PERTOBATAN
(DIETRICH BONHOEFFER)
I.
Pendahuluan
Sumber
pemahaman dari pertobatan ini berasal dari buku yang berjudul “Mengikut Yesus”
yang ditulis sendiri oleh Dietrich Bonhoeffer seorang teolog dan pendekar
gereja di Jerman pada masa Perang Dunia II. Buku ini adalah hasil pergumulan Dietrich
Bonhoeffer dalam mengikut Yesus. Meskipun buku ini ditulis pada situasi dan
kondisi tertentu, sesuai dengan zamannya, namun masih tetap relevan bagi kita
sekarang di Indonesia dan sesuai dengan kebutuhan kerohanian kita dan pada masa
saat-saat kita sedang mengalami krisis masalah kehidupan kita pada saat ini. Buku
ini dengan detail menjelaskan kepada kita bagaimana kehendak dari Yesus dan
firmannya kepada manusia. Pada saat ini banyak manusia menambahkan peraturan
dan ajran dalam firman Yesus, sehingga membuat firman dari Yesus mengalami
pengeruhan firman dan orang-orang yang mendengar firman tersebut menjadi salah
pengertian dalam isi dan makna dari firman itu sendiri yang kita kenal dengan
mengalami kesesatan. Dan lebih parah lagi banyak dari manusia yang menolak firman
Yesus walaupun firman yang diberikan itu adalah firman yang murni tidak
menyalahi isi Alkitab. Oleh karena itu kita sebagai umat dan pengikut dari
Yesus haruslah mengajak orang-orang yang mengalami kesesatan tersebut kedalam
Gereja untuk bertobat dan mau menerima Yesus kedalam hidupnya.[1]
II.
Isi
Makna
Pertobatan.
Anugerah
yang murah adalah anugerah yang seperti barang buangan; pengampunan, penghiburan,
sakramen; semuanya barang buangan. Anugerah tanpa harga. Semua harga sudah
dibayar, karena itu anugerah adalah anugerah yang murah. Anugerah yang murah
adalah sistem, ajaran tentang pengampunan pada umumnya, kasih sebagai pandangan
Kristen. Siapa menerima itu telah menerima pengampunan dosa tanpa perlu
bertobat, tanpa menyesali dosanya dan tanpa melepaskannya. Oleh karena itu,
anugerah yang murah adalah penginkaran firman Allah yang hidup, pengingkaran
penjelmaan firman Allah itu. Anugerah yang murah adalah pembenaran dosa, bukan
pembenaran orang yang berdosa. Hidup lama dapat dilanjutkan saja. “Segala usaha
kita tetap sia-sia, dunia tetap dunia dan kita tetap orang berdosa”.[2]
Waktu
Yesus menuntut dari sipemuda untuk dengan suka rela menjadi miskin, maka si
pemuda tahu bahwa jabatan yang mungkin hanya “taat” atau “tidak taat”. Lewi dan
Petrus harus meninggalkan segala miliknya. Petrus harus berani menerjunkan diri
kedalam danau yang penuh gelombang itu. Ini semua berarti bahwa firman Yesus
Kristus harus dianggap lebih kuat dari pada pegangan-pegangan lain di dunia;
akal sehat, suara hati, tanggung jawab, pieta (hormat kepada orang tua), bahkan
Hukum Taurat dan asas-asas dari kitab. Makna dari “Pertobatan” bisa saja kita
artikan dengan “Mengikut Yesus”. Mengikut Yesus adalah keterikatan dengan
Kristus. Suatu ide tentang Kristus, suatu sistim ajaran, suatu pengetahuan umum
tentang anugerah dan pengampunan dosa tidak membawa orang untuk mengikut Yesus,
malahan menjauhkannya, bertentangan dengan mengikut Yesus. Hal tersebut dapat
kita artikan dengan bahwa dalam mengikut Yesus bukan saja hanya dapat kita
ketahui tetapi juga haruslah kita imankan supaya dalam pengetahuan mengikut
Yesus dapat bermakna keimanan dan bukan hanya sebatas pengetahuan saja.
Untuk
mengikut Yesus haruslah percaya kepada Yesus, jikalau kita tidak percaya kepada
Yesus maka kita tidak dapat mengikut Yesus. Misalkan saja Lewi dan Petrus yang
telah dijelaskan sebelumnya haruslah meninggalkan miliknya untuk dapat percaya.
