Skip to main content

(LXIII. PERTOBATAN - DIETRICH BONHOEFFER)


PERTOBATAN

(DIETRICH BONHOEFFER)

I.              Pendahuluan

Sumber pemahaman dari pertobatan ini berasal dari buku yang berjudul “Mengikut Yesus” yang ditulis sendiri oleh Dietrich Bonhoeffer seorang teolog dan pendekar gereja di Jerman pada masa Perang Dunia II. Buku ini adalah hasil pergumulan Dietrich Bonhoeffer dalam mengikut Yesus. Meskipun buku ini ditulis pada situasi dan kondisi tertentu, sesuai dengan zamannya, namun masih tetap relevan bagi kita sekarang di Indonesia dan sesuai dengan kebutuhan kerohanian kita dan pada masa saat-saat kita sedang mengalami krisis masalah kehidupan kita pada saat ini. Buku ini dengan detail menjelaskan kepada kita bagaimana kehendak dari Yesus dan firmannya kepada manusia. Pada saat ini banyak manusia menambahkan peraturan dan ajran dalam firman Yesus, sehingga membuat firman dari Yesus mengalami pengeruhan firman dan orang-orang yang mendengar firman tersebut menjadi salah pengertian dalam isi dan makna dari firman itu sendiri yang kita kenal dengan mengalami kesesatan. Dan lebih parah lagi banyak dari manusia yang menolak firman Yesus walaupun firman yang diberikan itu adalah firman yang murni tidak menyalahi isi Alkitab. Oleh karena itu kita sebagai umat dan pengikut dari Yesus haruslah mengajak orang-orang yang mengalami kesesatan tersebut kedalam Gereja untuk bertobat dan mau menerima Yesus kedalam hidupnya.[1]

  

II.           Isi
Makna Pertobatan.

            Anugerah yang murah adalah anugerah yang seperti barang buangan; pengampunan, penghiburan, sakramen; semuanya barang buangan. Anugerah tanpa harga. Semua harga sudah dibayar, karena itu anugerah adalah anugerah yang murah. Anugerah yang murah adalah sistem, ajaran tentang pengampunan pada umumnya, kasih sebagai pandangan Kristen. Siapa menerima itu telah menerima pengampunan dosa tanpa perlu bertobat, tanpa menyesali dosanya dan tanpa melepaskannya. Oleh karena itu, anugerah yang murah adalah penginkaran firman Allah yang hidup, pengingkaran penjelmaan firman Allah itu. Anugerah yang murah adalah pembenaran dosa, bukan pembenaran orang yang berdosa. Hidup lama dapat dilanjutkan saja. “Segala usaha kita tetap sia-sia, dunia tetap dunia dan kita tetap orang berdosa”.[2]


Panggilan Untuk Mengikut Yesus

Waktu Yesus menuntut dari sipemuda untuk dengan suka rela menjadi miskin, maka si pemuda tahu bahwa jabatan yang mungkin hanya “taat” atau “tidak taat”. Lewi dan Petrus harus meninggalkan segala miliknya. Petrus harus berani menerjunkan diri kedalam danau yang penuh gelombang itu. Ini semua berarti bahwa firman Yesus Kristus harus dianggap lebih kuat dari pada pegangan-pegangan lain di dunia; akal sehat, suara hati, tanggung jawab, pieta (hormat kepada orang tua), bahkan Hukum Taurat dan asas-asas dari kitab. Makna dari “Pertobatan” bisa saja kita artikan dengan “Mengikut Yesus”. Mengikut Yesus adalah keterikatan dengan Kristus. Suatu ide tentang Kristus, suatu sistim ajaran, suatu pengetahuan umum tentang anugerah dan pengampunan dosa tidak membawa orang untuk mengikut Yesus, malahan menjauhkannya, bertentangan dengan mengikut Yesus. Hal tersebut dapat kita artikan dengan bahwa dalam mengikut Yesus bukan saja hanya dapat kita ketahui tetapi juga haruslah kita imankan supaya dalam pengetahuan mengikut Yesus dapat bermakna keimanan dan bukan hanya sebatas pengetahuan saja.

