Skip to main content

(LXXVII. MENGENAL PDT. DR. J.R. HUTAURUK DAN PEMIKIRAN TEOLOGISNYA)


MENGENAL PDT. DR. J.R. HUTAURUK DAN PEMIKIRAN TEOLOGISNYA

       I.            Biografi[1]

Pdt. Dr. Jupilan Raplan Hutauruk lahir di Tigadolok tanggal 07 Oktober 1936. Beliau menikah dengan Dumaris Simorangkir, dan mempunyai 5 orang anak. Pada tahun 1943-1950: Sekolah Rakyat di Pangaribuan, Pahae dan Sipoholon; 1953-1956: SMA di SMA Negeri Soposurung – Balige; 1956-1961: Pendidikan Teologi Sarjana Teologi di Fakultas Theologi Universitas HKBP Nommensen di Pematangsiantar; 1963 – 1968: studi lanjut di Universitas Hamburg, Jerman mengambil Magister Teologi dengan judul tesis : “Kirche, Nation und Mission in der Theologie des 19. Jahrhunderts. Dargestellt an der Theologie Von F. Fabri, W. Loehe und J. Bunsen im Blick auf die Fruehgeschochte der HKBP auf Sumatra”; 1973-1979 studi  lanjut untuk gelar Doktore Theologie di Univ. Hamburg, Jerman dengan judul desertase ”Die Batakkirche vor ihrer Unabhaengigkeit tahun 1899-1942. 

                 Pada tahun 1961-1962, ia menjadi pendeta praktek di HKBP Ressort Sibolga dan ditahbiskan menjadi pendeta pada tanggal 11 November 1962 oleh Ephorus HKBP Ds. Dr. T. S. Sihombing; 1962-1963, ia menjadi asisten dosen di Fakultas Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar; 1969-1973, ia menjadi dosen di Pendidikan Teologi HKBP Seminari Sipoholon dan Pendidikan Diakones HKBP di Balige; 1980-1997, ia menjadi dosen di STT HKBP Pematangsiantar, Wakil Rektor dan beberapa kali menjadi Puket; 1997-1998/1999, ia menjadi Pendeta Ressort HKBP Tebet Jakarta; 1998 (Agustus sampai Desember), menjadi Pejabat Ephorus untuk mempersiapkan Sinode Godang (Bersama); 1998-2004, ia terpilih menjadi Ephorus HKBP; dan sekarang ia menjadi anggota Majelis  Pertimbangan PGI (2005-2010) dan juga sebagai Dosen Pasca Sarjana di STT HKBP Pematangsiantar, STT Abdi Sabda di Medan, STT GMI Bandar Baru, STT Jakarta dan anggota penasehat Yayasan Jalan Damai Jakarta. 
Beberapa artikel dalam bahasa Inggris atau bahasa Jerman antara lain: “Der Weg der Partnerschaft der Kirchen in der Geschicte der HKBP”, in: So sende ich euch; “Towards Church History in Indonesia”,  “Ethnic Pluralism and Church Mission”; Articles on “Batak Churches”, Batak Protestan Christian Church or HKBP; S. A. E. Nababan; I. L. Nommensen dalam buku A dictionary of Asian Christianity (DAC) yang diedit oleh Scott W. Sunquist, Grand Rapid, Michigan/ Cambridge, U. K., 2001.

    II.            Pemikiran-pemikiran Teologisnya

2.1.            Dosa dan Akibatnya[2]
Allah menciptakan dan memberi tempat di taman Eden, ia (adam) merupakan teman sekerja Allah yang diberi tugas dan tanggung-jawab untuk memelihara dan mengusahakan taman itu dan makhluk-makhluk lain. Dan Allah memberi kebebasan kepadanya (Kej. 2:16-17). Tetapi Adam dan Hawa berbuat dosa, yang mengakibatkan hubungan antara Allah dengan rekan sekerjaNya itu menjadi retak dan Allah menghukum mereka.
2.1.1. Sumber dan Sifat Dosa[3]
Allah murka atas segala dosa. Dalam pengakuan percaya (konfessi) HKBP (1982, hlm. 14), disebutkan bahwa sumber dosa ialah iblis, dan iblis menginginkan supaya semua manusia berbalik dari Allah (Yoh. 8:44; Why. 20:10). Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa atas godaan iblis dalam bentuk seekor ular. Iblis mencobai manusia menurut Kej. 3:1-7 melalui 3 cara yakni melalui tubuh, melalui jiwa (perasaan), melalui roh. Dan akhirnya Hawa terpukau akan tawaran untuk menjadi seperti Allah.
Dosa tetap keliru, bengkok, menyimpang, memberontak, ketidaksetiaan dan ketidaktaatan terhadap segala hukum Allah. Maka sifat dosa bukan hanya tidak percaya dan memberontak, bukan hanya tidak mentaati Tuhan Allah, melainkan lebih dari pada itu dia memusuhi Allah, sebab dia ingin sama dengan Allah dan merebut hak wewenang Allah. Tidak ada sedikitpun di dalamnya sifat Allah yang baik.
2.1.2.  Pembedaan antara dosa-dosa[4]
Ada beberapa cara membedakan dosa-dosa yang terjadi, yakni:
a.    Dalam Bilangan 15:30 berbicara tentang berdosa dengan sengaja, atau dengan sadar dalam niat. Ini membedakan dosa tidak sadar. Memang jika pertama sekali baru mengenal hukum taurat, maka pendurhakaan yang tidak sadar dari kodrat manusia itu menjadi suatu perlawanan yang sadar. Tuhan Yesus berkata tentang dosa yang dapat diampuni dan dosa yang tidak dapat diampuni, yakni menghujat Roh Kudus (Mrk. 3:29). Jadi orang tidak boleh mengatakan demikian, ia hendak lebih pandai dari firman Allah.

