MAX
WEBER DAN MASALAH RASIONALITAS
Oleh : Rahman Saputra Tamba
Oleh : Rahman Saputra Tamba
I. Pendahuluan
“
Rasionalitas Intelek dengan Individu dan
Objektivitas “. Kutipan inilah yang menjadi adasar / titik pusat dari teori
Marx Weber. Marx Weber adalah seorang politisi yang handal, Ia lahir di Erfurt
Thuringia tahun 1864. Ia berasal dari keturunan keluarga menengah keatas yang
mengadopsi budaya borjuis. Semasa hidupnya ia hanya menaruh perhatiannya
terhadap “ struktur social yang besar dengan pola-pola yang berjalan dalam
perubahan sejarah terkait kenyataan social yang dipusatkan terhadap tindakan
individu tersebut. “
II. Isi
Marx Weber menyatakan bahwa “ haruslah ada analisa
yang penting antara hubungan pola-pola motivasi subjektif serta pola-pola
institusional yang besar didalam masyarakat. Weber juga lebih cenderung
terhadap institusi social ( Struktur Sosial ) serta perubahan social. Artinya
adalah Weber lebih memilih konsep rasionalitas
sebagai titik pusat perhatiannya. Ia melihat adanya titik cerah yang
dikembangkan masyarakat Barat Modern sebagai penunjang yang dibutuhkan dalam
rasionalitas. Perhatian Weber kemudian beralih kedalam bidang teori terhadap
pengaruh ide-ide dengan kepentingan dalam mengendalikan prilaku manusia didalam
keluarga. Pada tahun 1903, Dia melakukan perjalanan menuju Italia dan menjadi
seorang jurnal yang terkemuka. Ia juga mengkritik Bismarck yang tidak toleran
terhadap pemimpin-pemimpin yang berpikiran bebas dan tidak memperhatikan
petani-petani yang terlantar karna pertumbuhan daerah-daerah yang dilakukan
orang-orang Jungker. [1]
Struktur social dan politik pada
masa Weber sangatlah penuh dengan ketengangan dan penuh dengan kontradiksi. Hal
ini disebabkan oleh perkembangan industry dan kekuasaan ekonomi borjuis yang
meluas dengan pesat dibelahan barat Jerman, namun yang berbeda ditemukan dibelahan timur Jerman yang masih
didominasi oleh pola Feodal tradisional yang mana adanya dominasi oleh kaum borjuis
yang semakin besar serta adanya pola-pola perdagangan luar negeri yang
mengalami perubahan dengan sangat pesat. Dengan adanya perbedaan serta
kesenjangan didalam kehidupan masyarakat, Weber juga tak lupa memberikan
dukungan-dukungan yang kuat dibidang demokratis. Namun yang perlu kita ingat
ialah sosiologi Weber haruslah dimengerti dalam konteks latar belakang social
politik.
Namun yang perlu diingat pandangan Weber berbeda dengan pendirian
Durkheim yakni sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari fakta social yang
bersifat eksternal, yang memaksa individu, dan fakta social harus dijelaskan
dengan fakta social lainya. Perbedaan dasar dapat dilihat antara Durkheim dan
Weber berhubungan dengan suatu perbedaan dasar antara dua gambaran mengenai
kenyataan social yang berlawanan. Durkheim memiliki posisi yang umumnya
berhubungan dengan realism social. Sebaliknya
Weber berhubungan dengan posisi nominalis.
Weber berpendirian bahwa hanya individu-individulah yang riil secara Objektif
dan bahwa masyarakat hanyalah satu nama yang menunjuk pada sekumpulan
individu-individu. Oleh karena itu Perbedaan yang paling penting antara Weber
dengan Durkheim adalah pandangannya mengenai proses-proses subyektif.[2]
Weber juga mengemukakan bahwa “ Suatu tipe ideal dibentuk dengan suatu
penekanan yang berat sebelah mengenai satu pokok pandangan atau lebih, atau
dengan sintesa dari gejala-gejala individual
kongkret yang tersebar dan memiliki
sidat sendiri-sendiri. Weber juga melihat adanya konflik tradisional antara
kaum objektivis dengan subjektivis. Analisa obyektif mengenai arti subyektif “
mungkin kelihatannya merupakan suatu kontradiksi dalam istilah-istiah
tersendiri. Marx Weber juga mengemukakan suatu konsep dasar yakni “
Rasionalitas “. Rasionalitas biasanya mengenai logika yang merupakan suatu
kerangka acuan bersama secara luas dimana aspek-aspek subyektif prilaku dapat
dinilai secara Obyetif. Dibandingkan dengan rasionalitas instrumental, sifat
rasionalitas ialah bahwa alat-alat hanya merupakan objek pertimbangan dan perhitungan
sadar, dengan maksud dan tujuan sudah ada didalam hubungan dengan nilai-nilai
individu yang bersifat absolut atau berupa nilai terakhir bagi dirinya. Selain
itu tindakan tradisional merupakan tipe tindakan social yang bersifat non rasional.
Oleh karena itu struktur social dalam prespektif Weber didefinisikan dalam
istilah-istilah yang bersifat probabilistic dan bukan sebagai suatu kenyataan
empiric yang ada dan terlepas dari individu-individu.[3]
Marx Weber mengakui bahwa pentingnya kondisi materil dan posisi kelas
ekonomi dalam mempengaruhi kepercayaan, nilai, dan prilaku manusia. Weber
berpendapat bahwa teori Marx terlalu berat sebelah karna hanya mengakui
pengaruh ekonomi dan materi serta menyangkal bahwa ide-ide, bahkan ide-ide
terhadap agama dapat mempunyai pengaruh yang independen yang berpengaruh
terhadap prilaku manusia. Dimana Weber menekankan kalau setiap orang mempunyai
kepentingan ideal dan juga material. Lebih lanjut Weber mengakui bahwa pengaruh
Protestantisme pada Kapitalisme yang tidak harus tetap untuk selamanya. Oleh
karena itu Ia juga mengakui bahwa
sesudah Kapitalisme itu berdiri, akan menjadi otonom dan berdikari tanpa
membutuhkan dukungan agama. Karya Weber mengenai agama-agama sangat bernilai
bagi kita dimasa kini. Dia juga menganalisa agama sebagai suatu dasar utama
bagi pembentukan kelompok status dan berbagai tipe struktur kepemimpinan
didalam kelompok. Oleh karena itu dapat dikatakan mengenai pemahaman arti
subyektif yang terdapat didalam peristiwa-peristiwa sejarah adalah bagaimana
cara menginterpretasi peristiwa sejarah dengan memaksakan arti teoretisnya sendiri
mengenai sejarahnya secara tersendiri.[4]
Comments
Post a Comment