ADAT ISTIADAT ORANG BATAK
SEBELUM KEKRISTENAN DATANG NAMUN MASIH DILAKUKAN SAMPAI SAAT INI
A. Pendahuluan
Ada pepatah mengatakan, lain lubuk lain ikannya. Hal ini juga tidak ada
bedanya dengan pepatah orang Batak yang mengatakan “asing luat; asing duhutna”.
Artinya tidak ada budaya yang sama di dunia ini. Masing-masing daerah mempunyai
budaya masing-masing. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa ada banyak suku di
dunia ini, misalnya suku Mongol, Mandarin, Indo, Melanesia dan sebagainya.
Tentunya suku-suku tersebut mempunyai budaya masing-masing dengan ciri khas
masing-masing juga.
Indonesia, sebagai salah satu negara kepulauan juga demikian. Indonesia
terdiri dari beragam suku bangsa. Ada suku Madura, Sunda, Dayak, dan Batak. Masing-masing
mempunyai adat tertentu dengan ciri khas tertentu. Suku Batak merupakan suku
yang terbesar yang menduduki Indonesia. Suku Batak mempunyai budaya yang
beragam, dan uniknya tidak semua sama. Artinya setiap daerah yang ada di tanah
Batak mempunyai budaya masing-masing.
Berikut ini adalah bagian-bagian kecil dari budaya (adat istiadat)
Batak yang masih berlaku hingga saat ini.
B. Isi
- Mangongkal Holi
Mangongkal Holi adalah suatu adat-istiadat orang Batak di mana keluarga
dari yang sudah meninggal dunia mengangkat/mengambil tulang-belulang nenek
moyang mereka, dan menempatkannya ke tempat yang lebih bagus, yaitu tambak atau
tugu. Umumnya dalam pemahaman orang Batak, acara ini dilaksanakan dalam rangka
untuk menghormati nenek moyang mereka (pasangaphon). Dalam melaksanakan acara
ini, terlebih dahulu keluarga yang sudah meningal meminta izin (bersifat
pemberitahuan) kepada hulahula, bona ni ari, hulahula (mertua dari yang sudah
meninggal), tulang dari yang sudah meninggal. Dalam acara tersebut diadakan
acara makan bersama sekaligus untuk memberitahukan maksud dan rencana
(martonggo raja). Namun sebelum itu, biasanya sudah terlebih dahulu disediakan
atau dibangun tempat yang bagus. Setelah acara pembicaraan selesai maka akan
ditentukan hari untuk acara tersebut. Pada hari yang sudah ditentukan maka akan
diadakan acara untuk mengangkat tulang-belulang dari yang sudah meninggal. Satu
hal yang mungkin sangat perlu untuk dipikirkan dan dipertanyakan ialah bahwa
dalam setiap acara “mangongkal holi” maka akan ditemukan seorang yang
ditentukan sebagai media untuk mengetahui di mana, dan apakah sudah betul
tulang-belulang yang sudah ditemukan itu adalah tulang-belulang nenek moyang
mereka.
§ Analisis
Dalam acara ini, umumnya bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di
bawah konteks”. Alasannya adalah bahwa dalam acara setiap mangongkal holi peran
gereja hanya sedikit, yakni memulai dan mengakhiri acara tersebut. Selebihnya
ialah acara adat istiadat yang berjalan.
- Tambak/Tugu
Tambak atau tugu biasanya berhubungan (sejalan) dengan acara mangongkal
holi. Tambak atau tugu juga diistilahkan dengan “batu na pir”. Setelah siap
acara mangongkal holi maka acara akan dilanjutkan dengan memasukkan tulang-belulang
(saringsaring) ke tambak/tugu. Pada zaman sebelum kekristenan masuk ke tanah
Batak, biasanya acara ini berlangsung beberapa hari, dan umumnya sampai tujuh
dari. Dalam acara ini semua keluarga yang bersangkutan akan manortor. Dalam
acara manortor ini, semua keluarga mempunyai bagian masing-masing. Misalnya
pada hari pertama adalah hulahula atau tulang, dan seterusnya. Namun pada saat
sekarang ini, biasanya acara tersebut sudah dipersingkat dan hanya berlangsung
selama satu hari saja.
