Skip to main content

(LVIII. KEMATIAN)



KEMATIAN


  1. Definisi

Dalam bahasa Yunani kematian disebut thanatos. Thanatos berarti bentuk kematian atau keadaan mati[1]. Tetapi kata ini juga dipakai untuk mengungkapkan hal berbahaya yang mematikan, bagaimana kematian, ancaman kematian. Thanatoo berarti membuat seseorang mati, membunuh, dan mengakibatkan sesuatu hal berbahaya yang mematikan. Kematian adalah jangka waktu ketika kita melewati dengan sendiri dunia yang tidak kelihatan[2].



  1. Latar belakang

Di dalam dunia helenis, kata thanatos dan thanatoo biasanya dipakai sebagai bentuk ungkapan untuk kematian rohani dan kematian intelektual. Dalam budaya Yunani kematian berarti akhir dari segala aktivitas kehidupan, kematian juga dialami oleh jiwa. Kematian adalah tujuan setiap orang, yang merupakan sisi negatif dari hidup ketika kematian itu digambarkan seperti setan atau kejahatan. Oleh karena itu dalam filsafat Yunani selalu ditekankan agar menikmati hidup sepenuhnya karena pada saat kematian hal itu tidak dapat dinikmati lagi (1 Kor. 15:32). Hal yang menarik dari filsafat Yunani adalah pernyataan bahwa untuk menghilangkan penderitaan akibat kematian maka hadapilah kematian tanpa rasa takut. Dalam beberapa kasus kematian dianggap sebagai hal yang baik, di mana ketika seseorang mati karena berperang melawan musuhnya demi mempertahankan kebenarannya maka itu adalah kematian yang dihormati.

Sebagai hubungan dengan kematian maka ada kepercayaan bahwa jiwa adalah kekal. Misalnya pendapat Plato yang menyatakan bahwa dalam kematian, jiwa tidak terikat kepada tubuh, dalam arti jiwa adalah kekal dan tubuh adalah fana. Stoa berpendapat bahwa dalam kematian, jiwa akan menyelam ke dalam dunia jiwa yang menembus alam semesta.

Pemahaman tentang kematian dalam pandangan Modern-sekular Barat sering dipengaruhi oleh tiga aliran berikut:

1.  Kematian disingkirkan dari kesadaran manusia menjadi hal yang tabu dan urusan pribadi. Kematian terjadi di luar kesadaran masyarakat.

2.  Kematian tidak lagi dirasakan sebagai hukuman Allah dan tindajan pengadilan melainkan sebagai kecelakaan dan kesialan.

3.  Kematian sebagai suatu pesta atau menghubungkkannya dengan ide pengorbanan diri demi nilai yang luhur.



  1. Dasar teologis

Dalam Perjanjian Lama kematian berarti akhir kesudahan dari keberadaan seseorang (2 Sam. 12:15; 14:14). Manusia diciptakan dari tanah dan mereka akan kembali menjadi debu (Kej. 3:19). Jiwa diartikan sebagai sheol (hades) yang tidak ada lagi kehidupan di luar daripadanya. Manusia yang mati pergi ke hades (ruang antara kematian dan penghakiman akhir[3]).

Seandainya Allah menginjinkan kita untuk hidup lebih lama dan panjang umur, sampai kita mendapatkan apa yang mungkin untuk kita peroleh, maka kemungkinan kita akan sangat bersyukur dan penuh sukacita (Kej. 15:15; Mzm. 91:16). Perjanjian Lama tidak mengandung konsep tentang dosa atau yang mengakibatkan kematian adalah konsekuensi dosa. Kematian bukanlah penghukuman yang ilahi. Adam mengalami kematian itu adalah sebagai hukuman akan ketidakpatuhannya (Kej. 2:17). Demikian juga halnya dalam Mzm. 90 yaitu cerita tentang kejatuhan manusia ke dalam dosa dan gambaran hubungan antara dosa dan kematian bahwa hal kematian merupakan hal yang wajar yang harus dilalui dalam hidup sebagai manusia yang berdosa (bnd. Mzm. 14:2). Allah-lah yang menguasai sheol (Mzm. 139:8) dan segalanya ada di bawah kuasa Allah tak terkecuali kematian (Mzm. 73:23-28).