Untuk mengikut Yesus haruslah percaya kepada Yesus, jikalau kita tidak percaya kepada Yesus maka kita tidak dapat mengikut Yesus. Misalkan saja Lewi dan Petrus yang telah dijelaskan sebelumnya haruslah meninggalkan miliknya untuk dapat percaya. Panggilan Yesus sudah datang, maka mereka tidak bisa lagi untuk hidup tenang seperti sebelumnya. Petrus harus keluar dari Perahunya untuk merasakan kekuasaan Yesus yang tidak terbatas. Kalau tetap didalam perahu, ia tidak bisa percaya. Jalan menuju kepercayaan melalui ketaatan kepada yang menjadikan kemungkinan-kemungkinan untuk percaya hanyalah panggilan Yesus. Kemungkinan itu sendiri tidak ada artinya. Kemungkinan itu juga tidak ditentukani oleh orang. Mengikut Yesus bukan timbula dari orang, melainkan hanya diciptakan oleh panggilan Yesus.[3]

Dalam mengikut Yesus dan percaya kepada Yesus, Bonhoeffer memberikan dua rumusan, yaitu;

-          Hanya orang yang percayalah yang taat dan hanya orang yang taatlah yang percaya

Percaya dulu, maka itulah dasar dari ketaatan. Memang hanya percayalah yang membenarkan, tidak segala usaha dalam ketaatan. Tetapi, kalau dikatakan bahwa ketaatan baru mulai setelah kepercayaan ada, maka timbullah pertanyaan: kapan kepercayaan mulai? Ini memecah kesatuan dari kepercayaan dengan ketaatan. Menciptakan sebuah rumusan yang kedua yaitu;

-          Kepercayaan hanya ada dalam ketaatan.

Akan tetapi juga: ketaatan adalah dasar dari percaya. Orang dituntut untuk taat dalam panggilan-panggilan.[4]

               Pertobatan seorang pemabuk yang meninggalkan alkhohol dan orang kaya yang meninggalkan uangnya untuk menjadi bebas dari alcohol dan uangnya, belum tentu bisa bebas dari dirinya sendiri. Perbuatan kedua orang itu tidak membebaskan dirinya dari maut, dari ketidaktaatan dan kelaliman. Kalau kita mengira bahwa langkah pertama itu mendatangkan anugerah, ini yang baru disebut kesediaan, kerelaan, yang oleh Gereja Katholik Roma disebut: facerequod in se est. dengan ini, kita masih ada dalam hidup kita yang lama, dalam ketidak percayaan. Langkah pertama ini hanya baik kalau kita mengambilnya tanpa melihat pada pekerjaan kita, melainkan pada panggilan Yesus kepada kita. Petrus tahu bahwa kalau ia dengan kekuatannya sendiri keluar dari perahunya, ia akan mati tenggelam, oleh karena itu ia memohon, “Suruhlah aku datang kepada-Mu”. Dan Kristus menjawab, “Datanglah!” Panggilan Kristus inilah yang menolongnya dari maut. Petrus harus percaya pada panggilan ini, dan ia harus taat.[5]

Ketaatan Yang Sederhana

               Jika kita melihat sekilas akan ketaatan ini pasti kita merasakan cukup sederhana sekali untuk melakukannya, akan tetapi jika hati kita tidak memiliki rasa kepercayaan yang besar kepada Yesus Kristus maka ketaatan tersebut akan merasa sangat berat dan sangat sulit untuk kita laksanakan dan kita kerjakan dalam hidup kita sehari-hari. Contohnya saja mengenai seorang pemuda yang ingin mengikut Yesus, pemuda tersebut merasa sangat bersedih dimana ia sangat takut sekali untuk menjadi orang miskin seperti yang dikatakan Yesus kepadanya untuk meninggalkan segala harta kekayaannya, padahal Yesus tidak menuntut sebuah kemiskinan yang secara harafiah. Yesus hanya ingin agar si pemuda tersebut tidak terbelenggu dalam harta-hartanya. Jadi, kita tidak mau taat dengan sederhana, tetapi taat “dalam kepercayaan”. Lain sekali sikap sipemuda. Ia tidak menghibur diri dengan berpikir: “saya tetapmau kaya, tetapi dalam hati saya bebas dari kekayaan saya; saya percaya akan pengampunan dosa”. Bukan demikian. Si pemuda itu pergi dengan sedih. Oleh karena ia tidak taat, kepercayaannya pun hilang. Ia amat jujur, dan kejujuran ini lebih mengandung harapan dari pada ketaatan yang palsu, yang sebenarnya disebabkan ketidaktaatan.[6]

