Skip to main content

(LXI. KRISTOLOGI DALAM KONFESSI HKBP)


KRISTOLOGI DALAM KONFESSI HKBP


I.  Pendahuluan

Kristologi dan ajaran Trinitas merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu terhadap yang lain. Setiap afirmasi kristologi senantiasa mengandung suatu pemahaman tertentu mengenai trinitas, demikian sebaliknya. Kristologi menaruh perhatian terhadap masalah hubungan antara apa yang ilahi dan apa yang insani dalam pribadi Yesus Kristus. Kristologi mengungkapkan bahwa Allah hadir dalam diri Yesus.

Bagi para murid dan penulis kitab-kitab Injil tidak ada keraguan sedikit pun terhadap kemanusiaan Yesus. Mereka telah mengenal Kristus “menurut daging”. Ini dibuktikan dengan pengalaman mereka di pengadilan dan pengutukan bersama Yesus sendiri, yang pada akhirnya mereka menyaksikan sendiri penderitaan dan kematian Yesus. Para murid juga meyakini bahwa Yesus Kristus bukanlah hanya sekedar Seorang lain yang diutus Allah. Mereka mengetahui bahwa di dalam Dia, Allah bertemu dengan kita dalam satu cara yang unik dan yang tidak dapat dibandingkan dengan cara lain.[1]

Ada beberapa pandangan terhadap pemahaman tentang kristologi:[2] Ebionisme yaitu paham ini menyangkal atau tidak mempercayai atau tidak meyakini akan ketuhanan dalam diri Yesus. Ia adalah anak dari Yusuf dan Maria. Ia dipandang sebagai nabi yang ditentukan menjadi Mesias. Doketisme yaitu Aliran ini tidak mempercayai kemanusiaan dalam diri Yesus. Yesus Kristus hanya tampaknya saja mempunyai tubuh, atau hanya mempunyai tubuh surgawi. Salib dipandang hanya untuk mengelabuhi mata orang yang tidak beriman.


II.  Kristologi Uniert

Injil pertama, yaitu kitab Markus, ditulis sekitar tahun 67-70, dan maksudnya untuk memperlihatkan Yesus sebagai “Anak Allah”.[3] Markus mengarahkan perhatian para pembaca kepada orangnya, kepada Diri pribadi Yesus dengan kalimat yang terkenal : “Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah” (Mrk 1:, 1:11, 5:7 ) dan menjelang akhir dari Injilnya, Markus mencatat tentang pengakuan pasukan Roma yang mengawasi tempat penyaliban Golgata, “Sungguh, Orang ini adalah Anak Allah” (Mrk 15:39). Dengan gelar “Anak Allah” itu Markus ingin menekankan bahwa sejak semula Yesus mempunyai makna yang jauh lebih mendalam dan abadi daripada yang dapat diungkapkan oleh kata-kata “manusia” saja.

Injil Yohanes pula yang memakai gelar “Anak Allah”, karena untuk memproklamasikan siapa sebenarnya Yesus, Guru dari Nazaret itu, ia menggali lebih dalam lagi, baik dari kebudayaan Ibrani maupun Yunani. Apabila Allah bersabda, maka kita menerima amanat pribadi dari Allah dan bukan keterangan tentang Allah. Menurut Yohanes, Firman yang kekal itu pernah masuk ke dalam dunia; Firman itu menjadi manusia (Yoh 1:14, bnd. Pula “hikmat” dari Ams, bab 8, dalam mana hikmat itu diperlihatkan sebagai seorang oknum yang dekat sekali kepada Tuhan. Oleh karena itu, mungkin pengertian itulah yang merupakan latar belakang dari penggunaan kata “Firman” dalam Yoh 1).[4]

Dengan demikian penulis Injil Yohanes menitikberatkan betapa azas yang hakiki untuk mengerti dunia ini, yaitu logos, telah menjadi manusia dalam diri seorang yang bernama Yesus, yang berasal dari Nazaret, propinsi Galilea. Dalam hal ini kata logos firman itu adalah sebagai pengalaman Yohanes dengan Yesus sebagai Guru dan kemudian sebagai Kristus yang Bangkit dan bukan akibat berpikir secara rasional. Lepas dari Yesus yang bergelar “Tuhan” itu Yohanes tidak akan mengetahui sesuatu apa tentang Allah.