Setelah zaman pembuangan berbagai konsep pemahaman tentang manusia dan ketetapan Allah mengalami perubahan dalam arti yang baru. Di mana terdapat hubungan yang lebih pribadi dengan Allah (Yer. 31:29-34; Yeh. 18:2-32). Hal itu berarti bahwa bagi Yahudi satu abad sebelum kedatangan Kristus kematian merupakan hal yang sangat rumit untuk dipahami. Dalam apokaliptik Yahudi kita menemukan konsep kerajaan Allah pada akhir zaman, di mana dosa telah dihapuskan dan kematian tidak lagi mempunyai kekuatan. Ada harapan tentang kebangkitan (anastasis) di mana hal itu terdapat dalam Yes. 26:19 dan Dan. 12:2, yang menyatakan bahwa pada generasi berikutnya kematian dapat diatasi oleh pekerjaan ilahi dan menjadi ciptaan baru. Kebenaran akan masuk ke dalam kehidupan abadi dan kejahatan masuk ke dalam kematian kekal.

Kematian adalah akhir dari segala kehidupan. Mati berarti hal yang terakhir dari kemungkinan yang diberikan kepada kita. Walaupun kita dapat membedakan kematian fisik dan metafisik, namun semuanya itu tidak dapat dipisahkan dan yang terjadi adalah berakhirnya segala sesuatu dari keberadaan ciptaan itu, apapun yang terjadi dalam kematian haruslah dianggap sebagai sesuatu yang berbeda dari sifat kesinambungan hidup. Inilah yang merupakan hukuman bagi hidup yaitu bahwa kematian merupakan bagian terpenting dalam hidup yang tidak terlalu penting untuk dipikirkan[4]. Kematian juga berperan ketika bangsa Israel melanggar jalan Allah (Yeh. 18:21-32). Pemberontakan dan pengerusakan kepada hubungan dengan Allah adalah suatu bentuk kematian, hanya yang menurut kehendak Allah-lah yang dipandang sebagai kehidupan. Pengaruh dari paham Yunani tentang kematian mengakibatkan orang Yahudi beranggapan bahwa mati martir adalah kematian karena perjuangan, sehingga kematian dianggap sebagai kemuliaan dan kesalehan. Misalnya Josepus, seorang pesuruh raja Eleazar, ketika terjadi peperangan di Masadah ia lebih baikmemilih mati membela Yahudi daripada tunduk kepada kuasa Romawi.

Dalam pemahaman Perjanjian Baru manusia adalah fana dan hidup di bawah bayang-bayang kematian. Oleh karena manusia itu adalah orang berdosa sejak ia dilahirkan maka hidupnya sejak saat itu selalu terancam oleh maut[5]. Allah sebagai sumber segala kehidupan adalah sebagai satu-satunya yang mempunyai kekekalan.

Apakah penyebab kematian? Paulus berkata bahwa upah dosa adalah kematian (Rom. 6:23). Dasar pandangan tersebut yaitu iblis merupakan penguasa kematian (Ibr. 2:14), walaupun sebenarnya Allah sendirilah yang mampu menghancurkan tubuh dan jiwa dalam dunia kematian (Mat. 10:28; Why. 2:23). Dalam Perjanjian baru penyebab kematian merupakan hal yang teologis. Kematian itu universal dan hal tersebut merupakan keuniversalan kesalahan manusia dan jalan manusia untuk pengampunan.