 Mengikut Yesus Berarti Salib

               Panggilan untuk mengikut Yesus diberikan dalam hubungannya dengan pemberitaan dalam hubungannya dengan pemberitaan tentang penderitaannya. Dalam penderitaannya, Yesus masih dapat dikagumi dan dihormati dunia; tetapi Yesus menderita dan dibuang. Disini penderitaan yang dialami Yesus sama sekali tidak menimbulkan hormat, karena ia menderita sebagai orang yang dibuang. Memang demikian itulah yang diharuskan Tuhan. Para murid menolak hal itu, yang artinya: mereka tidak mau bahwa Kristus menjadi Kristus. Oleh karena itu, tiap penolakan adalah dari setan. Bahwa justru Petrus, “batu karang” Gereja yang mengatakan penolakan itu, menunjukkan bahwa Gereja dari permulaan menolak penderitaan Kristus. Gereja tidak mau mempunyai Tuhan yang menderita. Gereja tidak mau menerima hukum penderitaan dari Tuhannya. Dari penderitaan yang dialami oleh Yesus Kristus ditegaskan bahwa siapapun yang ingin menerima Yesus dalam hidupnya haruslah rela untuk menderita dan dibuang serta mau untuk memikul salibnya. Salib yang pertama adalah panggilan untuk meninggalkan segala keterikatan dengan dunia ini. Manusia yang lama harus mati. Salib bukan akhir hidup saleh, melainkan permulaan persekutuan dengan Yesus Kristus.[7
Makna Mengikut Yesus Bagi Orang-Perorangan

Makna dari mengikut Yesus dan bertobat kedalam jalan kerajaan Allah haruslah terlebih dahulu mengambil sikap yang tegas dalam keputusan yang besar dalam hidupnya dan ia juga haruslah merasakan panggilan yang seutuhnya dari Yesus agar dalam kesendirian dalam hidupnya orang yang bertobat tersebut dapat berpegang teguh hanya dalam nama Yesus Kristus. Dengan panggilan-Nya, Kristus telah mematahkan hubungan dengan keadaan dimana orang hidup. Bykan si pengikut, melainkan Kristus sendiri yang telah memindahkan dia dari hubungan dengan dunia kepada hubungan langsung dengan Dia sendiri. Bukan orang dengan keangkuhannya yang mematahkan hubungan ini, tetapi Kristus sendiri. Pematahan hubungan langsung dengan dunia tidak lain dari mengenal Kristus sebagai Anak Allah, Sang Perantara. Bukan orang sendiri yang mematahkan, dengan harapan mendapat yang lebih baik dari gagasannya sendiri. Bukan orang, melainkan Kristus sendiri yang berbuat ini, dan yang dipanggil semata-mata harus mengakui diri sebagai Pengantara. Inilah yang mematahkan hubungan dengan dunia manusia dan benda. Dan asas Kristen tidak dapat dipertanggungjawabkan untuk meniadakan nilai peraturan-peraturan hidup demi cita-cita Kristen. Mungkin malahan sebaliknya. Tetapi, bukan asas Kristen yang mahapenting, melainkan bahwa Kristus telah menjadi Pengantara, berdiri antara kita dan dunia. Itulah fakta yang mematahkan hubungan langsung dengan hidup ini. Orang yang dipanggil harus menjadi seorang diri dihadapan Sang Pengantara. Hubungan langsung sadar atau tidak sadar adalah kebencian kepada Kristus dan merintangi untuk menjadi seorang diri. Oleh karena itu, demi Kristus segala hubungan langsung harus dibenci. Dari konsep pemahaman tersebut dapat lebih dijelaskan bahwa selama ini konsep perkenalan kita untuk mengenal Yesus hanya sebatas dari orang tua, gereja, dan lingkungan sekitar, contohnya saja: kenapa kita jadi orang yang beragama Kristen? Tentu karena orang tua kita Kristen sehingga tanpa kita sadari kita juga beragama Kristen. Yang diinginkan oleh Yesus kepada kita sebagai umat-Nya kita dituntut untuk mengenal Yesus secara pribadi lepas pribadi, kita mau mengenal Yesus dan mau mengikuti apapun permintaan Yesus karena kita percaya dan yakin atas kuasa yang dimiliki oleh Yesus itu sendiri, tanpa adanya unsur keterikatan dari orang tua, gereja dan lingkungan sekitar yang selama ini hanya mengenalkan Yesus kepada kita dalam konsep pemahaman yang lama, Bonhoeffer dalam konsepnya yang dijelaskan diatas ingin agar kita terlepas dari pemaham lama tersebut serta menerima Yesus karena kita percaya kepada Yesus itu sendiri.[8]
Khotbah di Bukit[9]

