Skip to main content

(LXXIII. INJIL DALAM PANDANGAN ASIA)


INJIL DALAM PANDANGAN ASIA


I.  BIODATA PENULIS
1.1. Riwayat Kosuke Koyama
Kosuke Koyama lahir di Tokyo pada tahun 1929. Ia mendapat gelar doktor dari Princeton Theological Seminary pada tahun 1959.[1] Pada tahun 1960, ia bersama istrinya berangkat ke Thailand, bertugas sebagai missioner yang diutus oleh United Church of Christ di Jepang ke Gereja Kristus di Thailand. Dia mengajar di Thailand Seminary, kemudian menjadi direktur pelaksana Asosiasi Sekolah-sekolah Tinggi Teologia Asia Tenggara dari tahun 1968-1974. Dari Thailand ia pindah ke Singapura dan menjadi dekan South East Asia Graduate School of Theology. Pada tahun 1974, ia pergi ke Dudenin, New Island dan mengajar di bidang study Agama-agama di Universitas Otago. Dan sejak tahun 1979 dia mengajar di Union Theological Seminary, New York sebagai profesor di bidang Oikumenika dan Kekristenan Dunia.[2] 
1.2. Karya 
Koyama terkenal dengan bukunya Waterbuffalo Theology (Teologi Kerbau), yang terbit pada tahun 1974. Dalam perjalanannya menuju gereja jemaat pedesaan untuk berkhotbah, ia melihat kerbau-kerbau di sawah. Ini mengingatkannya bagaimana umatnya melangsungkan hidup mereka. Khotbahnya harus dimulai dari jemaat. Pengalaman Koyama sebagai utusan gereja di Thailand menimbulkan kesadaran akan perlunya suatu “Teologi Kerbau” yang berbicara dalam bahasa konkrit akan kebutuhan rakyat. Koyama berfokus pada aspek-aspek kebenaran Kristen yang dicerminkan dalam agama-agama lain, sehingga aspek tersebut dapat menjadi jembatan kesaksian. Ia menekankan tema penderitaan dan pengorbanan. Pikiran Kristus yang disalibkanlah, bukan pikiran perang salib seharusnya menjadi dasar kehidupan, misi, dan teologi Kristen.[3] 
Ada suatu kesengsaraan pada teologi Koyama, seperti dapat dilihat dari beberapa judul babnya yaitu: “Apakah Musim Hujan Akan membuat Allah menjadi Basah?”, Mericca Aristoteles Campur Garam Buddha, Murka Allah dalam Kebudayaan Hening. Pada tahun 1979, ia menerbitkan Three Mile un Hour God (Allah Berkecepatan Tiga Mil per Jam), suatu kumpulan penelaahan Alkitab yang lebih lanjut yang berhubungan dengan Asia Tenggara. Dan baru-baru ini ia menulis Mount Fuji and Mount Sinai (tahun 1984). Dalam “penjiarahan teologi” ia mencoba mengaitkan antara pengalaman historis bangsa Jepang sejak tahun 1945 dan Teologi Salib.

II.  ISI RINGKAS BUKU
 2.1. Tafsiran Sejarah
2.1.1. Situasi Teologia di Asia dan misi Gereja[4]

·         Dari negeri ke negeri

Pada waktu sekarang ini banyak masalah-masalah teologi yang terjadi di negara-negara Asia, misalnya Singapura yaitu mengenai hubungan antara sifat efisien (cepat) dan sifat manusia (lamban), Muangthai yaitu ada dua masalah bidang teologi yang saling berkaitan yaitu “Muangthai satu yang tradisional dan Muangthai dua yang modern” dan  “bermurah hati dalam teologi yang ideal (sempurna), raja dan Yesus Kristus”. Cina yaitu perbandingan kedua credo yang ditulis oleh Mao-Tse-Tung yaitu tentang credo marxisme-leninisme dengan credo yang terdapat dalam Ulangan 26:5-10. Hongkong yaitu terjadinya arus pengungsi yang besar semenjak diambil alihnya kekuasaan oleh komunis di Cina. Jadi dengan hal ini muncullah suatu masalah yaitu tentang pengembaraan dan bagaimana pesan Alkitab sampai pada orang-orang yang mengungsi tersebut. Sehingga muncullah masalah teologi tentang identitas diri ini. Bangsa Indonesia merupakan bangsa rohani, mereka hidup bersama-sama dengan roh-rohnya yang jahat dan yang  baik. Namun pada tahun 1 Juni 1945 Soekarno mengadakan pidato tentang Lahirnya Pancasila. Dan ini merupakan bukti modernisme yang kuat. Namun situasi yang terjadi dimana orang-orang diayunkan kian kemari antara tradisional dengan banyak roh-rohnya dengan dunia modern dengan satu roh. Selain itu masalah teologi ini juga terdapat di Burma, Vietnam, Jepang, Taiwan.

·         Misi Profetis (semangat penyangkalan diri) gereja yang diselaraskan (kesadaran bahwa juga ada musafir-musafir lainnya)

Kontekstualisasi teologi adalah lebih daripada sekedar tanggapan yang sungguh-sungguh mengenai hubungan sejarah dan kebudayaan, teologi harus ikut berbicara dalam dan oleh konteks itu. Teologi harus terdiri atas profetisme yang selaraskan secara kritis dan penyelarasan profetis. Itulah kontekstualisasi yang asli.

Berdasarkan pendapat kontekstualisasi adalah sifat pokok pertimbangan teologi yang asli, maka suatu permintaan bantuan yang ditunjukkan kepada TEF (The Theological Education of Fund) akan menilai menurut kemungkinan kekuatan untuk pembaharuan, jika:

a.       Ada petunjuk yang jelas dari kontekstualisasi dalam hubungan dengan zending.

b.      Ada petunjuk yang jelas dari kontekstualisasi dalam hubungan dengan cara penanganan teologia.

c.       Ada petunjuk yang jelas dari kontekstualisasi yang berkaitan dengan metode pendidikan.

d.      Ada petunjuk yang jelas dari kontekstualisasi yang berkaitan dengan struktur.

Profetisme yang diselaraskan secara betul dan penyelarasan profetisme besar kemungkinan dilakukan dengan sembunyi-sembunyi. Secara singkat artinya, keterlibatan teologia yang begitu mendalam, diilhami oleh kontekstualisasi yang asli tidak bisa terlaksana. “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya dan mengikut Aku (Mat. 16:24)”. Bagian kalimat yang mengerikan ini mengandung hakikat dari kontektualisasi yang asli. Inilah justru jenis kehidupan yang dengan sadar atau tidak menggumuli kontekstualisasi yang asli.