Kematian spiritual dan kematian fisik tidak dapat dipisahkan satu sama lain yang merupakan bagian dari kenyataan hidup dalam dosa. Sehingga orang berdosa akan meratap “siapakah yang akan menyelamatkan aku dari tubuh yang mati ini?” (Rom 7:24). Paulus dalam pemberitaannya selalu membuat hubungan antara kesalahan-kesalahan dengan kodrat manusia sebagai mahluk yang fana. Manusia jatuh ke dalam dosa dan mengalami kematian yang kemudian dipanggil oleh Kristus ke dalam kehidupan. Hal itu digambarkan dengan tipologi Adam dan Kristus. Hidup yang telah diberikan oleh Kristus membentuk suatu analogi yaitu dosa telah masuk ke dalam dunia melalui satu orang manusia (Adam) dan dosa mendatangkan kematian (Rom. 5:12; bnd. 1 Kor. 15:21-22). Kematian adalah hukuman bagi setiap orang berdosa. Kematian bukanlah hanya sebatas biologis, tetapi juga penolakan Allah akan kehidupan yaitu kematian orang berdosa[6]. Di lain pihak keselamatan dan hidup atau kemenangan atas kematian bukanlah atas usaha manusia namun oleh karena karya anugerah Allah.

Dalam pemberontakan kita kepada Allah, kita hanya akan mendapatkan hidup yang sesuai dengan kehendak manusiawi kita, dan akan mendapatkan kematian dalam ruang lingkup Hukum Taurat dan peraturan-peraturan. Oleh karena itu Hukum Taurat, dosa dan kematian berada dalam tingkatan yang sama: “sengat maut ialah dosa, kekuatan dosa ialah Hukum Taurat” (1 Kor. 15:56).

Jika kematian adalah konsekuensi dari dosa manusia, mengapa ciptaan lain juga bersifat fana? Paulus berkata bahwa seluruh ciptaan menjadi fana bukan karena kehendaknya sendiri tetapi sebagai pengaruh dari keberdosaan manusia yang merupakan kesia-siaan. Semua hal itu akan dibebaskan dari kematian bersama dengan Anak Allah (Rom. 8:19-22).

Dari pembahasan-pembahasan di atas tergambar bahwa kematian dalam Perjanjian Baru bukanlah sebagai proses yang alamiah, tetapi sebagai peristiwa sejarah yang mengakibatkan manuisa masuk ke dalam keberdosaannya. Pernyataan tentang kematian Kristus di kayu salib merupakan cerita keselamatan dan selalu berhubungan dengan kebangkitan dan kemenangan atau hidup baru bagi orang-orng percaya. Kristus mati bagi dosa-dosa manusia (1 Kor. 15:3-5) dan Dia turun ke dalam maut untuk dosa dan bangkit hidup kembali untuk kemenangan kita (Rom. 4:25). Intinya adalah bahwa Allah sendiri merendahkan diri dan menanggalkan kemuliaanNya dalam kematian, yang justru dalam kematian itu Ia menunjukkan diri sebagai Tuhan dan Allah yang hidup[7]. Kematian Kristus adalah keuntungan bagi manusia (1 Tes. 5:10; Ibr.2:9-10). Kematian Kristus adalah bagi Hukum Taurat (Rom. 7:4), bagi dosa (2 Kor. 5:21), dan bagi kematian kita (2 Tim 1:10). Kematian Allah berarti final dari segala keberadaan keilahian yang dipahami di dalam sistem metafisik kuno dunia[8].

Yohanes menyatakan bahwa kematian Kristus di kayu salib adalah bukti inkarnasi firman (Logos), kematian itu adalah kehendak yang ilahi (Yoh. 12:33). Allah mengalahkan kuasa dosa melalui caranya yang menyamakan dirinya dengan kita dalam kematian Yesus. dengan demikian kita bebas dari segala kuasa dosa, kita dimenangkan (Rom. 4:24), menjadi ciptaan yang baru (2 Kor. 5:17), dan diberikan kehidupan baru bersama Kristus (Ef. 2:4-5).



  1. Makna kematian dalam kehidupan orang Kristen

Jika kita hanya mengejar hal-hal duniawi maka kita telah melepaskan diri kita dari sumber kehidupan. Untuk menghadapi kematian kita harus sadar bahwa kita hidup sebagai orang berdosa dalam kematian.