Kristologi menurut Bapa Gereja dan Abad Pertengahan yang mengguluti dogma tentang Yesus Kristus bahwa pemikiran berawal dari surga, “di atas”. Dengan berawal dari kepercayaan bahwa ini adalah Sabda Allah, kita menelusuri perihal turun-Nya ke dalam dunia kita, mengagumi cinta kasih Allah yang mendorong-Nya untuk mengidentifikasikan diri dengan kita dan kesusahan-kesusahan kita. Sedangkan dalam kristologi Injil Sinoptik (Matius, Markus, Lukas) menceritakan tentang Yesus dan pemikiran mulai “di atas” bumi dan “di bawah” bumi. Berawal dari ingatan tentang Yesus dari Nazaret dan pengaruh-Nya, kita menelusuri perihal bangkit-nya melalui kematian dan kebangkitan masuk ke dalam kemuliaan Allah, dengan di tantang untuk mengikuti jejak-Nya dalam hidup sebagai umat beriman.


a. Kristologi dari Atas

Jenis kristologi ini adalah jenis kristologi yang menonjol dalam tradisi Kristiani. Pemikirannya bermula dari surga dengan ajaran bahwa Pribadi Kedua Allah Tritunggal Yang Mahakudus, Sabda Allah sudah ada sejak kekal dalam kesatuan dengan Bapa dan Roh Kudus. Kristologi ini menelusuri turunnya Sabda kekal ke dalam dunia, dalam keterpesonaan memandang misteri penjelmaan Sang Sabda menjadi manusia. Sebagai Sabda yang menjelma menjadi manusia, Yesus Kristus menyatakan cinta serta belas kasih Allah dan melalui identifikasi diri-Nya dengan eksistensi manusiawi yang mencapai puncaknya pada salib dan kebangkitan, ia memulihkan keserupaan manusia dengan Allah yang telah dirusak oleh dosa.[5] 

Sehingga turunnya Sabda kekal ke dalam dunia untuk ada dan hidup sebagai manusia adalah peristiwa penebusan yang terunggul; jati diri metafisis Yesus Kristus adalah dasar landasan fungsi-Nya sebagai Penebus bangsa manusia. Dengan demikian pola kristologi ini memperoleh paradigma alkitabiahnya dalam Injil Yohanes (Yoh 1:1,14).

Paus Yohanes Paulus II dengan sangat bagus menggunakan pola pemikiran “kristologi dari atas”, dengan mengatakan bahwa Yesus Kristus, Sabda Allah, telah menjadi manusia” “Allah memasuki sejarah umat manusia dan sebagai menusia, tetapi sekaligus Tunggal!”. Kristus, Anak Allah yang hidup, sungguh-sungguh menjadi manusia demi kepentingan kita: “Ia bekerja dengan tangan manusiawi, ia berfikir dengan akal budi manusiawi. Ia bertindak dengan kehendak manusiawi dan dengan hati manusiawi-Nya, Ia mencintai. Karena lahir dari Perawan Maria, Ia sungguh-sungguh telah menjadi salah seorang di antara kita, menyerupi kita dalam segala sesuatu kecuali dalam hal dosa.

Dengan demikian pada tahap pengembangan mengenai kristologi, langkah yang sangat penting yang akan membawa pemahaman kristologi tersebut memasukkan kepedulian akan keadilan sosial ke dalam perutusan Gereja di dalam dunia. Langkah ini adalah menentukan hubungan antara Kristologi dan gereja menurut metafora jalan: “Yesus Kristus ialah jalan utama bagi gereja. Sehingga kepedulian dan keterlibatan kita dalam perkara-perkara adalah hakekat iman itu sendiri, jika kita sungguh-sungguh menjadi kagum dan terpesona akan kabar baik bahwa bangsa manusia telah ditebus oleh Kristus dan sangat berharga di hadapan Allah.