Kita hidup dalam sejarah, kita hidup berarti kita menghayati sejarah. Tetapi ada perbedaan-perbedaan dalam penghayatan sejarah itu. Dalam terminology Kristen “kesungguhan sejarah” mempunyai arti yang sama dengan ungkapan “kesungguhan penderitaan”. Tugas gereja dimulai dengan merangkul penuh kasih, jiwa yang tersalib, jiwa Kristus dalam konteks keadaan-keadaan teologia yang murni.

2.1.2. Apakah Musim Hujan Membuat Tuhan Basah?[5]

Jawaban Teologia; Musim hujan memberikan kesuburan kepada tanah. Kesuburan yang didasarkan pada keteraturan kosmis, tidak menimbulkan masalah. Manusia hidup didalamnya. Ia hidup karena harapan yang mantap dan dari anugerah-anugerah alam yang tidak dapat diperhitungkan. Gagasan tentang Allah Alkitab adalah suatu gagasan “yang dipertimbangkan”. Ungkapan yang ditertimbangkan disini tidak digunakan secara positif: menciptakan pemikiran baru yang timbul dari diskusi yang menarik dan cara kehidupan yang menarik. Allah dalam Alkitab bertentangan dengan gagasan musim. Ia tidak siklis. Ia adalah garis lurus. Ia tidak terus berulang. Ia sekali untuk selama-lamanya.

Keteraturan adalah janji Tuhan. Janji itu diberikan kepada manusia ketika “Nuh mendirikan mezbah bagi Tuhan” sebagai tanda persekutuan baru dari manusia sesudah air bah. Keteraturan kosmis tidak dinyatakan dalam “rangkaian kata-kata siklis” tetapi dalam Firman Tuhan Pencipta yang telah menentukan bahwa Ia “tidak lagi akan mengutuk bumi demi manusia”. Alam harus merupakan wilayah yang diberi batas, dibersihkan dari segala yang termasuk pada alam pemikiran yang gaib (atau yang tidak wajar). Allah menguasai alam. Makanya Ia adalah Roh di luar alam yang berada di atas alam. Ia bukan bagian dari alam.

2.1.3. Teologia yang Terbatas pada Dunianya Sendiri.[6]

Yesus Kristus, manusia yang ideal, mempunyai tempatnya tersendiri. Menjadi manusia berarti hidup dalam situasi sejarahnya sendiri, dan terbatas pada sejarahnya sendiri. Teknologi merupakan salah satu penyebab perpecahan dari pada persatuan pada kehidupan manusia. Setiap sejarah mengenal apa yang benar, apa yang mulia, apa yang adil yang dimilikinya sendiri. Kalau orang-orang Kristen dari negeri tertentu menolak “apa yang benar, apa yang adil” yang terdapat pada negerinya sendiri. Akan terjadi tragedi yang besar sekali, jika persekutuan orang-orang Kristen menilai rendah, mengingkari dan menolak apa yang mulia dan yang adil.

2.1.4. Senapan dan Balsem[7]

Barat bagi Asia selalu berarti ancaman dan penyelamatan. Pengalaman-pengalaman Asia dengan “senapan (luka)” dan “balsem (penyembuhan)” telah mendorong bangsa-bangsanya dan pemimpin-pemimpin nasional mereka dalam arti yang aktif untuk ikut ambil bagian dalam jalan sejarahnya. Menurut professor C.E. Black mendefinisikan modernisasi yaitu; proses ketika lembaga-lembaga yang tumbuh secara historis disesuaikan pada bentuk-bentuk masyarakat yang berubah dalam tempo yang cepat, dan pertumbuhan pengetahuan manusia yang pesat sekali yang menyertai revolusi ilmu, telah memungkinkan manusia menguasai kekuatan alam yang mengitarinya. Modernisasi bersama dengan janji-janji membangun telah memulai serangannya. Dan disini terletak aspek balsem modernisasi yang begitu penting.

Balsem modernisasi secara lahiriah telah membawa perubahan total dalam kehidupan sehari-hari, perbaikan kesejahteraan materi dan lingkungan, serta keikutsertaan yang aktif dalam sejarah. Namun dilain pihak teknologi telah membebaskan umat manusia dari kerja keras dan penderitaan, dan membawa perkembangan-perkembangan. Kemajuan teknologi berlangsung sejalan dengan kehidupan yang mempunyai segala kelimpahan. Untuk itu Kristus datang ke dunia (Yoh. 10:10, Mat. 11:4-6). Efisiensi teknologi tidak dapat menyelesaikan sejarah, bagaimanapun luar biasanya penemuan itu. Zaman modern  merupakan zaman pembunuhan, perang saudara, perang agama, perang dunia, zaman penyembelihan massal dalam segala bentuknya, misalnya  pada tahun 1820-1949 di dunia telah mati 46,8 juta manusia dalam peperangan. 

Peran serta yang Diurapi dalam Sejarah

Yesus Kristus dan salib-Nya (1 Kor. 2:2), adalah bentuk yang memperlihatkan saham Allah dalam sejarah. Isi hakikat dalam balsem zending terletak di dalam keseluruhan karya-karya Allah di dalam sejarah umat manusia dengan puncaknya kematian dan kebangkitan kembali Yesus Kristus. Jika saham Allah dalam sejarah dibentuk dengan gambar Yesus Kristus dan salibNya merupakan rupa (Gal. 4:19) dari penyangkalan diri, sebagai domba Allah, (Yoh. 1:29, Why. 5:12), Ia adalah kepala yang menang dari eklesia (gereja) dan kosmos (Dunia) (Kol.1:15-20).