§ Analisis
Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di bawah konteks”.
Alasannya adalah bahwa dalam acara ini, hampir seratus persen yang berjalan
adalah adat istiadat di mana acara tersebut diadakan.
- Manortor
Manortor adalah menari. Umumnya dalam setiap acara orang Batak bisa
dipastikan akan ada acara manortor, karena inilah salah satu ciri khas orang
Batak. Mungkin acara seperti ini sudah bisa dipastikan ada dalam setiap adat
istiadat suku yang ada di dunia ini. Karena dalam setiap adat istiadat orang
Batak ada acara manortor maka penulis akan mengambil contoh dalam acara nikah.
Dalam acara ini yang pertama sekali
manortor adalah pihak dari mempelai wanita dan kemudian berlanjut seterusnya
sampai setiap keluarga mendapat giliran. Biasanya di akhir acara maka keluaraga
kedua mempelai akan manortor mengelilingi kedua mempelai.
§ Analisis
Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di bawah konteks”.
Alasannya adalah bahwa dalam acara ini, hampir seratus persen yang berjalan
adalah adat istiadat di mana acara tersebut diadakan.
- Marhata Sinamot
Umumnya yang mengadakan acara ini adalah pihak dari calon mempelai
laki-laki. Acara ini bisa diartikan untuk menentukan jumlah uang yang harus
diberikan kepada pihak calon mempelai perempuan. Dalam bahasa Batak, ini
disebut sebagai “tuhor ni boru”. Dalam acara ini pihak laki-laki dan perempuan
saling berhadap-hadapan. Namun sebelumnya, sebagaimana biasanya dalam kebiasaan
adat Batak, terlebih dahulu diadakan acara makan bersama, dan dalam acara makan
tersebut pihak laki-lakilah yang memulai dengan doa. Baru setelah acara makan
selesai maka akan dilanjutkan dengan pembiacaraan tentang “tuhot ni boru”.
Pihak paranak dan parboru akan saling berembuk untuk menentukan berapa jumlah
uang yang akan diberikan oleh pihak laki-laki.
§ Analisis
Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di bawah konteks”.
Alasannya adalah bahwa dalam acara ini pihak gereja tidak mempunyai peran,
namun biasanya dalam acara ini dimulai dan diakhiri dengan doa.
- Martonggoraja/Riaraja
Acara ini merupakan salah satu acara yang paling penting dalam adat
istiadat orang Batak. Biasanya dalam setiap acara, khususnya acara yang
bersifat besar maka terlebih dahulu diadakan acara ‘martonggo raja atau ria
raja”. Martonggo raja artinya mangontang atau manubut roha ni angka raja
(menghormati). Kemudian mereka akan dikumpulkan di hari yang sudah ditentukan
untuk memberitahukan maksud dan rencana yang akan diadakan.
§ Analisis
Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di bawah konteks”.
Alasannya adalah bahwa dalam acara ini pihak gereja tidak mempunyai peranan
yang penting. Meskipun biasanya ada pihak gereja yang diundang, maka mereka
hanya mempunyai peran untuk memulai dan mengakhiri dengan doa. Itupun hanya
sebagian kecil.
- Jambar
Jambar artinya bagian. Istilah ini digunakan dalam acara adar istiadat
orang Batak, yaitu dalam setiap acara pesta. Misalnya dalam acara pesta nikah,
orang meninggal dan lain sebagainya. Dan umumnya jambar yang dimaksud bisa
diberikan dengan berbentuk daging yang sudah masak, dan bisa juga dengan bentuk
uang.
§ Analisis
Bagian ini bisa dikategorikan ke
dalam “teks berada di bawah konteks”. Alasannya adalah bahwa dalam acara ini
pihak gereja tidak mempunyai peranan yang penting. Akan tetapi pada saat
sekarang ini, pihak gereja sudah menerima jambar sekaligus seksi-seksi yang ada
di gereja.
