Skip to main content

(LXXI. KRISTOLOGI DALAM PERJUMPAAN DENGAN KEBUDAYAAN BATAK)

KRISTOLOGI DALAM  PERJUMPAAN DENGAN KEBUDAYAAN BATAK
(Studi historis-dogmatis dan upaya kontekstualisasi)


Studi ini membahas mengenai “kristologi dalam perjumpaan dengan kebudayaan Batak”. Judul ini dipilih, sebab pada dasarnya keyakinan seluruh umat Kristen bahwa Yesus adalah pusat iman dan keselamatan manusia (bnd. Kis. 4:12). Gereja harus berdasar pada kristologi, sebab Yesus Kristuslah sebagai batu penjurunya (1 Ptr. 2:1-10). Seluruh umat Kristen ditugasi menjadi saksi-Nya (Mat.28:19-20; bnd. Mrk.16:15).
Dalam perkembangan sejarah dan dogma Gereja memang kristologi sudah sejak lama  menjadi persoalan teologi. Kristologi sering memunculkan kontroversial, khususnya mengenai pemahaman manusia seputar “kemanusiaan” dan “ke-Allah-an” Yesus Kristus. Akibatnya Gereja pernah mengadakan beberapa kali konsili untuk membahasnya. Lalu kristologi beberapa konsili Gereja itu berkembang dan kemudian terkristalisasi di dalam berbagai dogma serta credo Gereja, seperti: Credo Athanasium, Credo Apostolicum dan Credo Nicaeno-Constantinopolitanum. Selanjutnya bentuk kristologi dari Gereja Mula-mula hingga pada awal Abad Pertengahan itu berkembang dan diwarisi oleh Gereja-gereja di Barat.
Gereja-gereja di Indonesia termasuk di antaranya Gereja Batak juga pernah mengalami “pergumulan rangkap” pada saat menerima Injil di tengah konteks kekayaan budaya dan religi seku setempat. Umumnya Gereja-gereja di Indonesia mewarisi warna kristologi itu lewat “warisan kofesional” dan berbagai bentuk dogma yang diajarkan oleh para misionaris.
Gereja Batak misalnya menerima warisan konfesional tentang kristologi dari misionaris RMG.Untuk itu studi ini mengkhususkan penelitian terhadap kristologi dalam perjumpaannya terhadap kebudayaan Batak dengan menghadirkan lima tahapan penjelasan:
Pertama, sejarah awal dogma kristologi Kristen. Kristologi tidak terpisahkan dari teologi. Sebab memang dalam studi kristologi, kita tidak hanya membicarakan  mengenai kemanusiaan Yesus, termasuk juga ke-Tuhanan-Nya. Setiap pembicaraan yang berhubungan dengan ke-Tuhanan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari studi teologi.
Pada periode pertama, kristologi itu ternyata disampaikan secara lisan. Kesaksian itu sudah terjadi misalnya pada kisah pembaptisan Yesus di sungai Yordan di mana terdengar suara dari sorga mengatakan: ”Inilah Anak-Ku” (Mat.3:13-17; Mrk. 1:9-11; Luk. 3:21-22 dan Yoh. 1:32-34). Juga dalam dialog Yesus terhadap murid-murid-Nya yang mempertanyakan seputar pengenalan orang banyak terhadap Dia (Mat. 16:13-20; Mrk.8:27-30; Luk. 9:18-21). Lalu dialog kristologi itu dikembangkan pula oleh dua orang murid Yesus setelah peristiwa kebangkitan-Nya pada saat berpergian ke sebuah desa bernama Emaus dekat Yerusalem (bnd. Luk. 24:13-35).
Pada periode kedua, kristologi itu disampaikan secara tertulis yang bersamaan waktunya dengan proses kanonisasi kitab-kitab Perjanjian Baru. Perkembangan pada periode ini, khususnya periode peralihan kristologi dari dunia Yahudi-Palestina ke dunia Yunani pada abad pertama hingga ketiga Masehi, kristologi itu menghadapi tantagan dan penghambatan yang cukup berat, sehingga harus mengalami upaya kontekstualisasi. Kotekstualisasi kristologi dilakukan dalam bentuk visualisasi gambar atau kode. Gambar dan  kode kristologi itu dituliskan pada tembok-tembok di sekitar lorog katakombe, yakni suatu tempat pemakaman yang terpaksa dihuni oleh para pengungsi umat Kristen, supaya mereka terhindar dari penagkapan, siksaan, dan hukuman martir oleh peguasa kekaisaran Romawi. Misalnya, dengan melukis kode atau tanda Yunani  ichtus, berarti ikan, mereka itu telah menyaksikan iman kepada Yesus sebagai Kristus Anak Allah Juruselamat. Inilah salah satu contoh dan model kontekstualisasi kristologi yang pernah terjadi di Gereja mula-mula.
Studi ini juga turut meneliti kristologi Yudaisme, yaitu suatu kesaksian mengenai Yesus di luar pemberitaan Alkitab. Dihadirkan penjelasan dari beberapa tokoh Yahudi, seperti Josephus, Martin Buber, E.P. Sanders  dan Geza Vermes. Secara umum penjelasan mereka hanyalah sebatas memahami Yesus sebagai seorang Yahudi, pernah ada dalam sejarah keyahudian dan memiliki karier di bumi ini. Belum muncul pengenalan dan kesaksian mereka yang mengakui ke-Tuhanan Yesus.
Berbeda dari kristologi Yudaisme, di kalangan jemaat Kristen mula-mula terus dikembangkan pemahaman bahwa kristologi sangat erat terkait dengan isi pemberitaan kitab Perjanjian Lama. Para teolog, seperti France, Vischer, Childs, Karl Barth dan yang lainnya membenarkan bahwa Kristen mula-mula dinyatakan tetap memahami pemberitaan kitab Perjanjian Lama melalui prinsip kristologi. Mereka mencela setiap upaya dan pemahaman yang memisahkan nubuatan kedatangan Mesias Israel di luar prinsip kristologi Perjanjian Baru. Umat Kristen tetap mempertahankan adanya ikatan mata rantai kristologi Perjanjian Baru terhadap munculnya pengharapan akan datangnya Mesias Israel.