Inilah salah satu Kristologi dari atas yang bermuara pada tindakan demi keadilan sebagai integral dari iman itu sendiri. Kristologi ini bermula di surga, menurut turunnya Sabda kekal, Anak Allah, ke dalam dunia, menyadari akibat peristiwa penebusan atas martabat setiap manusia dan segenap bangsa manusia, dan kemudian mengikuti Sang Penebus di jalan salib cinta kasih untuk mewujudkan terpenuhinya penebusan ini dalam keadaan konkret hidup kita bersama.


b.  Kristologi dari Bawah

Kristologi ini mengawali pemikiran di dunia, dengan mengenang Yesus dari Nazaret yang hidup-Nya sungguh-sungguh menyejarah dan sungguh-sungguh bebas. Sebagaimana yang diisyaratkan oleh namanya, kristologi ini menelusuri naiknya Yesus Kristus kepada Dia yang dipanggil-Nya Abba, dengan perasaan terpesona oleh misteri dialektis kematian dan kebangkitan. Kematian kelam seorang manusia yang merasa diri ditinggalkan, mengalami kesepian yang pekat dan anugerah Allah berupa kehidupan yang baru dan mulia. Dengan demikian Kristus yang bangkit dari kematian adalah permulaan ciptaan baru. Sesungguhnya dalam diri Yesus Kristus penebusan yang dijanjikan sudah mulai terwujud, meskipun kepenuhannya masih menunggu saatnya. Dengan demikian, naiknya Yesus yang melayani-disalibkan-bangkit dan masuk ke dalam hidup Allah adalah peristiwa penebusan yang paling unggul.[6]

Hidup Yesus Kristus selama di dunia ini, yang membuahkan penebusan kita, merupakan dasar tetap dan ukuran yang perlu untuk semua pemakluman tentang jati diri-Nya yang paling dalam. Pola Kristologi ini mendapatkan paradigma skriptualnya dalam Injil sinoptik Matius, Markus, dan Lukas.

Pemikiran tentang kristologi dimulai dari bawah, dibumi, dengan mengingat hidup Yesus menurut Injil dan disini menemukan dasar untuk melihat bagaimana Kristus yang bangkit terus bekerja di dunia dewasa ini. Perasan Yesus selama hidup-Nya di dunia yang merupakan pola atau model menjadi sumber terang dan tenaga yang menggerakkan perutusan Gereja sendiri di dalam dunia.

Dengan demikian, dalam kristologi dari atas, fokusnya terletak pada penjelmaan Sabda kekal Allah yang menebus umat manusia. Kita diajak untuk merenungkan identifikasi Sabda yang telah menjadi manusia dengan kemanusiaan setiap orang yang menganugerahkan kepada kita masing-masing martabat tertinggi. Sedangkan dalam kristologi dari bawah, fokusnya terletak pada Yesus Kristus yang bangkit yang disalibkan sebagai akibat suatu jenis pelayanan yang sangat khusus.

Meskipun kristologi dari atas lebih bersifat filosofi dan kristologi dari bawah lebih berorientasi sejarah, keduanya tidak hanya tidak saling menyisihkan, tetapi diperlukan demi kepenuhan pengakuan iman Gereja. Namun, dalam kedua jenis kristologi itu garis dasarnya adalah pandangan bahwa Gereja dikaruniai Roh Kristus dan dipanggil untuk menjadi murid dengan perutusan yang memiliki pola jalan Yesus Kristus.

     
III. Kristologi menurut Martin Luther

Dalam Katekhismus kecil Dr. Martin Luther pada fasal yang kedua tentang keselamatan manusia yang berisikan : “Aku Percaya kepada Yesus Kristus, Anak Allah yang tunggal, Tuhan kita, yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari gadis perawan Maria, yang menderita dibawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan, turun dalam kerajaan maut, pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati, naik ke sorga, duduk di sebelah kanan Allah, Bapak Yang Maha Kuasa dan akan turun dari sana untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.[7]

Ini berarti bahwa kita yang percaya bahwa Yesus Kristus adalah Allah sesungguhnya yang diperankan Bapak-Nya dari kekekalan dan juga Dia adalah manusia yang sesungguhnya yang lahir dari gadis perawan Maria, Dia adalah Tuhanku, yang menebus dan terkutuk ditebus-Nya dan dimenangkan-Nya kita manusia dari segala dosa dari kematian dan dari kuasa iblis, bukanlah dengan emas atau perak, melainkan dengan darah-Nya yang kudus. Dan mahal dan dengan penderitaan dan kematianNya yang tidak dikarenakan dosa-Nya, supaya aku menjadi milik-Nya dan hidup menjadi warga kerajaan-Nya, serta melayani-Nya di dalam keadilan yang kekal, tidak berdosa, penuh berkat, juga sama seperti Dia bangkit dari kematian, hidup dan memerintah untuk selama-lamanya.