Panggilan Yesus sudah datang, maka mereka tidak bisa lagi untuk hidup tenang
seperti sebelumnya. Petrus harus keluar dari Perahunya untuk merasakan
kekuasaan Yesus yang tidak terbatas. Kalau tetap didalam perahu, ia tidak bisa
percaya. Jalan menuju kepercayaan melalui ketaatan kepada yang menjadikan
kemungkinan-kemungkinan untuk percaya hanyalah panggilan Yesus. Kemungkinan itu
sendiri tidak ada artinya. Kemungkinan itu juga tidak ditentukani oleh orang.
Mengikut Yesus bukan timbula dari orang, melainkan hanya diciptakan oleh
panggilan Yesus.[3]
Dalam
mengikut Yesus dan percaya kepada Yesus, Bonhoeffer memberikan dua rumusan,
yaitu;
-
Hanya orang yang percayalah yang taat
dan hanya orang yang taatlah yang percaya
Percaya
dulu, maka itulah dasar dari ketaatan. Memang hanya percayalah yang
membenarkan, tidak segala usaha dalam ketaatan. Tetapi, kalau dikatakan bahwa
ketaatan baru mulai setelah kepercayaan ada, maka timbullah pertanyaan: kapan
kepercayaan mulai? Ini memecah kesatuan dari kepercayaan dengan ketaatan.
Menciptakan sebuah rumusan yang kedua yaitu;
-
Kepercayaan hanya ada dalam ketaatan.
Akan
tetapi juga: ketaatan adalah dasar dari percaya. Orang dituntut untuk taat
dalam panggilan-panggilan.[4]
Pertobatan seorang pemabuk yang
meninggalkan alkhohol dan orang kaya yang meninggalkan uangnya untuk menjadi
bebas dari alcohol dan uangnya, belum tentu bisa bebas dari dirinya sendiri.
Perbuatan kedua orang itu tidak membebaskan dirinya dari maut, dari
ketidaktaatan dan kelaliman. Kalau kita mengira bahwa langkah pertama itu
mendatangkan anugerah, ini yang baru disebut kesediaan, kerelaan, yang oleh
Gereja Katholik Roma disebut: facerequod
in se est. dengan ini, kita masih ada dalam hidup kita yang lama, dalam
ketidak percayaan. Langkah pertama ini hanya baik kalau kita mengambilnya tanpa
melihat pada pekerjaan kita, melainkan pada panggilan Yesus kepada kita. Petrus
tahu bahwa kalau ia dengan kekuatannya sendiri keluar dari perahunya, ia akan
mati tenggelam, oleh karena itu ia memohon, “Suruhlah aku datang kepada-Mu”.
Dan Kristus menjawab, “Datanglah!” Panggilan Kristus inilah yang menolongnya
dari maut. Petrus harus percaya pada panggilan ini, dan ia harus taat.[5]
Ketaatan Yang Sederhana
Jika kita melihat sekilas akan
ketaatan ini pasti kita merasakan cukup sederhana sekali untuk melakukannya,
akan tetapi jika hati kita tidak memiliki rasa kepercayaan yang besar kepada
Yesus Kristus maka ketaatan tersebut akan merasa sangat berat dan sangat sulit
untuk kita laksanakan dan kita kerjakan dalam hidup kita sehari-hari. Contohnya
saja mengenai seorang pemuda yang ingin mengikut Yesus, pemuda tersebut merasa
sangat bersedih dimana ia sangat takut sekali untuk menjadi orang miskin
seperti yang dikatakan Yesus kepadanya untuk meninggalkan segala harta
kekayaannya, padahal Yesus tidak menuntut sebuah kemiskinan yang secara
harafiah. Yesus hanya ingin agar si pemuda tersebut tidak terbelenggu dalam
harta-hartanya. Jadi, kita tidak mau taat dengan sederhana, tetapi taat “dalam kepercayaan”.
