Skip to main content

(XXV. ISRAEL DAN YEHUDA)


ISRAEL DAN YEHUDA
Oleh :  Rahman Saputra Tamba


Dimulai dari Pencapaian Omri Sampai dengan Pembersihan Yehuda (876-843/2)
I.       Kerajaan Omri: Pemulihan Israel
Omri seorang yang dapat menstabilkan kerajaan Israel pada zaman dinasti ke-3, dan memulihkan politik serta menstabilkan kekuatan dan kemakmuran. Omri memerintah sebagai raja Israel mulai dari tahun 876–869 SM. Meskipun hanya beberapa tahun dia memerintah, namun Omri mampu membangun dinasti yang kekuatannya dapat bertahan hingga tiga generasi dan berpolitik, memperkuat pemerintahan dan juga menciptakan kemakmuran.

a)      Kondisi Politik Pada Pencapaian dari Omri
Kita mungkin dapat mengatakan bahwa waktu kedatangan Omri, raja israel (876-869) tidaklah terlalu awal, selama lima puluh tahun ketidakstabilan telah dilewati Israel dengan tidak ada bantuan untuk mempertahankan diri dari serangan-serangan tetangganya. Terutama dalam bahaya selama kerajaan Aram dari Damaskus yang merebut kekuatan dominan dari Israel atas Palestina dan Syria. Kita telah melihat bagaimana kebijakan Ben-hadad I[1] (885-870)  yang telah beberapa waktu belakangan menyerang Baesa, raja Israel (900-877)[2],  merusak Utara dari Galilea dan merebut Transyordan, Utara dari Yarmuk. Sebuah tugu peringatan dari penerusnya, Ben-hadad II (870-842), ditemukan dekat Alepo, menunjukan bahwa pengaruh dari lingkungan Damaskus[3] pada tahun 850 dirasakan hingga hampir seluruh bagian Utara dari Syria.
Fakta bahwa tugu ini didedikasikan kepada Baal-Melkart, dari Tirus, mengarahkan bahwa Damaskus telah mengikat perjanjian dengan negara Fenisia[4]. Hal ini menunjukan bahwa Aram telah mengambil keuntungan dari penderitaan Israel selama kerajaan Baesa (raja Israel setelah Nadab), atau ketika perang pemerintahan, untuk menggabungkan batas kota-kota dan menjadi kelonggaran bagi pedagang Aram di kota-kota Israel. Omri mewarisi apa yang telah dihapuskan semula dan membuat Israel terancam.
Jauh di Mesopotamia, sebuah kekuatan telah bangkit-Asyur.  Asyur akan dipanggil kembali sebagai sebuah faktor dari tujuan dunia politik di millennium kedua dalam menghadapi peningkatan tekanan Aram dan menjadikannya merasa harus melindungi tanah airnya sendiri. Keuntungan telah didapatkan oleh Asyur-rabi II (1012-927) dan penerusnya, meskipun Daud dan Salomo telah duduk di tahta Israel. Tetapi negara Daud jatuh, pemulihannya dimulai dibawah Asyur-dan II (935-913) dan penerusnya. Kebijakannya sekarang ialah dari Asyur –nasir-pal II (884-860). Asyur-nasir-pal menyerbu Mesopotamia Barat sampai tikungan yang besar dari Efrata dan membuat negara-negara Aram satu-persatu berlutut. Lalu, selama pemerintahan Omri (876-869), ia meluncurkan pasukannya menyebrangi sungai , berkisar barat dan utara menyebrang Syria ke Libanon dan “mencuci senjatanya” di Mediterania, mengambil bagian dari kota-kota Fenisia dari Avrad, Byblos, Sidon dan Tirus. Sejak orang-orang Asyur menarik diri, ini menunjukan tidak ada penaklukan yang abadi.

b)     Kebijakan Luar Negeri Pada Masa Omri
Walaupun di Alkitab ada sesuatu yang hilang dari pemerintahan Omri, raja Israel (876-869) dengan 5 atau 6 versi (1 Raja-raja 16:23-28). Omri adalah seorang yang mempunyai kemampuan yang luar-biasa dalam pemerintahan. Kebijakan Omri atas pemulihan Israel telah dibentuk oleh model kepemimpinan Daud dan Salomo; yaitu menciptakan kedamaian, hubungan pertemanan dengan Yehuda, dekat dengan Fenisia dan bergandengan kuat dengan Yordan Timur, terkhusus dalam melawan Aram. Kebijaksanaan ini telah dimulai oleh Omri, raja Israel (876-869) dan diikuti oleh putranya, Ahab (869-850).  Omri mengukuhkan sekutunya dengan Etbaal, raja dari Tirus, dengan menikahkan anaknya Ahab dengan putri dari raja Tirus yaitu Izebel (1 Raja-raja 16:31). Hubungan itu saling menguntungkan kedua kerajaan. Tirus berada dalam kemakmuran dari perluasan kolonialnya, yang sebagian bergantung kepada import makanan dan bahan-bahan lainnya, ia ditawarkan Israel produk-produk agrikultural dan banyak peluang komersial. Tirus memilih keduanya, mengimbangi kekuatan Damaskus dan mengaktifkan kembali perdagangan dengan Israel, melalui Israel, dengan tanah selatan.  Tahap berikutnya, dijalin kerjasama dengan Yehuda, sama dengan sebelumnya, tetapi kali ini saudara perempuan Ahab (atau putri Ahab) Atalya dikawinkan dengan Yoram (849-842) , anak dari Yosafat (873-849), raja dari Yehuda. Kerjasama itu mengikutkan kekuasaan militer dan ekonomi untuk menghidupkan kembali perdagangan luar negeri Ezion-geber. Meskipun usaha itu gagal, faktanya ialah hal itu memunculkan indikasi untuk mendapatkan kembali kemakmuran Salomo.
Perseteruan internal berakhir, Israel dan Yehuda dapat menunjukan kekuatan mereka dengan melawan tetangga mereka. Dari seluruh wilayah Transyordan, hanya Amon yang tidak dapat dikalahkan. Omri, raja Israel (885-874) mengalahkan Moab dan menjadikannya sebagai negara bawahan, membatasi barisan depan dan menetap di wilayah utara Arnon. Yosafat, raja Yehuda (873-849) juga mendorong barisan barat depannya ke wilayah Palestina.