2.1.5. Efisien dari yang Disalibkan dalam Dunia Efisien Teknologi[8]

Zaman modern dicirikan oleh kemajuan yang besar dari ilmu pengetahuan. Kemajuan ilmiah revolusioner dan pencurahan tenaga yang tidak ada taranya untuk meyesuaikan diri dengan pengetahuan ini. Dan hal ini menuntut syarat-syarat yang berat bagi manusia. Perubahan  yang kini terjadi disebut modernisasi. Ia menggoncangkan seluruh kegiatan-kegiatan intelektual, politik, ekonomi, sosial, dan psikologi. Salah satu ciri yang paling menonjol dari zaman ini adalah keterarahannya kepada teknologi. Dan akibatnya ada yang berpendapat bahwa bukan Yesus yang dari Nazareth yang spiritual tetapi tekhologi yang menakjubkan masa kini yang harus menjadi Mesias. Mereka mengatakan bahwa mesin-mesin yang rumit dan bertenaga kuat itulah yang membantu kita dan bukanlah suatu khotbah tentang kasih Allah. Efisiensi adalah isi spiritual peradaban teknologi. Kemajuan pesat ilmu pengetahuan dengan tiba-tiba menempati tempat urutan yang pertama dalam kehidupan kita. Manusia sering cenderung terhadap efisiensi dan tidak mendengarkan bahkan tidak mengakui Firman Tuhan. Karena mata manusia hanya tertuju pada teknologi yang efisiensi, dan Firman Allah memberikan yang tidak efisien. Memang benar jika dikatakan bahwa Allah yang tidak efisien dan manusia yang efisien semakin tampak. Dan bahkan pemimpin-pemimpin mengejek Dia dengan mengatakan “orang lain Ia selamatkan biarlah sekarang ia menyelamatkan diriNya sendiri, jika Ia adalah Mesias, orang yang dipilih Allah (Luk. 23:25). Ia tidak turun dari salibNya. Ia menolak untuk membebaskan diri dari sejarah dari yang berdosa dari umat manusia. Dengan cara yang tegas dengan demikian Ia tunjukkan bahwa Ia adalah yang diurapi oleh Allah. Allah tidak melepaskan diri dari sejarah umat manusia. Oleh karena Ia itu Kasih”.

Ditengah frustasi yang berat itu Allah bertahan sebagai Allah yang efisien. Ia ternyata yang paling efisien, dan efisiennya bukan suatu efisien yang biasa. Inilah efisien sebagai paradoks, efisien yang Tersalib. Efisien yang tersalib adalah berita yang harus disampaikan kepada manusia .seluruh sejarah umat menusia tidak akan diserap kamajuan teknologi umat manusia. Tetapi kita tahu sebenarnya bahwa tanpa undangan Allah pada peradaban teknologi, artinya tanpa pengertian terhadap efisiensi dari yang Tersalib, peradaban teknologi universal itu bisa saja segera efisiensi yang jahat. Dan di sini juga terletak janji bahwa seluruh sejarah umat manusia akan mengambil tempat dalam efiseinsi dari yang Tersalib. Kita percaya bahwa Allah tidak akan menyerahkan anugerahNya yang besar yaitu peradaban teknlogi universal dari berjuta-juta tahun yang terakhir dalam sejarah umat manusia ke tangan efisiensi yang sama sekali jahat. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya (Yoh. 1:5).

2.2. Mengakarkan Injil

2.2.1. Bangkok dan Wittenberg[9]

Dasar iman terletak dalam kenyataan bahwa iman itu adalah kepercayaan meskipun mengandung pergumulan. Cinta seorang ibu kepada anaknya suatu relevan universal bisa saja disebut kasih eros dapat diubah dan dicurahkan menjadi pengakuan iman yang lebih dalam oleh kehadiran Anak Daud. Cinta manusiawi yang wajar bertemu dengan Tuhan dari kasih ilahi yang mengorbankan diri (agafe) dan melahirkan suatu iman yang teguh dari orang yang bukan Yahudi. “Anak perempuanku” suatu hubungan manusiawi yang langsung mempunyai tempatnya yang langsung yang layak dalam kepercayaan manusia kepada Allah. Tetapi yang terpenting adalah cinta manusia yang kuat dan bebas dari krisis bukan merupakan relasi keseluruhan antara Allah dan manusia.