Lain sekali sikap sipemuda. Ia tidak menghibur diri dengan berpikir: “saya
tetapmau kaya, tetapi dalam hati saya bebas dari kekayaan saya; saya percaya
akan pengampunan dosa”. Bukan demikian. Si pemuda itu pergi dengan sedih. Oleh
karena ia tidak taat, kepercayaannya pun hilang. Ia amat jujur, dan kejujuran
ini lebih mengandung harapan dari pada ketaatan yang palsu, yang sebenarnya
disebabkan ketidaktaatan.[6]
Mengikut Yesus Berarti Salib
Panggilan untuk mengikut Yesus
diberikan dalam hubungannya dengan pemberitaan dalam hubungannya dengan
pemberitaan tentang penderitaannya. Dalam penderitaannya, Yesus masih dapat
dikagumi dan dihormati dunia; tetapi Yesus menderita dan dibuang. Disini
penderitaan yang dialami Yesus sama sekali tidak menimbulkan hormat, karena ia
menderita sebagai orang yang dibuang. Memang demikian itulah yang diharuskan
Tuhan. Para murid menolak hal itu, yang artinya: mereka tidak mau bahwa Kristus
menjadi Kristus. Oleh karena itu, tiap penolakan adalah dari setan. Bahwa justru
Petrus, “batu karang” Gereja yang mengatakan penolakan itu, menunjukkan bahwa
Gereja dari permulaan menolak penderitaan Kristus. Gereja tidak mau mempunyai
Tuhan yang menderita. Gereja tidak mau menerima hukum penderitaan dari
Tuhannya. Dari penderitaan yang dialami oleh Yesus Kristus ditegaskan bahwa
siapapun yang ingin menerima Yesus dalam hidupnya haruslah rela untuk menderita
dan dibuang serta mau untuk memikul salibnya. Salib yang pertama adalah
panggilan untuk meninggalkan segala keterikatan dengan dunia ini. Manusia yang
lama harus mati. Salib bukan akhir hidup saleh, melainkan permulaan persekutuan
dengan Yesus Kristus.[7
Makna Mengikut Yesus Bagi Orang-Perorangan
Makna dari mengikut Yesus dan bertobat
kedalam jalan kerajaan Allah haruslah terlebih dahulu mengambil sikap yang
tegas dalam keputusan yang besar dalam hidupnya dan ia juga haruslah merasakan
panggilan yang seutuhnya dari Yesus agar dalam kesendirian dalam hidupnya orang
yang bertobat tersebut dapat berpegang teguh hanya dalam nama Yesus Kristus. Dengan
panggilan-Nya, Kristus telah mematahkan hubungan dengan keadaan dimana orang
hidup. Bykan si pengikut, melainkan Kristus sendiri yang telah memindahkan dia
dari hubungan dengan dunia kepada hubungan langsung dengan Dia sendiri. Bukan
orang dengan keangkuhannya yang mematahkan hubungan ini, tetapi Kristus
sendiri. Pematahan hubungan langsung dengan dunia tidak lain dari mengenal
Kristus sebagai Anak Allah, Sang Perantara. Bukan orang sendiri yang
mematahkan, dengan harapan mendapat yang lebih baik dari gagasannya sendiri.
Bukan orang, melainkan Kristus sendiri yang berbuat ini, dan yang dipanggil
semata-mata harus mengakui diri sebagai Pengantara. Inilah yang mematahkan
hubungan dengan dunia manusia dan benda. Dan asas Kristen tidak dapat
dipertanggungjawabkan untuk meniadakan nilai peraturan-peraturan hidup demi
cita-cita Kristen. Mungkin malahan sebaliknya. Tetapi, bukan asas Kristen yang
mahapenting, melainkan bahwa Kristus telah menjadi Pengantara, berdiri antara
kita dan dunia. Itulah fakta yang mematahkan hubungan langsung dengan hidup
ini. Orang yang dipanggil harus menjadi seorang diri dihadapan Sang Pengantara.