c)        Persekutuan dan Permusuhan dengan Damaskus
Israel berhasil menyerang Ben-hadad dari Damaskus yang merupakan musuh yang paling berbahaya. Awal dari pemerintahan Ahab, raja Israel (869-850) atas orang-orang Aram memberi jarak yang dalam terhadap Israel. Ahab diangkat untuk menegur Ben-hadad tuannya dengan gerakan pemberontakan yang kemudian memukul mundur pasukan kerajaan, yang mana juga dalam perang yang kedua disebelah timur Yordan dalam suatu kemenangan besar bagi Israel dan penangkapan terhadap Ben-hadad. Dikatakan bahwa Ahab telah memperlakukan musuhnya dengan kemurahan hati yang luar biasahanya dengan syarat kekalahan dari kelonggaran yang sebelumnya memeras Israel, dia membuat suatu perjanjian dan membiarkan Ben-hadad pergi.
Dalam kesempatan yang lain, Ahab dan Ben-hadad melakukan persekutuan sebagai alasan ancaman yang akan datang dari Asyur. Asshur-nasir-pal II (884-860) menjadi tokoh yang tidak dapat dilupakan oleh peran generasinya Salmaneser III (859-825). Dalam tahun pertama kekuasaannya, dia melakukan gerakan penyerangan ke arah Barat ke Efrat, menyeberang ke arah utara Syria ke pegunungan Amanus dan Mediterania. Beberapa raja di Barat membentuk koalisi dengan utara, yang pemimpin-pemimpinnya dari Cicilia ke Amon adalah Hadadezer (Ben-hadad), Irhuleni dari Hamath dan Ahab dari Israel yang menyumbangkan 2000 kereta perang dan 10.000 orang pasukan. Dalam tahun 853, Salmaneser kembali menyerang mulai dari menyeberang sungai dan bergerak ke arah Selatan melewati Syria, di Qarqar terjadi pertempuran. Dalam peristiwa itu Asyur kalah dan kembali ke negerinya untuk kembali mengumpulkan kekuatan perang.

II.      Situasi dalam Negeri
Kebijaksanaan yang baik dari Omri, raja Israel (876-869) telah menyelamatkan Israel dari bencana dan membuatnya lebih dari suatu bangsa yang memiliki kekuatan besar. Meskipun demikian, terjadi pula ketegangan dalam negeri yang menimbulkan suatu keadaan yang berbahaya.

a)   Keadaan Sosial Ekonomi
Kehidupan di pedesaan dibawah kekuasaan dinasti Omri, raja Israel (876-869) yang digambarkan secara terus terang dalam Alkitab, lebih buruk daripada kehidupan di bawah Raja Salomo dahulu. Untuk memahami penderitaan pada waktu itu, kita harus membaca apa yang tersirat dalam gambaran zaman Daud sebagai zaman keemasan. Diatas kematian para pekerjanya, keluarga kerajaan berusaha merasionalkan pertanian untuk memaksimalkan hasilnya, dengan tujuan untuk meningkatkan ekspor perdagangan dan persediaan angkatan perangnya. Tanah yang rendah dibuat untuk penanaman gandum dalam skala besar. Dataran tinggi untuk anggur dan zaitun. Kedua lahan ini dipakai untuk memelihara ternak yang dibutuhkan tenaganya di ladang-ladang, untuk pemupukan intensif, sebagai persediaan daging istana, bait suci dan angkatan perang. Tanah yang diperoleh untuk bisnis pertanian ini didapatkan dengan mempercepat penyitaan tanah sebagai kompensasi utang. Petani-petani dipaksa menjadi buruh sesegera mungkin setelah mereka gagal memenuhi kewajiban yang berhubungan dengan utang mereka. Lalu ladang-ladang kecil ini disatukan menjadi tanah yang luas bagi pemilik operasi bisnis pertanian itu. Kerja keras orang desa dipersulit oleh bencana kelaparan selama periode dinasti Omri (876-869), yang mungkin disebabkan oleh peraturan kerajaan dalam distribusi sumber-sumber alam dan juga faktor kurangnya hujan.

b)   Keadaan Keagamaan
Perkawinan antara Ahab, raja Israel (869-850) dan Izebel, putri Etbaal, raja Tirus melahirkan suatu kepercayaan baru di Israel. Lahirnya suatu pemujaan kepada dewa dari Tirus, Baal Melkart dan Asherah oleh Izebel. Kuil-kuil tempat pemujaan dewa-dewa tersebut dibangun di Samaria.[5] Dari perkembangan pemujaan-pemujaan tersebut maka kepercayaan kepada Yahweh menjadi terancam. Para nabi Baal dan Asherah menikmati status pejabat, sedangkan pengikut setia Yahweh mendapatkan siksaan dan mereka dipaksa untuk mengingkari Yahwe untuk ikut menyembah Baal. Adalah Milkaya bin Imlah, seorang imam ketika itu menolak untuk berkompromi dan ia tetap percaya bahwa Yahweh-lah yang mempunyai kuasa yang paling besar dan Dia akan membalaskan semuanya dengan membinasakan dinasti Omri. Kemudian kelompok Milkaya mengasingkan diri dengan pergi ke tempat terpencil keluar dari kehidupan kerajaan.
Di Samaria, Omri, raja Israel (876-869) membiarkan kultus maritim kota bangsa Fenisia berkembang, khususnya penyembahan Baal, si pelindung pertanian komersil di bawah kontrol kerajaan, dan si pemakai komoditi-komoditi perdagangan yang mencolok. Kuil-kuil di perbatasan dan kultus-kultus resmi Yahweh-El, pelindung organisasi dan produksi desa, diabaikan. Dengan kemunduran kultus-kultus ini, maka mundur jugalah wewenang dan hak-hak yang umumnya dianggap sebagai milik mereka demi kepentingan raja, ketika kerajaan didirikan.