Menurut Luther, jabatan imam di dalam Perjanjian Lama telah disempurnakan, digenapi, sekaligus di akhiri oleh Tuhan Yesus Kristus, Imam Besar Agung itu. Dengan kematian dan kebangkitan Kristus, manusia tidak lagi membutuhkan manusia lain untuk berperan sebagai imam, yaitu perantaran mereka dengan Tuhan, baik untuk memanjatkan doa (permohonan, pengakuan dosa dan sebagainya) maupun untuk mempersembahkan korban. Yesus Kristus telah menjadi Imam sekaligus korban yang paling sempurna, sekali untuk selamanya. Berdasarkan imamat dan pengorbanan Kristus, semua orang percaya adalah imam. Inilah yang disebut Luther (bersama para reformator lainnya) Imamat Am Semua Orang Percaya.[8]


IV.  Kristologi menurut Yohanes Calvin

Dalam Yoh 1:14 dikatakan “Firman itu telah menjadi daging” berarti Dia yang tadinya Anak Allah telah menjadi anak manusia, tidak karena percampuran zat, melainkan karena kesatuan pribadi. Keilahian itu terikat dan bersatu dengan kemanusiaan sendemikian rupa hingga masing-masing tabiat itu tetap menyimpan ciri-ciri khasnya sendiri, tetapi dari keduanya itu terwujud juga satu Kristus. Jiwa itu memang bukan tubuh dan tubuh bukan jiwa. Meskipun begitu, dia yang terdiri dari kedua unsur itu merupakan satu manusia, tidak lebih. Jadi ada dua tabiat yang berbeda-beda yang membentuk pribadi orang itu.[9]

Dalam hal ini untuk menyatakan substansi Kristus yang sebenarnya ialah terdapat dalam ayat-ayat yang menyangkut kedua tabiat itu sekaligus, misalnya dalam Injil Yohanes. Dalam Injil itu dapat terlihat bahwa Bapa telah memberiNya kuasa untuk mengampuni dosa (Yoh 1:29), untuk membangkitkan kebenaran, kesucian dan keselamatan; bahwa Ia ditetapkan menjasi Hakim atas orang-orang yang hidup dan yang mati, supaya Ia dihormati sama seperti Bapa dihormati (Yoh 5:21). Sehingga dengan demikian Ia akan disebut sebagai Terang dunia, Gembala yang baik, satu-satunya Pintu dan Pokok anggur yang benar (Yoh 9:5, 10:7dst, 15:1 dst).

Menurut Calvin ada tiga jabatan Kristus[10] yang menjadi dasar untuk melawan kaum bidat-bidat yang juga menyebut nama Kristus. Kristus memang terdapat pada mereka menurut namaNya tetapi bukan menurut kenyataanNya. Sehingga supaya iman mendapatkan dalam diri Kristus dasar keselamatan yang mantap, dan dengan demikian bertumpu padaNya, maka harus ditetapkan suatu azas yaitu bahwa tugas yang diberikan kepadaNya oleh Bapa, terdiri dari tiga bagian. Sebab Ia deberikan untuk menjadi Nabi, Raja dan Imam.

Jabatan Kristus sebagai nabi bertujuan supaya kita tahu bagaimana dalam pokok ajaran yang dibawaNya terdapat semua unsur hikmat yang genap. Ia telah diurapi dengan Roh supaya Ia menjadi pemberita dan saksi dari anugerah Bapa dan tidak dengan cara yang lazim, sebab Ia membedakan dari guru-guru lainnya yang pernah memegang jabatan yang sama. Jabatan Kristus sebagai Raja bahwa Kristus memperlengkapi pengikut-pengikutNya dengan segala sesuatu yang perlu demi keselamatan jiwa yang kekal dan memberi mereka kekuatan yang membuat mereka tak terkalahkan oleh segala serangan dari musuh-musuh rohani.  Sehingga karena orang percaya oleh kekuatan Raja mereka tegak tak terkalahkan dan karena mereka dilimpahkan kekayaanNya yang rohaniah, maka sepantasnyalah mereka dinamakan orang Kristen. Jabatan Kristus sebagai Imam bertujuan supaya menjadi Pengantara yang bebas dari segala noda, yang oleh kesucianNya memperdamaikan Allah dengan kita. Kristus bertindak sebagai imam tidak hanya supaya, menurut hukum kekal mengenai perdamaian, dibuatNya Bapa bersikap baik dan lemah-lembut terhadap kita, tetapi juga supaya kita diterimaNya sebagai teman sejabatan yang begitu mulia (Wah 1:6).[11]