Bebas dari kematian adalah berpegang kepada firman (Yoh. 8:51) dan mengasihi saudara (1 Yoh. 3:14). Dalam Injil Sinoptik kematian dikalahkan melalui karya-karya keajaiban Allah (mujizat-mujizat). Untuk menghadapi kematian Yesus berkata “jangan takut, percaya saja” (Mrk. 5:36). Kemudian Dia berkata ikutlah aku, dan biarlahkematian menguburkan kematianmu (Mat. 8:22).

Kematian bagi orang percaya adalah kekuatan dalam hidup persekutuan dengan Tuhan bukan hanya sebagai satu hal akhir dari hidup. Kematian adalah pintu menuju hidup kekal yaitu kelepasan dari segala dosa menuju hidup  kepada kehidupan bersama Allah[9].

Untuk itu maka kematian menurut pandangan Kristen harus didasarkan pada ciri:

1.  Kematian adalah suatu hal yang alamiah yaitu mnusia mengambil bagian dalam struktur kehidupan keseluruhan yang kompleks.

2.  Kematian adalah suatu hukuman, ghukuman untuk dosa (Rom 6:21-ff).

3.  kematian adalah panggilan untuk pulang kepada manusia. Bukan hanya sebagi hukum tapi juga kabar sukacita, bukan hanya sebagai pengadilan tapi juga penebusan (Flp 1:23).

  

Daftar Pustaka

Alwell, Walter A.

     1986                                               Evangelical Dictionary of Theology,                                                                       Michigan: Baker Book House



Barth, Karl                                         

     1958                                               Dogmatics In Outline, London: SCM Press



Bildstein, Walter J.

     1972                                               Secularization The Theology of John A.T.                                                             Robinson: A radical Response, Romae:                                                                   Pontificiam Universitatem S. Thomae De Urbe

                                                            LTD



Braaten, Carl E./Robert W. Jenson                            

     1984                                               Christian Dogmatics I, London: Fortress Press



Green, Clifford (peny.)

    1998                                                Karl Barth: Teolog Kemerdekaan:                                                                         Kumpulan Cuplikan Karya Karl Barth,                                                                Jakarta: BPK-GM



Hadiwijono, Harun

     2002                                               Iman Kristen, Jakarta: BPK-GM



Kittel, Gerhard                                   

     1955                                               Theology Dictionary New Testament (vol.                                                              III),  Michigan: Grand Rapids



Milne, Bruce

     2003                                               Mengenali kebenaran: Panduan Iman                                                                   Kristen Jakarta: BPK-GM



Panenberg, Wolfhart                          

     1968                                               Jesus-God and Man, London: SCM Press LTD



Soedarmo, R  

     2005                                               Ikthisar Dogmatika, Jakarta: BPK-GM                                                       

Verkuyl, J       

     2000                                               Aku Percaya: Uraian Tentang Injil dan                                                                 Seruan Untuk Percaya, Jakarta: BPK-GM







[1] Gerhard Kittel, Theology Dictionary New Testament (vol. III),  Michigan: Grand Rapids
[2] Carl E. Braaten, Robert W. Jenson  Christian Dogmatics  I, Fortress Press, 1984, hlm. 16
[3] Ibid. hlm.548
[4] Karl Barth, Dogmatics In Outline, SCM-Press LTD, London 1958, hlm. 117
[5] J. Verkuyl, Aku Percaya, uraian tentang Injil dan seruan untuk percaya, Jakarta: BPK-GM 2000, hlm.
[6] Wolfhart Panenberg, Jesus-God and Man, SCM Press LTD, London, 1968, hlm. 270
[7] Chifford Green (peny.) Karl Barth: Teolog Kemerdekaan: Kumpulan cuplikan Karya Karl Barth. Jakarta: BPK-GM 1998, hlm.
[8] Walter J. Bildstein, Secularization The Theology of John A. T. Robinson, A Radikal Response, Pontificiam Universitatem S. Thomae De Urbe, Romae, 1972, hlm.
[9] Walter  A. Alwell. Evangelical Dictionary of Theology, Baker Book House, Michigan, 1986, hlm.