Kedua, kristologi Kristen mula-mula dari Yerusalem ke Atena. Ada tiga tahapan kristologi yang dikembangkan: (1) kristologi Kristen hebraioi (Kristen Yahudi).  Model kristologi kumunitas ini kuat menyaksikan hubungan yang erat di antara Mesias PL kepada Yesus. (ii) Kristen hellenistes (Kristen Yunani) yang mengembangkan konsep kristologi dari monoteistis-Yudaisme beralih kepada kesaksian Yesus dalam konteks hellenistis. Terjadi upaya kontekstualisasi melalui konsep kristologi logos. Philo termasuk tokoh berpengaruh dalam mengembangkan konsep kristologi logos dan telah medapat pengaruh dari Platoisme. Kristologi logos dari Kristen hellenistes merupakan bentuk kotekstualisasi kristologi untuk dapat memudahkan orang-orang Yunani mengerti ajaran inkarnasi Allah melalui Yesus Kristus. (iii) Kristologi kitab Perjanjian Baru yang intinya menyaksikan bahwa Yesus adalah Manusia yang sesungguhnya dan Allah yang sesungguhnya. Kitab Injil Matius dan Lukas misalnya jelas menceritakan itu, bahwa Yesus adalah seperti manusia biasa yang memiliki keluarga dan silsilah yang jelas. Namun Ia diceritakan dilahirkan berbeda dari manusia biasa. Ia lahir dari perawan Maria tanpa berhubungan dengan lelaki, melainkan dikandung dari Roh Kudus (Mat. 1:18-25; Luk. 2:1-7). Kitab Yohanes menjelaskan kristologi logos berasal dari Allah. Ia menjadi manusia dan “Mediator” antara Allah dan manusia di dalam perwujudan karya keselamatan dari Allah (bnd. Yoh. 1:1-8). Model kristologi “dari atas ke bawah” dan “dari bawah ke atas” jelas disaksikan. Sementara kristologi Paulus juga menekankan kesatuan hubungan antara Yesus dan Allah. Yesus disebut Anak Allah (Gal. 4:4; bnd. Rm. 1:3-4). Dalam Filipi 2:9-11 dijelaskan model kristologi “pengosongan diri Yesus” untuk menjelaskan “kristologi dari atas ke bawah” dan menunjuk makna perendahan-Nya sebagai seorang hamba yang taat, sehingga kemudian Ia ditinggikan oleh Allah dan diberi nama terhormat. Dan semua gelar dalam kesaksian PB yang dikenakan kepada Yesus, seperti: Guru, Nabi, Mesias, Anak Manusia, Anak Daud dan yang lainnya, adalah gelar kristologi yang sarat dengan makna soteriologis dan bersifat eskatologis.  