Dalam pengakuan HKBP, tanpa dapat dihindarkan, jabatan-jabatan di dalamnya didasarkan pada prinsip munus triplex Christi[12]. Hal itu berarti karena sebagai akibat pengaruh Etisisme dari ajaran Pietisme yang paling ditonjolkan adalah keteladanan Yesus Kristus, sehingga karya Kristus sebagai imam, nabi dan raja tidak ditampilkan dengan tepat.[13] Diatas segalanya harus ditekankan bahwa Yesus bukan hanya Raja dalam gereja-Nya melainkan juga untuk seluruh dunia. Pendapat itu akan bertambah penting artinya karena dalam sikap hidup pietistik terdapat bahaya, yaitu bahwa “dunia ini dengan segala corak keangkuhan dan keserakahannya” merupakan hal yang negatif dan harus dijauhi. Dalam hal inilah gereja dengan sikapnya yang pietistik, tidak mau mencampuri urusan politik dan segala “perkara duniawi” karena manganggap tabu.


V. Kristologi dalam konfesi HKBP

            Tidak ada satu pun kristologi disusun sepanjang sejarah yang sungguh-sungguh memuaskan dan dapat mempertahankan diri. Adapun sebabnya bukan karena kenyataan bahwa alam pikiran manusia berubah, tetapi juga oleh karena “obyek” kristologi, yaitu Yesus Kristus melampaui pikiran, perkataan dan bahasa manusia.

Dalam tradisi agama suku, keberagamaan itu mendapat pengkuannya yang resmi dalam ‘kepercayaan kepada kemahakuasaan ilahi’ seperti yang nyata dalam sila pertama pancasila. Kebudayaan kita mengenal Allah yang tidak di kenal itu yakni “Sang Mahakuasa, yang memberi buah kandungan”. Dengan demikian kepercayaan kepada kemahakuasaan ilahi itu merupakan “perspektif batiniah dan tujuan adat”. Sehingga yang dipanggil bukanlah Allah yang telah menyatakan nama-Nya, melainkan bahwa ‘kepercayaan kepada kemahakuasanaan ilahi’, meyebutkan nama-dewa Batak-purba itu dalam arti suatu “monoteisme yang deistis”.[14]

Meskipun ‘Zaman’ merupakan faktor utama dalam perubahan keadaan, namun itu bukanlah faktor yang satu-satunya. Dalam “pengalaman dan pertimbangan” itu, akan bekerja kepercayaan Kristen. Inilah yang merupakan ciri zaman sekarang yang digambarkan sebagai waktu-peralihan. Dengan bertolak dari sini, dapat dipahami pemakaian nama-nama Allah dari Alkitab dan nama-nama dari adat Batak yang tempaknya tidak dihubungkan satu sama lain. Kenyataan ini merupakan tanda peralihan dari konsep agama suku tantang dewa kepada konsep Kristen yang sadar tentang Allah. Nama dewa Batak-purba biasanya dipakai bilamana kehidupan dan persekutuan di lihat dan ditafsirkan dengan bertolak dari sudut sifatnya sebagai ciptaan saja. Dosa, kesalahan dan keselamatan tidaklah dibicarakan. Di lain pihak ia memandang kesalahan yang berpusat pada Kristus dan yang bersifat soteriologis sebagai ini hakiki kekristenan. Demikianlah kepercayaan kepada Kristus yang muncul dalam pengakuan iman rasuli bagian kedua tak terikat secara sadar kepada kepercayaan akan Allah. Yang belakangan ini tetap dikuasai oleh pandangan-pandangan pra-kristen. Suatu oandangan Kristen tentang Allah atas dasar firman Allah barulah dapat diperoleh apabila orang belajar mengenal pekerjaan Roh Kudus. [15]

Oleh karena itu, bila gereja suku belajar memahami dirinya sebagai hasil karya Roh Kudus dan ditengah dunianya bertobat menjadi tubuh Kristus, maka terbukalah jalan untuk memanggil Allah, Bapa Yesus Kristus, sebagai Tuhan persekutuan adat. Jadi bukan melalui penggantian nama Tuhan, melainkan melalui bertambahnya pengenalan akan penyataan Allah dalam Roh, disitulah kepercayaan kepada keselamatan adak dihubungkan dengan kepercayaan kepada pemeliharaan ilahi yang wajar. dengan demikian maka Injil akan menjadi berlaku dalam agama Kristen atau agama baru.