Yesus diatas bukit , orang banyak, para murid. Orang banyak melihat: mereka melihat Yesus dengan murid-murid-Nya. Para murid belum lama ini masih termasuk orang banyak, tetapi setelah panggilan Yesus datang, mereka mengikut Dia kemanapun Ia pergi, dan meninggalkan segala milik mereka. Para murid melihat: mereka melihat orang banyak yang telah mereka tinggalkan. Mereka adalah gereja bangsa Isreal. Para murid mengikut Yesus dan akan memberitakan kepada orang banyak betapa bahagi mengikut Yesus itu. Tetapi bagaimanakah akhirnya? Yesus melihat: Ia melihat murid-muridnya yang telah dipanggil seorang demi seorang. Mereka telah meninggalkan segala milik mereka dan telah menjadi orang-orang yang paling miskin dan paling menderita dan paling lapar. Mereka hanya mempunyai Dia, tetapi oleh Dia mereka mempunyai segala sesuatu pada Allah. Mereka adalah jemaat kecil yang ditemukan Yesus, tetapi ia mencari jemaat yang lebih besar. Yesus melihat murid dan orang banyak. Orang banyak akan mengusir para murid dan orang banyak inilah gambaran utuh dari sejarah penderitaan Yesus dan jemaat-Nya. Oleh karena itu, “berbahagialah!” firman Yesus kepada murid-murid-Nya. Mereka berbahagia bukan karena kekurangan mereka atau karena mereka menderita, melainkan dasarnya ialah panggilan Yesus dan janji-janji-Nya. Orang banyak mendengar firman Yesus dan mereka terkejut: janji Allah kepada segenap bangsa diterima oleh jemaat kecil dari para murid Yesus. Memang yang disebut berbahagia adalah segenap bangsa. Tetapi, apakah bangsa akan menerima firman ini dalam percaya kepada Yesus Kristus, atau akan meninggalkan Yesus dan jemaat-Nya karena tidakk percaya? Itulah yang tetap menjadi pertanyaan.[10


Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.

= Para murid tidak memiliki sesuatu pun didunia. Demi Yesus mereka telah kehilangan segala hal. Sekarang mereka miskin , hanya dapat berharap kepada-Nya. Memang Yesus mengenal mereka yang kaya, pemberita agama bangsa yang berkuasa, dan kokoh berdiri di atas dunia ini. Mereka berdiri atas tabiat bangsa, keyakinan bangsa. Tetapi bukan kepada mereka, melainkan hanya kepada murid-Nya Ia berfirman. Ditengah-tengah kemiskinan mereka, merekalah ahli waris Kerajaan Surga.



Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.

