Skip to main content

(LXXII. ADAT ISTIADAT ORANG BATAK SEBELUM KEKRISTENAN DATANG NAMUN MASIH DILAKUKAN SAMPAI SAAT INI)


ADAT ISTIADAT ORANG BATAK SEBELUM KEKRISTENAN DATANG NAMUN MASIH DILAKUKAN SAMPAI SAAT INI




A.    Pendahuluan

Ada pepatah mengatakan, lain lubuk lain ikannya. Hal ini juga tidak ada bedanya dengan pepatah orang Batak yang mengatakan “asing luat; asing duhutna”. Artinya tidak ada budaya yang sama di dunia ini. Masing-masing daerah mempunyai budaya masing-masing. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa ada banyak suku di dunia ini, misalnya suku Mongol, Mandarin, Indo, Melanesia dan sebagainya. Tentunya suku-suku tersebut mempunyai budaya masing-masing dengan ciri khas masing-masing juga.

Indonesia, sebagai salah satu negara kepulauan juga demikian. Indonesia terdiri dari beragam suku bangsa. Ada suku Madura, Sunda, Dayak, dan Batak. Masing-masing mempunyai adat tertentu dengan ciri khas tertentu. Suku Batak merupakan suku yang terbesar yang menduduki Indonesia. Suku Batak mempunyai budaya yang beragam, dan uniknya tidak semua sama. Artinya setiap daerah yang ada di tanah Batak mempunyai budaya masing-masing.

Berikut ini adalah bagian-bagian kecil dari budaya (adat istiadat) Batak yang masih berlaku hingga saat ini.



B.     Isi

  1. Mangongkal Holi

Mangongkal Holi adalah suatu adat-istiadat orang Batak di mana keluarga dari yang sudah meninggal dunia mengangkat/mengambil tulang-belulang nenek moyang mereka, dan menempatkannya ke tempat yang lebih bagus, yaitu tambak atau tugu. Umumnya dalam pemahaman orang Batak, acara ini dilaksanakan dalam rangka untuk menghormati nenek moyang mereka (pasangaphon). Dalam melaksanakan acara ini, terlebih dahulu keluarga yang sudah meningal meminta izin (bersifat pemberitahuan) kepada hulahula, bona ni ari, hulahula (mertua dari yang sudah meninggal), tulang dari yang sudah meninggal. Dalam acara tersebut diadakan acara makan bersama sekaligus untuk memberitahukan maksud dan rencana (martonggo raja). Namun sebelum itu, biasanya sudah terlebih dahulu disediakan atau dibangun tempat yang bagus. Setelah acara pembicaraan selesai maka akan ditentukan hari untuk acara tersebut. Pada hari yang sudah ditentukan maka akan diadakan acara untuk mengangkat tulang-belulang dari yang sudah meninggal. Satu hal yang mungkin sangat perlu untuk dipikirkan dan dipertanyakan ialah bahwa dalam setiap acara “mangongkal holi” maka akan ditemukan seorang yang ditentukan sebagai media untuk mengetahui di mana, dan apakah sudah betul tulang-belulang yang sudah ditemukan itu adalah tulang-belulang nenek moyang mereka.

§  Analisis

Dalam acara ini, umumnya bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di bawah konteks”. Alasannya adalah bahwa dalam acara setiap mangongkal holi peran gereja hanya sedikit, yakni memulai dan mengakhiri acara tersebut. Selebihnya ialah acara adat istiadat yang berjalan.



  1. Tambak/Tugu

Tambak atau tugu biasanya berhubungan (sejalan) dengan acara mangongkal holi. Tambak atau tugu juga diistilahkan dengan “batu na pir”. Setelah siap acara mangongkal holi maka acara akan dilanjutkan dengan memasukkan tulang-belulang (saringsaring) ke tambak/tugu. Pada zaman sebelum kekristenan masuk ke tanah Batak, biasanya acara ini berlangsung beberapa hari, dan umumnya sampai tujuh dari. Dalam acara ini semua keluarga yang bersangkutan akan manortor. Dalam acara manortor ini, semua keluarga mempunyai bagian masing-masing. Misalnya pada hari pertama adalah hulahula atau tulang, dan seterusnya. Namun pada saat sekarang ini, biasanya acara tersebut sudah dipersingkat dan hanya berlangsung selama satu hari saja.