Gereja HKBP dalam konfesinya pada tahun 1951 menyatakan bahwa Yesus adalah Allah anak yang menjadi manusia, dilahirkan oleh perawan Maria yang diperkandungkan oleh Rohul Kudus, diberikan nama Yesus. Jadi terdapat dua sifat di dalam Dia : pada-Nya terdapat Ketuhanan dan Kemanusiaan. Ia adalah Allah yang benar dan manusia yang benar, Ia menderita kesengsaraan waktu pemerintahan Pilatus, ia tersalib pada kayu salib, untuk melepaskan kita dari dosa, dari maut dan dari kuasa Iblis. Ia adalah kegenapan korban perdamaian kepada Allah untuk segala dosa manusia. Ia turun ke neraka setelah dikuburkan, bangkit dari mati pada hari yang ketiga, naik ke sorga duduk di sebelah kanan Allah Yehowa, BapaNya yang mulia selama-lamanya. Ia ada di sorga membela kita, merintah atas segala sesuatu sampai kembali kelak ke bumi menghakimi yang hidup maupun yang mati.[16]

Mat.28:18; Ef.1:20-22; 1:7; Yoh.3:16; Ibr.9:14; Fil 2:4-6, merupakan ayat yang dapat kita pakai untuk menolak dan melawan ajaran dari Roma Katolik yang mengatakan : 1) Bahwa Maria, ibu dari Tuhan Yesus, yang disebut Kudus, membela kita kepada Allah. 2) Para pastor berkuasa lagi mengorbankan tubuh Kristus di dalam misa. 3) Paus di Romalah wakil Kristus di dunia. Matius 23:8-10, juga kita menolak ajaran orang yang menyamakan sepenuhnya Tuhan Yesus dengan para Nabi di dunia ini.

      Sedangkan dalam konfesi HKBP tahun 1996 konsep tentang kristologi lebih diperjelas lagi dimana didalamnya dijelaskan bahwa Allah Bapa menyatakan dirinya melalui Yesus Kristus, Anaknya yang tunggal itu, juruslamat manusia dan dia memateraikan keslamatan melalui rohNya. Allah anak adalah Yesus Kristus yang di dalamnya Allah Bapa yang mengosongkan dirinya dan menjadi manusia, yang dilahirkan oleh Maria, dikandung dari Roh Kudus sebelum ada mengenal suami. Dialah Tuhan yang melindungi dan menyelamatkan manusia. Peristiwa itu terjadi melalui penderitaan yang dialaminya hingga kematianNya di kayu salib. Dialah kesempurnaan korban pendamaian oleh Allah karena dosa manusia. Dia turun ke dalam maut, bangkit kembali dari kematian pada hari yang ketiga, naik ke surga duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Karena itulah Dia ditinggikan oleh Allah dan kepadaNya diberikanNya nama diatas segala nama.[17]


Tanggapan

Mengenai pribadi Yesus Kristus dan pekerjaanNya, Alkitab seakan-akan memperlihatkan kepada kita dua garis atau dua segi : pertama Yesus sama sekali tergolong kepada kita manusia. Ia telah datang dalam keadaan yang serupa dengan keberdosaan manusia (Rom 8:3). Ia dilahirkan oleh seorang perempuan (Galatia 4:4), Yesus juga menyatakan solider dengan manusia dalam segenap dosanya; karena itu Ia minta dibabtiskan. Ia turut serta dalam kehidupansehari-hari : merasa lapar (Mat 4:2) dan haus (Yoh 19:28), mengunjungi sebuah pesta perkawinan (Yoh 2:1 dyb) dan menangis di kubur seorang sahabat (Yoh 11:35). Ia telah mati dan dikuburkan, sebagaimana manusia telah ditentukan satu kali akan mati (Ibr 9:27). kepadaNya berlaku apayang dinubuatkan tentang Nabi Tuhan yang menderita : Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada (Yes 53). Kedua Yesus ini sama sekali tergolong Allah.