= Berdukacita adalah susah atas dunia, atas dosanya, atas keadaannya dan atas yang disebut bahagia itu. Para murid Yesus yang mengalami duka cita adalah mereka ditolak seperti Ia ditolak. Itulah hiburan mereka dimana dari penolakan dan kepahitan hidup tersebut terdapat sebuah kebahagiaan yang akan diberikan oleh Yesus Kristus sebagai penghibur mereka.



Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.

= Orang yang lemah lembut adalah orang yang telah melepaskan segala hak di dunia ini demi Yesus Kristus. Kalau mereka dicemooh mereka akan diam, kalau disiksa mereka akan menahannya. Mereka tidak mau berpekara   tentang hak mereka sendiri. Demikianlah orang yang lemah lembut. “biar mereka yang mempunyai sorga” demikian kata dunia. Akan tetapi, Yesus berkata, “mereka akan memiliki bumi”, yaitu bumi yang baru.



Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.

= Orang ini merasa dirinya tidak mempunyai kebenaran. Mereka haus dan lapar. Mereka rindu akan pengampunan dosa dan pembaharuan dunia. Roti hidup yang benar akan mereka makan. Mereka akan dipuaskan. Dia, roti hidup, selalu beserta  dengan mereka. Mereka akan dipuaskan dengan Dia yang adalah kebenaran itu.



Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.

= Mereka adalah yang hidup dengan Yesus tanpa memperhitungkan gengsi mereka sendiri. Mereka mempunyao kesusahan sendiri, tetapi mau memikul kesusahan orang lain juga. Mereka tidak bisa melihat orang menderita susah dan miskin, oleh sebab itu mereka mempunyai kemurahann hati Tuhan mereka.



Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.

= Orang yang suci hatinya ialah dia yang telah memberikan hatinya kepada Yesus dan melepaskan kebaikannya sendiri. Ia yang dalam hidup ini hanya melihat Yesus, akan melihat Allah. Hatinya telah disucikan oleh Yesus dan dilepaskan dari segala keinginannya sendiri.



Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.

= Para murid Yesus menganggap Yesus adalah sebuah kedamaian atau yang lebih tepatnya Yesus sang pembawai damai. Oleh karena itu murid-murid dari Yesus menyebarluaskan kedamaian tersebut kepada dunia sehingga mereka yang melakukan hal tersebut akan disebut dengan anak Allah.



Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.

= Hal yang dimaksudkan disini adalah jika seseorang yang dianiaya oleh sebab perkara kebenaranan, ia mengalami sebuah tindakan anarki yang sangat membahayakan dirinya sendiri, misalkan saja para martir yang mati demi nama kebenaran dari Yesus yang dibunuh dan tidak takut untuk mati sehingga mereka dapat hidup kembali didalam kerajaan yang diberikan Allah kepada mereka yang mati demi kebenaran nama-Nya.



Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.

.



= Dunia tidak mau menerima akan murid-murid dari Yesus, bagi dunia yang besar ini murid-murid yang mengikut Yesus ini adalah orang-orang asing. Kebanyakan dari mereka akan disingkirakan akan tetapi penyingkiran tersebut akan mendatangkan sebuah kebahagiaan disorga bersama Yesus Kristus.

                        Isi dari khotbah diatas bukit ini bisa menjadi pedoman bagi kita untuk dapat berpegang teguh dalam keimanan kita mengikut Yesus dan menjadi manusia yang sesuai dengan apa yang telah Yesus harapkan dalam firman-Nya dan dalam pertobatan kita kepada-Nya.
Latihan Kesalehan adalah Tersembunyi