Comments

Popular posts from this blog

(LX. SAKRAMEN BAPTISAN DI HKBP)

SAKRAMEN BAPTISAN DI HKBP  I. Pendahuluan             Baptisan merupakan salah satu sakramen yang diperintahkan oleh Yesus sendiri dalam Amanat AgungNya. Oleh karena itu gereja melayankan baptisan sebagai salah satu sakramen bagi orang percaya.             Kata “baptis” berasal dari Bahasa Yunani, “baptizo” yang artinya: mencelupkan ke dalam air ataupun memasukkan ke dalam air. Pemandian ke dalam air baru menjadi “baptisan” apabila dilaksanakan dengan upacara seremonial yang khusus. [1] Baptisan yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus, yaitu baptisan yang berlaku di tengah-tengah gereja, bukan hanya menunjuk pada Kerajaan Allah yang masih akan datang, melainkan menjadi bukti dan mengukuhkan perwujudan atas kedatangan Kristus ke dunia. [2] HKBP sebagai salah satu gereja Tuhan di Indonesia mengakui dan melayankan Baptisan Kudus sebagai salah satu sakramen di samp...

(LXXVI. MENGENAL PDT. DR. SOUNTILON MANGASI SIAHAAN DAN PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TEOLOGISNYA)

MENGENAL PDT. DR. SOUNTILON   MANGASI SIAHAAN DAN PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TEOLOGISNYA [1] 1. Biografi             Pdt. Dr. Sountilon M. Siahaan lahir pada tanggal 7 April 1936 di desa Meat-Balige, sebuah desa di tepian Danau Toba. Setelah tamat dari SMA Negeri Balige 1956, beliau melanjutkan belajar ke Fakultas Teologi Universitas HKBP Nommensen dan selesai tahun 1961. Menikah pada 26 Agustus 1961. Sejak tahun 1961-1963 beliau bekerja sebagai Pendeta Praktek dan sekaligus sebagai Pendeta Pemuda/Mahasiswa HKBP Ressort Jawa Tengah yang berkedudukan di Yogyakarta. Ditahbiskan sebagai Pendeta HKBP pada 1 Juli 1962.             Beliau selanjutnya tugas belajar ke Universitas Hamburg pada tahun 1963 dan memperoleh gelar Magister Teologi pada tahun 1967 dan meraih gelar Doktor Teologi (Cum Laude) pada tahun 1973 dengan disertasi yang berjudul Die Konkretisierung ...

(XXXI. TAFSIRAN HISTORIS KRITIS MAZMUR 23:1-6)

Tinjauan Historis Kitab Mazmur 23:1-6 Oleh " Rahman Saputra Tamba " BAB I Pendahuluan             Nama kitab ini dalam LXX adalah Psalmoi [1] . Alkitab bahasa latin memakai nama yang sama. Kata Yunani (dari kata kerja psallo yang artinya “memetik atau mendentingkan”). Mula-mula digunakan untuk permainan alat musik petik atau untuk alat musik itu. Kemudian kata ini menunjukkan nyanyian ( psalmos ) atau kumpulan nyanyian ( psalterion) . [2] Dalam bahasa Ibrani ada kata mizmor yang artinya “sebuah nyanyian yang dinyanyikan dengan iringan musik”, namun judul Kitab Mazmur dalam bahasa Ibrani adalah [3] tehillim yang artinya “puji-pujian atau nyanyian pujian”.             Dalam Alkitab Ibrani, Kitab Mazmur terdapat pada awal bagian Kitab-kitab. Para nabi menempatkan sebelum Kitab Amsal dan tulisan hikmat lainnya, dengan alasan bahwa kumpulan tulisan Da...