Skip to main content

(LXVIII. BUDDHA MAITREYA DI PEMATANG SIANTAR)

BUDDHA MAITREYA DI PEMATANG SIANTAR

I.              Pendahuluan
Agama Buddha merupakan salah satu agama yang telah diakui di Indonesia selain dari enam agama yang telah diakui. Khusus dalam mata kuliah ini, kelompok mendapatkan kesempatan untuk meneliti salah satu agama Buddha yang ada di Pematang Siantar. Buddha Maitreya merupakan salah satu agama yang dipercayai oleh sebagian kecil masyarakat khususnya masyarakat yang berada di Pematang Siantar. Terdapat beberapa Vihara yang ada di Pematang Siantar, namun pada kesempatan kali ini kelompok 4 mendapatkan tugas untuk meneliti salah satu Vihara yang berada di Jl. Ade Irma Suryani yaitu Maha Vihara Vidya Buddha Maitreya. Pandita yang bekerjasama dengan kami dan bersedia memberikan penjelasan mengenai Budha Maitreya adalah Pandita Suhardi,S.Ag yang merupakan pimpinan Maha Vihara Vidya Budha Maitreya saat ini. Penelitian terhadap Maha Vihara Vidya Buddha Maitreya kami laksanakan tepat pada tanggal 16 Januari 2010, sejak pukul 13.00-19.00.
      Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah agar kita dapat lebih mengenal keanekaragaman agama yang ada Negara kita, khususnya di Pematang Siantar, selain itu setiap kita dapat mengetahi secara jelas bagaimana masuk dan berkembangnya agama Buddha Maitreya ke Pematang Siantar.

II.            Isi
2.1                 Masuknya Agama Buddha ke Pematang Siantar
Pertama kali ajaran agama Buddha Maitreya masuk ke Indonesia pada tahun 1950, dan ajaran Buddha Maitreya masuk ke Pematang Siantar pada tahun 1967 berada di jalan Diponegoro, tempat ibadah bagi para penganut ajaran agama ini bukanlah sebuah gedung Vihara yang besar seperti saat ini, peribadahan yang mereka lakukan pada saat itu hanya di sebuah ruko yang mereka kontrak. Namun, seiring bertambahnya penganut agama Buddha Maitreya, tempat peribadahan bagi mereka semakin tidak memungkinkan oleh karena itu mereka sepakat untuk membangun gedung Vihara yanglebih besar lagi. Pada tahun 2003 mereka membangun sebuah gedung Vihara yang cukup besar yang tepatnya berada di Jl. Ade Irma Suryani yang kita kenal saat ini. Budha Maitreya sudah berkembang di Pematang Siantar kurang lebih 43 tahun, dengan penganut agama yang semakin hari semakin bertambah.
Berdasarkan hasil wawancara yang kami lakukan, Pandita Suhardi mengatakan bahwa jumlah anggota jemaat dari Maha Vihara Vidya Budha Maitreya sampai saat ini adalah sebanyak 6500 orang. Namun, jumlah tersebut tidak semua hadir dalam mengikuti ibadah yang mereka lakukan. Dalam suatu ibadah perayaan besar agama tersebut, yang mengikuti ibadah kurang lebih 146 orang, sedangkan dalam ibadah 3x sehari yang mereka laukukan yang hadir kurang lebih 15 orang. Hal ini terbukti pada saat kami melakukan penelitian langsung di lapangan ketika mereka melakukan ibadah malam pada tanggal 16 Januari 2010, yang hadir hanya sebanyak 11 orang.