Untuk mengikut Yesus dan bertobat untuk berjalan diatas nama-Nya haruslah memiliki sebuah kesalehan yang sangat kuat dan tersembunyi dari dunia, oleh karena itu perlu dilakukan sebuah latihan yang kuat dalam melakukan pantangan-pantangan. Tujuannya tidak lain adalah sebuah agar mereka lebih rela dan lebih dengan gembira menjalani jalan yang diperintahkan Yesus, dan melakukan tugas mereka. Suatu hidup yang sama sekali tidak melakukan sebuah latihan, yang melampiaskan segala keinginan daging asal tidak bertentangan dengan iustitia civilis akan sukar mau melayani Yesus Kristus. Daging yang kenyang tidak senang berdoa dan tidak relamengorbankan diri untuk melayani. “Roh penurut, akan tetapi daging adalah lemah” oleh karena itu, latihan berdoa dan penelaahan firman Allah perlu. Latihan badan dapat membantu. Perlawanan daging terhadap latihan merendahkan diri, mula-mula datang dengan terang. Kemudian tersembunyi dibelakang kata-kata rohani, yaitu demi kemerdekaan injil. Dimana pelampiasan nafsu dan kekacauan dalam doa dijadikan lawan terhadap latihan dan askese injili, dimana ketidakteraturan dalam membaca firman Allah dibenarkan dalam nama kemerdekaan Kristen, maka disitu teranglah perlawanan terhadap firman Kristus.
Kesederhanaan Hidup Tanpa Khawatir

Hidup pengikut Yesus menjadi nyata, bahwa tidak ada sesuatu pun diantaranya dengan Kristus. Bukan hukum, bukan kesalehannya sendiri, bukan juga dunia; pengikut Yesus hanya melihat Yesus. Ia tidak melihat Kristus dan dunia. Matanya hanya menerima terang dari Kristus. Mata harus murni dan terang agar badan selalu dalam terang; kaki dan tangan hanya menerima terang dari mata. Kemanakah arah hati murid Yesus? Terang tubuh adalah mata, terang murid Yesus adalah hati. Kalau hati gelap, betapa gelapnya murid itu sendiri. Hati menjadi gelap kalau melekat pada dunia. Meskipun suara panggilan Yesus keras sekali, maka tidak akan bisa masuk kedalam orang, oleh karena hatinya tertutup, seperti terang masuk kedalam tubuh orang, kalau matanya rusak.[11]

III.        Penutup

Pertobatan adalah sebuah penggilan yang diberikan oleh Yesus kepada umat-Nya, dimana dalam pertobatan tersebut kita dituntut oleh Yesus untuk melaksanakan setiap apa yang Yesus katakan dan yang Yesus ajarkan dalam setiap firmannya. Dalam melakukan sebuah pertobatan perlu memiliki dasar iman yang teguh dimana kita harus percaya dan yakin akan sepenuhnya firman yang diberikan oleh Yesus kepada kita.

Dalam pertobatan tidaklah mudah seperti membalikan telapak tangan perlu adanya melakukan latihan yang keras agar pertobatan yang dilakukan akan semakin kuat dan semakin teguh dalam nama Yesus Kristus.

Dalam keimanan kita, perlu dipertanyakan bagaimana kita bisa dapat menjadi seorang  Kristen. Pada dasarnya kita menjadi orang Kristen dikarenakan ada sebuah keterikatanan antara kita dan orang tua kita yang telah menjadi seorang Kristen yang mengikut Yesus pada dasarnya orang tua kita tersebut hanya memperkenalkan kita saja kepada Gereja dan sosok Kristus akan tetapi kita belum sepenuhnya mengenal dan mengimani sosok dari Yesus tersebut, oleh karena itu kita perlu mengenal sosok dari Yesus tersebut secara pribadi lepas pribadi agar dapat mengenal sepenuhnya sosok dari Yesus tersebut dan makna yang terkandung dalam firman yang disampaikan dari Yesus kedalam hidup kita yang hanya dimiliki oleh Yesus.
Mengikut Yesus adalah sebuah jalan yang indah yang dapat kita jalani dan dapat kita bagi kepada orang yang berada disekeliling kita, dan setiap perbuatan dari pertobatan kita akan dibayar oleh Allah didalam kerajaan-Nya yang besar dan abadi.