c)    Elia
Perlawanan terhadap dinasti Omri di desa-desa tercermin dalam cerita rakyat populer tentang perbuatan-perbuatan orang saleh lokal dan nabi-nabi seperti Elia dan Elisa yang beredar di abad ke-9 serta muncul di Alkitab di 1 Raj. 17 – 2 Raj. 8. Cerita rakyat seperti itu berpusat pada keluhan taklukan-taklukan yang dijajah dan dieksploitasi oleh keturunan Omri. Tidak semua dari mereka ini adalah orang desa. Hasil dari cerita yang menakjubkan ini menguatkan para pendengar untuk lebih berharap akan datangnya pembebasan. Sebagai contoh, Elia menggambarkan apa sebenarnya ciri-ciri keadaan para janda di masa pemerintahan dinasti Omri di Israel, yaitu: perang, kelaparan dan serbuan kerajaan ke dalam ekonomi pedesaan yang menghancurkan jaringan-jaringan pendukung tradisional mereka. Sementara itu, perdagangan ekspor kerajaan menaikkan harga barang-barang seperti minyak dan makanan melampaui kemampuan mereka untuk membayar. Dalam situasi seperti ini, banyak penduduk mati. Namun, dalam cerita rakyat itu, Elia, orang eksentrik dari Gilead, berjalan kaki ke pesisir Fenisia, menolong salah satu janda untuk menemukan cukup minyak dan makanan di dalam rumahnya sendiri, untuk menjaga dirinya serta anak lelakinya hingga bisa bertahan sampai musim hujan yang baik berikutnya. Di sini Elia mendemonstrasikan kekuasaan orang saleh untuk memohon pengampunan atas nama orang miskin – dan kaya – kepada kekuasaan, duniawi atau surgawi, yang melimpahkan kemakmuran, dan untuk menentang mereka yang tidak memberikannya.

III. Kejatuhan Dinasti Omri
a)      Kesuksesan Ahab: Ahaziah (850-849) dan Yoram (849-842)
Ahab, raja Israel (869-850) turut serta dalam peperangan di Qarqar. Kesuksesan Ahab di Qarqar memberikan kesan bahwa koalisi itu menolong untuk menciptakan suatu kestabilitasan negeri. Namun oleh karena pengingkaran janji raja Damaskus, Ben-hadad maka permusuhan kembali terjadi. Di beberapa peristiwa, Ahab menyerang untuk menangkap, menyita daerah perbatasan dari Ramoth-Gilead, bersama dengan Yosafat raja dari Yehuda (873-849) mengambil tanah bagiannya. Dalam penyerangan itu Ahab didukung oleh kedua anaknya dan tidak ada satu pun yang sukses memerintah dalam jangka waktu panjang. Ahaziah, raja Israel (850-849) memerintah hanya beberapa bulan oleh karena kejatuhan yang tidak dapat dipulihkan kembali (2 Raja 1). Saudaranya Yoram, raja Israel (849-842) yang mengambil tempat kakaknya, merasakan kemarahan atas banyak hal, ia tampaknya mencoba menghapuskan objek-objek kultus. Tetapi kenyataannya begitu sulit, bahkan Yerobeam pernah berkeinginan demikian juga, sepanjangan bayangan menakutkan ibu-ratu jatuh ke tanah itu.
Sementara itu situasi semakin buruk. Yoram mendapatkan pemberontakan dari Mesa[6] raja Moab, yang memisahkan diri dengan tidak mau lagi membayar upeti. Yoram  berpikir untuk menjalin kerjasama dengan Yehuda yang berbatasan dengan Moab, bagian selatan Laut Mati dan menginginkan sebuah kemenangan. Mesa membantu Utara dari Arnon untuk melakukan pembunuhan secara besar-besaran kepada penduduk Israel dan mendirikan tempat tinggal di Moab. Mereka juga berperang dengan Damaskus. Setelah 8 tahun tahun kematian Ahab, raja Israel (869-850) ketika ingin mengambil kedudukan Ramoth-Gilead, tentara Israel masih terikat dengan tempat itu.
Yehuda saat itu memiliki posisi yang sulit. Yosafat, raja Yehuda (873-849) mati setelah Ahab, raja Israel (876-869) mati, dan telah disukseskan oleh putranya, Yoram. Yoram bukanlah seorang dengan figur kemiliteran yang baik. Yoram tidak bisa mencegah kerugian dari pelabuhan, industri-industri Ezion-geber, dan dari seluruh rute wilayah utara ke Arab – yang mungkin dapat kita duga mengakibatkan konsekuensi ekonomi yang serius. Tetapi keadaan Yehuda saat itu belum terlalu sangat berbahaya.

b)     Kelanjutan dari Kisah Pertikaian Omri: Elisa dan Para Nabi
Cerita-cerita Elisa juga memberi perhatian pada angkatan perang raja Damsyik, malaikat Yehu. Penulis menuang kembali cerita-­cerita rakyat ini, khususnya yang melibatkan Elia, yang diduga merupakan pemrakarsa penggantian Yehu, raja Israel (843-815) dengan beberapa tujuan dipikiran­nya.

c)      Faktor Lain Penyebab Pertikaian
Nabi-nabi tidak senang dan benci dengan keluarga Omri. Di lain pihak juga terdapat ketidaksukaan dan pertentangan dari beberapa tentaranya. Kejadian di kebun Naboth tidak akan mungkin lepas dari perhatian yang dapat membangkitkan amarah sama seperti yang dilakukan oleh nenek moyang mereka sebelumnya.
Mereka semua kemudian kelihatan sebagai sebuah kelompok yang mempunyai prinsip tidak pernah diizinkan untuk tinggal menetap. Kerinduan seorang wanita berdiri sendiri dalam kesederhanaan, tradisi-tradisi demokrasi dari jauh terlewatkan. Mereka menolak perintah baru dari Israel yang menimbulkan hal-hal yang buruk bagi kehidupan mereka.

d)     Pembersihan Darah oleh Yehu (1 Raja 9:10)
Kudeta Yehu, raja Israel (843-815) menyeluruh dan berdarah. Di samping pembunuhan Yoram (849-843) di Israel, Izebel dan Ahazia, raja Yehuda (850-849), ia juga membunuh lebih dari 100 pangeran kerajaan Israel dan Yehuda, serta membantai semua penyembah Baal yang ia kumpulkan dengan rasa tidak curiga di rumah ibadah di Samaria. Orang-orang Yehu, dengan dukungan dari  orang saleh dari Gilead, memproklamasikannya sebagai raja. Penetapan kembali secara besar-besaran di Israel kepada para pendukung Yehu terjadi.
Gabungan sejarah raja-raja Israel sebelumnya muncul sebagai prolog bagi narasi legitimasi perebutan kekuasaan Yehu termasuk, cerita tentang pembantaian yang dilakukan Elia atas 450 nabi Baal. Seluruhnya sekarang dapat ditemukan dalam 1 Raja-raja 17 - 2 Raja-raja 10. Juru tulis Yehu memulai dengan mengumpulkan cerita­-cerita rakyat populer mengenai Elia dan Elisa yang adegan malapeta­kanya dibuat oleh Omri. Adegan  ini membentuk latar belakang kemunculan orang yang diayomi kedua nabi itu, Yehu, sebagai pembe­basnya.

