Skip to main content

(LXV. DASAR IMAN AGAMA HINDU)


DASAR IMAN AGAMA HINDU



Kitab Atharwa Weda XII pasal 1:1 berbunyi “Sesungguhnya Satya, RTA, Diksa, Tapa, Brahma dan Yadnya adalah penyangga dunia.” Enam unsur inilah yang mengikat hidup manusia dalam kebenaran, hukum dan menentukan nilai-nilai spritual.


  1. Satya

Berasal dari kata ‘sad’ yang artinya kebenaran, kejujuran dan kesetiaan. Satya merupakan kebenaran, kejujuran, dan kesetiaan ilahi (dewa). Satya merupakan sifat hakiki sang ilahi. Dalam agama Hindu terdapat Panca Satya, yakni:

§   Satya Hridaya, merupakan kesetiaan terhadap iman (kata hati).

§  Satya Wacana, merupakan kesetiaan terhadap ucapan, perkataan.

§  Satya Samaya, merupakan kesetiaan terhadap janji.

§  Satya Mitra, merupakan kesetiaan terhadap persahabatan.

§  Satya Laksana, merupakan kesetiaan terhadap perbuatan.

Satya merupakan kebenaran yang relatif. Agama Hindu sangat menekankan agar perbuatan, ucapan harus dilandasi dengan Satya yang di dalamnya terdapat Panca Satya. 


  1. RTA

Hukum abadi yang ditentukan oleh ilahi adalah RTA merupakan hukum murni yang absolut, transendental, kekal dan tidak berubah-ubah. Dalam perkembangan agama Hindu selanjutnya, RTA menjadi landasan ideal yang kemudian dikenal dengan Dharma, berasal dari kata ‘dhr’ yang artinya memangku, mengatur atau menuntun. Dharma merupakan bentuk hukum RTA yang dijabarkan dalam kehidupan manusia. Dharma merupakan penuntun hidup menuju kesentosaan dan kebahagiaan abadi. Jika manusia melanggar Dharma maka akan terjadi bencana.


  1. Diksa

Disebut juga dengan Abhiseka (Inisiasi), yakni: penyucian untuk memasuki tata ibadah atau kehidupan yang baru. Dalam Perjanjian Lama tanda Inisiasi adalah sunat, sedangkan dalam Perjanjian Baru adalah baptisan.

Diksa adalah suatu fase (tahap) dalam kehidupan menuju fase yang baru, dari fase yang kurang sempurna menuju fase yang lebih sempurna. Seorang yang akan menerima ajaran disebut Sisya (Siswa). Sisya harus melalui Diksa dan selanjutnya menerima tugas sebagai pemimpin agama dan mengajarkan Weda. Mereka yang telah melewati Diksa harus taat akan sasana (ketentuan yang berlaku). 


  1. Tapa

Berasal dari kata ‘Tap’ yaitu mengekam, menguasai atau membakar. Tapa berarti usaha manusia untuk menguasai segala bentuk nafsu. Agar dapat hidup dengan baik, benar dan suci, seseorang harus lebih dahulu menguasai dirinya sendiri, mengendalikan panca indra, pikiran dan nafsu. Hanya dengan demikian jiwa yang ada dalam diri manusia (aturan) tidak lagi terjerat oleh ikatan nafsu hingga akhirnya dapat bersatu dengan sang Brahman.

Pikiran yang tidak dapat terkendali merupakan suatu sumber penderitaan, kegelisahan yang menyiksa lahir dan batin. Hal ini hanya dapat diatasi dengan Tapa. Ada berbagai ajaran tentang Tapa, antara lain :

Upawasa : Tidak makan/minum pada hari-hari tertentu.

Jagra       : Tidak tidur selama waktu-waktu tertentu.

Mona      : Tidak berbicara pada waktu-waktu tertentu.

Brhata     : Penyiksaan diri.


  1. Brahma

Berarti pujian atau pemujaan. Pada perkembangan selanjutnya, Brahma berubah menjadi title yang dipuja yang disebut dengan Brahman “Lord of the Prayer”. Brahma juga berarti pujian dalam bentuk doa/mantra. Hakekat/fungsi doa bergantung pada tujuan pemujaan itu sendiri. Dalam agama Hindu doa diyakini sebagai cara yang menghubungkan manusia dengan yang ilahi atau yang disembah.