[1] lih. Dietrich Bonhoeffer, Mengikut Yesus, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), hlm. 1.
[2] Ibid., hlm 9-10
[3] Ibid., hlm.24
[4] Ibid., hlm. 25
[5] Ibid., hlm.26-27
[6] Ibid., hlm. 39-40
[7] Ibid., hlm. 45-48
[8] Ibid., hlm. 53-56
[9] Ibid., hlm. 61-69
[10] Ibid., hlm. 61-63
[11] Ibid., hlm. 106-107

Comments

Popular posts from this blog

(LX. SAKRAMEN BAPTISAN DI HKBP)

SAKRAMEN BAPTISAN DI HKBP  I. Pendahuluan             Baptisan merupakan salah satu sakramen yang diperintahkan oleh Yesus sendiri dalam Amanat AgungNya. Oleh karena itu gereja melayankan baptisan sebagai salah satu sakramen bagi orang percaya.             Kata “baptis” berasal dari Bahasa Yunani, “baptizo” yang artinya: mencelupkan ke dalam air ataupun memasukkan ke dalam air. Pemandian ke dalam air baru menjadi “baptisan” apabila dilaksanakan dengan upacara seremonial yang khusus. [1] Baptisan yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus, yaitu baptisan yang berlaku di tengah-tengah gereja, bukan hanya menunjuk pada Kerajaan Allah yang masih akan datang, melainkan menjadi bukti dan mengukuhkan perwujudan atas kedatangan Kristus ke dunia. [2] HKBP sebagai salah satu gereja Tuhan di Indonesia mengakui dan melayankan Baptisan Kudus sebagai salah satu sakramen di samp...

(LXXVI. MENGENAL PDT. DR. SOUNTILON MANGASI SIAHAAN DAN PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TEOLOGISNYA)

MENGENAL PDT. DR. SOUNTILON   MANGASI SIAHAAN DAN PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TEOLOGISNYA [1] 1. Biografi             Pdt. Dr. Sountilon M. Siahaan lahir pada tanggal 7 April 1936 di desa Meat-Balige, sebuah desa di tepian Danau Toba. Setelah tamat dari SMA Negeri Balige 1956, beliau melanjutkan belajar ke Fakultas Teologi Universitas HKBP Nommensen dan selesai tahun 1961. Menikah pada 26 Agustus 1961. Sejak tahun 1961-1963 beliau bekerja sebagai Pendeta Praktek dan sekaligus sebagai Pendeta Pemuda/Mahasiswa HKBP Ressort Jawa Tengah yang berkedudukan di Yogyakarta. Ditahbiskan sebagai Pendeta HKBP pada 1 Juli 1962.             Beliau selanjutnya tugas belajar ke Universitas Hamburg pada tahun 1963 dan memperoleh gelar Magister Teologi pada tahun 1967 dan meraih gelar Doktor Teologi (Cum Laude) pada tahun 1973 dengan disertasi yang berjudul Die Konkretisierung ...

(XXXI. TAFSIRAN HISTORIS KRITIS MAZMUR 23:1-6)

Tinjauan Historis Kitab Mazmur 23:1-6 Oleh " Rahman Saputra Tamba " BAB I Pendahuluan             Nama kitab ini dalam LXX adalah Psalmoi [1] . Alkitab bahasa latin memakai nama yang sama. Kata Yunani (dari kata kerja psallo yang artinya “memetik atau mendentingkan”). Mula-mula digunakan untuk permainan alat musik petik atau untuk alat musik itu. Kemudian kata ini menunjukkan nyanyian ( psalmos ) atau kumpulan nyanyian ( psalterion) . [2] Dalam bahasa Ibrani ada kata mizmor yang artinya “sebuah nyanyian yang dinyanyikan dengan iringan musik”, namun judul Kitab Mazmur dalam bahasa Ibrani adalah [3] tehillim yang artinya “puji-pujian atau nyanyian pujian”.             Dalam Alkitab Ibrani, Kitab Mazmur terdapat pada awal bagian Kitab-kitab. Para nabi menempatkan sebelum Kitab Amsal dan tulisan hikmat lainnya, dengan alasan bahwa kumpulan tulisan Da...