2.2                 Buddha Maitreya
Maitreya berasal dari bahasa Sansekerta, yang berarti kasih yaitu membawakan kebahagiaan, sukacita, harapan dan kecemerlangan bagi umat manusia. Buddha Maitreya adalah yang dikenal oleh semua kalangan sebagai Buddha bahagia, Buddha Maitreya adalah Buddha universal, Buddha yang mendunia, adalah Buddha suka cita, Buddha kebahagiaan, Buddha keberuntungan, Budha yang selalu tertawa ria dan  Buddha yang penuh berkah. Senyuman kasihnya disukai oleh setiap orang yang melihatnya, tidak dibatasi oleh kewarganegaraan suku bangsa kebudayaan dan agama. Buddha Maitreya memiliki  kasih sayang yang sangat besar terhadap semua mahluk di dunia.
Ikrar Agung Buddha Maitreya adalah mengubah dunia yang kacau menjadi dunia yang damai sentosa, mengubah dunia yang penuh kekotoran dan kejahatan menjadi alam yang penuh kedamaian, mengubah dunia yang penuh penderitaan menjadi bumi suci, mengubah bumi yang sedang terluka parah menjadi taman sukacita semesta yang paling sejati, dan paling indah. Pada kenyataanya, di sepanjang sejarah umat manusia, kehidupan manusia dipenuhi oleh perbedaan, baik itu Negara, ras, warna kulit, suku, agama, kebidayaan, idealisme, adat istiadat, kebiasaan, bahasa ataupun perbedaan miskin-kaya, cantik-jelek, pintar-bodoh. Namun sesungguhnya, betapa pun banyaknya perbedaan, suara hati dan hasrat kalbu yang terdalam yang ada pada setiap individu adalah sama, yaitu :
-       sebuah kehidupan yang leluasa dan penuh sukacita
-       sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis
-       sebuah lingkungan masyarakat yang rukun dan damai
-       sebuah Negara yang mandiri dan sentosa
-       sebuah dunia yang gemilang, tenang dan damai
Di sepanjang sejarah, jauh di dalam lubuk hatinya setiap umat manusia berharap agar terhindar dari kondisi kelaparan, kemiskinan, kekurangan, jauh dari penderitaan, kegelapan, dosa , kekotoran, dan kekacauan, jauh dari ketakutan dan ketidaktenangan, jauh dari bencana alam, peperangan, musibah dan malapetaka. Seruan lubuk kalbu yang terdalam dari setiap umat manusia ini menggugah Buddha Maitreya untuk datang ke dunia. Besarnya getaran panggilan kasih untuk mengakhiri semua bentuk penderitaan, mendorong Buddha Maitreya, Buddha yang melampaui batas ruang dan waktu untuk datang ke dunia kita. Oleh karena itu Buddha Maitreya merupakan jawaban atas jeritan hati umat manusia yang telah berlangsung ribuan bahkan laksaan masa.Buddha Maitreya mengasihi alam semesta, langit, bumi , manusia, laksa makhluk dan benda, menghargai kemulian setiap kehidupan.

2.2.1 Ajaran Buddha Maitreya
Pokok inti ajaran daripada Buddha Maitreya adalah mengenai kasih. Kasih yang diberikan Buddha Maitreya bukan hanya untuk sekelompok orang saja, tetapi kasihNya bersifat universal. Dengan artian setiap orang berhak memperoleh kasih dari budha Maitreya. Buddha Maitreya juga menginginkan supaya para pengikutnya mampu memberikan kasih seperti yang Ia berikan kepada semua makhluk di dunia. Makhluk yang dimaksudkan adalah manusia dan hewan, karena menurut mereka tumbuhan tidah memilki jiwa dan nafas.
Adapun implementasi kasih dari ajaran kasih yang mereka pahami adalah wujud kasih, yaitu menunjukkan kasih dari individu keindividu lain, kepada setiap orang, dan juga kepada lapisan masyarakat. Adapun ajaran yang harus dimiliki oleh setiap pengikut Buddha Maitreya ada 4 kasih, yaitu:
a.    Wajah kasih
            Setiap inchi dari wajah kita harus memancarkan wajah yang penuh dengan kasih tanpa ada terkandung di dalamnya iri hati , kecemburuan dan dengki. Intinya bahwa kita harus memiliki wajah yang sama dengan Buddha Maitreya.
b.   Hati kasih
            Maksudnya hati yang ada pada manusia itu hendaknya dipergunakan dengan baik. Melakukan segala seuatu agar baik harus menggunakan hati, karena rendah hati adalah sikap yang paling utama. Hati yang kasih harus ditunjukkan kepada sesama , termasuk juga kepada hewan. Oleh karena itu orang Budha secara umum tidak pernah makan daging, dan apapun yang termasuk hewan ciptaan Tuhan. Karena mereka menganggap hewan itu sama dengan manusia, jadi setiap hewan yang mereka lihat, tidak pernah mereka bunuh.
  1. Perilaku kasih
Segala yang dilakukan oleh orang Buddha harus berlandaskan kasih, oleh karena itu setiap manusia itu harus bisa menunjukkan kasih melalui perilaku dan tindakan.
d.    Senyum kasih 
Obat utama dalam segala hal. Jika sudah senyum maka apapun persoalan hidup di dunia ini dapat diatasi dengan baik. Sama seperti wajah Budha Maitreya yang selalu menunjukkan senyum kasih.