b.    Dosa perseorangan dan dosa kolektif. Adanya kesombongan kolektif yang lebih fanatik dari kesombongan perseorangan. Sedangkan dosa kolektif adalah dosa perluasan dosa-dosa perseorangan secara besar-besaran.

c.    Dosa terhadap Allah dan sesama manusia. Barangsiapa membenci saudaranya, ia membenci Allah. Tiap-tiap dosa terhadap Allah ialah suatu dosa terhadap sesama manusia, dan dosa itu juga adalah dosa terhadap Allah.

d.   Dosa di dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.

e.    Dosa karena perbuatan dan kelalaian.

f.     Menghujat Roh Kudus, inilah dosa yang tidak dapat diampuni. Maksudnya, karena dosa inilah, batas antara dosa manusia dengan dosa iblis telah dilampaui.

g.    Dosa warisan. Adanya tradisi agama Kristen yang mengatakan adanya dosa warisan.

2.1.3.      Akibat Dosa bagi Manusia[5]

a.      Terpisah/ ditimpa murka Allah

Murka Allah menghilangkan persekutuan antara Allah dan manusia, sehingga manusia akan hidup dalam kehidupan yang tiada arti. Dosa-dosa kita telah membutakan kita untuk tidak melihat Allah.

b.      Tertawan oleh diri sendiri

Dosa tidak hanya memisahkan kita dari Allah, bahkan memperhamba kita. Kita tertawan olehnya dan menjadi kerusakan akhlak yang berdiam dalam lubuk hati kita.

c.       Bentrokan

Mementingkan diri tidak hanya melawan Allah, tetapi juga melawan sesama manusia. Egoisme menonjol dalam setiap tingkah laku setiap orang, baik dia pemalu atau penyombong. Sebagaimana, ketegangan-ketegangan pada dewasa ini kebanyakan bersumber pada dunia internasional pada rasa takut, kebodohan dan egoisme. Itulah sebab-musabab segala kemalangan kita, dan ini yang membuat kita saling bertentangan.

2.1.4.      Pengampunan/Kelepasan dari Dosa[6]

a.       Hanya oleh iman

b.      Kasih dan Anugerah

2.2.  Rencana Keselamatan dan Penggenapannya Dalam Yesus Kristus[7]

2.2.1. Rencana Penyelamatan Allah dalam Perjanjian Lama
Rencana penyelamatan Allah diawali ketika manusia telah jatuh ke dalam dosa. Allah membuat rencana indah kepada manusia dan segala ciptaanNya. Allah berniat untuk mendirikan perjanjianNya dengan manusia. Namun, rencana itu terputus karena manusia jatuh ke dalam dosa. Dan dosa itu menjadi jurang pemisah antara manusia dengan Allah. Manusia tidak mampu menyelamatkan dirinya, karena keselamatan bersumber dari Allah saja. Allah selalu mengasihi ciptaanNya, sehingga Dia membuat rencanaNya untuk menyelamatkan ciptaanNya.
Allah telah menjanjikan kepada Abraham (Kej. 12:1-3), bahwa ia akan diberi negeri yang akan menjadi pusakanya, bahwa ia akan dijadikan bangsa yang besar, dan olehnya semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat. Berdasarkan perjanjian Allah kepada Abraham, berarti Allah akan menyelamatkan seluruh isi dunia dengan perantaraan Abraham dan keturunannya. Keturunan Abrahamlah yang merealisasikan rencana keselamatan Allah untuk dunia ini.
Allah juga tidak membiarkan umatNya terus menderita di Mesir, karena itu Musa diutus untuk memimpin umatNya keluar dari tanah Mesir menuju tanah Kanaan (tanah perjanjian). Allah mengikat perjanjian dengan bangsa Israel, hal ini merupakan lanjutan perjanjian Allah dengan Abraham leluhur Israel. Jadi, perjanjian Allah di Sinai menunjukkan bahwa Allah telah memenuhi sebagian janjiNya kepada Abraham.
Dalam Perjanjian Lama juga terdapat adanya kesaksian nabi atas janji penyelamatan Allah seperti[8]:
·      Yehezkiel 34:23, Allah menjanjikan seorang gembala atas Israel yakni Daud, hamba Tuhan.

