam merumuskan pemahaman tentang kristologi dalam Pengakuan Imannya.
Sehingga dalam konfesinya HKBP telah mengalami revisi antara tahun 1951 dan
1996 yang mungkin dianggap baik dari tahun sebelumnya. Dari kedua isi pengakuan
ini sama-sama menekankan bahwa Yesus Kristu adalah Allah Anak. Akan tetapi
untuk memperjelas pemahaman Allah Anak tersebut maka pada tahun 1996 Pengakuan
Iman tersebut di diperjelas dengan mengatakan bahwa Allah mengosongkan dirinya
dan menjadi manusia.
Dengan demikian kristologi yang sungguh-sungguh
harus terarah kepada praksis diaman, teolog harus mengetahui konteks yang
memahami kristologi tersebut. Sehingga Pengakuan Iman HKBP harus dilihat juga
dalam konteks masyarakat batak. Maka harus ada kerjasama antara berbagai ahli
dalam merumuskan pemahaman tentang kristologi tersebut sehingga dengan demikian
akan terlihat jelas nantinya bagaimana pemahaman kristologi terwujud dalam
kehidupan umat Kristen.
Rahasia mengenai pribadi dan pekerjaan Yesus Kristus
hanyalah dapat dirumuskan dengan ungkapan-ungkapan yang bersifat berlawanan. Maksudnya
selalu ada dua garis atau segi yang saling bertentangan. Hal ini sama saja
seperti dua orang yang berbicara satu sama lain, yang satu mengemukakan
kebenaran yang pertama sedangkan yang lain mengemukakan kebenaran yang
kebalikannya, namun kedua kebenaran itu adalah sama-sama benar tetapi pertentangan
itu tidak dapat dilebur antara yang satu dengan yang lain. Mengenai Yesus
Kristus bukanlah suatu oknum yang derajatNya terletak antara Allah dengan
manusia, tetapi Ia benar-benar Allah dan benar-benar manusia.
Yesus bukan sembarang utusan Allah tetapi Dia
adalah Allah yang menjumpai kita dengan cara yang unik. Ia bersifat Ilahi, Mark
1:1; 15:39; Mat 16:16. hal ini mereka yakini setelah Yesus bangkit. Juga sesuai
dengan kristologi Paulus dalam Gal 4:4; Rm 1:3-4; Filp 2:5-11, secara duniawi
Yesus sama dengan kita. Tetapi dengan secara surgawi Dia jauh melebihi kita.
Menurut daging, Yesus Kristus lahir dari Maria garis keturunan Daud tetapi
menurut Roh , Ia dinyatakan anak Allah yang berkuasa.
Dalam Yoh 1:14 juga ada suatu pengakuan yang menyatakan Firman itu telah
menjadi daging.
[1] Bernhard Lohse, Pengantar Sejarah Dogma Kristen, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia,
2001), hlm 90-91
[2] Nico Syukur, Teologi Sistematika I (Allah
Penyelamat), (Yogyakarta: Kanisius, 2004),
hlm. 187-188
[3] Robert R. Boehlke, Siapakah Yesus Sebenarnya, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia,
2001), hlm. 12
[4] Ibid, hlm. 13
[5] Elizabeth Allah. Johnson, Kristologi
Di Mata Kaum Feminis: Gelombang Pembaharuan Dalam Kristologi, (Yogyakarta:
Kanisius, 2003), hlm.
[6] Ibid, hlm. 96-97
[7] Martin Luther, Katekhismus Kecil, (Jakarta: PT Indo Expose Progress, 2004), hlm.
8
[8] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar
Gereja, (Jakarta:
BPK – Gunung Mulia, 2008). Hlm. 47
[9] Yohanes Calvin, Institutio,
(Jakarta : BPK- Gunung Mulia, 1985). hlm 95
[10] Ibid, hlm. 97
[11] Ibid. hlm 98-99
[12] Munus triplex Christi berasal
dari teologi Belanda. Prinsip ini masuk ke dalam pengakuan gereja batak dilatarbelakangi
karena anggota-anggota komisi yang diserahi tugas merumuskan Pengakuan Percaya
HKBP adalah tamatan Sekolah Theologia Tinggi Jakarata yang menyerap Teologi Sistematika
dari guru-guru besar Belanda. Dimana pada dekade ke empat puluh rumusan munus triplex Christi mendapat
penekanan khusus dalam teologi Belanda.
[13] Andar M. Lumbantobing, Makna Wibawa Jabatan Dalam Gereja Batak, (Jakarta:
BPK – Gunung Mulia, 1996), hlm 264-265
[14] Lothar Schreiner, Adat dan Injil, (Jakarta: BPK-Gunung
Mulia, 2003), hlm. 159
[15] Ibid, hal 160
[16] Huria Kristen Batak
Protestan (HKBP), Panindangion
Haporseaon (Pengakuan Iman), (Tarutung: Kantor Pusat HKBP, 2000), hlm.
36-37.
[17] Ibid, hlm. 82-83
Apa kah ada pembeda dengan anak Allah dan Allah anak?
ReplyDelete