2.2.2 Karakterisatik Prima Buddha Maitreya
Pratima Buddha Maitreya yang tampak di zaman sekarang adalah wujud dari pratima Bhiksu Berkantong. Senyum-Nya memenuhi wajah, daun telinga yang terkulai ke bawah, perut yang bulat dan besar, leher dan perut tampak terbuka lebar, tangan menggenggam kantong, sikap-Nya yang lugu, polos dan jujur. Setiap orang ketika menatap-Nya akan timbul rasa suka yang mendalam. Pada umumnya Beliau dipanggil dengan sebutan Buddha Tawa Ria (Launghing Buddha) dan Buddha Sukacita (Happy Buddha). Bahkan banyak yang menjadikan Buddha Maitreya sebagai simbol rezeki sehingga menyebut-Nya dengan sebutan Buddha pembawa berkah (Lucky Buddha).
Karakteristik Budhha Maitreya:
  1. Senyum kasih yang memenuhi wajah
Buddah Maitreya mencerminkan cinta kasih-Nya yang tiada tara. Tua-muda, pria-wanita, apapun kewarganegaraanya dan keyakinannya, saat memandang pratima Buddaha Maitreya secara spontan ikut tersenyum dan merasa senang. Semua mahluk bersukacita.
  1. Daun telingan yang tekulai ke bawah
Dengan kasih Buddha Maitreya yang tiada batas, Ia mampu mendengar, memahami serta menuntaskan masalah umat manusia yang diungkapkan dengan berbagai bahasa. Meskipun diri-Nya dimarahi dan dicerca namun beliau tidak pernah emosi dan marah
  1. Leher dan dada yang terbuka lebar
Hati Buddah Maitreya bermakna lapang dada, panjang sabar, lugu polos, tulus dan jujur. Dalam hati-Nya semua mahluk sama rata, tidak ada diskriminasi.
  1. Perut yang besar dan bulat
Dengan hati kasih Buddha maitreya yang tiada tara, menampung segala masalah dunia, tanpa membedakan yang bijaksana atau dungu. Hati Buddha Maitreya yang Maha Memaklumi mencerminkan tiada perbedaan dan diskriminasi.
  1. Kantong gaib Buddha Maitreya
Mencerminkan kasih dan dharma agung Buddha Maitreya yang tiada tara. Kantong-Nya dapat menampung segala benda yang ada di jagat raya, maupun membawa kecemerlangan dan kebahagiaan bagi umat manusia serta menyelesaikan kekacauan dunia.
Ada konsep masyarakat yang keliru, yang beranggapan bahwa Buddha Maitreya dengan sikapnya yang lugu dan polos seakan-akan Buddha Maitreya sepeti Buddha dungu. Namun, dibalik keluguan dan kepolosan-Nya tersirat makna kasih yang tiada tara dan kebijaksanaan yang tiada batas. Lugu polos merupakan metode untuk menyelesaikan segala masalah, pertikaian, perdebatan dan perbedaan. Dengan Maha Kasih-Nya yang tiada tara Beliau berperilaku seperti seorang lugu-polos. Budhha Maitreya menamai diri-Nya Buddha dungu atau Buddha lugu. Buddha Maitreya dengan sikap yang tidak membeda-bedakan, tidak betikai dan menuntut, berusaha sepenuh hati membantu orang lain meraih keberhasilan tanpa imbalan pamrih. Beliau juga tidak hanya menyelesaiakan segala pertikaian umat manusia tetapi juga menuntut umat manusia memancarkan kecemerlangan hati nuraninya, mewujudkan dunia sukhavati di muka bumi ini.
Inkarnasi Buddha Maitreya di zaman pasca-Buddha Sakyamuni
            Buddha Maitreya pernah terlahir sebagai Bhikshu Berkantong (sekitar tahun 917 M), lahir di kabupaten Feng Hua daerah Zhi Jiang  Ming Zhou (Cina), asal usul keluarganya kurang diketahui.
            Bhikshu Berkantong senantiasa menampilkan senyum kasih, kedua telinga-Nya terkulai hingga ke bahu, menggunakan jubah yang tidak menutupi perut, tangan membawa sebuah tongkat dan di pundak memikul sebuah kantong besar, berkelana untuk menyadarkan dan membimbing umat manusia.
            Pada masa akhir pemeintahan Liang tahun ke-2 Zhen Ming bulan 3, Bhikshu berkantong menetap di kuil Yue Lin. Saat detik-detik menghembuskan nafas terakhir, Beliau berkata, “Maitreya oh Maitreya, telah menjelma banyak kali tak terhingga, berujuan membimbing umat manusia, namun umat manusai yang tidak mengenalnya.” Oleh karena itu, wujud Buddha Maitreya yang dikenal saat ini sebagai Happy Buddha, Lucky Buddha ataupu Buddha yang penuh dengan sukacita, semuanya merupakan replika dari wujud (pratima) Bhikshu berkantong.
            Buddha Maitreya juga pernah terlahir sebagai Patriat Cin Kung atau disebut dengan Sang Lugu Cin Kung (1853-1925 M), sekaligus menjadi perintis ajaran Maha Tao Maitreya sekarang ini. Kemudian Patriat Cin Kung mentransmisikan ajaran ritus kepada kedua Guru Agung yakin Buddha Thien Ran dan Bodhisatva Yuen Hui yang selanjutnya mengemban titah untuk menyebarkan ajaran Maha Tao Maitreya dalam rangka menyelamatkan alam semesta. Ketiga Buddah ini merupakan nakhoda penuntun bagi umat manusia untuk menyeberang dari laut penderitaan menuju panti bahagia.