- Mangulosi
Mangulosi artinya memberikan ulos (selendang) kepada orang yang akan
diulosi. Sudah sangat lazim acara ini berlangsung dalam setiap adat istiadat
orang Batak. Misalnya adalam acara nikah, maka setiap anggota keluarga akan
memberikan ulos kepada kedua mempelai. Umumnya arti dari mangulosi ini ialah
sebagai media agar Tuhan memberkati kedua mempelai melalui ulos tersebut. Hal
inilah yang terkadang disalahartikan oleh orang-orang yang tidak mengerti adat
isitadat orang Batak.
§ Analisis
Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di bawah konteks”.
Alasannya adalah bahwa dalam acara ini pihak gereja tidak mempunyai peranan
yang penting.
- Martarombo
Martarombo artinya ialah mencari dan menemukan arah dan jalur silsilah.
Biasanya dalam hal ini, bagaimanapun caranya maka akan dicari agar silsilah itu
bisa bertemu. Sebagai contoh, ada dua orang yang berbeda marga (gen) yang tidak
saling kenal bertemu di suatu tempat, misalnya di terminal. Kemudian kedua
orang tersebut saling berkenalan. Karena berbeada marga, maka biasanya kedua
orang tersebut akan mencari arah silsilah agar mereka bisa dikategorikan
berkeluarga (dekat). Bagaimanapun caranya, misalnya tidak ketemu dari ibu, maka
akan dicari dari keluarga yang lain, misalnya tulang, namboru dan sebagainya.
§ Analisis
Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks pararel atau sejajar
dengan konteks”. Alasannya adalah bahwa di dalam Alkitab juga ditemukan adanya
silsilah (tarombo). Tuhan Yesus sendiri mempunyai silsilah (lih. Mat. 1).
- Marsuap
Acara ini diadakan di kuburan. Secara harfiah, marsuap bisa diartikan
dengan mencuci muka di kuburan keluarga yang sudah meninggal, misalnya di
kuburan orang tua yang sudah meninggal dan sebagainya. Acara ini hanya
dilakukan oleh pihak keluarga dari yang sudah meninggal. Namun bisa juga
dilakukan bersama dengan pihak keluarga lainnya, misalnya tulang, amangboru,
dan sebagainya.
§ Analisis
Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di atas konteks”.
Alasannya adalah bahwa dalam acara ini sudah didominasi oleh acara gereja.
Misalnya di daerah penulis, sebelum marsuap acara yang berlangsung adalah acara
gereja, yaitu bernyanyi, berdoa, membaca firman dan diakhiri dengan berdoa
yakni Doa Bapa Kami. Namun perlu untuk diperhatikan ialah bahwa dalam acara ini
biasanya sering terjadi sinkritisme, yaitu berbicara di makam dengan maksud
agar orang yang sudah meninggal tersebut mendengarkan apa yang dibicarakan.
- Mangandungi
Mangandungi artinya menangisi orang yang sudah meninggal sambil
berbicara tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan orang yang sudah
meninggal, misalnya kenangan saat orang yang meninggal masih hidup. Orang yang
mangandungi menangis sambil terisak-isak. Biasanya orang tersebut akan menangis
sampai kelelahan.
§ Analisis
Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di bawah konteks”.
Alasannya adalah bahwa dalam mangandungi tidak ada berhubungan dengan teks.
- Marunjuk
Marunjuk artinya mangan juhut ni boru (harfiah: makan bersama). Dalam
acara ini biasanya yang digunakan adalah daging babi, bisa juga daging kerbau
dan ikan mas. Dan umumnya yang digunakan adalah ikan mas. Adapun arti ikan
(dengke) tersebut adalah dengke saur (saur matua), dengke sitiotio dan dengke
sahat.
§ Analisis
Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di bawah konteks”.
Alasannya adalah bahwa dalam acara ini didominasi oleh adat istiadat setempat.