2.2.2.  Lada Aristoteles dan Garam Buddhis[10]

Ketika orang Thai menerima Kristen Ia membumbui Kristen itu dengan garam Budismenya sendiri. Hal ini diakibatkan karena kebudayaan Thai penuh dengan pengaruh yang kuat dari Budhisme Therevada. Tetapi Paulus menggunakan kata-kata seperti logos (kata), soter (penyelamat), mysterion (misteri), methamorfosis (transformasi) untuk memberitakan Injilnya sendiri. Ia yakin bahwa kata-kaat kafir itu dapat digunakan sebagai hamba yang terpercaya asalkan kata-kata itu ditempatkan pada konteks yang benar. 
Pilihan kita yang sulit adalah kalau kita berbicara tentang penyelamatan oleh darah Yesus. Mungkin yang terbaik adalah menjelaskan bahwa makan dari Darma sama dengan kematian pengorbanan Yesus di salib. Konsep darma dan darah saling bertentangan, sementara kita merenungkan kesulitan tersebut, pemikiran theologi Kristen Thai berjalan terus. Makanan yang diramu dengan Aroma garam Budhis, rasanya aneh dan itu tidak bisa dihindarkan, ia mempunyai rasa ganda dan asing. Agama Kristen menceritakan hal yang baru bagi mereka. Perbedaan antara keterikatan dan pemisahan telah terjadi dalam keadaan yang tidak bisa dihindarkan. Persamaan yang lama tentang hal yang tidak bisa dihindarkan : keterikatan menumbuhkan penderitaan dan pemisahan menumbuhkan kebahagiaan, dengan tidak bisa dihindarkan melumpuhkan pandangan Kristen tentang kasih. Ajaran Kristen tentang kasih dan dasar dari hal yang tidak bisa dihindarkan itu bertentangan. 
Para pencari yang tulus mungkin sekali-sekali dapat menemukan kebenaran religius yang objektif, tetapi Allah Wahyu adalah Allah yang menyembunyikan wajahNya, juga terhadap para pencari yang tulus (Yoh. 1:13, Mat. 16:17). Jika Kristus menjadi Allah yang benar, maka Ia harus merupakan kebenaran yang tidak dikenal, sebab ciri khas dewa-dewa ialah bahwa mereka segera bisa dikenal. Dalih Aristoteles mungkin bisa berguna pada tahap permulaan pemberitaan Injil, tetapi dapat terjadi akibat-akibat yang tidak diinginkan atau yang merusak, kalau dimasukkan ke dalam inti pemberitaan Injil. Aristoteles sebagai istri dari suami garam Budhis, untuk mendarmakan kerygma Yesus Kristus. 
Kadang-kadang terjadi suatu keadaan yang menarik di panggung teologi Muangthai. Maka terjadilah dialog, dan bahkan suatu diskusi yang panas, antara Kristus Aristoteles, dan Kristus yang di-Asiokanisasi. Maka terjadilah suatu jenis pergaulan antara kedua Kristus yang kabur itu. Diskusi dan wawasan pada suatu saat dapat berkembang begitu menarik sehingga pada suatu waktu Kristus yang di-Asyokanisasi itu menang dan pada waktu yang lain Kristus yang Aristoteles menang, sudah tentu debat yang panas itu terjadi.
2.2.3. Tetangga-Logi[11]
Seringkali kita memandang tetangga kita seakan-akan mereka itu benda mati. Maka kita perlakukan mereka sebagai maya (ilusi). Dengan membuat mereka maya, kita membuat diri kita  sendiri serta pemberitaan injil Kristus juga maya. Para tetangga kita memberikan kepada kita orang-orang Kristen, suatu amanat yang penting. Pada masa kini Yesus Kristus adalah tetangga bagi semua orang Asia, karena barang siapa yang tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya (1 Yoh. 4:20), sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam Dunia, demikian pula Aku tekah mengutus mereka ke dalam dunia (Yoh. 17:18).
2.2.4. Murka Allah dalam Peradaban yang Tenang[12]
Lactantius seorang Apologis Kristen menulis sebuah karangan dengan judul tentang “Murka Allah” dia menyerang Epikuri dan Stoa yang menyatakan bahwa Allah tidak mempunyai (apathia) dan tidak bisa tergerak oleh murka. Ia mempertahankan bahwa Allah bisa juga bergerak untuk murka Allah. Ia menyatakan bahwa Allah itu adil dan bertindak bijaksana, yang baik diberi anugerah dan yang jahat dihukum. Murka Allah adalah tindakan penyebab Allah menghukum para pelanggar. Dengan wawasan itu Lancantius memberi sumbangan Apologetis yang besar terhadap pembedaan antara gambaran Allah Alkitab dan sikap saleh filosofis religius yang berpengaruh dizaman itu. Wawasan Lactantius ini yang ditujukan pada cita-cita Stoa yang lama, harus sekali diucapkan terhadap kealiman Kristen yang dikenal secara umum di Muangthai masa ini. Itu sudah diajarkan oleh Gautama Budha sebelum zaman aliran Stoa, dan merupakan salah satu pokok utama dari ajaran BudhismeTherevada Muangthai. Demikian doktrin Kristen tentang murka Allah, tentang hilangnya ketegangan ilahi, tentang kegelisahan jiwa, diperlunak atau dihindarkan. 
Murka Allah seperti yang ditafsirkan kembali oleh Luther misalnya Karya Allah yang tidak kenal batas”, opus Alienum dei atau pengalaman manusia yang menyiksa daripadanya: pergumulan. Menurut Udana,  Ia yang telah melintasi rintangan (hawa nafsu), mengahancurkan nafsu birahi dan memusnahkan kecongkakan kalau ia digelisahkan, tidak akan lagi gemetar karena kegembiraan atau kesedihan. Udana menganjurkan kepada manusia untuk selama-lamanya membebaskan diri dari belenggu karmanya, kalau ia ingin memasuki batas-batas wilayah yang suci dari jiwa yang tenang. Tetapi tidak menganjurkan untuk tidak mengabaikan fungsi-fungsi yang menguasi kehidupan. Doktrin Stokisme dan non Pathos diatur oleh prinsip yang sama seperti kosmos, bahwa system logos (rasio dan pikiran) di dalam manusia itu sendiri memimpin kepada kehidupan yang tenang. Udana menganjurkan peniadaan sama sekali pengaturan diri ini, dengan membebaskan diri dari keakuan ini untuk selama-lamanya. 
Murka Allah Terhadap Teologia Yang Mengabaikan Sejarah
Teologi yang mengabaikan sejarah adalah teologia tentang Allah yang telah melepaskan diri dari sejarah dan yang tidak sepenuhnya dapat tergerak untuk murka. Bagaimana teologi anti historis itu bekerja, dapat ditunjukkan oleh tiga aspek yang jelas dari pemikiran teologi :
1.      Teologi yang mengabaikan sejarah tidak sepenuhnya menyadari tentang masalah-masalah yang menyangkut Wahyu dan akal. Dalam makna ini Theologi Muangthai yang mengabaikan sejarah, mengahasilkan suatu sejarah yang lemah.

2.      Teologi yang mengabaikan sejarah hampir tidak mampu melihat arti eksistensi yang dalam terang “karya Allah yang ajaib (Yes. 28:21)” dalam kehidupan dan teologi Kristen. Teologi yang mengabaikan sejarah sebagai tempat kemenangan atas pergumulan. Tetapi pada hakikatnya Allah tanpa karya yang ajaib seperti dengan tidak jemu-jemunya disaksikan oleh Luther adalah Allah tanpa karyaNya sendiri.

3.      Teologi yang mengabaikan sejarah tidak mampu melihat perbedaan kualitatif antara Allah dan manusia. Pada teologia yang anti sejarah, analogi dipakai dalam rangka kesinambungan peredaran siklus. Artinya bahwa tidak ada pemisahan antara yang terbatas dengan yang tiada terbatas.

Menurut Dahlberg murka Allah adalah ancaman Allah untuk memusnahkan semuanya yang melawan kehendak dan maksudNya atau yang menodai kesucian serta kasihNya. Harus jelas bahwa murka Allah itu timbul karena pelanggaran historis dari kesucian dan kasih Allah seperti misalnya: “ingatlah janganlah lupa, bahwa engkau sudah membuat Tuhan, Allahmu gusar dipadang gurun, sejak engkau keluar dari tanah Mesir sampai kamu tiba di tempat ini, kamu menentang Tuhan (Ul. 9:7)”. Jadi murka Allah bertentangan dengan teologi yang mengabaikan sejarah, suatu teologi dibawah pengaruh cita-cita non-pathos Muangthai dengan terus menyatakan tentang relasi dasar yang ada antara murka Allah dan sejarah. Allah bisa tergerak untuk murka, karena ia adalah Allah, Allah yang ditempatkan dalam sejarah. Dan hanya Allah dalam kerangka sejarah dapat sepenuhnya tergerak untuk murka. 
2.2.5. Sepuluh Masalah Kunci Teologia[13]
Teologi adalah renungan tentang sejarah dalam terang firman Allah, sepuluh masalah dunia saling tergantung: Alkitab, pemberitaan Injil, penyesuaian dan sinkritisme, manusia-manusia dari kepercayaan dan ideologi lain, Barat, Cina, kaum pemilik dan kaum bukan pemilik, dunia animis, kerohanian, kemurnian doktriner. Teologi adalah suatu renungan. Roh Kudus datang kepada kita dalam namaKu yaitu Yesus Kristus (Yoh. 14:26). Yesus Kristus adalah Tuhan atas sejarah, atas segala yang diciptakanNya, dan gereja (Kol. 1:15-20). Roh Kudus yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah kukatakan kepadaMu bukan Roh yang tidak historis, tetapi Roh yang menghayati dan terlibat dalam sejarah. Roh Kudus ditinjau secara historis adalah Roh yang rasional. Ia akan mengajar segala sesuatu kepadamu.
Teologi adalah renungan spiritual dan rasional tentang sejarah dalam relasi dasarnya (Allah Perjanjian itu menciptakan dan memerintah sejarah) dengan Firman Allah. Itu berarti memahami pendapat Allah tentang sejarah dan umat manusia dalam terang Yohanes 14:24. Supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada dilangit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi (Flp. 2:10), dan dalam 1 Yoh. 4:1 jangan percaya akan setiap Roh, tetapi ujilah roh-roh itu apakah berasal dari Allah. 
2.2.6. Menanam Ulang dalam Sanubari Teologi tentang Kesengsaraan Tuhan[14]
Pokok dari pikiran ini adalah masalah teologia dalam hubungan dengan proses mempribumikan dan penyesuaian. Suatu penyelidikan yang khusus dicurahkan pada karya Kitamori. Pemahaman secara teologi adalah proses pemikiran teologia dalam kebudayaan yang satu dipindahkan ke bidang kebudayaan lainnya, dari kurun waktu yang satu ke kurun waktu lainnya. Dalam pemahaman secara teologia harus menjadi pegangan. Kitamori telah meleburkan menjadi satu dua perkataan Jepang yang tidak dapat diterjemahkan yaitu “Tsutsumu” dan “tsurasa” untuk mendapatkan konsepsi yang kuat yang dapat memindahkan pemberitaan Injil menurut semangat kebudayaan Jepang. “Tsutsumu” berarti mengembangkan, membungkus, dan “tsurasa” berarti merasa sakit yang mendalam dalam kalbunya sendiri, demi orang lain, menanggung derita orang lain bersama dengan itu tidak memperlihatkan penderitaan  berat yang dialaminya. Segala derita ditanggungnya sendiri demi kebahagiaan orang lain.