IV.  Urusan dalam negeri di Yehuda (873-837)
a)      Masa Pemerintahan Yosafat (873-849)
Kita telah melihat bagaimana Yosafat, raja Yehuda menjadi sekutu Omri, raja Israel (876-869) dalam agresi politik mereka dan juga bagaimana persekutuan ini membawa pembaharuan kekuatan dan kemakmuran untuk Yehuda. Yosafat seperti Asa, raja sebelum dia (913-873). Yang mana Asa adalah seorang yang setia kepada Allah, begitu pula Yosafat memerintahkan kepada rakyatnya untuk berbalik kepada Allah.
Yosafat memiliki keahlian sebagai seorang raja (2 Taw. 19:4-11). Dia menjalankan hubungan pengadilan dengan membentuk anggota-anggota kerajaan yang dipilih dari orang-orang sekitar mereka. Pada waktu yang sama, di Yerusalem juga diatur apa yang disebut dengan sebuah pengadilan, dipimpin mutlak oleh kepala imam untuk hubungan keagamaan dari Yehuda sebagai bahan pengatur. Peralihan administrasi dengan keadilan kepada orang-orang lokal. Hakim-hakim pertama dipilih dari anggota mereka yang kemudian raja memutuskan hakim-hakim yang dipilih.

b)     Penerus Yosafat: Perebutan Kuasa Atalya
Persekutuan Yosafat, raja Yehuda (873-849) dengan Israel melahirkan buah yang lebih pahit. Yosafat telah sukses, melalui anaknya Yoram (849-843), dan ratunya Atalya, dari kerajaan Omri. Menurut penulis Tawarikh, Yoram ketika mengambil tahta, membunuh seluruh saudaranya beserta seluruh partisannya, barangkali untuk mengeliminasi pihak-pihak yang membungkin menjadi lawan. Meskipun tidak ada potongan hal yang dapat meunjukkannya, dapat dibayangkan bahwa fakta ini bukanlah perminaan dari Atalya (dia mungkin saja melakukannya) karena dia merasa posisinya tidaklah aman. Ketika Yoram mati, setelah waktu yang tidak dapat diperkirakan dan pemerintahan tidak efektif, ia telah berhasil melalui putranya, Ahazia, yang telah dituliskan di atas, dalam waktu kurang dari satu tahun telah disapu bersih dalam penghapusan Yehu. Atalya kemudia merebut tahta , membunuh, yang agaknya dengan tujuan dari para pengikutnya, seluruh bibit dari kerajaan yang mungkin bertentangan dengannya. Ketika ia menjadi pemuja Baal’Melqart, kultus-kultus dewa dipupuk di Yerusalem berdampingan dengan Yahweh.
Peristiwa di Yehuda setelah itu mengikuti pola seperti keluruhan dalam Israel, tetapi dalam keadaan jauh dari ketenangan. Tidak dapat dipercaya bahwa di sana Baal Tirus tidak memiliki banyak pengikut di antara populasi tradisi sederhana Yehuda. Hal ini mungkin karena sebagian darinya ke pembaruan Yosafat, hal ini menunjukkan bahwa ketegangan sosio-ekonomi yang terlihat dalam Israel tidaklah telalu meimbulkan tanda dalam Yehuda, dengan hasil kepopuleran yang cukup hampir tidak ada. Karena itu, Atalya hampir tidak memiliki pengikut yang setia. Pemerintahannya hanya memiliki kekuasaan yang sedikit di mata rakyatnya. Dan itupun tidak bertahan lama. Seorang bayi, anak Ahazia, Yoas (Yehoas) telah diselamatkan dari Atalya oleh bibinya, imam Yoyada dan disembunyikan di halaman kuil. Ketika anak ini berusia tujuh tahun, Yoyada membawanya ke kuil dan memahkotai Yoas sebagai raja. Kuil dari Baal telah tandas dan imam-imamnya dibunuh. Kita tidak lagi mendengar lebih lanjut mengenai pertumpahan darah, dan bahkan tidak ada. Rakyat senang telah bebas dari Atalya, dan menyambut Yoas ke tahtanya.

Pada Pertengahan Abad Ke-9 Dan Ke-8
I.    Kegelapan Abad Pertengahan
Yehu membersihkan negaranya dari Baal Tirus dan melalui dia dapat ditemukan dinasti yang paling panjang. Yehu memerintah tahun 842-815 tanpa menemukan kebahagiaan. Pertentangan yang terjadi adalah timbulnya zaman kegelapan yang mana pemerintahannya hampir kehilangan keberadaan kemerdekaannya. Hal tersebut merupakan akibat dari kebingungan dan keadaan penduduk di perbatasan Israel yang tidak dikontrol.

a)      Setelah Penghapusan Yehu
Melalui penghapusan, bangsa Israel diselamatkan dari penyembahan berhala. Struktur pemerintahan Omri telah diberhentikan dan menghasilkan kutukan, yang mana menyebabkan posisi Israel yang kuat kemudian dihancurkan kembali. Selain itu Israel dilumpuhkan dari dalam, permusuhan seluruh Istana dan seluruh pegawai istana yang telah merampas bagian yang terbaik dari istana itu.