Hubungan langsung sadar atau tidak sadar adalah kebencian kepada Kristus dan
merintangi untuk menjadi seorang diri. Oleh karena itu, demi Kristus segala hubungan
langsung harus dibenci. Dari konsep pemahaman tersebut dapat lebih dijelaskan
bahwa selama ini konsep perkenalan kita untuk mengenal Yesus hanya sebatas dari
orang tua, gereja, dan lingkungan sekitar, contohnya saja: kenapa kita jadi
orang yang beragama Kristen? Tentu karena orang tua kita Kristen sehingga tanpa
kita sadari kita juga beragama Kristen. Yang diinginkan oleh Yesus kepada kita
sebagai umat-Nya kita dituntut untuk mengenal Yesus secara pribadi lepas
pribadi, kita mau mengenal Yesus dan mau mengikuti apapun permintaan Yesus
karena kita percaya dan yakin atas kuasa yang dimiliki oleh Yesus itu sendiri,
tanpa adanya unsur keterikatan dari orang tua, gereja dan lingkungan sekitar
yang selama ini hanya mengenalkan Yesus kepada kita dalam konsep pemahaman yang
lama, Bonhoeffer dalam konsepnya yang dijelaskan diatas ingin agar kita
terlepas dari pemaham lama tersebut serta menerima Yesus karena kita percaya
kepada Yesus itu sendiri.[8]
Khotbah
di Bukit[9]
Yesus diatas bukit , orang banyak, para
murid. Orang banyak melihat: mereka
melihat Yesus dengan murid-murid-Nya. Para murid belum lama ini masih termasuk
orang banyak, tetapi setelah panggilan Yesus datang, mereka mengikut Dia
kemanapun Ia pergi, dan meninggalkan segala milik mereka. Para murid melihat: mereka melihat orang banyak yang telah mereka
tinggalkan. Mereka adalah gereja bangsa Isreal. Para murid mengikut Yesus dan
akan memberitakan kepada orang banyak betapa bahagi mengikut Yesus itu. Tetapi
bagaimanakah akhirnya? Yesus melihat:
Ia melihat murid-muridnya yang telah dipanggil seorang demi seorang. Mereka
telah meninggalkan segala milik mereka dan telah menjadi orang-orang yang
paling miskin dan paling menderita dan paling lapar. Mereka hanya mempunyai
Dia, tetapi oleh Dia mereka mempunyai segala sesuatu pada Allah. Mereka adalah
jemaat kecil yang ditemukan Yesus, tetapi ia mencari jemaat yang lebih besar.
Yesus melihat murid dan orang banyak. Orang banyak akan mengusir para murid dan
orang banyak inilah gambaran utuh dari sejarah penderitaan Yesus dan
jemaat-Nya. Oleh karena itu, “berbahagialah!” firman Yesus kepada
murid-murid-Nya. Mereka berbahagia bukan karena kekurangan mereka atau karena
mereka menderita, melainkan dasarnya ialah panggilan Yesus dan janji-janji-Nya.
Orang banyak mendengar firman Yesus dan
mereka terkejut: janji Allah kepada segenap bangsa diterima oleh jemaat
kecil dari para murid Yesus. Memang yang disebut berbahagia adalah segenap
bangsa. Tetapi, apakah bangsa akan menerima firman ini dalam percaya kepada
Yesus Kristus, atau akan meninggalkan Yesus dan jemaat-Nya karena tidakk
percaya? Itulah yang tetap menjadi pertanyaan.[10
Berbahagialah orang yang miskin di
hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
=
Para murid tidak memiliki sesuatu pun didunia. Demi Yesus mereka telah
kehilangan segala hal. Sekarang mereka miskin , hanya dapat berharap kepada-Nya.
Memang Yesus mengenal mereka yang kaya, pemberita agama bangsa yang berkuasa,
dan kokoh berdiri di atas dunia ini. Mereka berdiri atas tabiat bangsa, keyakinan
bangsa. Tetapi bukan kepada mereka, melainkan hanya kepada murid-Nya Ia
berfirman. Ditengah-tengah kemiskinan mereka, merekalah ahli waris Kerajaan
Surga.
Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka
akan dihibur.
= Berdukacita
adalah susah atas dunia, atas dosanya, atas keadaannya dan atas yang disebut
bahagia itu. Para murid Yesus yang mengalami duka cita adalah mereka ditolak
seperti Ia ditolak. Itulah hiburan mereka dimana dari penolakan dan kepahitan
hidup tersebut terdapat sebuah kebahagiaan yang akan diberikan oleh Yesus
Kristus sebagai penghibur mereka.
Berbahagialah orang yang lemah lembut,
karena mereka akan memiliki bumi.