  1. Yadnya

Berasal dari kata ‘Yaj’ berarti memuja, memberi pengorbanan/menjadikan suci. Yadnya merupakan contoh dari karma (perbuatan baik) yang dilakukan secara nyata oleh manusia. Yadnya dapat bersifat materil tetapi dapat juga bersifat nomateril.

Sebagai kesimpulan bahwa keenam unsur di atas merupakan dasar hakiki iman orang Hindu. Semua aktivitas iman (kerohanian) harus bermuara kepada srada yang harus dipedomani dan diamalkan agar kerukunan dan kesejahteraan manusia tercapai.

Comments

Popular posts from this blog

(LX. SAKRAMEN BAPTISAN DI HKBP)

SAKRAMEN BAPTISAN DI HKBP  I. Pendahuluan             Baptisan merupakan salah satu sakramen yang diperintahkan oleh Yesus sendiri dalam Amanat AgungNya. Oleh karena itu gereja melayankan baptisan sebagai salah satu sakramen bagi orang percaya.             Kata “baptis” berasal dari Bahasa Yunani, “baptizo” yang artinya: mencelupkan ke dalam air ataupun memasukkan ke dalam air. Pemandian ke dalam air baru menjadi “baptisan” apabila dilaksanakan dengan upacara seremonial yang khusus. [1] Baptisan yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus, yaitu baptisan yang berlaku di tengah-tengah gereja, bukan hanya menunjuk pada Kerajaan Allah yang masih akan datang, melainkan menjadi bukti dan mengukuhkan perwujudan atas kedatangan Kristus ke dunia. [2] HKBP sebagai salah satu gereja Tuhan di Indonesia mengakui dan melayankan Baptisan Kudus sebagai salah satu sakramen di samp...

(LXXVI. MENGENAL PDT. DR. SOUNTILON MANGASI SIAHAAN DAN PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TEOLOGISNYA)

MENGENAL PDT. DR. SOUNTILON   MANGASI SIAHAAN DAN PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TEOLOGISNYA [1] 1. Biografi             Pdt. Dr. Sountilon M. Siahaan lahir pada tanggal 7 April 1936 di desa Meat-Balige, sebuah desa di tepian Danau Toba. Setelah tamat dari SMA Negeri Balige 1956, beliau melanjutkan belajar ke Fakultas Teologi Universitas HKBP Nommensen dan selesai tahun 1961. Menikah pada 26 Agustus 1961. Sejak tahun 1961-1963 beliau bekerja sebagai Pendeta Praktek dan sekaligus sebagai Pendeta Pemuda/Mahasiswa HKBP Ressort Jawa Tengah yang berkedudukan di Yogyakarta. Ditahbiskan sebagai Pendeta HKBP pada 1 Juli 1962.             Beliau selanjutnya tugas belajar ke Universitas Hamburg pada tahun 1963 dan memperoleh gelar Magister Teologi pada tahun 1967 dan meraih gelar Doktor Teologi (Cum Laude) pada tahun 1973 dengan disertasi yang berjudul Die Konkretisierung ...

(XXXI. TAFSIRAN HISTORIS KRITIS MAZMUR 23:1-6)

Tinjauan Historis Kitab Mazmur 23:1-6 Oleh " Rahman Saputra Tamba " BAB I Pendahuluan             Nama kitab ini dalam LXX adalah Psalmoi [1] . Alkitab bahasa latin memakai nama yang sama. Kata Yunani (dari kata kerja psallo yang artinya “memetik atau mendentingkan”). Mula-mula digunakan untuk permainan alat musik petik atau untuk alat musik itu. Kemudian kata ini menunjukkan nyanyian ( psalmos ) atau kumpulan nyanyian ( psalterion) . [2] Dalam bahasa Ibrani ada kata mizmor yang artinya “sebuah nyanyian yang dinyanyikan dengan iringan musik”, namun judul Kitab Mazmur dalam bahasa Ibrani adalah [3] tehillim yang artinya “puji-pujian atau nyanyian pujian”.             Dalam Alkitab Ibrani, Kitab Mazmur terdapat pada awal bagian Kitab-kitab. Para nabi menempatkan sebelum Kitab Amsal dan tulisan hikmat lainnya, dengan alasan bahwa kumpulan tulisan Da...