b)     Pengaruh Kekuasaan Damaskus
Yehu melihat dirinya tidak dapat mempertahankan kerajaan Israel. Ketidakmampuan itu membuat Hazael, raja Syiria ( Aram) menyerah. Salmaneser[7] menyerang daerah Selatan mulai dari gurun Haran dan daerah Barat di sepanjang pantai Phonika dan dia menerima pajak dari Tirus dan Sidon, dan Yehu raja Israel.
Tetapi orang Asyur tidak tinggal menetap, sebaliknya mereka memiliki pasukan perang yang hebat. Dalam langkah selanjutnya Salmaneser sibuk menaklukkan daerah-daerah lain, tetapi memunculkan pemberontakan dari salah satu pihak anaknya yang selama 6 tahun memisahkan diri dari dirinya. Kerajaan, anaknya beserta Shalmaneser V (824-812) telah memperbaiki jabatan di kerajaan kemudian mereka memperkuat strategi untuk melawan negara tetangga disekitar kerajaan terutama dalam melawan raja Urartu di Pegunungan Armenia, dimana perang ini menjadi suatu perang yang paling berbahaya. Sepanjang riwayat hidup Salmaneser III dan Salmaneser V, raja Asyur (783-774) yang pertama mengakuinya adalah orang Medes dan Persia.
Hazael bebas dari pertempuran Israel. Yehu tidak dapat melawannya dan Yehu kehilangan seluruh daerah di Transyordan sampai ke daerah Siria di daerah perbatasan Arnon ( 2 Raja 10:32; Amos 1:3). Anaknya Yoahas (Yoas; 815-801) pergi bertempur karena keadaan memburuk.

c)        Peristiwa dalam Negeri Yehuda: Yoas (837-800)
Dalam tahun-tahun ini di Yehuda berusaha mengurangi perselisihan yang terjadi di dalam negeri yang sangat membuat Yehuda menjadi lemah. Yoas adalah seorang yang menggantikan Atalya, raja Yehuda (842-837). Yoas juga harus memberi pajak kepada Hazael, raja Syiria  (Aram) (842-806) dan itu merupakan hal utama yang ingin dihapuskannya. Sejak saat itu kejayaan istana mengalami peningkatan. Yohada yang menjabat sebagai pemimpin daerah kelompok kecil dan dia dinyatakan sebagai penyebab naiknya raja ke tahtanya. Setelah Yoas meninggal, pemberontakan terjadi dari banyak pihak, ada dari golongan pendeta yang menentang pihak yang membiarkan pengaruh untuk menyembah berhala. Yoas mati digantung oleh anaknya, Amazia, raja Yehuda (800-783).

II.      Kebangkitan Israel dan Yehuda di Abad ke-8
Pada abad ke-8 membawa pada suatu perubahan akan keberuntungan yang sudah direncanakan Israel dan Yehuda. Pada puncak kekuatan dan kemakmuran yang tidak pernah dirasakan sejak Daud dan Salomo. Hal ini harus diwujudkan dalam suatu kenyataan berdasarkan peraturan. Tetapi alasan utama kaum awam untuk mengembalikan kebahagiaan ini karena Israel sebagai ahli waris.

a.        Keadaan Dunia Pada Awal Abad Pertengahan ke-8
Pengaruh Damaskus tiba-tiba berakhir ketika Adad-nirari III (811-784) menjadi seorang yang berpengaruh di Asyur. Salmaneser III membuat banyak serangan di daerah Syria. Damaskus tidak berdaya, kekuatannya berakhir dan rajanya Ben-hadad III, anaknya dan pengganti Hazael mati di dalam peperangan. Secara kebetulan Adad-nirari tidak dapat mengembangkan kesuksesannya, kepemimpinannya menemukan sebuah masalah. Setelah dia mati maka dia digantikan oleh Salmaneser IV (783-774), Asshur-dan III (773-756), dan Asshur-nirari V (755-746) berkemampuan dalam pemulihan kepemimpinan. Namun hal itu dilakukan melalui strategi yang kurang baik yang tidak dapat menyatukan daerah-daerahnya. Masalah internal terjadi melalui perselisihan dan ancaman dari Urartu yang memperluas wilayahnya ke Timur dan Barat.

b.        Kebangkitan : Yoas dari Israel (802-786); Amaziah dari Yehuda (800-783)
Kebangkitan Israel dimulai dengan Yoas, raja Israel (802-786). Cucu dari Yehu, raja Israel (843-815), yang datang dari kerajaan Asyur yang mengalahkan Damaskus. Cerita raja-raja menyisahkan pertengkaran antara dua negara yang masuk tanpa tujuan. Penulis Tawarikh, dimana mereka mengandalkan pada tradisi yang dapat dipercaya. Dia memberitahukan kepada Amaziah, raja Yehuda (800-783) yang mempunyai rencana untuk menggabungkan kembali kerajaan Edom. Dia memanggil tentara Israel untuk berpihak kepada tentaranya, tetapi Amaziah tidak memakai mereka dan mengembalikan mereka pulang ke rumahnya masing-masing. Meskipun secara meyakinkan Amazia mengalahkan Edom dan mengambil ibu kota mereka, dia tidak belajar akan apa yang telah terjadi sampai dia kembali ketika dia berperang dengan Yehuda. Di peperangan dia bertarung dengan Beth-shemesh, Yehuda telah dikalahkan dan Amazia mengambil sendiri tahanannya. Yoas kemudian pindah ke Yerusalem, ia mengambil dan merusak benteng pertahananya dan melepaskan sandra yang berada di sana. Pada saat itu Amazia yang meninggalkan kerajaannya tertangkap di Lachish, dan ia dibunuh dan kemudian anaknya Uzia (783-742) naik tahta menjadi raja menggantikan dia.

c.    Kebangkitan: Yerobeam II (786-746) dan Uzia (783-742)
Kebangkitan dari negara bawahan yang di bawah generasi dari Raja Yerobeam II, raja Israel (786-746), dan sama dengan Uzia, raja Yehuda (783-742) pada masa itu. Yerobeam adalah satu dari kekuatan militer yang terkuat dalam sejarah Israel. Dia mampu menggantikan bala tentara terdepan yang dimana Salomo pernah melakukannya pada saat memasuki Hamath (2 Raja-raja 14: 25). Uzia yang dimana menjadi raja atas Yehuda pada dinasti ke 16 (2 Raja-raja 15:2), dan dimana dibayangi oleh kekuasaan yang dulu, dapat memperbaiki pertahanan dari Yerusalem, mengkoordinasikan kembali dan memperlengkapi tentara serta memberitahukan cara menggunakan alat-alat perang. Dia juga mengambil alih operasinya (2 Tawarikh 26:10). Uzia juga mempercayakan barisan depannya untuk masuk ke pesisir dari Gat, Jabneh, Asdod dan kota yang didirikan di wilayah Filistin.
Pertengahan abad ke-8, Israel dan Yehuda bersatu, akan tetapi itu masih sebagian kecil dari zaman Salomo. Sejak keuntungan dari negara itu sendiri terpenuhi, dua negara berdamai satu dengan yang lainnya dan melakukan perdagangan dari sungai Yordan sampai ke Utara Arab dari sepanjang pesisir sampai ke tanah Fenisia, perdagangan itu meliputi daerah Israel.