      Ketiga, bentuk kristologi di jaman Bapa-bapa Gereja hingga awal Abad Pertengahan.  Pada periode ini sebagaimana penjelasan Kurt Aland bahwa Gereja mengalami penghambatan dari Yudaisme, sekelompok orang tertentu yang menginginkan agar agama kekafiran tetap berkembang dan dari sebagian penguasa di kekaisaran Romawi. Para Bapa-bapa Gereja terus mengembangkan kristologi hingga Abad Pertengahan, di antaranya:
a.       Meneruskan kristologi katakombe.  Kristologi ichtus pada jaman penghambatan terus dikembangkan. Ada model kristologi dengan melukis huruf alpha dan omega untuk menyatakan iman mereka kepada Yesus sebagai awal dan akhir setiap kehidupan. Model lain melukiskan “Yesus sebagai Gembala”, suatu model kristologi cukup tua dan pernah dikembangkan oleh Clemens dari Aleksandria untuk menjelaskan Yesus sebagai Gembala yang Baik yang berkorban  demi domba-domba-Nya, sekaligus mengingatkan misis-Nya sebagai Guru atau Pendidik.
b.      Kristologi Bapa-bapa Gereja. Bapa-bapa Gereja Timur, seperti Yustinus Martir mengembangkan kristologi logos untuk mengkontekstualkan pemahaman iman kepada Yesus di tengah-tengah masyarakat yang sarat dengan pengaruh filsafat Yunani. Juga Adamatius Origenes memperluas dialog kristologi logos yang dijelaskan status-Nya homoousios (sehakikat) dengan Allah Bapa. Lalu kristologi Arius sendiri memang banyak menimbulkan kontroversi, sebab kurang mengajarkan ke-Allahan Kristus. Akibatnya Arius dan pendukungnya dikucilkan melalui keputusan konsili Nicea, 325. Sementara kristologi Athanasius pun turut mewarnai dialog kristologi. Kristologi Athanasius cukup kuat mempertahankan ke-Tuhanan Yesus. Ia menyalahkan kristologi arianisme yang kurang menonjolkan ke-Allahan Yesus. Athanasius mengajarkan bahwa Yesus homoousios (sehakikat dengan Allah Bapa.
Bapa-bapa Gereja Barat juga turut berperan banyak dalam meperluas dan  menghangatkan dialog kristologi. Misalnya, Irenaeus dari Lyon dihormati cukup berpengaruh melawan gnotisisme, khususnya Valentinianisme di tengah kekristenan. Kristologinya kuat mengajarkan bahwa Yesus adalah Juruselamat. Juga Tertullianus banyak memperluas kajian kristologi dalam relasi trinitas. Kristologinya menekankan keesaan relasi Kristus dengan Allah Bapa.  Augustinus juga termasuk tokoh yang mengajarkan kristologi dalam relasi trinitas. Yesus Kristus diyakini termasuk tiga dalam satu substansi, dan satu persona dalam tiga pribadi.
c.       Kristologi tujuh konsili oikumenis.Munculnya rumusan kristologi tujuh konsili seperti: Nicea 325, Konstantinopel 381, Efesus 431, Chalcedon 451, Konstantinopel II 553, Konstantinopel III 680, dan Nicea II 787, adalah disebabkan timbolnya pemahaman controversial terhadap kristologi Bapa-bapa Gereja. Perbedaan pemahaman yang berakibat mengancam perpecahan Gereja, sehingga beberapa kaisar di wilayah Romawi prihatin dan turut mencari solusi melalui pemrakarsa konsili. Studi ini menyimpulkan bahwa kristologi hasil  konsili itu dapat dipahami dari empat sudut pandang: (i) Sebagai upaya membendung arus dominasi ajaran yang banyak dianggap sesat pada jamannya, dan pengaruh dari filsafat Yunani di dalam Gereja. (ii) Sebagai dasar dan pedoman pengajaran dari Gereja untuk mengembangkan, menilai, dan mempertahankan kebenaran iman Kristen di tengah-tengah maraknya arus pengajaran kristologi yang bervariasi serta kontroversi pada jamannya. Dengan demikian kristologi hasil konsili itu dinyatakan “inti Injil” dan menjadi dogma yang memperkuat kesaksian tentang ke-Allahan Kristus, seperti kristologi homoousios. (iii) Kristologi hasil konsili dapat menjadi contoh berkristologi kontekstual Gereja, yang pada jaman itu masyarakat kuat dipengaruhi kebudayaan dan filsafat Yunani. (iv) Rumusan kristologi dari tujuh konsili itu juga dapat dijadikan sebagai pedoman dogma kristologi Gereja, tidak terbatas hanya di jaman Bapa-bapa Gereja, tetapi dapat berguna di Gereja masa kini. 