§  Analisis

Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di bawah konteks”. Alasannya adalah bahwa dalam acara ini, hampir seratus persen yang berjalan adalah adat istiadat di mana acara tersebut diadakan.



  1. Manortor

Manortor adalah menari. Umumnya dalam setiap acara orang Batak bisa dipastikan akan ada acara manortor, karena inilah salah satu ciri khas orang Batak. Mungkin acara seperti ini sudah bisa dipastikan ada dalam setiap adat istiadat suku yang ada di dunia ini. Karena dalam setiap adat istiadat orang Batak ada acara manortor maka penulis akan mengambil contoh dalam acara nikah. Dalam acara ini  yang pertama sekali manortor adalah pihak dari mempelai wanita dan kemudian berlanjut seterusnya sampai setiap keluarga mendapat giliran. Biasanya di akhir acara maka keluaraga kedua mempelai akan manortor mengelilingi kedua mempelai.

§  Analisis

Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di bawah konteks”. Alasannya adalah bahwa dalam acara ini, hampir seratus persen yang berjalan adalah adat istiadat di mana acara tersebut diadakan.



  1. Marhata Sinamot

Umumnya yang mengadakan acara ini adalah pihak dari calon mempelai laki-laki. Acara ini bisa diartikan untuk menentukan jumlah uang yang harus diberikan kepada pihak calon mempelai perempuan. Dalam bahasa Batak, ini disebut sebagai “tuhor ni boru”. Dalam acara ini pihak laki-laki dan perempuan saling berhadap-hadapan. Namun sebelumnya, sebagaimana biasanya dalam kebiasaan adat Batak, terlebih dahulu diadakan acara makan bersama, dan dalam acara makan tersebut pihak laki-lakilah yang memulai dengan doa. Baru setelah acara makan selesai maka akan dilanjutkan dengan pembiacaraan tentang “tuhot ni boru”. Pihak paranak dan parboru akan saling berembuk untuk menentukan berapa jumlah uang yang akan diberikan oleh pihak laki-laki.

§  Analisis

Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di bawah konteks”. Alasannya adalah bahwa dalam acara ini pihak gereja tidak mempunyai peran, namun biasanya dalam acara ini dimulai dan diakhiri dengan doa.



  1. Martonggoraja/Riaraja

Acara ini merupakan salah satu acara yang paling penting dalam adat istiadat orang Batak. Biasanya dalam setiap acara, khususnya acara yang bersifat besar maka terlebih dahulu diadakan acara ‘martonggo raja atau ria raja”. Martonggo raja artinya mangontang atau manubut roha ni angka raja (menghormati). Kemudian mereka akan dikumpulkan di hari yang sudah ditentukan untuk memberitahukan maksud dan rencana yang akan diadakan.

§  Analisis

Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di bawah konteks”. Alasannya adalah bahwa dalam acara ini pihak gereja tidak mempunyai peranan yang penting. Meskipun biasanya ada pihak gereja yang diundang, maka mereka hanya mempunyai peran untuk memulai dan mengakhiri dengan doa. Itupun hanya sebagian kecil.



  1. Jambar

Jambar artinya bagian. Istilah ini digunakan dalam acara adar istiadat orang Batak, yaitu dalam setiap acara pesta. Misalnya dalam acara pesta nikah, orang meninggal dan lain sebagainya. Dan umumnya jambar yang dimaksud bisa diberikan dengan berbentuk daging yang sudah masak, dan bisa juga dengan bentuk uang.

§  Analisis

 Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di bawah konteks”. Alasannya adalah bahwa dalam acara ini pihak gereja tidak mempunyai peranan yang penting. Akan tetapi pada saat sekarang ini, pihak gereja sudah menerima jambar sekaligus seksi-seksi yang ada di gereja.



  1. Mangulosi

Mangulosi artinya memberikan ulos (selendang) kepada orang yang akan diulosi. Sudah sangat lazim acara ini berlangsung dalam setiap adat istiadat orang Batak. Misalnya adalam acara nikah, maka setiap anggota keluarga akan memberikan ulos kepada kedua mempelai. Umumnya arti dari mangulosi ini ialah sebagai media agar Tuhan memberkati kedua mempelai melalui ulos tersebut. Hal inilah yang terkadang disalahartikan oleh orang-orang yang tidak mengerti adat isitadat orang Batak.

§  Analisis

Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di bawah konteks”. Alasannya adalah bahwa dalam acara ini pihak gereja tidak mempunyai peranan yang penting.