Meskipun ada peran dan gereja, namun peran tersebut tidak banyak.
- Mangapuli
Mangapuli bisa diartikan dengan “menghibur atau penghiburan” kepada
orang yang sedang berduka. Umumnya orang yang melakukan acara ini ialah seluruh
keluarga atau masyarakat yang mengenal keluarga yang sedang berduka.
§ Analisis
Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di atas konteks”.
Alasannya adalah bahwa acara ini sudah didominasi oleh acara gereja. Dalam
mangapuli tersebut, orang yang datang akan melakukan acara gereja, baru
kemudian dilangsungkan acara mangapuli, yaitu memberikan sepatah dua kata untuk
menghibur dan menguatkan keluarga yang sedang berduka agar tetap sabar dan
tabah dalam menjalani hidup sehari-hari.
- Margondang
Margondang artinya meminta lagu kepada orang yang memainkan alat musik
(panggual pargossi). Misalnya dalam acara nikah, maka pihak keluarha akan
meninta gondang untuk menari bersama menyambut pihak perempuan atau menari
sambil mengelilingi kedua mempelai. Gondang pertama yang diminta adalah gondang
mulamula (awal), gondang liatliat dan gondang hasahatan.
§ Analisis
Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di bawah konteks”.
Alasannya adalah bahwa dalam bagian ini didominasi oleh adat istiadat.
- Marhesekhesek
Mashesekesek artinya ialah acara syukuran atas lahirnya seorang anggota
keluarga. Umumnya acara ini diadakan setelah selang satu minggu (tujuh hari)
sejak lahirnya anak tersebut. Biasanya acara ini berlangsung hanya dengan makan
bersama dengan seluruh anggota keluarga dan masyarakat setempat. Akan tetapi
pada zaman dahulu, jika seorang raja telah memiliki anak maka seluruh
masyarakat akan diundang untuk makan bersama.
§ Analisis
Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di bawah konteks”.
Alasannya adalah karena dalam acara ini tidak begitu didominasi oleh peran dari
gereja. Dalam acara ini hanya ada makan bersama dan biasanya hanya dimulai dan
diakhiri dengan doa bersama keluarga.
- Mangompoi
Mangompi artinya adalah memasuki rumah baru. Acara ini hanya dilakukan
oleh keluarga dekat dari yang bersangkutan, dan diadakan acara makan bersama.
Umumnya saat ini sudah diundang pihak gereja untuk ikut serta dalam acara
tersebut.
§ Analisis
Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di atas konteks”.
Alasannya adalah bahwa acara ini sudah didominasi oleh acara gereja. Acara ini
dimulai dengan acara gereja, seperti kebaktian (partangiangan). Setelah itu
baru dilanjutkan dengan acara makan bersama.
- Marhusip
Kata “marhusip” hanya merupakan istilah yang dipakai oleh orang Batak
dalam rangka untuk pernikahan, karena pembicaraan yang akan dibicarakan
nantinya belum bisa didengar atau diketahui oleh khalayak ramai. Namun acara
tersebut berlangsung dengan bersuara, bukan berbisik-bisik. Umumnya acara ini
diadakan dirumah pihak perempuan. Akan tetapi terlebih dahulu diberitahukan
oleh pihak dari laki-laki kepada pihak perempuan, dan adalam acara ini biasanya
orang yang diundang tidaklah banyak.
§ Analisis
agian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di bawah konteks”.
Alasannya adalah bahwa dalam acara ini pihak gereja tidak mempunyai peranan
yang penting. Meskipun biasanya ada pihak gereja yang diundang, maka mereka
hanya mempunyai peran untuk memulai dan mengakhiri dengan doa. Itupun hanya
sebagian kecil, misalnya di daerah penulis yaitu Hutajulu, Kecamatan
Parmonangan – Tarutung.
- Mamasumasu
Secara harfiah mamasumasu diartikan dengan memberkati. Misalnya dalam
acara nikah, maka terlebih dahulu kedua mempelai menjalani pemberkatan nikah
dari gereja dan kemudian dilanjutkan dengan acara pemberkatan oleh pihak
keluarga dalam acara adat.