·      Yesaya 54:10, Perjanjian yang baru yang disampaikan Allah kepada Israel adalah perjanjian damai (Yes. 54:10) dan perjanjian abadi (Yes. 53:3).

·      2 Samuel 23:5 dikatakan bahwa Allah telah menegakkan bagi Daud suatu perjanjian kekal. Sebagaimana Daud telah diangkat menjadi raja atas bangsa-bangsa (Mzm. 18:50-51), demikian juga Israel sebagai ahli waris. Daud akan memanggil bangsa-bangsa lain sehingga mereka lari kepada Israel demi Allah Israel, untuk masuk ke dalam perjanjian yang baru itu (Yes. 45:18; 55:4). Demikianlah perjanjian kasih itu dipusatkan kepada Mesias yang dalam kenyataannya digenapi dalam Perjanjian Baru.

2.2.2.           Penggenapan Janji Penyelamatan Allah dalam Perjanjian Baru[9]

a.             Kelahiran Yesus

Dalam Yoh. 1, kelahiran Yesus mengungkapkan Firman yang menjadi sama dengan manusia, menghubungkan diriNya kepada umatNya. Dalam kesaksian Mat. 1, diberitakan bahwa kelahiran Yesus untuk mengungkapkan Yesus (=Kristus)  adalah pemenuhan janji Allah kepada bangsa Israel. Janji Allah kepada bangsa Israel. Janji Allah telah dipenuhi.

b.             KesengsaraanNya

Kesengsaraan Yesus adalah suatu korban yang mendatangkan penebusan bagi banyak orang (Mat. 20:28; Mrk. 10:45). Dengan penderitaanNya  ini, kasih Allah semakin nyata. Dia tidak berkenan membiarkan manusia sealu berada dalam dosa yang membawa kehancuran untuk diri manusia itu sendiri.

c.              PenyalibanNya

Peristiwa penyaliban itu ditanggung Yesus  untuk keselamatan umat Allah yang percaya padaNya, dimana Dia memperjuangkan kemenangan agung bagi umat manusia, mengakhiri kuasa kegelapan. Sehingga peristiwa penyaliban adalah perdamaian Allah kepada manusia yang berdosa.

d.             KematianNya

Kesediaan Yesus untuk mati menjadi suatu tebusan bagi banyak orang (Mrk. 10:45). Melalui kematian itu, Yesus mengalahkan dosa untuk memenangkan keadilan yang datang dari Allah (1 Kor. 15:55-56).

e.              KebangkitanNya

Makna kebangkitanNya yaitu: pertama, meyakinkan dan memberi jaminan kepada manusia tentang realitas pengampunan dosa (Rom. 4:25; 1 Kor. 15:17); kedua, kebangkitan Kristus mengandung seruan kepada orang percaya supaya membuang segala ketakutan/perbuatan yang gelap untuk hidup sebagai anak-anak terang (Rom. 13:12; 1 Tes. 5;5-6); ketiga, kebangkitan Kristus membuat kita percaya bahwa Dia akan membangkitkan orang-orang mati untuk beroleh hidup yang kekal (1 Kor. 1:9; 1 Ptr. 1:21); 

2.3. Tata Ibadah Hari Minggu HKBP (Sejarah, Teologi dan Pemakaiannya)[10]

2.3.1.      Dasar Teologis[11]

Dasar teologis yang sangat fundamental ialah bahwa karya Tuhan Allah sendiri yang selalu mendominasi sebuah tata ibadah sebagaimana yang ditekankan Martin Luther bahwa upaya mencari sebuah makna dan hakekat sebuah tata ibadah ialah memperlihatkan aksi jemaat yang menunjukkan kepatuhannya terhadap Allah yang hidup itu. Karena itu arti tata ibadah yang paling mendasar adalah perbuatan/tindakan Allah bersama jemaatNya. TeguranNya dan pemberianNya, dan bukan kedatangan kita. Dimanapun terjadi sebuah ibadah, harus selalu terjadi atas nama Allah Tritunggal. Allah muncul di atas pentas. Allah bertindak, berbicara dan menghibur. Allah menghukum dan menghajar. Allah menegur dan mengampuni. 
2.3.2.      Sejarah[12]