Keempat, latar belakang yang mempengaruhi kristologi Gereja Batak. Menurut sejarah ada dua yang mempengaruhi:
Pertama, pengaruh teologi pietisme Lutheran Jerman. Pengaruh teologi Pietisme itu masuk ke Gereja Batak melalui tiga cara, antara lain: (i) Pewarisan warna teologi lewat khotbah dan kegiatan penginjilan lainnya. Para misionaris RMG yang bekerja di Tanah Batak dahulu telah dididik di lingkungan Pietisme Jerman, sehigga warna teologi itulah mereka sampaikan lewat khotbah-khotbah dan kegiatan penginjilan lainnya. (ii) Lewat jalur pendidikan yang didirikan oleh para misionaris diwariskan warna teologi Pietisme kepada para calon pendeta dan penginjil Batak. (iii) Melalui susunan liturgi dan tata kebaktian Minggu di Gereja Batak. Pola liturgi Gereja  Batak dipakai sejak tahun 1904  disadur dari bentuk “liturgi Gereja Uniert Jerman” yang dominan dipengaruhi teologi Pietisme, termasuk Buku Ende HKBP (Buku Nyanyian Gereja Batak).
Kedua, pengaruh kristologi Katekhismus Martin Luther dan Konfesi Augsburg. Pengaruh ini masuk ke Gereja Batak diseberangkan langsung oleh misionaris RMG. Katekhismus Kecil Martin Luther diterjemahkan ke dalam bahasa Batak Toba oleh Nommensen pada tahun 1874. Sejak itu katekhismus itu sudah dijemaatkan bagi seluruh warga Kristen Batak dan secara otomatis pula menjadi pengakaran identitas Lutheran di kalangan Gereja Batak. Demikian juga konfesi Augsburg telah dijadikan oleh HKBP sebagai “proto-tipe” di dalam penyusunan kenfesi HKBP 1951. Akhirnya pemakaian konfesi HKBP 1951 dianggap sebagai pewarisan kristologi konfesi Augsburg, sebab jiwa kristologi konfesi Augsburg telah teradopsi di dalam konfesi HKBP 1951 sejak awal penyusunannya.