= Orang
yang lemah lembut adalah orang yang telah melepaskan
segala hak di dunia ini demi Yesus Kristus. Kalau mereka dicemooh mereka
akan diam, kalau disiksa mereka akan menahannya. Mereka tidak mau
berpekara tentang hak mereka sendiri.
Demikianlah orang yang lemah lembut. “biar mereka yang mempunyai sorga”
demikian kata dunia. Akan tetapi, Yesus berkata, “mereka akan memiliki bumi”,
yaitu bumi yang baru.
Berbahagialah orang yang lapar dan haus
akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.
= Orang
ini merasa dirinya tidak mempunyai kebenaran. Mereka haus dan lapar. Mereka
rindu akan pengampunan dosa dan pembaharuan dunia. Roti hidup yang benar akan
mereka makan. Mereka akan dipuaskan. Dia, roti hidup, selalu beserta dengan mereka. Mereka akan dipuaskan dengan
Dia yang adalah kebenaran itu.
Berbahagialah orang yang murah hatinya,
karena mereka akan beroleh kemurahan.
=
Mereka adalah yang hidup dengan Yesus tanpa
memperhitungkan gengsi mereka sendiri. Mereka mempunyao kesusahan sendiri,
tetapi mau memikul kesusahan orang lain juga. Mereka tidak bisa melihat orang
menderita susah dan miskin, oleh sebab itu mereka mempunyai kemurahann hati
Tuhan mereka.
Berbahagialah orang yang suci hatinya,
karena mereka akan melihat Allah.
=
Orang yang suci hatinya ialah dia yang telah memberikan hatinya kepada Yesus
dan melepaskan kebaikannya sendiri. Ia yang dalam hidup ini hanya melihat
Yesus, akan melihat Allah. Hatinya telah disucikan oleh Yesus dan dilepaskan
dari segala keinginannya sendiri.
Berbahagialah orang yang membawa damai,
karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
=
Para murid Yesus menganggap Yesus adalah sebuah kedamaian atau yang lebih
tepatnya Yesus sang pembawai damai. Oleh karena itu murid-murid dari Yesus
menyebarluaskan kedamaian tersebut kepada dunia sehingga mereka yang melakukan
hal tersebut akan disebut dengan anak Allah.
Berbahagialah orang yang dianiaya oleh
sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
=
Hal yang dimaksudkan disini adalah jika seseorang yang dianiaya oleh sebab
perkara kebenaranan, ia mengalami sebuah tindakan anarki yang sangat membahayakan
dirinya sendiri, misalkan saja para martir yang mati demi nama kebenaran dari
Yesus yang dibunuh dan tidak takut untuk mati sehingga mereka dapat hidup
kembali didalam kerajaan yang diberikan Allah kepada mereka yang mati demi
kebenaran nama-Nya.
Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu
dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat Bersukacita dan
bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya
nabi-nabi yang sebelum kamu.
.
= Dunia tidak mau
menerima akan murid-murid dari Yesus, bagi dunia yang besar ini murid-murid
yang mengikut Yesus ini adalah orang-orang asing. Kebanyakan dari mereka akan
disingkirakan akan tetapi penyingkiran tersebut akan mendatangkan sebuah
kebahagiaan disorga bersama Yesus Kristus.
Isi dari khotbah diatas
bukit ini bisa menjadi pedoman bagi kita untuk dapat berpegang teguh dalam
keimanan kita mengikut Yesus dan menjadi manusia yang sesuai dengan apa yang
telah Yesus harapkan dalam firman-Nya dan dalam pertobatan kita kepada-Nya.
Latihan Kesalehan adalah
Tersembunyi
Untuk
mengikut Yesus dan bertobat untuk berjalan diatas nama-Nya haruslah memiliki
sebuah kesalehan yang sangat kuat dan tersembunyi dari dunia, oleh karena itu
perlu dilakukan sebuah latihan yang kuat dalam melakukan pantangan-pantangan.
Tujuannya tidak lain adalah sebuah agar mereka lebih rela dan lebih dengan
gembira menjalani jalan yang diperintahkan Yesus, dan melakukan tugas mereka.