Sejak awal pekabaran Injil di Tanah Batak (1860-an) keinginan untuk pengadaan sebuah liturgi atau tata ibadah Minggu dan peristiwa-peristiwa gerejawi lainnya sudah menggema dan upaya untuk itu sudah dilakukan. Hal ini nampak dari laporan dari misionaris yang bekerja di Silindung, yaitu  I. L. Nommensen, P. H. Johannsen dan A. Mohri. Mereka di tempat pelayanan mereka masing-masing telah membuat gagasan-gagasan awal untuk menciptakan tata ibadah Minggu, ibadah baptisan, perjamuan kudus, peneguhan sidi, pernikahan, dan lain-lain. Dan ini mungkin semuanya telah bermuara pada sebuah buku Agenda, yang besar kemungkinan Agenda edisi pertama ialah Agenda 1904. Dugaan ini diperkuat oleh adanya sebuah buku pedoman dan penjelasan tata ibadah serta kelengkapannya; edisi bahasa Jerman terbit tahun 1906 dan edisi bahasa Toba tahun 1907, dan juga adanya sebuah paparan tentang ibadah HKBP yang disampaikan oleh Misionaris F. Tiemeyer pada konferensi tahunan para misionaris Jerman tahun 1936 di Padangsidempuan. Saat itu para misionaris Jerman sedang membicarakan konsep baru dari Agenda HKBP dan mencari apa saja yang harus ditambah dan dikurangi dari Agenda HKBP yang lama (1904?).
Menurut F. Tiemeyer kapan munculnya Agenda HKBP yang pertama itu masih menjadi tugas kita bersama, karena tidak ada seorangpun yang tahu pasti kapan munculnya. Ia hanya mengatakan bahwa dalam menyusun agenda tersebut para misionaris pada saat itu memakai Agenda Union yang dipakai Gereja Prusia pada abad 19. Agenda Union ini banyak dipengaruhi oleh pemikirian teologi Schleiermacher, yang berpusat pada perasaan manusia yang sangat bergantung pada suatu kekuasaan di atasnya atau di luarnya. 
Di dalam konferensi saat itu F. Tiemeyer mengajukan dua hal yang perlu diperhatikan di dalam merevisi Agenda HKBP. Pertama , bentuk apapun yang dihasilkan konferensi, maka yang penting ialah mempertahankan roh sejati dari tata ibadah. Kedua, harus jelas bahwa siapapun tidak memiliki wewenang seolah-olah dapat memiliki atau mengendalikan Allah, sebaliknya haruslah dikedepankan Allah yang bertindak dan kita manusia bukanlah orang yang benar tetapi yang dibenarkan melalui anugerahNya. 
·         Urutan mata acara ibadah HKBP dalam agenda edisi 1904 dan edisi 1998[13]

Pada dasarnya susunan yang diajukan F. Tiemeyer saat itu tidak bebrbeda jauh dengan edisi 1904 yang disebut “Agende”, yaitu:

1. Marende

2. Pasu-pasu (Votum)

3. Manjaha sada ayat na tongon tu ganup Minggu manang ari pesta sian bagian IIA.

4. Martangiang sian bagian II D; Huria mandok: Amen!

5. Pandita mandok: didongani Debata ma hamu! Huria mandok: Amen!

Tangihon hamu patik ni Debata (manang sinungkun angka patik tu natorop i).

6. Huria mandok di ujung: “Ale Tuhan Debata! Sai pergogoi ma hami, mangulahon na hombar tu patikMi, Amen!”

7. Marende huria

8. Manopoti dosa: Ta topoti ma dosanta! (dijaha sada tangiang sian bagian II B).

9. Pandita mandok: Bege hamu ma baga-baga ni Debata taringot tu hasesaan ni dosanta! (sada sian hata baga-baga na tarsurat di bagian II C).

10. Huria marende: Amen, Amen, Amen na tutu do i, sai marhasonangan ma naporsea i. Sesa do dosa na saleleng na i. Lehonon ni Jesus haposanta i.

11. Pandita mandok: Tabege ma hata ni Debata turpuk di hita di ari Minggu on (jahaon sada ayat sian Bibel).

12. Pandita mandok: Martua do angka na tumangihon hata ni Debata jala naumpeopsa, Amen!

13. Huria mandok: HataMi ale Tuhanku, arta na umarga i!

14. Pandita mandok: Tahatindangkon ma haporseaonta i, (rap mandok pandita dohot huria).

15. Marende huria

16. Pandita ro tu parjamitaan, jala mandok: Dame ni Debata na sumurung sian saluhut roha, i ma mangaramoti angka ate-ate muna dohot roha muna marhite-hite Jesus Kristus! Amen!