Kelima, Kristologi Gereja Batak: dahulu, masa kini dan ke depan. Sebelum masuknya Injil ke Tanah Batak sudah sejak lama ajaran Hindu-Buddha masuk dan mempengaruhi tata hidup masyarakat Batak. Dalam studi ini dijelaskan tiga faktor yang menyebabkan surutnya pengaruh Hindu-Buddha di Tanah Batak: (i) Akibat runtuhnya kerajaan Sriwijaya. (ii) Sifat eksklusif dari agama Hindu-Buddha itu sendiri. (iii)   Ditutupnya pelabuhan Barus sehingga pintu keluar dan masuk ke dunia luar tertutup bagi masyarakat Batak.
Surutnya pengaruh Hindu-Buddha membantu dan mempermudah masuknya Injil ke Tanah Batak. Buah peninggalan pemikiran Hindu-Buddha dapat dianggap sebagai “preparatio evangelica”, sehingga Injil dapat masuk tahun 1861 melalui badan penginjilan RMG yang mengutus misionaris I.L. Nommensen dan kawan-kawan. Model Kristologi Nommensen di Huta Dame mengajarkan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Raja Pendamai. Kristologinya juga menekankan garis pemisah di antara Injil terhadap tradisi religi suku Batak. Sementara terhadap adat, Nommensen bersikap menghargai lebih positif. Setelah jaman Nommensen, kristologi Joh. Warneck pun tidak jauh berbeda. Bagi Warneck, Yesus Kristus harus menjadi pemenang dan “di atas” segala ritus religi dan praktek adat Batak. Penulis memposisikan kristologi Warneck dalam konteks analisis Niebuhr: Pertama, Kristus dipertentangkan dengan kebudayaan Batak; dan kedua, Kristus di atas kebudayaan Batak Batak. Belum dicontoh kontekstualisasi seperti yang diupayakan paulus dan Barnabas yang menanggapi persoalan sunat untuk orang Kristen Bukan Yahudi (bnd. Kis 15:1-29).
Sementara model kristologi Gereja Batak masa kini dikaji dari sample konfesi HKBP 1951 dan 1996. Pemilihan sample ini disebabkan kedua konfesi itu masih dipakai resmi oleh Gereja HKBP, sehingga otoritasnya dianggap syah untuk mencerminkan bentuk kristologi Gereja Batak masa kini. Dalam konfesi HKBP 1951 pokok kristologi berada pada pasal 3 bagian b. Isinya memiliki persamaan dengan kristologi konfesi Augsburg. Persamaan rumusan kristologi konfesisi HKBP 1951 dengan konfesi Augsburg itu terjadi disebabkan: (i)  konfesi Augsburg dijadikan sebagai “patron” bagi penyusunan konfesi HKBP 1951; (ii) Konsekwensi dari persyaratan yang diharuskan oleh LWF pada saat menerima HKBP sebagai anggota baru pada tahun 1952. Memang ada tersirat sedikit upaya kontekstualisasi kristologi yang bersifat kulit luarnya. Misalnya, melalui penempatan rumusan kristologi itu pada posisi judul “Allah Tritunggal” yang berarti kristologi konfesi HKBP 1951 menyaksikan dengan kuat ke-Tuhan-an Yesus Kristus. Kristologi dalam konfesi HKBP 1996 sedikit mendapat refisi. Dalam konfesi HKBP 1951 judul kristologi disebut “Anak Allah”, sedangkan dalam konfesi HKBP 1996 disebut “Allah Anak”. Makna refisi itu adalah menekankan secara tegas keAllahan Yesus Kristus dan kesehakikatan-Nya dengan Allah Bapa. Jiwa kristologi konfesi HKBP 1996 di kontekstualkan dalam pemikiran Batak dan isi rumusannya mengadopsi kristologi Gereja mula-mula, seperti model “Kristologi dari bawah” dan “Kristologi dari atas”.
Terakhir sebagai sumbangan pemikiran melalui penelitian ini adalah pem-Batak-an Yesus Kristus di mana depan. Pem-Batak-an Yesus Kristus, bukan menempatkan Kristus di atas Batak, atau menempatkan Kristus di bawah Batak. Pem-Batak-an Kristus adalah pemaknaan dan buah refleksi-kristologi dari inkarnasi Kristus terhadap orang Batak (bnd. Flp. 2: 5 - 11). “Pem-Batak-an Kristus” haruslah : (i) melihat jauh ke depan bagi kebutuhan kristologi yang kontekstual bagi kekristenan Batak. Pem-Batak-an Kristus bukan hanya persoalan dogmatis, tetapi mencakup di semua bidang teologi. (ii) Melihat sisi praxis  dan bersikap positif, kritis, dan kreatif, terhadap religi suku serta kebudayaan Batak guna menghidupkan dan mengembangkannya melalui nilai-nilai hidup kekristenan. Misalnya, lewat liturgi ibadah, musik gerejawi, arsitektur gereja dan lainnya. Bersikap positif, artinya kita tidak apriori menolak adat. Kita perlu menerima fungsi yang positif dari religi suku dan kebudayaan. Kritis, artinya bahwa penerimaan yang positif itu bukan penerimaan yang membabi-buta. Harus bersikap selektif mempertimbangkan hal mana yang harus diterima dan ditolak. Sementara sikap kreatif, artinya kita tidak hanya sekedar mewarisi apa yang sudah ada yang dinilai baik. Kreatif berarti kesanggupan untuk terus mengubah dan memperbaharui secara fundamental serta menciptakan sesuatu yang baru dari yang lama. Tetapa dalam upaya kontekstualisasi kristologi melalui pem-Batak-an Yesus Kristus haruslah tetap mewaspadai bahaya “sinkretisme”. Akhirnya Pem-Batak-an Kristus merupakan upaya terus menerus dari masyarakat Kristen Batak, guna mencapai titik akhir dari perjuangan yang cukup panjang di dalam menghidupkan nilai-nilai kebudayaan Batak melalui kekristenan. Pem-Batak-an Kristus adalah perwujudan kristologi kontekstual bagi masyarakat Kristen Batak di masa depan.
