§ Analisis
Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks pararel atau sejajar
dengan konteks”. Alasannya adalah bahwa dalam acara ini peran gereja dan peran
adat istiadat sudah seimbang.
- Panjaean/Pauseang
Panjaean atau pauseang diartikan sebagai pemberian oleh pihak perempuan
kepada anaknya (boru) yang sudah berkeluarga. Umumnya boru tersebut bertempat
tinggal tidak jauh dari kediaman orang tuanya (sahuta). Dalam adat istiadat
orang Batak, pajaean atau pauseang terbagi ke dalam beberapa bagian, yaitu:
a. Pauseang
b. Indahan Arian
c. Ulos na so ra buruk
d. Ulos na tinonun sadari
Biasanya, pauseang, indahan arian dan ulos na so ra buruk diidentikkan
dengan pemberian yang berupa sebidang tanah kepada cucunya dari anaknya. Ulos
na tinonun sadari biasanya diidentikkan dengan pemberian berupa sejumlah uang
kepada cucunya dari anaknya. Dalam melakukan hal ini, anaknya yang perempuan
datang ke rumah orang tuanya dengan membawa makanan dan kemudian akan makan
bersama.
§ Analisis
Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks di bawah konteks”.
Alasannya adalah bahwa acara ini lebih didominasi oleh adat istiadat. Umumnya
dalam acara ini tidak ada acara kebaktian atau partangiangan, cukup hanya
dengan mengadakan acara makan bersama dan kemudian acara untuk menerima dan
memberikan pauseang.
- Boras Sipirnitondi
Boras sipirnitondi diartikan sebagai simbol agar tetap bahagia. Sebagai
contoh, dalam acara nikah maka kedua mempelai akan diberikan boras sipirnitondi
yaitu berupa beras yang ditaburkan kepada kedua mempelai. Biasanya beras
tersebut ditaburkan ke atas kepala kedua mempelai.
§ Analisis
Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di atas konteks”.
Alasannya adalah bahwa hal ini juga bisa ditemukan dalam pemberitaan Alkitab,
namun dengan cara yang berbeda. Misalnya dalam acara mengangkat seorang raja, maka akan terlebih
dahulu raja yang akan dipilih tersebut diminyaki dengan minyak yang wangi
(wangi-wangian) seperti minyak zaitun. Tujuannya adalah bahwa raja yang
terpilih tersebut sudah sah menjadi raja, dan agar bijaksana dalam menjalankan
tugasnya sebagai seorang raja bagi rakyatnya.
- Mangupaupa
Mangupaupa bisa diartikan sebagai suatu acara syukuran kepada yang
telah berhasil mendapatkan apa yang telah dicita-citakan, dan memberikan
semacam acara “horashoras” kepada orang yang selamat dari mara bahaya. Misalnya
dalam acara horashoras kepada orang yang selamat dari mara bahaya, maka seluruh
keluarga akan datang dengan membawa makanan untuk diberikan dan dimakan oleh
orang tersebut agar tidak terulang kembali hal yang serupa di kemudian hari.
§ Analisis
Bagian ini bisa dikategirikan ke dalam “teks berada di atas konteks”.
Alasannya adalah bahwa dalam acara ini sudah didominasi oleh gereja, yaitu
dengan mengadakan kebaktian atau partangiangan. Baru setelah itu dilanjutkan
dengan acara memberikan kata-kata horahoras.
- Maningkirtangga/Tingkirtangga
Tingkirtangga ialah suatu acara di mana setelah pernikahan dari kedua
mempelai berlangsung, maka selang beberapa hari (biasanya setelah satu bulan –
di daerah desa), maka keluarga dari pihak perempuan akan datang ke rumah pihak
lakilaki dalam rangka “marsiholsihol” kepada kedua mempelai, umumnya kepada
anak dari pihak perempuan. Keluarga dari pihak perempuan akan datang dengan
membawa makanan dan pihak laki-laki akan menyambut dengan menyediakan makanan
juga. Kemudian akan diadakan acara makan bersama. Setelah itu baru dilanjutkan
dengan acara mandok hata.