17. Marjamita. Dung sun marjamita martangiang sian roha.

18. Tingting

19. Marende huria (andorang marende mardalan durung-durung)

20. Pandita ro tu jolo ni langgatan, martangiang: dijaha sada tangiang sian bagian II E.

21. Huria mandok: Ale ama nami na di banua ginjang…..Amen!

22. Pasu-pasu: “Di pasu-pasu jala di ramoti…..”

23. Laho haruar: marende angka anak dohot boru sikola ende na pinillit hian.

·         Perbedaan dengan edisi 1998[14]

Melihat susunan edisi 1904 di atas, jika dibandingkan dengan edisi terkini (misalnya edisi 1998), maka beberapa diantaranya punya tempat yang tetap, tetapi ada pula yang sudah bergeser, ada penambahan, pengurangan bahkan ada pula penghapusan.

1.             Dalam agenda 1998, acara no. 4 dan 5 sudah ditiadakan. Sebagai gantinya ialah mata acara no. 3 dimana jemaat menyambut votum dengan menyanyikan Haleluya 3 kali.

2.             Acara hukum taurat dalam kedua agenda sama-sama berada setelah acara votum, namun dalam edisi 1904 dalam no 5-6 sedangkan dalam edisi 1998 dalam nomor 6-7.

3.             Agenda 1998 sudah menghilangkan  doa tentang janji penghapusan dosa dalam Agenda 1904, yaitu: Molo hita topoti angka dosanta…!”

4.             Dalam kedua agenda tersebut Epistel ditempatkan sesudah pengakuan dosa dan janji penghapusan dosa (Agenda 1904 nomor 12-14 sedangkan dalam Agenda 1998 nomor 12-13).

5.             Dalam agenda 1998, telah ditambahkan kalimat ajakan dari liturgis untuk mengucapkan secara bersama-sama, yaitu: …songon na hinatindangkon ni donganta sahaporseaon di sandok portibi on. Rap ma hita mandok:…”

6.             Dalam Agenda 1904 persembahan dilakukan sekali, sedangkan dalam Agenda 1998 sebanyak dua kali, dan akhir-akhir ini sudah dilakukan sebanyak tiga kali. Tingting dilakukan sebelum khotbah dan sesudah itu mengumpulkan persembahan sambil bernyanyi. Khotbah disambut dengan bernyanyi sambil mengumpulkan persembahan ketiga.

7.             Dalam Agenda 1998, pendeta membacakan doa persembahan, kemudian membacakan Doa Bapa Kami, dan bagian terakhir dari doa itu dinyanyikan jemaat, dan diakhiri dengan ucapan berkat serta disambut oleh jemaat dengan menyanyikan “Amin, Amin, Amin”.

8.             Perbedaan lain adalah kata sapaan yang digunakan oleh pendeta dan non-pendeta yang melayani. Pendeta menggunakan Ho/Engkau, sedangkan non-pendeta menggunakan Hita/Kita.

Revisi: Saran dan Usulan oleh Pdt. Dr. J. R. Hutauruk[15]
            Sebagaimana telah dijelaskan bahwa ternyata tata ibadah Minggu HKBP tersebut telah beberapa kali mengalami revisi, maka dengan demikian Pdt. Dr. J. R. Hutauruk mengusulkan beberapa saran untuk revisi tata ibadah minggu tersebut.