III. Penderitaan Israel: Nabi-nabi Pertama yang Termasyur
Kita dapat menemukannya dalam buku Amos dan Hosea, dimana bisa dilihat pada masa sosial Israel, membuat wilayah utara jelas di dalam sosial, moral dan agama.
a)    Kemunduran Sosial di Wilayah Israel Utara
       Sayangnya hampir tidak ada kebijakan keuangan dari Yerobeam. Ostraca Samaria (sebuah grup yang mengadili 63 kapal minyak dan anggur yang diterima di pelabuhan. kemungkinan dibayar melalui pajak) terlihat suatu indikasi dari sistem Salomo. Sesungguhnya pada masa itu, struktur sosial Israel telah tergerus dari asal mereka. Dia berasal dari peraturan Yahweh. Sekarang semuanya berubah, bentuk pemerintahan kerajaan naik dengan ditandai suatu organisasi kehidupan bermahkota, dan telah berubah kebijakan sosial dikembalikan kepada raja dan kegiatan komersial dibuat secara per kasta. membangunkan hubungan suku dan menghancurkan karakter solidaritas. Di abad ke-8, golongan Yahweh diingatkan pada agama nasional, dengan menyembah Yahweh, taat pada peraturannya adalah bentuk kecil dari menyembahnya. Kehidupan sosial Israel dapat kita lihat seperti Amos yang ditandai dengan ketidakadilan yang mengerikan dan perbedaan yang kontras tentang kekayaan dan kemiskinan. Petani kecil yang statusnya marginal dalam ekonomi menjadikan dirinya hampir berada pada rentenir dan bencana sekali bagi mereka, kekeringan, kegagalan panen ( Amos 4:6-9). Sistem yang keras menyebabkan keserakahan pada yang kaya yang mengambil keuntungan yang kejam dari keadaan buruk kemiskinan untuk memperluas milik mereka, sering juga mempergunakan tindakan yang sangat kejam, pemalsuan dari berat dan timbangan dan berbagai muslihat untuk mencapai keinginan mereka. Tetapi tindakan ketidakjujuran ada dimana-mana sejak penghakiman yang dapat disuap, orang-orang miskin tidak mendapat ganti rugi. Di dalam hal-hal yang telah mereka rebut.
       Kenyataannya adalah dalam waktu-waktu ini struktur sosial Israel telah menjalani perubahan karakter yang radikal. Telah terjadi penggabungan suku dalam perjanjian dengan Yahweh. Struktur sosianya telah menjadi satu kesatuan, tanpa perbedaan kelas yang seluruhnya didasari oleh kewajiban dari perjanjian Yahweh dimana keseluruhan kontroversi diadili oleh hukum perjanjian. Sekarang seluruhnya telah berubah. Dari abad ke-8, melalui Yahweisme agama nasional adalah tetap, dengan janji-janji yang diberikan perjanjian dengan Yahweh. Kehidupan sosial Israel telah kehilangan khas keluhurannya.

b)     Kerusakan Keagamaan di Israel Utara
Banyak dari kuil lokal terus terang menyembah berhala; kultus kesuburan dengan merendahkan ritusnya telah dilakukan dimana-mana. Hasil yang signifikan ialah hampir sangat banyak nama dari Samaria Ostraca menambahkan “Baal” dengan “Yahweh”. Meskipun dalam kasus yang sama Baal (“Lord”) mungkin hanyalah menjadi sebutan bagi  Yahweh. Kesimpulan yang pasti bahwa banyak dari orang Israel telah menyembah berhala. Satu hal yang harus diingat ialah pembersihan Yehuda telah diarahkan untuk melawan Baal Tyran dan kekafiran belum dihilangkan. Meskipun kita tidak memiliki jalan untuk mengukur tingkatnya, tetapi itu terlihat meskipun agama negara resmi telah menyerap ritus dari penyembahan berhala.
Yahweisme diharapkan dapat menegur hal itu dengan hukum perjanjian. Imam-imam dari kuil lokal, penyembah-penyembah berhala pastinya tidak dapat melakukannya. Yang lebih mengejutkan lagi ialah tidak ada teguran yang efektif yang terlihat dari nubuat yang tidak pernah ragu untuk menolak negata itu dalam nama Yahweh. Kita hanya dapat menduga bahwa Izebel bertahan dari kematian, dan dengan segera melihat tujuan dari pencapaiannya melalui pembersihan Yehuda, mereka dengan terlalu mudah puas dan menutup mata kepada fakta bahwa penyembahana berhala masih mengingatkan dan meggembirakan kebangkitan Israel dan menempatkan kegirangan mereka pada pelayanan dari negara dan diberikan berkat oleh Yahweh; ketidakmampuan untuk mengkritik hal itu.