Teologi tentang sengsara Tuhan menyampaikan berita dari Tuhan yang menanggung derita manusia kepada bangsa yang terkoyak-koyak dari rakyat yang tergoncang. Sola Fide bagi Luther adalah kasih yang bersumber pada sengsara Tuhan, teologi sengsara Tuhan menurut Yeremia  dan Paulus menggambarkan hati Allah sampai sedalam-dalamnya. Jenis kasih Tuhan yang demikian dapat disebut sebagai lemah-lembut, melimpah dan mendalam. Sengsara Tuhan mencerminkan kepadaNya untuk mengasihi saran dari murkanya.

2.3. Keterangan tentang Kehidupan Budhistis di Muangthai
2.3.1. Budhis bukan Budhisme[15]
Andaikata ada doktrin tentang manusia yang mampu membuat dia memahami dirinya sendiri maka dengan mempergunakan terminologi teologi menjadi manusia itu tidaklah diperlukan. Daripada manusia untuk itu telah dibayar biaya yang tinggi sekali, Allah menjadi manusia dan tinggal ditengah-tengah kita, bisa juga Allah memberikan kepada kita doktrin yang lengkap tentang manusia. Tetapi doktrin yang terbaik adalah jauh di bawah Allah menjadi manusia di dalam Yesus Kristus. Sepanjang sejarah gereja Kristen ajaran itu aktif sekali peranannya. Ajaran itu tidak boleh begitu saja tetap menjadi ajaran yang sederhana, tetapi ia harus diikutsertakan dalam penilaian kita terhadap manusia yang setiap harinya kita berhubungan. 
Perhatian yang berlebihan terhadap isme menimbulkan keadaan yang mencelakakan yang dapat disebut sebagai kekejaman doktrin. Musa dalam hukum taurat yang memerintahkan kita untuk melempari perempuan yang demikian (Yoh. 8:4-5) maka pandangan yakni pandangan manusiawi tersebut mengarah kejurusan lain. Isme dan is berhubungan satu sama lain. Tetapi janganlah hanya mementingkan isme saja.

2.3.2.  Arahan yang Dingin dan Tuhan yang Hangat[16] 
Kita harus mengetahui bahwa makanan itu enak rasanya, tetapi untuk mengurangi rasa sakit dan melenyapkan rasa lapar, kalau kita makan untuk melenyapkan rasa lapar, meskipun makanan itu tidak enak rasanya rasa lapar kita itu juga akan hilang. Kita bayangkan kita makan karena makanan itu itu enak baunya, tanpa selanjutnya mengadakan pertimbangan apapun juga maka makanan itu kalau tidak enak rasanya akan memuakkan kita.