 2.2.2  Ikrar Agung Budha Maitreya      
            Maha Ikrar Budha Maitreya yang agung dan mulia adalah :
Ø  Merubah dunia yang penuh dengan kekacauan ini menjadi dunia yang damai sentosa
Ø  Merubah dunia yang penuh dengan kekotoran menjadi bumi yang suci
Ø  Merubah dunia yang penuh dengan dosa dan kegelapan menjadi dunia yang Ilahi.
Budha Maitreya telah menegakkan Ikrar Agung-Nya sejak berkalpa-kalpa kehidupan yang lalu. Beliau membina dengan hati kasih dan mengamalkan perilaku kasih di setiap kehidupanNya. kasihNya yang tiada tara bukan hanya ditunjukkan kepada umat manusia tetapi juga kepada segala makhluk, laksa kehidupan  hingga langit, bumi beserta seluruh isinya. Budha Maitreya sangat mengasihi dunia ini, mengasihi semua umat manusia, menyayangi burung-burung yang berterbangan di angkasa, hewan-hewan yang berlarian di daratan dan binatang yang berenang di dalam air, mengasihi semua kehidupan yang ada di dalam dunia ini hingga sebutir pasir maupun sebongkah batu. Budha Maitreya menghormati langit bumi sebagai orang tuaNya, menjadikan segala makhluk hidup seyawa denganNya, dan hewan-hewan yang hidup di dunia ini sebagai saudaraNya.
Beliau menegakkan ikrar agung untuk membawakan sukacita kepada langit, bumi, manusia dan segala makhluk di muka bumi ini. Beliau bertekad mewujudnyatakan bumi suci dan taman sukacita semesta di dunia ini sehingga seluruh makhluk hidup yang ada di dunia ini dapat hidup abadi, damai sentosa dan bahagia tanpa malapetaka.
Budha Maitreya dengan kasihNya bertekad menolong umat manusia dalam menuntaskan penderitaan hidup. Budha Maitreya bertekad mewujudkan bumi suci, taman sukacita semesta yang paling damai, maju, makmur, kuat dan bahagia. Budha menciptakan keharmonisan antar Negara dan sesama manusia. Beliau datang menuntun umat manusia untuk mengenali bahwa di dalam diri kita terdapat mustika yang tak ternilai, yakni cinta kasih yang tak terbatas.
Budha Maitreya merupakan pelopor kelestarian bumi dan pendukung pembangunan yang berkesinambungan. Beliau adalah guru penuntun dan pembimbing spiritual bagi seluruh umat manusia. Dia adalah perintis perdamaian dan perkembangan dunia. Penyelamat dunia yang Maha Agung ini adalah Budha Maitreya.