c)        Protes Nubuat Amos dan Hosea
Dalam waktu ini, menginjak ke panggung sejarah Israel dua yang pertama pada penerusnya dari nabi-nabi yang melayani bagi kita dalam Alkitab: Amos dan Hosea. Melalui mereka tidak ada manusia yang berarti dengan tanda identikal dan melalui pesan mereka di berbagai penghormatan telah ditandai dengan perbedaan, keduanya melawan pelanggaran-pelanggaran dalam sikap yang menjadi hal biasa.
Pada karir Amos, yang mulai berkata sekitar pertengahan abad ke-8, kita hanya mengetahui fakta-fakta : Ia datang dari Tekoa di pesisir gurun Yudea ( Amos 1:1). Ia bukanlah anggota dari nubuat nabi tetapi ia adalah peternak domba yang sangat baikdalam pengajaran akan perkataan dari Yahweh. Pesan Amos yang menghancurkan kejahatan sosial pada waktu itu terutama pada kekejaman dan ketidakjujuran dimana yang kaya menjatuhkan yang miskin tetapi juga pada pemburuan yang tidak memiliki perasaan dari kemewahan yang melemahkan karakter nasional, seluruhnya yang ia pandang sebagai dosa akan dihukum oleh Yahweh. Amos tidak pernah menggunakan kata “perjanjian”, cukup dengan ia menilai dosa yang melawan latar belakang dari hukum perjanjian dan menemukan kekejaman ganda dalam teranng dari kasih Allah kepada Israel di Keluaran dan Pemberian Tanah. Amos mengatakan tidak adanya perubahan karena ia percaya penyembuhan atas Israel: Yahweh dan Yahweh saja yang akan melakukan pembalasan.
Sedangkan Hosea melalui sabdanya yang berhubungan dengan periode kekacau-balauan akan dideskripsikan pada bagian berikutnya. Karirnya juga dimulai selama pemerintahan Yerobeam juga hanya sedikit setelah Amos. Seorang warga negara dari negara Utara, Hosea datang melalui pengalaman domestik yang tragis dan sangat sulit untuk dipercayai, diperlihatkan bahwa istrinya yang sangat ia cintai mengkhianatinya dan membawanya kepada kehidupan yang tidak bermoral, prostitusi yang tidak suci; permohonannya telah gagal dan memaksa ia untuk menceraikan istrinya. Pengalaman ini tidak disangka membantu untuk memberi pesan kepada Hosea tentang bayangan karakteristiknya. Hal ini menggambarkan ikatan perjanjian sebagai sebuah ikatan pernikahan. Ia mendeklarasikan bahwa Yahweh sebagai “suami” Israel, mengharapkan kesetiaannya seperti harapan manusia tentang istrinya, tetapi Israel menyembah allah lain dn membuat “perzinahan” dan oleh karena itu mereka menghadapi “perceraian” kejatuhan nasional. Hosea menyerang dengan kata-kata tajam kultus Baal, kultus penyembahan dari Yahweh dan seluruh kerusakan moral mensyaratkan penyembahan berhala. Hal ini menunjukkan bahwa Israel telah melupakan tindakan kasih dari Allah dan tidak lagi menjadi umatnya. Sejak ia melihat tidak ada rasa sesal yang sungguh dari mereka, ia percaya seperti Amos bahwa bangsa  berada di bawah kutukan perjanjian dan ditakdirkan untuk dirusak. Pastinya, keyakinan yang tumbuh di dalamnya yang tampak ia miliki ialah pengampunan dan pemulihan atas istrinya sendiri, Yahweh dalam ketidakterbatasan kasih-Nya suatu hari akan menghukum Israel, mengembalikan tanahnya dan suatu saat akan “mempertunangkan” dia kepada diri-Nya. Tetapi ini akan menjatuhkan badai yang tak terelakkan yang akan mengambil bangsa.

d) Tempat dari  Para nabi di dalam sejarah Agama Israel
Para nabi tradisional, tidak suka dengan sogokan dari  para nabi profesional dan meyakinkan bahwa ramalan mereka tidak menghadirkan kata Yahweh, pernyataan tajam yang bersifat ramalan, mengingkari mereka dan menuduh mereka (Amos &:14; Mikah 3:5;11; Yeremia 23:9-23). Para nabi tradisional sering memerankan nubuatan mereka dengan meniru-niru, sebagai  pendahulu mereka telah diberikan kekuatan batin yang mendalam, mengirim pesan mereka dalam wujud ramalan puitis, yang selalu menyangkut mutu yang berkaitan dengan kesusasteraan yang paling tinggi. Mereka tidak menubuatkan di dalam rombongan, tetapi sendiri-sendiri. Lagipula, meskipun demikian mereka sering membawa pesan mereka di tempat suci. Mereka adalah manusia  dari tiap-tiap pekerjaan sehari-hari yang telah merasa paksaan. Pada waktu yang sama, jelas bahwa para nabi yang tradisional memindahkan tradisi dari pendahulu mereka. Mereka diberi sebutan yang sama yaitu nabi, mereka mempunyai fungsi yang sama dalam mengumumkan kata Yahweh, dan mereka melempar ramalan mereka di dalam rumusan yang sama dari tempatnya. Amos benar-benar keliru diantaranya yaitu Nabi-nabi tradisional membagi banyak pemaparan point dari pendahulu-pendahulu. Contohnya, perasaan tidak suka dengan keterlibatan luar negeri atau menjangkau kembali tradisi-tradisi lampau dan menemukan disana norma-norma yang ada supaya jadi penghakiman (Am 2:9-12;Hos 11:1;12:9f;13:4f;Yer 2:2f).
Pada pertengahan abad ke-8, bangsa secara keseluruhan telah berbuat jahat untuk melawan undang-undang Yahwe. Mereka menyerang dosa-dosa dari kehidupan sosial atas kekuasaan Yahweh yang berkuasa atas Israel. Mereka menolak bangsa Israel sebagai umat Allah yang telah menyembah berhala dengan darah. Tetapi mereka menemukan dasar keberadaan Israel dalam kemurahan hati Yahweh kepadaNya. Pada abad ke-8, Israel mengalami kemajuan karna ketidakcocokkan pusat Israel, Amos dan Hosea secara pasti mengatakan bahwa Israel tidak bisa membuat damai, sama seperti dengan Israel utara, dimana Yahweh menjauhkan diri.













                                                                                                                         











Data Tambahan
·         Daftar Nama Raja-raja di Yehuda, Israel dan Kerajaan Lainnya Beserta Tahun Pemerintahannya :



Yehuda
1.      Rehabeam            (922-915)
2.      Abia                     (915-913)
3.      Asa                       (913-873)
4.      Yosafat                (873-849)
5.      Yoram                  (849-843/)
6.      Ahazia                  (843/2)
7.      Atalya                  (842-837)
8.      Yoas                     (837-800)
9.      Amazia                 (800-783)
10.  Uzia                      (783-742)
11.  Yotam                  (742-735)
12.  Ahas                     (735-715)



Damaskus :
1.      Ben-hadad I         (885-870)
2.      Ben-hadad II       (870-842)
3.      Hazael                  (842-806)
4.      Ben-hadad III     
5.      Rezin                    (740-732)