  1. Tata ibadah HKBP yang dipakai sejak awal pertumbuhan dan perkembangan jemaat-jemaat yang berasal dari hasil pekabaran Injil Jerman (RMG) sejak 1860-an sudah menjadi bagian hidup bahkan menjadi identitas, teologis dan praktis dari HKBP. Namun melihat perkembangan zaman yang semakin pesat dan karena tuntutan perubahan yang berkelanjutan, maka sudah sewajarnya tata ibadah kini harus mengalami revisi, supaya gereja HKBP menjadi gereja yang inklusif, dialogis dan terbuka, sebagaimana dijanjikan oleh HKBP sejak tahun 2002, sejak Tata Gereja 2002 disahkan oleh Sinode Godang HKBP 2002.
  2. Hal-hal yang fundamental sebagaimana yang dirindukan oleh para pendahulu kita dalam hal ini F. Tiemeyer hendaknya menjadi acuan dalam melakukan revisi, yaitu:
    • Otoritas Allah yang tidak bisa dikurangi oleh otoritas siapapun.
    • Berpusat pada Firman Allah yang dibaca, dikhotbahkan dan diterima melalui kedua sakramen.
    • Berangkat dari “imamat am orang percaya” seorang liturgis adalah sama di hadapan Allah dan jemaat yang berkumpul.
    • Kasih dan anugerah Allah yang mengalir dari acara pertama hingga acara terakhir, karenanya seorangpun tidak dapat mengandalkan perbuatannya yang baik.
    • Nyanyian pujian, paduan suara, musik instrument adalah sarana untuk menyampaikan isi alkitabiah, bukan isi emosional kemanusiaan atau penampilan selebriti oknum-oknum yang membawa acara ibadah.
    • Seluruh hidup ini adalah ibadah, baik ibadah di dalam ataupun di luar gedung gereja, yaitu di rumah dan di tempat kerja sebagai ibadah moral yang peduli melawan ketidakadilan sosial, kemiskinan dan kebodohan.
    • Ibadah yang menjaga keutuhan. Keseimbangan dan komunikasi timbal-balik.
    • Ibadah yang lebih mencerminkan kuasa Injil yang mengikat dan membebaskan daripada kuasa hukum yang menghakimi.
  3. Berdasarkan hal-hal yang fundamental di atas, maka ada beberapa unsur yang perlu direvisi, antara lain: daftar pertanyaan yang ditujukan kepada orang yang mau dibaptis, yang akan mengikuti janji sidi, perjamuan kudus, calon suami-istri pada acara pemberkatan nikah, agar dengan demikian nampak kuasa Injil yang mengikat dan sekaligus membebaskan itu menampakkan keceriaan, sukacita dan bukan beban yang sangat menekan yang bersangkutan.
  4. Upaya merevisi tata ibadah HKBP, rupanya sama dengan upaya mencari teologia jemaat sebagai suatu kekuatan atau kelemahan dalam dirinya sebagai bagian dari gereja Tuhan di dunia ini. Artinya, HKBP pada usia menjelang 150 tahun (1861-2011) patut berupaya untuk merumuskan kembali teologi apa yang harus mendasarinya, merumuskan identitas dan jati dirinya yang terbuka untuk pembaharuan, supaya HKBP menjadi gereja yang inklusif, dialogis dan terbuka sesuai dengan visi dan misinya. HKBP harus menanyakan dirinya dengan relasinya dengan Tuhan Allah, sebagaimana disaksikan oleh HKBP dalam konfessinya.
  5. Kekuatan dari Kristen Kharismatik. Kita bisa menggunakan ibadah alternatif, atau ibadah khusus atau apa saja namanya, sehingga bisa mencerminkan keceriaan dan sukacita, namun harus menjauhkan dominasi pengalaman manusia itu sendiri, karena itu akan mengaburkan dasar-dasar teologis ibadah itu. Yang harus kita utamakan adalah “mengenal Yesus lebih banyak”, bukan “mengalami Yesus lebih banyak”. Sudah saatnya kita memberikan peluang misalnya bagi kaum muda untuk melakukan ibadah alternatif, dimana pengunjung ibadah itu dapat berbagai pengalaman iman mereka sambil melakukan gerakan-gerakan yang lebih bebas sehingga mereka tidak lari ke gereja lain. Dan dalam ibadah seperti itu tidak perlu menghilangkan votum dan salam, pengakuan dosa dan janji penghapusan dosa. Yang perlu dihindarkan yakni supaya pengejaran pengalaman religius itu tidak sampai menghilangkan pikiran yang kognitif dan terkendali, artinya jangan sampai pada hal-hal yang bersifat ilusi/kepalsuan.
 III.            Tanggapan Teologis

Makna dosa warisan yang dipaparkan oleh Pdt. Dr. J. R. Hutauruk terlalu sempit, sehingga dapat menimbulkan pemikiran bahwa manusia akan semakin bebas dalam melakukan dosa, karena dosa warisan disebabkan adanya dosa mulai dari Adam dan Hawa. Dan manusia akan beranggapan tidak ada artinya mereka untuk melakukan pembaharuan terhadap dirinya sendiri. Menurut Paulus, dosa warisan di hadapan Allah adalah satu ‘di dalam Adam”. Tetapi di dalam Roma 5-6, Paulus sekaligus berbicara tentang “Adam kedua”, yaitu Yesus Kristus. Di dalam kehidupan Yesus, ketergantungan manusia yang salah yang mengakibatkan maut, dikalahkan. Apabila kita diberi keselamatan, maka kita boleh berpartisipasi di dalam kepatuhan manusia yang satu itu.[16]
Secara Alkitabiah, Rasul Yohanes secara tegas menyatakan tentang akibat dosa, “jika kita berkata bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri”, dan “jika kita berkata bahwa kita tidak pernah berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta” (1 Yoh. 1:8, 10). Keluasan, kedalaman dan kengerian dosa manusia bukanlah kenyataan yang hanya dapat diketahui jika kita menyelidiki Alkitab. Dosa juga nyata dalam pengalaman sehari-hari. Kita sadar bahwa dalam kehidupan kita sendiri banyak kesalahan. Banyak peraturan dalam kehidupan masyarakat yang beradab adalah disebabkan dosa manusia.[17] Ungkapan dosa yang paling jelas  ialah saran iblis bahwa manusia dapat merampas tempat penciptaNya, “kamu akan menjadi seperti Allah ... (Kej. 3:5). Dalam peristiwa kejatuhan, manusia berusaha meraih persamaan dengan Allah (bnd. Filipi. 2:6), mencoba memberlakukan kemerdekaan dari Allah serta mempertanyakan integritas Sang Pencipta dan pemeliharaan-Nya dalam kasih.[18]
Pada dasarnya, beliau juga melihat dosa sebagai penghalang keselamatan yang akan diberikan Allah kepada manusia. Namun, dalam pembahasannya mengenai keselamatan tersebut, kelompok ingin menambahkan peranan Roh Kudus dalam karya penyelamatan itu karena beliau hanya membahas keselamatan itu sebagai anugerah Allah di dalam diri Yesus kristus.

