DASAR IMAN AGAMA HINDU
Kitab
Atharwa Weda XII pasal 1:1 berbunyi “Sesungguhnya Satya, RTA, Diksa, Tapa,
Brahma dan Yadnya adalah penyangga dunia.” Enam unsur inilah yang mengikat
hidup manusia dalam kebenaran, hukum dan menentukan nilai-nilai spritual.
- Satya
Berasal
dari kata ‘sad’ yang artinya kebenaran, kejujuran dan kesetiaan. Satya
merupakan kebenaran, kejujuran, dan kesetiaan ilahi (dewa). Satya merupakan
sifat hakiki sang ilahi. Dalam agama Hindu terdapat Panca Satya, yakni:
§ Satya Hridaya, merupakan kesetiaan terhadap iman
(kata hati).
§
Satya Wacana, merupakan kesetiaan terhadap
ucapan, perkataan.
§
Satya Samaya, merupakan kesetiaan terhadap
janji.
§
Satya Mitra, merupakan kesetiaan terhadap
persahabatan.
§
Satya Laksana, merupakan kesetiaan terhadap
perbuatan.
Satya
merupakan kebenaran yang relatif. Agama Hindu sangat menekankan agar perbuatan,
ucapan harus dilandasi dengan Satya yang di dalamnya terdapat Panca Satya.
- RTA
Hukum
abadi yang ditentukan oleh ilahi adalah RTA merupakan hukum murni yang absolut,
transendental, kekal dan tidak berubah-ubah. Dalam perkembangan agama Hindu
selanjutnya, RTA menjadi landasan ideal yang kemudian dikenal dengan Dharma, berasal dari kata ‘dhr’ yang
artinya memangku, mengatur atau menuntun. Dharma merupakan bentuk hukum RTA
yang dijabarkan dalam kehidupan manusia. Dharma merupakan penuntun hidup menuju
kesentosaan dan kebahagiaan abadi. Jika manusia melanggar Dharma maka akan
terjadi bencana.
- Diksa
Disebut
juga dengan Abhiseka (Inisiasi), yakni: penyucian untuk memasuki tata ibadah
atau kehidupan yang baru. Dalam Perjanjian Lama tanda Inisiasi adalah sunat,
sedangkan dalam Perjanjian Baru adalah baptisan.
Diksa
adalah suatu fase (tahap) dalam kehidupan menuju fase yang baru, dari fase yang
kurang sempurna menuju fase yang lebih sempurna. Seorang yang akan menerima
ajaran disebut Sisya (Siswa). Sisya harus melalui Diksa dan selanjutnya
menerima tugas sebagai pemimpin agama dan mengajarkan Weda. Mereka yang telah
melewati Diksa harus taat akan sasana (ketentuan yang berlaku).
- Tapa
Berasal
dari kata ‘Tap’ yaitu mengekam, menguasai atau membakar. Tapa berarti usaha
manusia untuk menguasai segala bentuk nafsu. Agar dapat hidup dengan baik,
benar dan suci, seseorang harus lebih dahulu menguasai dirinya sendiri,
mengendalikan panca indra, pikiran dan nafsu. Hanya dengan demikian jiwa yang
ada dalam diri manusia (aturan) tidak lagi terjerat oleh ikatan nafsu hingga
akhirnya dapat bersatu dengan sang Brahman.
Pikiran
yang tidak dapat terkendali merupakan suatu sumber penderitaan, kegelisahan
yang menyiksa lahir dan batin. Hal ini hanya dapat diatasi dengan Tapa. Ada berbagai ajaran
tentang Tapa, antara lain :
Upawasa : Tidak makan/minum pada
hari-hari tertentu.
Jagra : Tidak tidur selama waktu-waktu tertentu.
Mona : Tidak berbicara pada waktu-waktu tertentu.
Brhata : Penyiksaan diri.
- Brahma
Berarti
pujian atau pemujaan. Pada perkembangan selanjutnya, Brahma berubah menjadi
title yang dipuja yang disebut dengan Brahman “Lord of the Prayer”. Brahma juga berarti pujian dalam bentuk
doa/mantra. Hakekat/fungsi doa bergantung pada tujuan pemujaan itu sendiri.
Dalam agama Hindu doa diyakini sebagai cara yang menghubungkan manusia dengan
yang ilahi atau yang disembah.
- Yadnya
Berasal
dari kata ‘Yaj’ berarti memuja,
memberi pengorbanan/menjadikan suci. Yadnya merupakan contoh dari karma
(perbuatan baik) yang dilakukan secara nyata oleh manusia. Yadnya dapat
bersifat materil tetapi dapat juga bersifat nomateril.
Sebagai
kesimpulan bahwa keenam unsur di atas merupakan dasar hakiki iman orang Hindu.
Semua aktivitas iman (kerohanian) harus bermuara kepada srada yang harus
dipedomani dan diamalkan agar kerukunan dan kesejahteraan manusia tercapai.
Comments
Post a Comment