Tuhan yang semangat, karena ia adalah Allah perjanjian. Pengertian Alkitab tentang perjanjian itu pada hakikatnya adalah bersemangat. Yesus Kristus menyembuhkan serta memperkuat “keakuan ”. Tempat dukkha, anicca, dan  anatta dalam teologi perjanjian itu antara Israel (gereja) dan Allah memasukkan dalam perjanjian Dukkha, anicca dan anatta merupakan titik tolak yang baik bagi kita, yakni dalam arti teologia, bagi pekerjaan kita kehidupan budaya Muangthai. Men-Jepang-kan dan mem-Philipina-kan dukkha, anicca dan anatt tidak dapat memberikan dimensi yang kritis yang melakukan dan meng-ibranikannya. Tuhan yang bersemangat tidak menolak manusia yang dingin. Ia menghangatkan manusia dingin itu dengan menerima dukkha, anicca, anatta dari manusia itu. 
Azas Tuna Wisma
Kehidupan suci adalah kehidupan yang bisa membebaskan diri dari berbagai bentuk kehidupan. Gotama memberi nama kepada anak lelakinya Rahula karena suatu rintangan “dilahirkan (Rahu), ia terbelenggu”. Jalan yang harus ditempuh terbentang dari kehidupan berkeluarga menuju kekehidupan tunawisma. Sanggama secara mentah-mentah ditolak dalam kehidupan tunawisma. Seksualitas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan berkelurga sedangkan a-seksualitas itu adalah azas dari kehidupan tunawisma. Biarawan harus hidup a-seksualitas. Biarawan harus hidup dengan mata yang tertunduk bila datang disebuah desa karena ia telah menyerahkan dirinya kepada azas kedudukan arahant yang luhur dengan sepenuh hati. 
Tuhan yang bersemangat
Semangat Allah itu timbul dari hubungan perjanjian itu. Karena itu Allah yang bersemangat menghangatkan hubungan yang dingin itu dengan menempatkannya didalam kerangka suatu relasi perjanjian. Kehidupan dalam relasi perjanjian itu tidak dilihat secara mendasar  sebagai suatu kemunduran (ke arah yang dingin itu) melainkan sebagai sebagai sesuatu yang menyembuhkan dan meremajakan (ke arah yang hangat).
Berita penyembuhan itu mempunyai arti sepenuhnya selama dilandasi oleh kekuatan perasaan perjanjian. Kesadaran akan perjanjian itu bukanlah suatu rancangan yang tidak bersejarah dalam tradisi Israel dan gereja. Untuk itu untuk menerangkan secara tepat justru kesadaran inilah yang menempatkan kesadaran bersejarah itu sentral di pandang dari segi teologi, sejarah merupakan pengalaman dari perjanjian itu. Allah Perjanjian itu merupakan Allah yang terlibat dalam sejarah. Allah menginginkan bertambahnya bangsa dihadapanNya. AjaranNya menguntungkan manusia, ia memberikan perintah-perintahNya untuk membina umat manusia. 
Inilah yang dimaksud kalau dikatakan bahwa Allah tidak memalingkan Dirinya dari sejarah, tetapi turut serta dalam sejarah. Dilihat dari segi pengalaman Allah dalam sejarah, manusia itu dikenal oleh dukkha, anicca, dan anatta. Dukkha tidak hanya berarti tidak puas dengan kehidupan, Anicca berarti bahwa manusia memutuskan relasi perjanjiannya dengan Allah karena pengabdiannya yang berubah-ubah dan fana kepada Allah. Sedangkan doktrin anatta yaitu dimana kalau manusia itu menolak hubungan dengan kesetiaan Allah kepada perjanjiannya, maka manusia itu bergerak ke arah kebinasaan dan penyelapan dirinya sendiri. Tujuan dari dukkha, anicca, dan anatta adalah untuk menafsirkan sifat-sifat esensial dari kehidupan manusia sebagai faktor-faktor yang merupakan sumbangan dari pengenalan akan Allah yang terlibat dalam sejarah. Membawa dukkha, anicca, dan anatta ketingkat spiritualitas dinamakan disini mengibranikan. Itu adalah pengalaman teologi tentang percaya dan tidak percaya, pengumpulan dan penyebaran, pembebasan dan kebinasaan tetapi semua itu terjadi di bawah pimpinan Allah yang menguasai sejarahnya dan sejarah dunia. Jepang tidak akan menimbulkan perubahan yang mendasar dalam maksud dan pemberitaan semula dari ketiga ajaran itu. 
2.3.3. Rasul Yakobus di Muangthai[17]
Setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah (Yak. 1:19) ketidaksabaran tentunya menimbulkan kemarahan dan kemarahan adalah suasana batin dari hati yang bernafsu (panas). Berusalah memahami dunia melalui kebijaksanaan, tetapi janganlah anda sendiri terikat kepada dunia itu. 
2.4. Penafsiran tentang Kehidupan Kristen
2.4.1. Mencari Kepribadian Teologia di Asia[18]
Kepentingan Abraham dari negerinya adalah lambang besar, karena bagi kita kepergian yang terpenting itu terjadi didalam Yesus Kristus. Salib menduduki tempat yang sentral dalam Injil Tuhan bagi manusia. Dari salib Yesus berkata “aku akan menarik semuanya kepadaKu” hukum kosmis itu berasal dari Tuhan Juru Selamat yang mati di kayu salib. Sedangkan kehidupan rasul adalah kehidupan yang menjadi sama dengan sampah dunia, sama dengan kotoran segala sesuatu yaitu kehidupan yang dikucilkan. 
Dalam lubuk hati orang Asia (dalam Perjanjian Lama orang menganggap bahwa alasan-alasan yang paling mendalam dari jiwa manusia terletak dalam ginjalnya) maka orang Asia wajib menghargai kematian Anak Allah sesuai dengan nilainya. 
2.4.2. Tokyo dan Yerusalem[19]
Yerusalem tahun 587 SM dan Tokyo tahun 1945 setelah Masehi, baik lembaga-lembaga Kristen maupun manusia yang berkharisma takhluk dibawah penghakiman Firman Allah. Kesadaran yang terus menerus bahwa kita tahkluk dibawah penghakiman Firman Allah adalah karunia pertama dan mendasar dari Allah, yang mampu membuat seorang manusia menjadi Yeremia atau tidak, Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini (Mat. 3:9).
2.4.3. Adakah Kristus Terbagai-bagi[20]
Ada empat pengelompokan: kelompok Paulus. Kelompok Kefas, kelompok Apollos dan kelompok orang Kristen di Korintus. Apa yang rasul Paulus tidak bisa menerima pada zamannya, dewasa ini bisa kita terima tanpa kesulitan sedikitpun. Apa nilai-nilai positif pada tradisi pengelompokan Kristen yang bermacam-macam itu? Itu tidak lebih daripada usaha-usaha teologia yang tidak menonjol untuk mengemukakan fragmen-fragmen secara terbata-bata tentang kepenuhan kemulaiaan Allah dalam Kristus (Yes. 6:1-8). Pengelompokan-pengelompokan itu harus dinilai secara teologia dan sejarah mereka (tidak menurut kemampuan pengorganisasian dan keuangan).
Berbicara secara teologia, orang-orang Kristen Asia harus lama menunggu (mula-mula diejek, diludahi, disiksa, dibunuh dan dibuang, secara teologia dan organisasi keuangan) sebelum kesaksian persekutuan-persekutuan gereja mereka, benar-benar terbukti bisa menyumbang sesuatu bagi pembaharuan kehidupan Kristen di Asia.
Setiap teologi walau sedikitpun juga ingin mempertahankan adanya Kristus yang terbagi-bagi azasnya adalah keliru. Ia terlebih dahulu dari segala sesuatu di dalam Dia (Kol. 1:17). Setiap aggapan teologia yang memberi kesan bahwa ada orang lain diluar Yesus Kristus yang disalibkan karena kita adalah keliru secara azasi. Ia disalibkan karena semua orang. Di dalam Dia yang disalib itu semua benang bertemu. Bersatu dalam tubuh Kristus yaitu gereja dilambangkan dengan pembabtisan oleh identifikasi manusia dengan kematian dan kebangkitan Yesus Kristus (Rom. 6:3-4)
2.4.4. Pria yang Memakai Jas[21]

Orang-orang Kristen berpendapat bahwa Allah itu misteri. Ya Allah itu misteri demikian pula manusia yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Manusia dikarunia Allah bakat serta kemampuan yang khas yang dalam kehidupannya. Berfungsi sebagai gambar Allah. 