2.2.3  Cara Beribadah dalam Budha Maitreya
Setelah kami melakukan wawancara kepada pandita Suhardi, beliau mengatakan bahwa ibadah bagi mereka dilakukan tiga kali sehari. Setiap ibadah yang dilakukan memiliki makna tersendiri dan memiliki waktu yang berbeda. Adapun jadwal ibadah yang mereka lakukan setiap hari adalah sebagai berikut :
1.  Pagi, Pukul 06.45   
Ibadah pagi dilakukan sebagai pembuka aktifitas mereka satu hari. Ibadah pagi ini adalah ibadah yang paling lama mereka lakukan dibanding ibadah siang dan malam. Ibadah ini dilakukan kira-kira setengah jam. Di dalam ibadah ini ada nyanyian pembuka.
2.  Siang, Pukul 1200  
Ibadah ini dilakukan supaya mereka dapat merenungkan apa saja yang telah mereka lakukan dalam delapan jam sebelumnya. Ibadah ini berlangsung selama lima belas menit.
3. Malam, Pukul 18.30
Ibadah pada malam hari ini merupakan ibadah penutup. Dalam ibadah ini mereka mengucap syukur karena penyertaan Budha terhadap mereka selama satu hari. Di dalam ibadah ini juga ada lagu pujian sebagai lagu penutup. Ibadah ini dilakukan hanya lima belas menit saja.
Di setiap ibadah yang mereka lakukan dalam satu hari itu, mereka mempunyai kesempatan untuk mengaku dosa dan memohon pengampunan terhadap Budha Maitreya. alah satu lagu yang mereka nyanyikan pada saat ibadah, yang juga dianggap sebagai doa :
 

Oh…. Maitreya Hyang Mahaterang,
Tuntunlah kami menuju terang
Oh…Maitreya Hyang Mahaarif,
Bukalah pintu kearifan kami
Oh…Maitreya Hyang Mahakasih,
Bimbing kami menjadi pengasih
Sukacita oh…..Maitreya,
Bersama-Mu kami sukacita
Engkau pembawa sukacita,
Bersama-Mu kami bahagia

Oh…Maitreya sumber berkah,
Berkah-Mu berlimpah bagi kami
Oh…Maitreya yang penuh tawa
Kami ingin tertawa bersama-Mu
Oh..Maitreya Mahasempurna,
Tuntunlah kami menuju sempurna
Oh…Maitreya yang Mahaindah,
Bimbing kami berjiwa besar

S’jati, bajik, indah, oh….Maitreya,
Kami ingin seperti-Mu s’jati, bajik, indah
Oh…Maitreya yang penuh kasih
bawalah kami menuju sukawati indah
Oh..Maitreya yang kekal abadi,
Bersama-Mu abadi s’panjang masa


Di dalam melantunkan lagu ini yang diutamakan bukanlah keindahan musik dan kemerduan suara, akan tetapi yang terpenting adalah pemahaman akan makna yang terkandung di dalam setiap syair. Sehingga dengan pemahaman yang baik, mereka akan menginsyafi bahwa hanya dengan menerima tuntunan Budha Maitreya, mereka bisa mengaktualisasikan iman yang benar. Karena menurut kepercayaan mereka, dengan iman yang benar barulah akan tercipta kebahagiaaan, sukacita, berkah, terang, harapan, dan kepercayaan diri yang sejati.