HKBP dalam merumuskan pemahamannya mengenai kristologi sudah mengalami banyak pergumulan. Mulai dari pemahaman yang dibuat oleh teolog-teolog dari luar gereja sampai konsili-konsili gereja juga menyinggung masalah kristologi dan masih banyak lagi pergumulan yang dialami HKBP dalam merumuskan pemahaman tentang kristologi dalam Pengakuan Imannya. Sehingga dalam konfesinya HKBP telah mengalami revisi antara tahun 1951 dan 1996 yang mungkin dianggap baik dari tahun sebelumnya. Dari kedua isi pengakuan ini sama-sama menekankan bahwa Yesus Kristu adalah Allah Anak. Akan tetapi untuk memperjelas pemahaman Allah Anak tersebut maka pada tahun 1996 Pengakuan Iman tersebut di diperjelas dengan mengatakan bahwa Allah mengosongkan dirinya dan menjadi manusia.

Dengan demikian kristologi yang sungguh-sungguh harus terarah kepada praksis diaman, teolog harus mengetahui konteks yang memahami kristologi tersebut. Sehingga Pengakuan Iman HKBP harus dilihat juga dalam konteks masyarakat batak. Maka harus ada kerjasama antara berbagai ahli dalam merumuskan pemahaman tentang kristologi tersebut sehingga dengan demikian akan terlihat jelas nantinya bagaimana pemahaman kristologi terwujud dalam kehidupan umat Kristen.


VI. Kesimpulan

Rahasia mengenai pribadi dan pekerjaan Yesus Kristus hanyalah dapat dirumuskan dengan ungkapan-ungkapan yang bersifat berlawanan. Maksudnya selalu ada dua garis atau segi yang saling bertentangan. Hal ini sama saja seperti dua orang yang berbicara satu sama lain, yang satu mengemukakan kebenaran yang pertama sedangkan yang lain mengemukakan kebenaran yang kebalikannya, namun kedua kebenaran itu adalah sama-sama benar tetapi pertentangan itu tidak dapat dilebur antara yang satu dengan yang lain. Mengenai Yesus Kristus bukanlah suatu oknum yang derajatNya terletak antara Allah dengan manusia, tetapi Ia benar-benar Allah dan benar-benar manusia.

Yesus bukan sembarang utusan Allah tetapi Dia adalah Allah yang menjumpai kita dengan cara yang unik. Ia bersifat Ilahi, Mark 1:1; 15:39; Mat 16:16. hal ini mereka yakini setelah Yesus bangkit. Juga sesuai dengan kristologi Paulus dalam Gal 4:4; Rm 1:3-4; Filp 2:5-11, secara duniawi Yesus sama dengan kita. Tetapi dengan secara surgawi Dia jauh melebihi kita. Menurut daging, Yesus Kristus lahir dari Maria garis keturunan Daud tetapi menurut Roh, Ia dinyatakan anak Allah yang berkuasa. Dalam Yoh 1:14 juga ada suatu pengakuan yang menyatakan Firman itu telah menjadi daging.



[1] Bernhard Lohse, Pengantar Sejarah Dogma Kristen, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2001), hlm 90-91
[2] Nico Syukur, Teologi Sistematika I (Allah Penyelamat), (Yogyakarta: Kanisius, 2004), hlm. 187-188
[3] Robert R. Boehlke, Siapakah Yesus Sebenarnya, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2001), hlm. 12
[4] Ibid, hlm. 13
[5] Elizabeth Allah. Johnson, Kristologi Di Mata Kaum Feminis: Gelombang Pembaharuan Dalam Kristologi, (Yogyakarta: Kanisius, 2003), hlm.
[6] Ibid, hlm. 96-97
[7] Martin Luther, Katekhismus Kecil, (Jakarta: PT Indo Expose Progress, 2004), hlm. 8
[8] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, (Jakarta: BPK – Gunung Mulia, 2008). Hlm. 47
[9] Yohanes Calvin, Institutio, (Jakarta : BPK- Gunung Mulia, 1985). hlm 95
[10] Ibid, hlm. 97
[11] Ibid. hlm 98-99
[12] Munus triplex Christi berasal dari teologi Belanda. Prinsip ini masuk ke dalam pengakuan gereja batak dilatarbelakangi karena anggota-anggota komisi yang diserahi tugas merumuskan Pengakuan Percaya HKBP adalah tamatan Sekolah Theologia Tinggi Jakarata yang menyerap Teologi Sistematika dari guru-guru besar Belanda. Dimana pada dekade ke empat puluh rumusan munus triplex Christi mendapat penekanan khusus dalam teologi Belanda. 
[13] Andar M. Lumbantobing, Makna Wibawa Jabatan Dalam Gereja Batak, (Jakarta: BPK – Gunung Mulia, 1996), hlm 264-265
[14]   Lothar Schreiner, Adat dan Injil, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2003), hlm. 159
[15] Ibid,  hal 160
[16] Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), Panindangion Haporseaon (Pengakuan Iman), (Tarutung: Kantor Pusat HKBP, 2000), hlm. 36-37.
[17] Ibid, hlm. 82-83