Suatu hidup yang sama sekali tidak melakukan sebuah latihan, yang melampiaskan
segala keinginan daging asal tidak bertentangan dengan iustitia civilis akan sukar mau melayani Yesus Kristus. Daging yang
kenyang tidak senang berdoa dan tidak relamengorbankan diri untuk melayani. “Roh penurut, akan tetapi daging adalah lemah”
oleh karena itu, latihan berdoa dan penelaahan firman Allah perlu. Latihan
badan dapat membantu. Perlawanan daging terhadap latihan merendahkan diri,
mula-mula datang dengan terang. Kemudian tersembunyi dibelakang kata-kata
rohani, yaitu demi kemerdekaan injil. Dimana pelampiasan nafsu dan kekacauan
dalam doa dijadikan lawan terhadap latihan dan askese injili, dimana
ketidakteraturan dalam membaca firman Allah dibenarkan dalam nama kemerdekaan
Kristen, maka disitu teranglah perlawanan terhadap firman Kristus.
Kesederhanaan Hidup
Tanpa Khawatir
Hidup
pengikut Yesus menjadi nyata, bahwa tidak ada sesuatu pun diantaranya dengan
Kristus. Bukan hukum, bukan kesalehannya sendiri, bukan juga dunia; pengikut
Yesus hanya melihat Yesus. Ia tidak melihat Kristus dan dunia. Matanya hanya
menerima terang dari Kristus. Mata harus murni dan terang agar badan selalu
dalam terang; kaki dan tangan hanya menerima terang dari mata. Kemanakah arah
hati murid Yesus? Terang tubuh adalah mata, terang murid Yesus adalah hati.
Kalau hati gelap, betapa gelapnya murid itu sendiri. Hati menjadi gelap kalau
melekat pada dunia. Meskipun suara panggilan Yesus keras sekali, maka tidak
akan bisa masuk kedalam orang, oleh karena hatinya tertutup, seperti terang
masuk kedalam tubuh orang, kalau matanya rusak.[11]
III.
Penutup
Pertobatan
adalah sebuah penggilan yang diberikan oleh Yesus kepada umat-Nya, dimana dalam
pertobatan tersebut kita dituntut oleh Yesus untuk melaksanakan setiap apa yang
Yesus katakan dan yang Yesus ajarkan dalam setiap firmannya. Dalam melakukan
sebuah pertobatan perlu memiliki dasar iman yang teguh dimana kita harus
percaya dan yakin akan sepenuhnya firman yang diberikan oleh Yesus kepada kita.
Dalam pertobatan
tidaklah mudah seperti membalikan telapak tangan perlu adanya melakukan latihan
yang keras agar pertobatan yang dilakukan akan semakin kuat dan semakin teguh dalam
nama Yesus Kristus.
Dalam keimanan
kita, perlu dipertanyakan bagaimana kita bisa dapat menjadi seorang Kristen. Pada dasarnya kita menjadi orang
Kristen dikarenakan ada sebuah keterikatanan antara kita dan orang tua kita
yang telah menjadi seorang Kristen yang mengikut Yesus pada dasarnya orang tua
kita tersebut hanya memperkenalkan kita saja kepada Gereja dan sosok Kristus akan
tetapi kita belum sepenuhnya mengenal dan mengimani sosok dari Yesus tersebut,
oleh karena itu kita perlu mengenal sosok dari Yesus tersebut secara pribadi
lepas pribadi agar dapat mengenal sepenuhnya sosok dari Yesus tersebut dan
makna yang terkandung dalam firman yang disampaikan dari Yesus kedalam hidup
kita yang hanya dimiliki oleh Yesus.
Mengikut Yesus
adalah sebuah jalan yang indah yang dapat kita jalani dan dapat kita bagi
kepada orang yang berada disekeliling kita, dan setiap perbuatan dari
pertobatan kita akan dibayar oleh Allah didalam kerajaan-Nya yang besar dan
abadi.
[2] Ibid., hlm 9-10
[3] Ibid., hlm.24
[4] Ibid., hlm. 25
[5] Ibid., hlm.26-27
[6] Ibid., hlm. 39-40
[7] Ibid., hlm. 45-48
[8] Ibid., hlm. 53-56
[9] Ibid., hlm. 61-69
[10] Ibid., hlm. 61-63
[11] Ibid., hlm. 106-107
Comments
Post a Comment