§ Analisis
Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di bahwa konteks”.
Alasannya adalah bahwa dalam acara ini, yang mendominasi adalah acara adat
istiadat. Peran gereja tidak begitu diperlukan dalam acara ini, meskipun di
daerah lain ada yang melangsungkannya dengan mengundang pihak dari gereja.
- Manuruknuruk
Manuruknuruk secara harfiahnya adalah suatu acara di mana keluarga dari
pihak laki-laki datang kepada keluarga pihak perempuan untuk menerima atau
“mensyahkan” bahwa rumah tangga mereka bisa diterima atau sah secara adat
meskipun belum mangadati. Umumnya acara ini diadakan karena sebelum berumah
tangga kedua mempelai mempunyai masalah, atau salah satu keluarga tidak setuju.
§ Analisis
Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di bawah konteks”.
Alasannya adalah bahwa dalam acara ini peran dari gereja tidak ada. Acara ini
lebih banyak didominasi oleh adat.
- Paulak Une
Secara harfiah, paulak une bisa diartikan sebagai suatu acara untuk
mengucapkan rasa terima kasih. Misalnya dalam acara pernikahan, setelah selesai
acara pernikahan (ulaon na gok) maka pihak laki-laki akan mengadakan acara
paulak une dengan membawa makanan (namargoar) kepada keluarga dari pihak
perempuan. Pelaksanaan acara ini tidak lagi diadakan seperti halnya pesta yang
meriah, cukup hanya dengan acara makan bersama dengan seluruh anggota keluarga
yang ada.
§ Analisis
Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di atas konteks”.
Alasannya adalah bahwa arti dari acara ini sesungguhnya adalah ucapan terima
kasih kepada Tuhan karena acara pernikahan anak mereka berjalan dengan baik.
Dengan kata lain, acara ini hanya sebagai simbol ucapan terima kasih kepada
Tuhan melalui pihak perempuan.
- Manjalo dohot Manggarar Adat
Umumnya acara ini berangsung dalam acara pernikahan. Manjalo dan
manggarar adat dapat diartikan sebagai suatu acara di mana pihak perempuan
menerima adat dan pihak laki-laki memberikan adat kepada pihak keluarga
perempuan. Dalam acara ini diadakan acara makan bersama, dan setelah itu
berlangsung pembiacaraan antara pihak laki-laki dengan perempuan.
§ Analisis
Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di bawah konteks”.
Alasannya adalah bahwa acara ini lebih banyak didominasi oleh adat istiadat
daripada gereja. Dalam acara ini kebanyakan hanya dalam acara makanlah ada
berdoa dan kemudian mengakhiri acara tersebut.
- Mambahen Sijagaron
Mambahen sijagaron disebut juga dengan istilah “ampang jual patolu
tapongan”. Dalam ampang (semacam periuk yang terbuat dari tanah – bisa juga
dengan “tandok”), akan diisi dengan eme (padi), gambiri (kemiri), dan gambiri
(daun sirih). Setelah itu dalam ampang tersebut akan lagi dengan menancapkan
pohon, yaitu yang dikenal dengan ‘sanggar”. Acara ini diadakan pada saat acara
orang tua yang sudah meninggal, dan sudah mempunyai cucu dari seluruh anaknya.
Ini hanya sebagai simbol karena orang tua yang sudah meninggal tersebut sudah
memiliki cucu dari seluruh anak-anaknya, baik itu anak laki-laki maupun
perempuan.
§ Analisis
Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di bawah konteks”.
Alasannya adalah bahwa dalam acara ini tidak ada sangkut pautnya dengan acara
gereja, misalnya kebaktian atau membaca firman. Acara ini lebih didominasi oleh
adat istiadat.