Israel Utara
1.      Yerobeam I          (922-901)
2.      Nadab                  (901-900)
3.      Baesa                    (900-877)
4.      Ela                        (877-876)
5.      Zimri                    (876)
6.      Omri                     (876-869)
7.      Ahab                    (869-850)
8.      Ahazia                  (850-849)
9.      Yoram                  (849-843/2)
10.  Yehu                    (843/2-815)
11.  Yoahas                 (815-802)
12.  Yoas                     (802-786)
13.  Yerobeam II         (786-746)


Asyur :
1.      Asshur-dan II       (935-913)
2.      Adad-nirari II      (912-892)
3.      Assur-nasir-pal II (884-860)
4.      Salmaneser III      (859-825)
5.      Shamshi-adad V (824-812)
6.      Adad-nirari III     (811-784)
7.      Tiglat-pileser III   (745-727)
8.      Salmaneser V       (726-722)
9.      Sargon II              (721-705)



[1] Ben-Hadad ialah bentuk Ibbrani dari bahasa Aram Bar- atau Bir- Hadad, ‘putra hadad’, nama dari dua atau tiga raja kerajaan Aram di Damsyik. Ben-Hadad I disebut ‘Bin Tabrimon, bin Hezion, raja Aram’. Disimpulkan bahwa Ben-Hadad I telah memerintah kr 895 sM.
[2] Baesa membunuh Nadab, putra Yerobeam dan merebut tahtanya. Baesa meneruskan kebijakan agama Yerobeam dan mendapat teguran keras dari nabi.
[3] Ibukota Siria (Yes 7:8) terletak di sebelah timur pegunungan Anti Libanon. Merupakan pusat komunikasi alami yang menghubungkan jalan kafilah ke tepi pantai Laut Tengah (kr 100km ke sebelah timur) melalui Tirus ke Mesir, dengan jalan-jalan ke sebelah timur menerobos padang gurun ke Asyur dan Babel, ke sebelah selatan Arabia, dan ke sebelah utara Alepo.
[4] Fenisia ialah daerah pantai di Laut Tengah sebelah timur, meliputi kr 240 km antara S Litani dan S Arwad (yaitu Libanon mod-Latakia Selatan) bersama penduduknya.
[5] Ibukota baru yang dibangun bagi kerajaan Utara pada masa kerajaan Omri, terletak di atas bukit, 11 km di sebelah baratlaut Sikhem, menguasai jalur perdagangan utama yang melalui dataran Esdarelon.
[6] Raja Moad yang membatalkan kewajiban membayar upeti yang dibebankan Israel setelah Ahab mati (2 Raja 3:4-5). Negerinya dimasuki oleh Yehuda, Israel dan Edom, tetapi penyerangan itu gagal.
[7] Salmaneser ialah nama yang dipakai oleh beberapa penguasa Asyur.

Comments

Popular posts from this blog

(LX. SAKRAMEN BAPTISAN DI HKBP)

SAKRAMEN BAPTISAN DI HKBP  I. Pendahuluan             Baptisan merupakan salah satu sakramen yang diperintahkan oleh Yesus sendiri dalam Amanat AgungNya. Oleh karena itu gereja melayankan baptisan sebagai salah satu sakramen bagi orang percaya.             Kata “baptis” berasal dari Bahasa Yunani, “baptizo” yang artinya: mencelupkan ke dalam air ataupun memasukkan ke dalam air. Pemandian ke dalam air baru menjadi “baptisan” apabila dilaksanakan dengan upacara seremonial yang khusus. [1] Baptisan yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus, yaitu baptisan yang berlaku di tengah-tengah gereja, bukan hanya menunjuk pada Kerajaan Allah yang masih akan datang, melainkan menjadi bukti dan mengukuhkan perwujudan atas kedatangan Kristus ke dunia. [2] HKBP sebagai salah satu gereja Tuhan di Indonesia mengakui dan melayankan Baptisan Kudus sebagai salah satu sakramen di samp...

(LXXVI. MENGENAL PDT. DR. SOUNTILON MANGASI SIAHAAN DAN PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TEOLOGISNYA)

MENGENAL PDT. DR. SOUNTILON   MANGASI SIAHAAN DAN PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TEOLOGISNYA [1] 1. Biografi             Pdt. Dr. Sountilon M. Siahaan lahir pada tanggal 7 April 1936 di desa Meat-Balige, sebuah desa di tepian Danau Toba. Setelah tamat dari SMA Negeri Balige 1956, beliau melanjutkan belajar ke Fakultas Teologi Universitas HKBP Nommensen dan selesai tahun 1961. Menikah pada 26 Agustus 1961. Sejak tahun 1961-1963 beliau bekerja sebagai Pendeta Praktek dan sekaligus sebagai Pendeta Pemuda/Mahasiswa HKBP Ressort Jawa Tengah yang berkedudukan di Yogyakarta. Ditahbiskan sebagai Pendeta HKBP pada 1 Juli 1962.             Beliau selanjutnya tugas belajar ke Universitas Hamburg pada tahun 1963 dan memperoleh gelar Magister Teologi pada tahun 1967 dan meraih gelar Doktor Teologi (Cum Laude) pada tahun 1973 dengan disertasi yang berjudul Die Konkretisierung ...

(XXXI. TAFSIRAN HISTORIS KRITIS MAZMUR 23:1-6)

Tinjauan Historis Kitab Mazmur 23:1-6 Oleh " Rahman Saputra Tamba " BAB I Pendahuluan             Nama kitab ini dalam LXX adalah Psalmoi [1] . Alkitab bahasa latin memakai nama yang sama. Kata Yunani (dari kata kerja psallo yang artinya “memetik atau mendentingkan”). Mula-mula digunakan untuk permainan alat musik petik atau untuk alat musik itu. Kemudian kata ini menunjukkan nyanyian ( psalmos ) atau kumpulan nyanyian ( psalterion) . [2] Dalam bahasa Ibrani ada kata mizmor yang artinya “sebuah nyanyian yang dinyanyikan dengan iringan musik”, namun judul Kitab Mazmur dalam bahasa Ibrani adalah [3] tehillim yang artinya “puji-pujian atau nyanyian pujian”.             Dalam Alkitab Ibrani, Kitab Mazmur terdapat pada awal bagian Kitab-kitab. Para nabi menempatkan sebelum Kitab Amsal dan tulisan hikmat lainnya, dengan alasan bahwa kumpulan tulisan Da...