  1. Martarombo

Martarombo artinya ialah mencari dan menemukan arah dan jalur silsilah. Biasanya dalam hal ini, bagaimanapun caranya maka akan dicari agar silsilah itu bisa bertemu. Sebagai contoh, ada dua orang yang berbeda marga (gen) yang tidak saling kenal bertemu di suatu tempat, misalnya di terminal. Kemudian kedua orang tersebut saling berkenalan. Karena berbeada marga, maka biasanya kedua orang tersebut akan mencari arah silsilah agar mereka bisa dikategorikan berkeluarga (dekat). Bagaimanapun caranya, misalnya tidak ketemu dari ibu, maka akan dicari dari keluarga yang lain, misalnya tulang, namboru dan sebagainya.

§  Analisis

Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks pararel atau sejajar dengan konteks”. Alasannya adalah bahwa di dalam Alkitab juga ditemukan adanya silsilah (tarombo). Tuhan Yesus sendiri mempunyai silsilah (lih. Mat. 1).



  1. Marsuap

Acara ini diadakan di kuburan. Secara harfiah, marsuap bisa diartikan dengan mencuci muka di kuburan keluarga yang sudah meninggal, misalnya di kuburan orang tua yang sudah meninggal dan sebagainya. Acara ini hanya dilakukan oleh pihak keluarga dari yang sudah meninggal. Namun bisa juga dilakukan bersama dengan pihak keluarga lainnya, misalnya tulang, amangboru, dan sebagainya.

§  Analisis

Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di atas konteks”. Alasannya adalah bahwa dalam acara ini sudah didominasi oleh acara gereja. Misalnya di daerah penulis, sebelum marsuap acara yang berlangsung adalah acara gereja, yaitu bernyanyi, berdoa, membaca firman dan diakhiri dengan berdoa yakni Doa Bapa Kami. Namun perlu untuk diperhatikan ialah bahwa dalam acara ini biasanya sering terjadi sinkritisme, yaitu berbicara di makam dengan maksud agar orang yang sudah meninggal tersebut mendengarkan apa yang dibicarakan.



  1. Mangandungi

Mangandungi artinya menangisi orang yang sudah meninggal sambil berbicara tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan orang yang sudah meninggal, misalnya kenangan saat orang yang meninggal masih hidup. Orang yang mangandungi menangis sambil terisak-isak. Biasanya orang tersebut akan menangis sampai kelelahan.

§  Analisis

Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di bawah konteks”. Alasannya adalah bahwa dalam mangandungi tidak ada berhubungan dengan teks.



  1. Marunjuk

Marunjuk artinya mangan juhut ni boru (harfiah: makan bersama). Dalam acara ini biasanya yang digunakan adalah daging babi, bisa juga daging kerbau dan ikan mas. Dan umumnya yang digunakan adalah ikan mas. Adapun arti ikan (dengke) tersebut adalah dengke saur (saur matua), dengke sitiotio dan dengke sahat.

§  Analisis

Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di bawah konteks”. Alasannya adalah bahwa dalam acara ini didominasi oleh adat istiadat setempat. Meskipun ada peran dan gereja, namun peran tersebut tidak banyak.



  1. Mangapuli

Mangapuli bisa diartikan dengan “menghibur atau penghiburan” kepada orang yang sedang berduka. Umumnya orang yang melakukan acara ini ialah seluruh keluarga atau masyarakat yang mengenal keluarga yang sedang berduka.

§  Analisis

Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di atas konteks”. Alasannya adalah bahwa acara ini sudah didominasi oleh acara gereja. Dalam mangapuli tersebut, orang yang datang akan melakukan acara gereja, baru kemudian dilangsungkan acara mangapuli, yaitu memberikan sepatah dua kata untuk menghibur dan menguatkan keluarga yang sedang berduka agar tetap sabar dan tabah dalam menjalani hidup sehari-hari.



  1. Margondang

Margondang artinya meminta lagu kepada orang yang memainkan alat musik (panggual pargossi). Misalnya dalam acara nikah, maka pihak keluarha akan meninta gondang untuk menari bersama menyambut pihak perempuan atau menari sambil mengelilingi kedua mempelai. Gondang pertama yang diminta adalah gondang mulamula (awal), gondang liatliat dan gondang hasahatan.

§  Analisis

Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di bawah konteks”. Alasannya adalah bahwa dalam bagian ini didominasi oleh adat istiadat.