Roh Kudus adalah faktor ketiga yang memegang peranan hakiki dalam proses penyelamatan. Dengan demikian, proses penyelamatan itu mempunyai struktur trinitatis, Allah Bapa menjadi pangkalnya, Yesus Kristus perwujudan historis kasih karunia yang menyelamatkan, sedangkan Roh Kudus adalah kasih karunia yang langsung mengikutsertakan masing-masing orang percaya dalam proses penyelamatan. Peranan Roh Kudus dalam penyelamatan itu terjadi sebagai berikut: Pembaharuan (dan kelahiran kembali) oleh Roh Kudus, yang dengan berlimpah dicurahkan Allah melalui Yesus Kristus. Tampaklah Roh Kudus sebagai daya ilahi, daya penyelamatan yang secara aktif berada pada orang beriman tetapi berasal dari Allah melalui Yesus Kristus. Dengan demikian, maka Roh Kudus menjadi Roh Allah dan serentak menjadi Roh Yesus Kristus, meskipun relasi dengan Kristus tidaklah sama (Rom. 8:9).[19]
 IV.            Kesimpulan dan Saran

4.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari pemikiran-pemikiran Pdt. Dr. J. R. Hutauruk, yaitu:

a.      Dosa dilakukan pertama kali oleh Adam dan Hawa, yang mengakibatkan retaknya hubungan manusia dengan Allah dan Allah menghukum mereka. sumber dosa ialah iblis, dan iblis menginginkan supaya semua manusia berbalik dari Allah (Yoh. 8:44; Why. 20:10).

b.      Rencana penyelamatan Allah diawali ketika manusia telah jatuh ke dalam dosa.  Berdasarkan perjanjian Allah kepada Abraham, berarti Allah akan menyelamatkan seluruh isi dunia dengan perantaraan Abraham dan keturunannya. Keturunan Abrahamlah yang merealisasikan rencana keselamatan Allah untuk dunia ini. Dan perjanjian Allah di Sinai menunjukkan bahwa Allah telah memenuhi sebagian janjiNya kepada Abraham. Penggenapan Janji Penyelamatan Allah dalam Perjanjian Baru yaitu melalui Kelahiran Yesus, Kesengsaraan Yesus, PenyalibanNya, KematianNya, KebangkitanNya.

c.       Tata ibadah Minggu HKBP itu bersifat dinamis, jadi menurut Pdt. Dr. J. R. Hutauruk, sudah sewajarnya kita melakukan revisi terhadap tata acara ibadah Minggu HKBP itu sesuai dengan perkembangan jemaat saat ini. Tapi perlu kita perhatikan bahwa dalam melakukan revisi itu hendaknya kita berpegangan pada dasar teologis dari ibadah yang sebenarnya sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas.

4.2. Saran
Hal yang disampaikan oleh Pdt. Dr. J. R. Hutauruk dalam buku Pendidikan Agama Kristen sangat bagus dibaca, baik jemaat maupun para pelayan untuk memahami keadaan-keadaan kita sebagai manusia, bahwasanya kita adalah manusia yang diselamatkan dari dosa kita oleh anugerahNya di dalam diri Yesus Kristus. Sehingga dengan demikian tidak ada kesombongan di dalam diri kita. Karya Pdt. Dr. J. R. Hutauruk sangat baik dibaca oleh setiap orang secara khusus mahasiswa-mahasiswi teologi dan para pengajar sehingga akan memudahkan kita untuk memahami bagaimana pentingnya pemahaman teologis terhadap hal tertentu sekaligus meningkatkan pelayanan gereja terhadap jemaat.