2.3 Pemeluk Agama Budha Maitreya

            Budha Maitreya yang berada di Pematang Siantar mengalami perkembangan yang cukup pesat. Walaupun pada awalnya perkembangan tersebut sangatlah lambat. Dapat kita ketahui perkembangan pengikut agama ini melalui jumlah pengikut dan penganutnya. Pengikut Budha Maitreya pada umumnya adalah orang-orang Tiong Hoa. Namun, tidak berarti pengikut dan penganut dari agama ini hanya orang Tiong Hoa, berdasarkan hasil wawancara bersama Pandita Suhardi, diketahui bahwa pengikut agama Budha Maitreya terdapat juga suku Batak, namun hanya beberapa saja, begitu juga dengan suku agama yang lain, terdapat juga beberapa suku yang menganut agama ini. Hal ini terjadi karena Buddha Maitreya tidak bersifat eksklusif, artinya bersifat tertutup terhadap suku yang lain, agama ini bersifat terbuka terhadap semua suku lain. Hal ini dapat diterima karena pada dasarnya agama mereka mengajarkan mengenai kedamaian dan kasih terhadap sesama makluk yang ada di dunia ini, bukan hanya terhadap sesama penganut agama.

            Mengenai statistik perkembangan penganut agama Budha Maitreya yang ada di Pematang Siantar ini, mengalami peningkatan yang cukup pesat. Jumlah pengikut ajaran Budha Maitreya sampai saat ini berjumlah 6500 orang. Perhitungan yang mereka lakukan bukanlah berdasarkan jumlah kepala keluarga, akan tetapi dihitung perjiwa berbeda dengan perhitungan dalam jemaat Gereja yang dilakukan dengan membuat perhitungan per kepala keluarga. Setiap anggota jemaat yang datang beribadah ke sana adalah anggota tetap yang telah terdaftar dirinya menjadi anggota tetap, namun sering juga datang  beberapa orang yang bukan anggota jemaat untuk melakukan ibadah di Vihara ini. Setiap anggota jemaat wajib mengikuti setiap kegiatan yang dilakukan oleh pengurus Maha Vihara Vidya Budha Maitreya.


2.4 Perkembangan Agama Budha di Pematang Siantar

Berdasarkan hasil wawancara yang kelompok lakukan dengan Pandita Suhardi sebagai kepala pimpinan Maha Vihara Vidya Budha Maitreya, kami mendapatkan informasi bahwa penyebaran agama Budha pertama kali dipelopori oleh Y.M. Sesepuh Prajamitra, yang menyebarkan ajaran Budha Maitreya di Sumatera Utara. Pada awalnya Y.M. Sesepuh tinggal di Medan dan menyebarkan ajaran Budha Maitreya di wilayah Medan secara umum. Namun, pada awalnya penyebaran pertama kali dia lakukan pada keluarganya sendiri. Setelah beberapa lama penyebaran yang dilakukannya di Medan, Y.M.Sesepuh  datang sendiri ke Pematang Siantar pada tahun 1967 untuk menyebarkan ajaran Budha Maitreya. Peribadahan yang mereka lakukan pertama kali adalah dalam sebuah gedung ruko yang terletak di Jl.Diponogoro, kemudian karena bertambahnya penganut agama Budha Maitreya, akhirnya di bangun oleh beliau Vihara Kshanti Maitreya yang berada di Jl. Thamrin Simp. Soetrisno. Pada waktu itu penganut agama ini sangatlah cepat, hal ini dikarenakan system yang dilakukan adalah menemui langsung anggota jemaatnya atau system door to door. Dengan demikian, sistem yang dia gunakan menjadikan setiap orang menjadi sangat tertarik terhadap ajaran yang dibawa oleh Y.M.Sesepuh. selanjutnya, pengikut-pengikutnya inilah yang menjadi penerus dalam menyebarkan ajaran Budha Maitreya kepada orang-orang yang belum dikenalnya.

Setelah itu, agama ini semakin berkembang dengan pesat di Pematang Siantar, sehingga Vihara yang berada di Jl. Thamrin tidak mampu memuat anggota jemaat yang semakin bertambah, akhirnya dibangunlah sebuah gedung Vihara yang sanagt besar dan Megah yang bernama “Maha Vihara Vidya Budha Mitreya” yang terletak di Jl. Ade Irma Suryani No.10. Vihara ini terdiri dari 3 tingkat bangunan dengan fungsi yang berbeda. Lantai 1 digunakan sebagai gedung olahraga, lantai 2 digunakan sebagai tempat beribadah bagi masyarakat umum dan lantai 3 digunakan untuk melaksanakan peribadahan khusus untuk penganut agama Budha Maitreya.