- Maniti Ari
Maniti arti artinya adalah mencari hari dan tanggal yang tepat untuk
melangsungkan suatu acara. Misalnya untuk menentukan acara pernikahan, maka
keluarga kedua mempelai akan mencari dan menentukan hari dan tanggal yang tepat
untuk menentukan hari untuk melangsungkan acara tersebut. Umumnya sekarang ini,
acara ini tidak dilakukan dengan acara yang besar atau makan bersama. Cukup
hanya kedua keluara mempelai mencari dan menentukan hari yang tepat menurut
cara masing-masing. Kemudian kedua keluarga akan saling berembuk untuk
menentukan hari yang tepat.
§ Analisis
Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di atas konteks”.
Alasannya adalah bahwa dalam melakukan acara ini sudah didominasi oleh teks,
misalnya dengan melihat almanak, menanyakan kepada Pendeta dan sebagainya.
- Ulos Tudung/Sarimatua
Ulos tudung adalah suatu ulos (selendang) yang diberikan kepada suami
atau istri yang sudah meninggal, namun anak-anaknya belum semua berkeluarga
atau sudah berkeluarga namun belum mempunyai anak. Dalam adat Batak bagian ini
biasanya ada tiga bagian yaitu ulos saur matua, ulos sarimatua dan maulibulung.
Dari ketiga bagian ini, yang paling meriah adalah acara maulibulung. Ulos ini
diberikan oleh tulang atau hulahula dari yang meninggal.
§ Analisis
Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di bawah
konteks". Alasannya adalah bahwa acara ini lebih didominasi oleh adat
istiadat daripada acara gereja dan sebagainya.
- Ulos Saput
Ulos saput artinya ialah ulos yang diberikan oleh hulahula kepada suami
yang ditinggal oleh istri yang sudah meninggal (tulang keluarga atau ito dari
yang meninggal). Dalam memberikan ulos tersebut maka tulang akan lebih dahulu
memberikan sepatah dua kata kepada keluarga (bere) dan kemudian tulang akan
menempatkan ulos tersebut ke kepala Lae mereka. Ulos tersebut akan dilepas
setelah selesai acara penguburan, dan yang melepaskannya juga adalah dari pihak
hulahula.
§ Analisis
Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di bawah konteks”.
Alasannya adalah bahwa dalam acara ini tidak ada peran yang begitu banyak.
Misalnya di daerah penulis, sebelum memberikan ulos tersebut hanya bernyanyi
sekali dari Buku Ende dan berdoa.
- Tintin Marangkup
Tintin marangkup merupakan bagian dari jambar, di mana pihak perempuan
meminta jambar ni tulang ni hela na. Setelah pihak perempuan meminta dari pihak
laki-laki, maka pihak perempuan akan memberikannya secara langsung. Namun
sebelumnya akan didahulukan dengan mengucapkan sepatah dua kata kepada tulang
ni hela.
§ Analisis
Bagian ini dikategorikan ke dalam “teks berada di bawah konteks”.
Alasannya adalah bahwa dalam memberikan tintin marangkup tidak ada sangkut
pautnya dengan teks.
- Mamupus
Acara ini dilakukan oleh tulang (hulahula) kepada berenya. Biasanya hal
ini dilakukan dengan cara makan bersama oleh seluruh anggota keluarga.
§ Analisis
Bagian ini dikategorikan ke dalam “teks berada di bawah konteks”.
Alasannya adalah dalam acara ini hanya sedikit yang melangsungkannya dengan
mengadakan kebaktian bersama atau partangiangan.
- Manahu Tua
Manahu artinya mengambil (air) dan tua artinya keberuntungan. Jadi
secara harfiah, manahu tua artinya mengambil keberuntungan. Acara ini biasa
diadakan pada saat orang tua meninggal yaitu orang tua yang sudah uzur dan
dianggap dapat memberikan keberuntungan. Acara ini dilakukan dengan cara manortori
(mengelilingi) orang yang sudah meninggal dan kemudian mereka akan menari
semakin cepat dan setelah itu langsung masuk ke rumah. Hal ini dilakukan agar
tua yang sudah diambil atau diterima dari orang yang sudah meninggal tidak lari
kepada orang lain.