  1. Marhesekhesek

Mashesekesek artinya ialah acara syukuran atas lahirnya seorang anggota keluarga. Umumnya acara ini diadakan setelah selang satu minggu (tujuh hari) sejak lahirnya anak tersebut. Biasanya acara ini berlangsung hanya dengan makan bersama dengan seluruh anggota keluarga dan masyarakat setempat. Akan tetapi pada zaman dahulu, jika seorang raja telah memiliki anak maka seluruh masyarakat akan diundang untuk makan bersama.

§  Analisis

Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di bawah konteks”. Alasannya adalah karena dalam acara ini tidak begitu didominasi oleh peran dari gereja. Dalam acara ini hanya ada makan bersama dan biasanya hanya dimulai dan diakhiri dengan doa bersama keluarga.



  1. Mangompoi

Mangompi artinya adalah memasuki rumah baru. Acara ini hanya dilakukan oleh keluarga dekat dari yang bersangkutan, dan diadakan acara makan bersama. Umumnya saat ini sudah diundang pihak gereja untuk ikut serta dalam acara tersebut.

§  Analisis

Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di atas konteks”. Alasannya adalah bahwa acara ini sudah didominasi oleh acara gereja. Acara ini dimulai dengan acara gereja, seperti kebaktian (partangiangan). Setelah itu baru dilanjutkan dengan acara makan bersama.



  1. Marhusip

Kata “marhusip” hanya merupakan istilah yang dipakai oleh orang Batak dalam rangka untuk pernikahan, karena pembicaraan yang akan dibicarakan nantinya belum bisa didengar atau diketahui oleh khalayak ramai. Namun acara tersebut berlangsung dengan bersuara, bukan berbisik-bisik. Umumnya acara ini diadakan dirumah pihak perempuan. Akan tetapi terlebih dahulu diberitahukan oleh pihak dari laki-laki kepada pihak perempuan, dan adalam acara ini biasanya orang yang diundang tidaklah banyak.

§  Analisis

agian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di bawah konteks”. Alasannya adalah bahwa dalam acara ini pihak gereja tidak mempunyai peranan yang penting. Meskipun biasanya ada pihak gereja yang diundang, maka mereka hanya mempunyai peran untuk memulai dan mengakhiri dengan doa. Itupun hanya sebagian kecil, misalnya di daerah penulis yaitu Hutajulu, Kecamatan Parmonangan – Tarutung.



  1. Mamasumasu

Secara harfiah mamasumasu diartikan dengan memberkati. Misalnya dalam acara nikah, maka terlebih dahulu kedua mempelai menjalani pemberkatan nikah dari gereja dan kemudian dilanjutkan dengan acara pemberkatan oleh pihak keluarga dalam acara adat.

§  Analisis

Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks pararel atau sejajar dengan konteks”. Alasannya adalah bahwa dalam acara ini peran gereja dan peran adat istiadat sudah seimbang.



  1. Panjaean/Pauseang

Panjaean atau pauseang diartikan sebagai pemberian oleh pihak perempuan kepada anaknya (boru) yang sudah berkeluarga. Umumnya boru tersebut bertempat tinggal tidak jauh dari kediaman orang tuanya (sahuta). Dalam adat istiadat orang Batak, pajaean atau pauseang terbagi ke dalam beberapa bagian, yaitu:

a.      Pauseang

b.      Indahan Arian

c.       Ulos na so ra buruk

d.      Ulos na tinonun sadari

Biasanya, pauseang, indahan arian dan ulos na so ra buruk diidentikkan dengan pemberian yang berupa sebidang tanah kepada cucunya dari anaknya. Ulos na tinonun sadari biasanya diidentikkan dengan pemberian berupa sejumlah uang kepada cucunya dari anaknya. Dalam melakukan hal ini, anaknya yang perempuan datang ke rumah orang tuanya dengan membawa makanan dan kemudian akan makan bersama.

§  Analisis

Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks di bawah konteks”. Alasannya adalah bahwa acara ini lebih didominasi oleh adat istiadat. Umumnya dalam acara ini tidak ada acara kebaktian atau partangiangan, cukup hanya dengan mengadakan acara makan bersama dan kemudian acara untuk menerima dan memberikan pauseang.