Comments

Popular posts from this blog

(LX. SAKRAMEN BAPTISAN DI HKBP)

SAKRAMEN BAPTISAN DI HKBP  I. Pendahuluan             Baptisan merupakan salah satu sakramen yang diperintahkan oleh Yesus sendiri dalam Amanat AgungNya. Oleh karena itu gereja melayankan baptisan sebagai salah satu sakramen bagi orang percaya.             Kata “baptis” berasal dari Bahasa Yunani, “baptizo” yang artinya: mencelupkan ke dalam air ataupun memasukkan ke dalam air. Pemandian ke dalam air baru menjadi “baptisan” apabila dilaksanakan dengan upacara seremonial yang khusus. [1] Baptisan yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus, yaitu baptisan yang berlaku di tengah-tengah gereja, bukan hanya menunjuk pada Kerajaan Allah yang masih akan datang, melainkan menjadi bukti dan mengukuhkan perwujudan atas kedatangan Kristus ke dunia. [2] HKBP sebagai salah satu gereja Tuhan di Indonesia mengakui dan melayankan Baptisan Kudus sebagai salah satu sakramen di samp...

(LXXVI. MENGENAL PDT. DR. SOUNTILON MANGASI SIAHAAN DAN PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TEOLOGISNYA)

MENGENAL PDT. DR. SOUNTILON   MANGASI SIAHAAN DAN PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TEOLOGISNYA [1] 1. Biografi             Pdt. Dr. Sountilon M. Siahaan lahir pada tanggal 7 April 1936 di desa Meat-Balige, sebuah desa di tepian Danau Toba. Setelah tamat dari SMA Negeri Balige 1956, beliau melanjutkan belajar ke Fakultas Teologi Universitas HKBP Nommensen dan selesai tahun 1961. Menikah pada 26 Agustus 1961. Sejak tahun 1961-1963 beliau bekerja sebagai Pendeta Praktek dan sekaligus sebagai Pendeta Pemuda/Mahasiswa HKBP Ressort Jawa Tengah yang berkedudukan di Yogyakarta. Ditahbiskan sebagai Pendeta HKBP pada 1 Juli 1962.             Beliau selanjutnya tugas belajar ke Universitas Hamburg pada tahun 1963 dan memperoleh gelar Magister Teologi pada tahun 1967 dan meraih gelar Doktor Teologi (Cum Laude) pada tahun 1973 dengan disertasi yang berjudul Die Konkretisierung ...

(XXXI. TAFSIRAN HISTORIS KRITIS MAZMUR 23:1-6)

Tinjauan Historis Kitab Mazmur 23:1-6 Oleh " Rahman Saputra Tamba " BAB I Pendahuluan             Nama kitab ini dalam LXX adalah Psalmoi [1] . Alkitab bahasa latin memakai nama yang sama. Kata Yunani (dari kata kerja psallo yang artinya “memetik atau mendentingkan”). Mula-mula digunakan untuk permainan alat musik petik atau untuk alat musik itu. Kemudian kata ini menunjukkan nyanyian ( psalmos ) atau kumpulan nyanyian ( psalterion) . [2] Dalam bahasa Ibrani ada kata mizmor yang artinya “sebuah nyanyian yang dinyanyikan dengan iringan musik”, namun judul Kitab Mazmur dalam bahasa Ibrani adalah [3] tehillim yang artinya “puji-pujian atau nyanyian pujian”.             Dalam Alkitab Ibrani, Kitab Mazmur terdapat pada awal bagian Kitab-kitab. Para nabi menempatkan sebelum Kitab Amsal dan tulisan hikmat lainnya, dengan alasan bahwa kumpulan tulisan Da...