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

(LX. SAKRAMEN BAPTISAN DI HKBP)

SAKRAMEN BAPTISAN DI HKBP  I. Pendahuluan             Baptisan merupakan salah satu sakramen yang diperintahkan oleh Yesus sendiri dalam Amanat AgungNya. Oleh karena itu gereja melayankan baptisan sebagai salah satu sakramen bagi orang percaya.             Kata “baptis” berasal dari Bahasa Yunani, “baptizo” yang artinya: mencelupkan ke dalam air ataupun memasukkan ke dalam air. Pemandian ke dalam air baru menjadi “baptisan” apabila dilaksanakan dengan upacara seremonial yang khusus. [1] Baptisan yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus, yaitu baptisan yang berlaku di tengah-tengah gereja, bukan hanya menunjuk pada Kerajaan Allah yang masih akan datang, melainkan menjadi bukti dan mengukuhkan perwujudan atas kedatangan Kristus ke dunia. [2] HKBP sebagai salah satu gereja Tuhan di Indonesia mengakui dan melayankan Baptisan Kudus sebagai salah satu sakramen di samp...

(LXXVI. MENGENAL PDT. DR. SOUNTILON MANGASI SIAHAAN DAN PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TEOLOGISNYA)

MENGENAL PDT. DR. SOUNTILON   MANGASI SIAHAAN DAN PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TEOLOGISNYA [1] 1. Biografi             Pdt. Dr. Sountilon M. Siahaan lahir pada tanggal 7 April 1936 di desa Meat-Balige, sebuah desa di tepian Danau Toba. Setelah tamat dari SMA Negeri Balige 1956, beliau melanjutkan belajar ke Fakultas Teologi Universitas HKBP Nommensen dan selesai tahun 1961. Menikah pada 26 Agustus 1961. Sejak tahun 1961-1963 beliau bekerja sebagai Pendeta Praktek dan sekaligus sebagai Pendeta Pemuda/Mahasiswa HKBP Ressort Jawa Tengah yang berkedudukan di Yogyakarta. Ditahbiskan sebagai Pendeta HKBP pada 1 Juli 1962.             Beliau selanjutnya tugas belajar ke Universitas Hamburg pada tahun 1963 dan memperoleh gelar Magister Teologi pada tahun 1967 dan meraih gelar Doktor Teologi (Cum Laude) pada tahun 1973 dengan disertasi yang berjudul Die Konkretisierung ...

(XXXI. TAFSIRAN HISTORIS KRITIS MAZMUR 23:1-6)

Tinjauan Historis Kitab Mazmur 23:1-6 Oleh " Rahman Saputra Tamba " BAB I Pendahuluan             Nama kitab ini dalam LXX adalah Psalmoi [1] . Alkitab bahasa latin memakai nama yang sama. Kata Yunani (dari kata kerja psallo yang artinya “memetik atau mendentingkan”). Mula-mula digunakan untuk permainan alat musik petik atau untuk alat musik itu. Kemudian kata ini menunjukkan nyanyian ( psalmos ) atau kumpulan nyanyian ( psalterion) . [2] Dalam bahasa Ibrani ada kata mizmor yang artinya “sebuah nyanyian yang dinyanyikan dengan iringan musik”, namun judul Kitab Mazmur dalam bahasa Ibrani adalah [3] tehillim yang artinya “puji-pujian atau nyanyian pujian”.             Dalam Alkitab Ibrani, Kitab Mazmur terdapat pada awal bagian Kitab-kitab. Para nabi menempatkan sebelum Kitab Amsal dan tulisan hikmat lainnya, dengan alasan bahwa kumpulan tulisan Da...