  1. Boras Sipirnitondi

Boras sipirnitondi diartikan sebagai simbol agar tetap bahagia. Sebagai contoh, dalam acara nikah maka kedua mempelai akan diberikan boras sipirnitondi yaitu berupa beras yang ditaburkan kepada kedua mempelai. Biasanya beras tersebut ditaburkan ke atas kepala kedua mempelai.

§  Analisis

Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di atas konteks”. Alasannya adalah bahwa hal ini juga bisa ditemukan dalam pemberitaan Alkitab, namun dengan cara yang berbeda. Misalnya dalam acara  mengangkat seorang raja, maka akan terlebih dahulu raja yang akan dipilih tersebut diminyaki dengan minyak yang wangi (wangi-wangian) seperti minyak zaitun. Tujuannya adalah bahwa raja yang terpilih tersebut sudah sah menjadi raja, dan agar bijaksana dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang raja bagi rakyatnya.



  1. Mangupaupa

Mangupaupa bisa diartikan sebagai suatu acara syukuran kepada yang telah berhasil mendapatkan apa yang telah dicita-citakan, dan memberikan semacam acara “horashoras” kepada orang yang selamat dari mara bahaya. Misalnya dalam acara horashoras kepada orang yang selamat dari mara bahaya, maka seluruh keluarga akan datang dengan membawa makanan untuk diberikan dan dimakan oleh orang tersebut agar tidak terulang kembali hal yang serupa di kemudian hari.

§  Analisis

Bagian ini bisa dikategirikan ke dalam “teks berada di atas konteks”. Alasannya adalah bahwa dalam acara ini sudah didominasi oleh gereja, yaitu dengan mengadakan kebaktian atau partangiangan. Baru setelah itu dilanjutkan dengan acara memberikan kata-kata horahoras.





  1. Maningkirtangga/Tingkirtangga

Tingkirtangga ialah suatu acara di mana setelah pernikahan dari kedua mempelai berlangsung, maka selang beberapa hari (biasanya setelah satu bulan – di daerah desa), maka keluarga dari pihak perempuan akan datang ke rumah pihak lakilaki dalam rangka “marsiholsihol” kepada kedua mempelai, umumnya kepada anak dari pihak perempuan. Keluarga dari pihak perempuan akan datang dengan membawa makanan dan pihak laki-laki akan menyambut dengan menyediakan makanan juga. Kemudian akan diadakan acara makan bersama. Setelah itu baru dilanjutkan dengan acara mandok hata.

§  Analisis

Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di bahwa konteks”. Alasannya adalah bahwa dalam acara ini, yang mendominasi adalah acara adat istiadat. Peran gereja tidak begitu diperlukan dalam acara ini, meskipun di daerah lain ada yang melangsungkannya dengan mengundang pihak dari gereja.



  1. Manuruknuruk

Manuruknuruk secara harfiahnya adalah suatu acara di mana keluarga dari pihak laki-laki datang kepada keluarga pihak perempuan untuk menerima atau “mensyahkan” bahwa rumah tangga mereka bisa diterima atau sah secara adat meskipun belum mangadati. Umumnya acara ini diadakan karena sebelum berumah tangga kedua mempelai mempunyai masalah, atau salah satu keluarga tidak setuju.

§  Analisis

Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di bawah konteks”. Alasannya adalah bahwa dalam acara ini peran dari gereja tidak ada. Acara ini lebih banyak didominasi oleh adat.



  1. Paulak Une

Secara harfiah, paulak une bisa diartikan sebagai suatu acara untuk mengucapkan rasa terima kasih. Misalnya dalam acara pernikahan, setelah selesai acara pernikahan (ulaon na gok) maka pihak laki-laki akan mengadakan acara paulak une dengan membawa makanan (namargoar) kepada keluarga dari pihak perempuan. Pelaksanaan acara ini tidak lagi diadakan seperti halnya pesta yang meriah, cukup hanya dengan acara makan bersama dengan seluruh anggota keluarga yang ada.



§  Analisis

Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di atas konteks”. Alasannya adalah bahwa arti dari acara ini sesungguhnya adalah ucapan terima kasih kepada Tuhan karena acara pernikahan anak mereka berjalan dengan baik. Dengan kata lain, acara ini hanya sebagai simbol ucapan terima kasih kepada Tuhan melalui pihak perempuan.