[1]  BDF. Sidabutar,  Perbuatan Allah Dalam Kehidupan Kita, Jakarta:  HKBP Distrik VIII Jawa Kalimantan  2008, hlm. 131-133.
[2] J. R. Hutauruk, Dosa dan Akibatnya dalam Pendidikan Agama Kristen, Yogyakarta:  Taman Pustaka Kristen, 1994, hlm. 90-91.
[3] Ibid, hlm. 91-93.
[4] Ibid, hlm. 93-94.
[5] Op. Cit., hlm. 95-97.  
[6] Op. Cit., hlm. 97.
[7] Ibid, hlm. 100-101.
[8]Ibid, hlm.101-102.
[9] Ibid, hlm. 103-104.
[10] J. R. Hutauruk, “Tata Ibadah Hari Minggu HKBP” dalam Perbuatan Allah dalam Kehidupan Kita,HKBP Distrik VIII Jawa-Kalimantan, Jakarta 2008, hlm. 60-61, 76-77, 98-103
[11] Ibid,
[12] Ibid,
[13] Ibid,
[14] Ibid,
[15] Ibid,
[16] Dieter Becker, Pedoman Dogmatika: Suatu Kompendium Singkat, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2001, hlm. 106
[17] John R.W Scott, Kedaulatan dan Karya Kristus, Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Jakarta 2000, hlm. 76
[18] Bruce Milne, Mengenali Kebenaran, BPK-Gunung Mulia, Jakarta 2003, hlm. 146.
[19] C. Groenen OFM, Soteriologi Alkitabiah, Kanisius, Jakarta 1989, hlm. 164-165

Comments

Popular posts from this blog

(LX. SAKRAMEN BAPTISAN DI HKBP)

SAKRAMEN BAPTISAN DI HKBP  I. Pendahuluan             Baptisan merupakan salah satu sakramen yang diperintahkan oleh Yesus sendiri dalam Amanat AgungNya. Oleh karena itu gereja melayankan baptisan sebagai salah satu sakramen bagi orang percaya.             Kata “baptis” berasal dari Bahasa Yunani, “baptizo” yang artinya: mencelupkan ke dalam air ataupun memasukkan ke dalam air. Pemandian ke dalam air baru menjadi “baptisan” apabila dilaksanakan dengan upacara seremonial yang khusus. [1] Baptisan yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus, yaitu baptisan yang berlaku di tengah-tengah gereja, bukan hanya menunjuk pada Kerajaan Allah yang masih akan datang, melainkan menjadi bukti dan mengukuhkan perwujudan atas kedatangan Kristus ke dunia. [2] HKBP sebagai salah satu gereja Tuhan di Indonesia mengakui dan melayankan Baptisan Kudus sebagai salah satu sakramen di samp...

(LXXVI. MENGENAL PDT. DR. SOUNTILON MANGASI SIAHAAN DAN PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TEOLOGISNYA)

MENGENAL PDT. DR. SOUNTILON   MANGASI SIAHAAN DAN PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TEOLOGISNYA [1] 1. Biografi             Pdt. Dr. Sountilon M. Siahaan lahir pada tanggal 7 April 1936 di desa Meat-Balige, sebuah desa di tepian Danau Toba. Setelah tamat dari SMA Negeri Balige 1956, beliau melanjutkan belajar ke Fakultas Teologi Universitas HKBP Nommensen dan selesai tahun 1961. Menikah pada 26 Agustus 1961. Sejak tahun 1961-1963 beliau bekerja sebagai Pendeta Praktek dan sekaligus sebagai Pendeta Pemuda/Mahasiswa HKBP Ressort Jawa Tengah yang berkedudukan di Yogyakarta. Ditahbiskan sebagai Pendeta HKBP pada 1 Juli 1962.             Beliau selanjutnya tugas belajar ke Universitas Hamburg pada tahun 1963 dan memperoleh gelar Magister Teologi pada tahun 1967 dan meraih gelar Doktor Teologi (Cum Laude) pada tahun 1973 dengan disertasi yang berjudul Die Konkretisierung ...

(XXXI. TAFSIRAN HISTORIS KRITIS MAZMUR 23:1-6)

Tinjauan Historis Kitab Mazmur 23:1-6 Oleh " Rahman Saputra Tamba " BAB I Pendahuluan             Nama kitab ini dalam LXX adalah Psalmoi [1] . Alkitab bahasa latin memakai nama yang sama. Kata Yunani (dari kata kerja psallo yang artinya “memetik atau mendentingkan”). Mula-mula digunakan untuk permainan alat musik petik atau untuk alat musik itu. Kemudian kata ini menunjukkan nyanyian ( psalmos ) atau kumpulan nyanyian ( psalterion) . [2] Dalam bahasa Ibrani ada kata mizmor yang artinya “sebuah nyanyian yang dinyanyikan dengan iringan musik”, namun judul Kitab Mazmur dalam bahasa Ibrani adalah [3] tehillim yang artinya “puji-pujian atau nyanyian pujian”.             Dalam Alkitab Ibrani, Kitab Mazmur terdapat pada awal bagian Kitab-kitab. Para nabi menempatkan sebelum Kitab Amsal dan tulisan hikmat lainnya, dengan alasan bahwa kumpulan tulisan Da...