III.           Kesimpulan

Setelah kami melakukan penelitian ini, kelompok kami menyimpulkan bahwa :

1.    Budha Maitreya adalah Budha yang universal, Budha Sukacita, Budha Kebahagiaan, Budha Keberuntungan, dan Budha yang selalu tertawa

2.    Budha Maitreya adalah Budha yang Mahakasih dan pembawa damai

3.    Ibadah yang mereka lakukan adalah tiga kali dalam sehari, dan inti daripada ibadah mereka adalah mengucap syukur, mengaku dosa, dan penagmpunan dosa.

4.    Inti ajaran daripada Budha Maitreya adalah Kasih

Comments

Popular posts from this blog

(LX. SAKRAMEN BAPTISAN DI HKBP)

SAKRAMEN BAPTISAN DI HKBP  I. Pendahuluan             Baptisan merupakan salah satu sakramen yang diperintahkan oleh Yesus sendiri dalam Amanat AgungNya. Oleh karena itu gereja melayankan baptisan sebagai salah satu sakramen bagi orang percaya.             Kata “baptis” berasal dari Bahasa Yunani, “baptizo” yang artinya: mencelupkan ke dalam air ataupun memasukkan ke dalam air. Pemandian ke dalam air baru menjadi “baptisan” apabila dilaksanakan dengan upacara seremonial yang khusus. [1] Baptisan yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus, yaitu baptisan yang berlaku di tengah-tengah gereja, bukan hanya menunjuk pada Kerajaan Allah yang masih akan datang, melainkan menjadi bukti dan mengukuhkan perwujudan atas kedatangan Kristus ke dunia. [2] HKBP sebagai salah satu gereja Tuhan di Indonesia mengakui dan melayankan Baptisan Kudus sebagai salah satu sakramen di samp...

(LXXVI. MENGENAL PDT. DR. SOUNTILON MANGASI SIAHAAN DAN PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TEOLOGISNYA)

MENGENAL PDT. DR. SOUNTILON   MANGASI SIAHAAN DAN PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TEOLOGISNYA [1] 1. Biografi             Pdt. Dr. Sountilon M. Siahaan lahir pada tanggal 7 April 1936 di desa Meat-Balige, sebuah desa di tepian Danau Toba. Setelah tamat dari SMA Negeri Balige 1956, beliau melanjutkan belajar ke Fakultas Teologi Universitas HKBP Nommensen dan selesai tahun 1961. Menikah pada 26 Agustus 1961. Sejak tahun 1961-1963 beliau bekerja sebagai Pendeta Praktek dan sekaligus sebagai Pendeta Pemuda/Mahasiswa HKBP Ressort Jawa Tengah yang berkedudukan di Yogyakarta. Ditahbiskan sebagai Pendeta HKBP pada 1 Juli 1962.             Beliau selanjutnya tugas belajar ke Universitas Hamburg pada tahun 1963 dan memperoleh gelar Magister Teologi pada tahun 1967 dan meraih gelar Doktor Teologi (Cum Laude) pada tahun 1973 dengan disertasi yang berjudul Die Konkretisierung ...

(XXXI. TAFSIRAN HISTORIS KRITIS MAZMUR 23:1-6)

Tinjauan Historis Kitab Mazmur 23:1-6 Oleh " Rahman Saputra Tamba " BAB I Pendahuluan             Nama kitab ini dalam LXX adalah Psalmoi [1] . Alkitab bahasa latin memakai nama yang sama. Kata Yunani (dari kata kerja psallo yang artinya “memetik atau mendentingkan”). Mula-mula digunakan untuk permainan alat musik petik atau untuk alat musik itu. Kemudian kata ini menunjukkan nyanyian ( psalmos ) atau kumpulan nyanyian ( psalterion) . [2] Dalam bahasa Ibrani ada kata mizmor yang artinya “sebuah nyanyian yang dinyanyikan dengan iringan musik”, namun judul Kitab Mazmur dalam bahasa Ibrani adalah [3] tehillim yang artinya “puji-pujian atau nyanyian pujian”.             Dalam Alkitab Ibrani, Kitab Mazmur terdapat pada awal bagian Kitab-kitab. Para nabi menempatkan sebelum Kitab Amsal dan tulisan hikmat lainnya, dengan alasan bahwa kumpulan tulisan Da...