  1. Manjalo dohot Manggarar Adat

Umumnya acara ini berangsung dalam acara pernikahan. Manjalo dan manggarar adat dapat diartikan sebagai suatu acara di mana pihak perempuan menerima adat dan pihak laki-laki memberikan adat kepada pihak keluarga perempuan. Dalam acara ini diadakan acara makan bersama, dan setelah itu berlangsung pembiacaraan antara pihak laki-laki dengan perempuan.

§  Analisis

Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di bawah konteks”. Alasannya adalah bahwa acara ini lebih banyak didominasi oleh adat istiadat daripada gereja. Dalam acara ini kebanyakan hanya dalam acara makanlah ada berdoa dan kemudian mengakhiri acara tersebut.



  1. Mambahen Sijagaron

Mambahen sijagaron disebut juga dengan istilah “ampang jual patolu tapongan”. Dalam ampang (semacam periuk yang terbuat dari tanah – bisa juga dengan “tandok”), akan diisi dengan eme (padi), gambiri (kemiri), dan gambiri (daun sirih). Setelah itu dalam ampang tersebut akan lagi dengan menancapkan pohon, yaitu yang dikenal dengan ‘sanggar”. Acara ini diadakan pada saat acara orang tua yang sudah meninggal, dan sudah mempunyai cucu dari seluruh anaknya. Ini hanya sebagai simbol karena orang tua yang sudah meninggal tersebut sudah memiliki cucu dari seluruh anak-anaknya, baik itu anak laki-laki maupun perempuan.

§  Analisis

Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di bawah konteks”. Alasannya adalah bahwa dalam acara ini tidak ada sangkut pautnya dengan acara gereja, misalnya kebaktian atau membaca firman. Acara ini lebih didominasi oleh adat istiadat.



  1. Maniti Ari

Maniti arti artinya adalah mencari hari dan tanggal yang tepat untuk melangsungkan suatu acara. Misalnya untuk menentukan acara pernikahan, maka keluarga kedua mempelai akan mencari dan menentukan hari dan tanggal yang tepat untuk menentukan hari untuk melangsungkan acara tersebut. Umumnya sekarang ini, acara ini tidak dilakukan dengan acara yang besar atau makan bersama. Cukup hanya kedua keluara mempelai mencari dan menentukan hari yang tepat menurut cara masing-masing. Kemudian kedua keluarga akan saling berembuk untuk menentukan hari yang tepat.

§  Analisis

Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di atas konteks”. Alasannya adalah bahwa dalam melakukan acara ini sudah didominasi oleh teks, misalnya dengan melihat almanak, menanyakan kepada Pendeta dan sebagainya.



  1. Ulos Tudung/Sarimatua

Ulos tudung adalah suatu ulos (selendang) yang diberikan kepada suami atau istri yang sudah meninggal, namun anak-anaknya belum semua berkeluarga atau sudah berkeluarga namun belum mempunyai anak. Dalam adat Batak bagian ini biasanya ada tiga bagian yaitu ulos saur matua, ulos sarimatua dan maulibulung. Dari ketiga bagian ini, yang paling meriah adalah acara maulibulung. Ulos ini diberikan oleh tulang atau hulahula dari yang meninggal.

§  Analisis

Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di bawah konteks". Alasannya adalah bahwa acara ini lebih didominasi oleh adat istiadat daripada acara gereja dan sebagainya.



  1. Ulos Saput

Ulos saput artinya ialah ulos yang diberikan oleh hulahula kepada suami yang ditinggal oleh istri yang sudah meninggal (tulang keluarga atau ito dari yang meninggal). Dalam memberikan ulos tersebut maka tulang akan lebih dahulu memberikan sepatah dua kata kepada keluarga (bere) dan kemudian tulang akan menempatkan ulos tersebut ke kepala Lae mereka. Ulos tersebut akan dilepas setelah selesai acara penguburan, dan yang melepaskannya juga adalah dari pihak hulahula.



§  Analisis

Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di bawah konteks”. Alasannya adalah bahwa dalam acara ini tidak ada peran yang begitu banyak. Misalnya di daerah penulis, sebelum memberikan ulos tersebut hanya bernyanyi sekali dari Buku Ende dan berdoa.



  1. Tintin Marangkup

Tintin marangkup merupakan bagian dari jambar, di mana pihak perempuan meminta jambar ni tulang ni hela na. Setelah pihak perempuan meminta dari pihak laki-laki, maka pihak perempuan akan memberikannya secara langsung. Namun sebelumnya akan didahulukan dengan mengucapkan sepatah dua kata kepada tulang ni hela.