§ Analisis
Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di bawah konteks”
dan “teks bertentangan dengan konteks”. Alasannya adalah bahwa dalam acara
tersebut hampir seratus persen didominasi oleh adat istiadat. Dalam hubungannya
dengan tua, pada saat itu tua (berkat) dianggap datang dari orang yang sudah
meninggal. Sedangkan dalam kekristenan, tua atau berkat diberikan oleh Tuhan.
- Ungkap Hombung
Secara harfiah ungkap hombung diartikan dengan membuka tempat
penyimpanan barang-barang berharga dari orang yang sudah meninggal. Biasanya
orang yang meninggal itu sudah dikategorikan sebagai orang yang sudah
“saurmatua”. Umumnya “ama na poso” dari yang sudah meninggallah yang menerima
ungkap hombung. Bisa juga ama na poso yang meminta kepada keluarga yang sudah
meninggal agar diberikan ungkap hombung kepada ama na poso yang meninggal.
§ Analisis
Bagian ini bisa dikategorikam ke dalam “teks berada di bawah konteks”.
Alasannya adalah bahwa dalam acara ungkap hombung hampir seratus persen
didominasi oleh adat istiadat. Bisa dipastikan dalam melakukan acara ini tidak
ada acara kebaktian atau sangkut pautnya dengan gereja.
- Marindahan Na Sinaor
Marindahan na sinaor merupakan suatu acara dalam tradisi orang Batak
untuk menyelesaikan suatu perkara. Misalnya ada dua keluarga yang saling
bertentangan hingga menyebabkan perkelahian ataupun pertikaian. Maka penetua
kampung (raja huta, natuatua ni huta) akan berembuk untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Dalam menyelesaikan masalah tersebut maka akan diadakan acara makan
bersama, dengan memakan “indahan na sinaor”.
§ Analisis
Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks sejajar atau pararel
dengan konteks”. Alasannya adalah bahwa dalam melakukan acara ini, peran gereja
dan peran adat sudah seimbang. Sebagai contoh, di daerah penulis acara ini
sering dilakukan di gereja, dengan disaksikan oleh beberapa dari saksi dan
tentunya dari pihak gereja. Baru setelah itu dilanjutkan dengan acara adat
(mendamaikan kedua pihak sesuai dengan adat yang berlaku).
- Manulangi
Manulangi artinya ialah membawa makanan. Misalnya manulangi natuatua
(orang tua), maka seluruh anak dari orang tua yang akan disulangi akan berembuk
untuk manulangi orangtua mereka. Biasanya acara ini dilakukan pada saat orang
tua mereka sudah tua. Seluruh anggota keluarga akan datang dengan membawa
makanan dan kemudian memberikan makanan tersebut kepada orang tua mereka sambil
satu persatu menyuapi orang tua mereka. Namun biasanya hanya dengan membawa
makanan dan tidak ada acara menyuapi.
§ Analisis
Bagian ini bisa dikategorikan ke dalam “teks berada di bawah konteks”.
Alasannya adalah bahwa acara ini lebih didominasi oleh adat istiadat. Tidak
banyak yang melangsungkan acara ini dengan mengadakan partangiangan atau
kebaktian.
C. Kesimpulan
Dari uraian penjelasan di atas, maka yang dapat disimpulkan adalah:
- Orang Batak masih kuat dalam mempertahankan budayanya.
- Elemen-elemen budaya di atas sebagian besar lebih didominasi oleh konteks (budaya) daripada teks (gereja).
- Sehubungan dengan kesimpulan nomor dua, masing-masing elemen-elemen di atas sudah ada unsur kekristenan meskipun tidak seluruhnya.
- Umumnya pada saat sekarang ini, dalam melakukan adat istiadat di atas sering terjadi sinkritisme, misalnya dalam mangongkal holi, marsuap, manahu tua dan lain-lain.
Comments
Post a Comment