2.4.5. Menuju Jiwa yang Disalibkan[22]

Mengetahui seorang Budhis jauh lebih penting daripada mengetahui seorang Budhisme. Menyadari kerumitan manusia dan kerumitan sejarah, membantu kita dari inflasi teologi. Allah adalah pengambil prakarsa dari peristiwa-peristiwa penyelamatan “mati –hidup kembali”, “hilang – didapatkan kembali”. Cara hidup yang terlibat dalam drama Tuhan tentang “mati-hidup kembali”, “dianiaya-sabar”, “difitnah-menajwab dengan ramah”, (1 Kor. 4:9-13). Kehidupan seorang perantara itu terlibat dalam peristiwa penyelamatan Allah dengan bertindak sebagai penengah dalam sejarah. Jiwa seorang perantara itu adalah jiwa yang disalib. Jiwa yang disalib itu bukan jiwa yang menderita gangguan saraf, bukan pula jiwa yang tidak sehat pikiran. Iti adalah jiwa penyangkalan diri Kristus

2.4.6. Tiga cara tentang Kehadiran Kristen[23]

Iman Kristen adalah iman yang menggambarkan antara keterlibatan Allah dengan manusia. Kristus yang didalamnya semua benang dihimpun adalah Kristus yang hanya “Firman dari Salib” dapat memberikan kesaksian secara layak. Dan kita adalah manusia milik Kristus yang disalibkan. Itulah identitas kita yang baru. Dan identitas kita yang baru itu mencerminkan tiga cara kehadiran Kristen di dunia ini. Kehadiran Kristen yang berakar dalam dan merupakan bagian dari Kristus yang disalib itu, harus telah menunjukkan “kemuliaan dari penderitaan dan penolakan Kristus”. Ada tiga cara kehadiran Kristen ke dunia ini yaitu:

·         Kehadiran yang merupakan batu sandungan

·         Kehadiran yang tidak bahagia

·         Kehadiran yang tidak sukarela

Semua itu ditebarkan dihimpun bersama oleh kemuliaan Tuhan yang disalibkan itu.

III. TANGGAPAN TEOLOGIS
  • Senapan (Luka) dan Balsem (obat)[24]
Di dalam melakukan pemberitaan Injil seorang pemberita Injil hendaknya menjadi berkat bagi jemaatnya bukan menjadi seorang batu sandungan. Seorang pelayan atau pendeta hendaknya melakukan tugas penggilannya dengan iklas dan takut kepada Allah, dan dalam mengabarkan Injil janganlah hanya memikirkan uang atau mengabarkan Injil untuk hanya mencari uang. Dan Firman Tuhan yang diberitakan itu harus kelihatan dari perbuatan si pengkotbah sebab perbuatan sehari-hari adalah khotbah yang hidup bagi jemaat. Jadi apa yang dikhotbahkan itu bisa menjadi obat untuk menyembuhkan pergumulan hidup orang lain/jemaat. 
  • Lada Aristoteles dan Garam Buddhis[25]
Seseorang pemberita Injil dalam melakukan tugas panggilannya untuk memberitakan Injil, dia harus terlebih dahulu mengenal adat dan kebudayaan masyarakat yang akan diinjili, oleh karena itu dia harus menghargai kebudayaan masyarakat tersebut. Dan dia juga harus dibarengan dengan kerendahan hati, sehingga dia dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan tersebut. Dengan demikian ada beberapa metode yang dapat dilakukan seorang pemberita Injil, dan hal ini telah dilakukan oleh Mateo Ricci di daerah Cina yaitu mempelajari bahasa, kebudayaan dan adat daerah yang akan diinjili, menjalin hubungan dan konteks persahabatan, mempelajari sastra daerah yang akan diinjili, mengikuti pakaian adat dari masyarakat tersebut. Melalui hal ini seorang penginjil dapat menyesuaikan apa yang akan diberitakan dengan kebudayaan setempat sehingga tidak berlawanan. 
  • Apakah musim hujan membuat Tuhan basah?[26]
Hujan di musim hujan tidak membasahi Allah! Artinya adalah bahwa Allah adalah Tuhan musim hujan, yang mengirimkan hujan sesuai dengan rencana-Nya. Alkitab melihat peristiwa-peristiwa dalam dunia ini bukan sebagai putaran melainkan sebagai garis lurus. Namun kehidupan Muangthai sangat dipengaruhi oleh gerak alam yang berputar-putar. Sifat ini tidak jahat, tidak berasal dari Iblis, melainkan berasal dari Allah. Kita melihat kemuliaan Allah baik dalam sejarah maupun dalam alam. Alam yang berputar memperlihatkan kemuliaan Allah seperti halnya sejarah yang merupakan garis lurus. Dan bila dimengerti demikian, alam yang berputar juga menemukan maksudnya. Dan bila kedua putaran dan garis dipertemukan maka kita akan mendapatkan suatu spiral yang mempersatukan alam dan sejarah.
Dengan demikian setiap orang tidak hanya hidup dalam sejarah yang universal, tetapi juga dalam suatu kedudukan khusus di dalam sejarah universal itu. Dan setiap sejarah khusus mempunyai unsur-unsur yang benar, berharga dan adil, yang harus kita syukuri. Dan menurut Kosuke Koyama terhadap unsur-unsur itu harus dipadukan ke dalam apa yang disebut sebagai teologi ”orbit khusus”.
Maksudnya adalah bahwa orang Muangthai tidak tertarik akan konsep kristologi, tetapi mereka prihatin tentang sesama-logi. Jadi, berita Kristus harus diungkapkan dalam bahasa sesama-logis-praktisnya, dan dalam mengenal sesama orang Muangthai adalah haruslah secara langsung dan jujur. Dan ini adalah merupakan suatu contoh kedispilinan dalam pengkontekstualisasian Injil Kristus kepada semua umat Kristen adalah harus diungkapkan dalam bahasa yang logis dan praktis supaya semuanya dapat dimengerti oleh umat.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan 
Ternyata Perjanjian Lama telah lebih dahulu berbicara mengenai pokok yang sekarang disebut “teologi kontekstual”. Perjanjian Lama memperlihatkan pemberitaan Firman TUHAN secara konsekuen mengena secara langsung pada seluruh bidang kehidupan masyarakat Israel maupun bangsa-bangsa pada zaman itu. Pengakuan kepada Tuhan sebagai Allah Yang Maha Tinggi, Sang Pencipta dan Sang Raja  membawa kepada konsekuensi bahwa ia harus diimani di dalam setiap bidang kehidupan manusia. Dengan demikian, usaha berteologi dalam konteks dewasa ini harus dimulai dengan perumusan kembali pengakuan tentang TUHAN sebagaimana dilakukan oleh umat Peranjian Lama. Perumusan ulang pemahaman tentang Tuhan inilah yang mampu membuka perspektif kontekstual dalam upaya berteologi dewasa ini. 
4.2. Saran[28]
  • Teologi kontekstual sesungguhnya adalah suatu teologi proses dan bukan suatu teologi baku. Dengan demikian teologi akan selalu relevan dengan pergumulan manusia. Proses itu juga terlihat dari perbedaan penafsiran atas teks-teks Alkitab. Jadi diperlukan suatu evaluasi kritis yang terus menerus atas rumusan-rumusan teologi yang dimiliki, agar teologi kontekstual selalu menjadi teologi yang relevan dengan pergumulan manusia.
  • Tujuan dari teologi kontekstual dalam Perjanjian Lama adalah agar Tuhan disembah dan dimuliakan sebagai Allah, dan agar manusia dapat hidup secara tertib dan bertanggung-jawab di hadapan Allah serta memperoleh syalomNya. Oleh karena itu kita melakukannya bukan karena ingin mencapai suatu identitas teologi atau identitas bergereja yang khas Indonesia, sebagai kebalikan dari kecenderungan weternisasi dalam pola berteologi dan bergereja selama ini, melainkan karena pertama-tama kita ingin agar Tuhan diakui dan diimani dengan sungguh-sungguh di dalam masyarakat dan bangsa Indonesia.
  • Teologi kontekstual dalam Perjanjian Lama secara konsekuen memperjuangkan agar tegaknya keadilan dan kebenaran Yahwe dalam kehidupan masyarakat secara konkrit. Oleh karena itu ibadah yang sejati adalah ibadah yang didalamnya semua aspek liturgis ritual berkaitan langsung dengan kehidupan etis yang benar dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, teologi harus bersikap kritis terhadap segala pola kehidupan keagamaan dan sehari-hari dalam berbagai bidang kehidupan.
                          