§  Analisis

Bagian ini dikategorikan ke dalam “teks berada di bawah konteks”. Alasannya adalah bahwa dalam memberikan tintin marangkup tidak ada sangkut pautnya dengan teks.



  1. Mamupus

Acara ini dilakukan oleh tulang (hulahula) kepada berenya. Biasanya hal ini dilakukan dengan cara makan bersama oleh seluruh anggota keluarga.

§  Analisis

Bagian ini dikategorikan ke dalam “teks berada di bawah konteks”. Alasannya adalah dalam acara ini hanya sedikit yang melangsungkannya dengan mengadakan kebaktian bersama atau partangiangan.



  1. Manahu Tua

Manahu artinya mengambil (air) dan tua artinya keberuntungan. Jadi secara harfiah, manahu tua artinya mengambil keberuntungan. Acara ini biasa diadakan pada saat orang tua meninggal yaitu orang tua yang sudah uzur dan dianggap dapat memberikan keberuntungan. Acara ini dilakukan dengan cara manortori (mengelilingi) orang yang sudah meninggal dan kemudian mereka akan menari semakin cepat dan setelah itu langsung masuk ke rumah. Hal ini dilakukan agar tua yang sudah diambil atau diterima dari orang yang sudah meninggal tidak lari kepada orang lain.

§  Analisis

Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di bawah konteks” dan “teks bertentangan dengan konteks”. Alasannya adalah bahwa dalam acara tersebut hampir seratus persen didominasi oleh adat istiadat. Dalam hubungannya dengan tua, pada saat itu tua (berkat) dianggap datang dari orang yang sudah meninggal. Sedangkan dalam kekristenan, tua atau berkat diberikan oleh Tuhan.



  1. Ungkap Hombung

Secara harfiah ungkap hombung diartikan dengan membuka tempat penyimpanan barang-barang berharga dari orang yang sudah meninggal. Biasanya orang yang meninggal itu sudah dikategorikan sebagai orang yang sudah “saurmatua”. Umumnya “ama na poso” dari yang sudah meninggallah yang menerima ungkap hombung. Bisa juga ama na poso yang meminta kepada keluarga yang sudah meninggal agar diberikan ungkap hombung kepada ama na poso yang meninggal.

§  Analisis

Bagian ini bisa dikategorikam ke dalam “teks berada di bawah konteks”. Alasannya adalah bahwa dalam acara ungkap hombung hampir seratus persen didominasi oleh adat istiadat. Bisa dipastikan dalam melakukan acara ini tidak ada acara kebaktian atau sangkut pautnya dengan gereja.



  1. Marindahan Na Sinaor

Marindahan na sinaor merupakan suatu acara dalam tradisi orang Batak untuk menyelesaikan suatu perkara. Misalnya ada dua keluarga yang saling bertentangan hingga menyebabkan perkelahian ataupun pertikaian. Maka penetua kampung (raja huta, natuatua ni huta) akan berembuk untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dalam menyelesaikan masalah tersebut maka akan diadakan acara makan bersama, dengan memakan “indahan na sinaor”.

§  Analisis

Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks sejajar atau pararel dengan konteks”. Alasannya adalah bahwa dalam melakukan acara ini, peran gereja dan peran adat sudah seimbang. Sebagai contoh, di daerah penulis acara ini sering dilakukan di gereja, dengan disaksikan oleh beberapa dari saksi dan tentunya dari pihak gereja. Baru setelah itu dilanjutkan dengan acara adat (mendamaikan kedua pihak sesuai dengan adat yang berlaku).

  1. Manulangi

Manulangi artinya ialah membawa makanan. Misalnya manulangi natuatua (orang tua), maka seluruh anak dari orang tua yang akan disulangi akan berembuk untuk manulangi orangtua mereka. Biasanya acara ini dilakukan pada saat orang tua mereka sudah tua. Seluruh anggota keluarga akan datang dengan membawa makanan dan kemudian memberikan makanan tersebut kepada orang tua mereka sambil satu persatu menyuapi orang tua mereka. Namun biasanya hanya dengan membawa makanan dan tidak ada acara menyuapi.

§  Analisis

Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di bawah konteks”. Alasannya adalah bahwa acara ini lebih didominasi oleh adat istiadat. Tidak banyak yang melangsungkan acara ini dengan mengadakan partangiangan atau kebaktian.



C.    Kesimpulan

Dari uraian penjelasan di atas, maka yang dapat disimpulkan adalah:

  1. Orang Batak masih kuat dalam mempertahankan budayanya.
  2. Elemen-elemen budaya di atas sebagian besar lebih didominasi oleh konteks (budaya) daripada teks (gereja).
  3. Sehubungan dengan kesimpulan nomor dua, masing-masing elemen-elemen di atas sudah ada unsur kekristenan meskipun tidak seluruhnya.
  4. Umumnya pada saat sekarang ini, dalam melakukan adat istiadat di atas sering terjadi sinkritisme, misalnya dalam mangongkal holi, marsuap, manahu tua dan lain-lain.

Comments

Popular posts from this blog

(LX. SAKRAMEN BAPTISAN DI HKBP)

SAKRAMEN BAPTISAN DI HKBP  I. Pendahuluan             Baptisan merupakan salah satu sakramen yang diperintahkan oleh Yesus sendiri dalam Amanat AgungNya. Oleh karena itu gereja melayankan baptisan sebagai salah satu sakramen bagi orang percaya.             Kata “baptis” berasal dari Bahasa Yunani, “baptizo” yang artinya: mencelupkan ke dalam air ataupun memasukkan ke dalam air. Pemandian ke dalam air baru menjadi “baptisan” apabila dilaksanakan dengan upacara seremonial yang khusus. [1] Baptisan yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus, yaitu baptisan yang berlaku di tengah-tengah gereja, bukan hanya menunjuk pada Kerajaan Allah yang masih akan datang, melainkan menjadi bukti dan mengukuhkan perwujudan atas kedatangan Kristus ke dunia. [2] HKBP sebagai salah satu gereja Tuhan di Indonesia mengakui dan melayankan Baptisan Kudus sebagai salah satu sakramen di samp...

(LXXVI. MENGENAL PDT. DR. SOUNTILON MANGASI SIAHAAN DAN PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TEOLOGISNYA)

MENGENAL PDT. DR. SOUNTILON   MANGASI SIAHAAN DAN PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TEOLOGISNYA [1] 1. Biografi             Pdt. Dr. Sountilon M. Siahaan lahir pada tanggal 7 April 1936 di desa Meat-Balige, sebuah desa di tepian Danau Toba. Setelah tamat dari SMA Negeri Balige 1956, beliau melanjutkan belajar ke Fakultas Teologi Universitas HKBP Nommensen dan selesai tahun 1961. Menikah pada 26 Agustus 1961. Sejak tahun 1961-1963 beliau bekerja sebagai Pendeta Praktek dan sekaligus sebagai Pendeta Pemuda/Mahasiswa HKBP Ressort Jawa Tengah yang berkedudukan di Yogyakarta. Ditahbiskan sebagai Pendeta HKBP pada 1 Juli 1962.             Beliau selanjutnya tugas belajar ke Universitas Hamburg pada tahun 1963 dan memperoleh gelar Magister Teologi pada tahun 1967 dan meraih gelar Doktor Teologi (Cum Laude) pada tahun 1973 dengan disertasi yang berjudul Die Konkretisierung ...

(XXXI. TAFSIRAN HISTORIS KRITIS MAZMUR 23:1-6)

Tinjauan Historis Kitab Mazmur 23:1-6 Oleh " Rahman Saputra Tamba " BAB I Pendahuluan             Nama kitab ini dalam LXX adalah Psalmoi [1] . Alkitab bahasa latin memakai nama yang sama. Kata Yunani (dari kata kerja psallo yang artinya “memetik atau mendentingkan”). Mula-mula digunakan untuk permainan alat musik petik atau untuk alat musik itu. Kemudian kata ini menunjukkan nyanyian ( psalmos ) atau kumpulan nyanyian ( psalterion) . [2] Dalam bahasa Ibrani ada kata mizmor yang artinya “sebuah nyanyian yang dinyanyikan dengan iringan musik”, namun judul Kitab Mazmur dalam bahasa Ibrani adalah [3] tehillim yang artinya “puji-pujian atau nyanyian pujian”.             Dalam Alkitab Ibrani, Kitab Mazmur terdapat pada awal bagian Kitab-kitab. Para nabi menempatkan sebelum Kitab Amsal dan tulisan hikmat lainnya, dengan alasan bahwa kumpulan tulisan Da...