[1] Tony Lane, Runtut Pijar, (Jakarta : BPK GM, 2005), hlm. 277
[2] Kosuke Koyama, Theolog of Japan, (-), hlm. 1-25
[3] Tony Lane, Op. Cit, hlm. 277-278
[4] Lihat Kosuke Koyama, Injil dalam Pandangan Asia, (London : SCM Press Ltd, 1974), hlm. 5-38
[5] Ibid, hlm. 39-58
[6] Ibid, hlm. 59-62               
[7] Ibid, hlm. 63-82
[8] Ibid, hlm. 83-94
[9] Ibid, hlm. 95-100
[10] Ibid, hlm.101-114
[11] Ibid, hlm. 115-122
[12] Ibid, hlm. 123-136
[13] Ibid, hlm. 137-148
[14] Ibid, hlm. 149-163
[15] Ibid, hlm. 163-168
[16] Ibid, hlm. 169-104
[17] Ibid, hlm. 205-218
[18] Ibid, hlm. 235-134
[19] Ibid, hlm. 235-238
[20] Ibid, hlm. 239-256
[21] Ibid, hlm. 263-282
[22] Ibid, hlm. 283-300
[23] Ibid, hlm. 300
[24] Dr. F.H. Sianipar, Barita ni Ompui Dr. Justin Sihombing, (Pearaja Tarutung : ---, 1978), hlm. 153-158
[25] Daniel J. Adams, Teologi Lintas Budaya; Refleksi Barat di Asia, (Jakarta : BPK GM, 2006), hlm. 17-21
[26] David J. Hesselgrave (Et.al.), Kontekstualisasi: makna, metode dan model, (Jakarta : BPK GM, 1995), hlm. 106
[27] Ibid, hlm. 107
[28] Theodorus Mawene, Op-Cit, hlm.121-124

Comments

Popular posts from this blog

(LX. SAKRAMEN BAPTISAN DI HKBP)

SAKRAMEN BAPTISAN DI HKBP  I. Pendahuluan             Baptisan merupakan salah satu sakramen yang diperintahkan oleh Yesus sendiri dalam Amanat AgungNya. Oleh karena itu gereja melayankan baptisan sebagai salah satu sakramen bagi orang percaya.             Kata “baptis” berasal dari Bahasa Yunani, “baptizo” yang artinya: mencelupkan ke dalam air ataupun memasukkan ke dalam air. Pemandian ke dalam air baru menjadi “baptisan” apabila dilaksanakan dengan upacara seremonial yang khusus. [1] Baptisan yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus, yaitu baptisan yang berlaku di tengah-tengah gereja, bukan hanya menunjuk pada Kerajaan Allah yang masih akan datang, melainkan menjadi bukti dan mengukuhkan perwujudan atas kedatangan Kristus ke dunia. [2] HKBP sebagai salah satu gereja Tuhan di Indonesia mengakui dan melayankan Baptisan Kudus sebagai salah satu sakramen di samp...

(LXXVI. MENGENAL PDT. DR. SOUNTILON MANGASI SIAHAAN DAN PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TEOLOGISNYA)

MENGENAL PDT. DR. SOUNTILON   MANGASI SIAHAAN DAN PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TEOLOGISNYA [1] 1. Biografi             Pdt. Dr. Sountilon M. Siahaan lahir pada tanggal 7 April 1936 di desa Meat-Balige, sebuah desa di tepian Danau Toba. Setelah tamat dari SMA Negeri Balige 1956, beliau melanjutkan belajar ke Fakultas Teologi Universitas HKBP Nommensen dan selesai tahun 1961. Menikah pada 26 Agustus 1961. Sejak tahun 1961-1963 beliau bekerja sebagai Pendeta Praktek dan sekaligus sebagai Pendeta Pemuda/Mahasiswa HKBP Ressort Jawa Tengah yang berkedudukan di Yogyakarta. Ditahbiskan sebagai Pendeta HKBP pada 1 Juli 1962.             Beliau selanjutnya tugas belajar ke Universitas Hamburg pada tahun 1963 dan memperoleh gelar Magister Teologi pada tahun 1967 dan meraih gelar Doktor Teologi (Cum Laude) pada tahun 1973 dengan disertasi yang berjudul Die Konkretisierung ...

(XXXI. TAFSIRAN HISTORIS KRITIS MAZMUR 23:1-6)

Tinjauan Historis Kitab Mazmur 23:1-6 Oleh " Rahman Saputra Tamba " BAB I Pendahuluan             Nama kitab ini dalam LXX adalah Psalmoi [1] . Alkitab bahasa latin memakai nama yang sama. Kata Yunani (dari kata kerja psallo yang artinya “memetik atau mendentingkan”). Mula-mula digunakan untuk permainan alat musik petik atau untuk alat musik itu. Kemudian kata ini menunjukkan nyanyian ( psalmos ) atau kumpulan nyanyian ( psalterion) . [2] Dalam bahasa Ibrani ada kata mizmor yang artinya “sebuah nyanyian yang dinyanyikan dengan iringan musik”, namun judul Kitab Mazmur dalam bahasa Ibrani adalah [3] tehillim yang artinya “puji-pujian atau nyanyian pujian”.             Dalam Alkitab Ibrani, Kitab Mazmur terdapat pada awal bagian Kitab-kitab. Para nabi menempatkan sebelum Kitab Amsal dan tulisan hikmat lainnya, dengan alasan bahwa kumpulan tulisan Da...